belajar dan berbagi

KEWAJIAN MENUNTUT ILMU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menuntut ilmu merupakan kewajiban umat manusia dari dalam kandungan sampai ke liang lahat.

Ilmu keduniaan dapat digolongkan manusia untuk kebahagiaan dunia. Namun ilmu akhirat dapat menjanjikan kebahagiaan di akhiratnya. Ilmu dunia maupun ilmu akhirat wajib dicari untuk tujuannya masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini pemakalah akan membahas tentang kewajiban menuntut ilmu baik dalam pembahasan Al Qur’an maupun al Hadits.

1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi tugas dari dosen.


BAB II
PEMBAHASAN
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

A. Ayat Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu terutama untuk memperdalam masalah agama khususnya, wajib bagi semua umat Islam seperti yang disabdakan oleh Nabi Saw dalam salah satu haditsnya :
Artinya : Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim (laki-laki maupun perempuan). (H.R. Ibnu Majah)

Kewajiban menunut ilmu juga diterangkan didalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 122.

             
         
Artinya : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu poergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S. At-Taubah:122).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa tidak sepantasnyalah umat Islam pergi ke medan perang secara keseluruhan. Sesungguhnya mengikuti perang itu hukumnya fardhu kifayah, bukan fardhu a’in.
Mereka wajib mengikuti perang hanya sebagian dan sebagian yang lain harus memperdalam ilmu pengetahuan untuk memahami masalah agama dan masalah perang yang diterangkan dalam al Qur’an. Setelah mereka mengetahui masalah hukum agama dan hikmahnya, maka mereka harus memberikan peringatan kepada yang mengikuti perang setelah mereka kembali. Artinya harus memberikan pelajaran kepada mereka setelah pulang dari medan perang, sehingga menjadi tahu serta memahami masalah agama dan masalah perang. Disamping itu juga membarikan peringatan kepada mereka tentang dampak kebodohan dan meninggalkan amal perbuatan mereka. Dengan demikian mereka akan selalu mengharap ridho Allah Swt. dan takut melakukan laranganNya serta dapat menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Jadi kesimpulan kendungan ayat di atas adalah :
1. Berperang membela agama Allah hukumnya adalah fardhu kifayah.
2. Umat Islam tidak boleh mengikuti perang semuanya, melainkan hanya sebagian dan yang lain harus memperdalam ilmu pengetahuan.
3. Menunut ilmu untuk memperdalam masalah agama khususnya, wajib bagi umat Islam.

Pada ayat lain yaitu surat Al alaq : 1-5 yang berbunyi :

              
         
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmya yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada kita (manusia) apa yang tidak diketahuinya.

Turunnya surat al alaq 1-5 menyuruh kepada Nabi Saw untuk membaca, walaupun ketika itu beliau belum bisa membaca dan menulis. Namun malaikat Jibril mendesaknya sampai 3 kali agar Nabi Saw membaca, sampai akhirnya beliau membaca dengan dibimbing Malaikat jibril.
Hal itu menunjukkan bahwa untuk dapat memahami petunjuk Allah Swt., yang diberikan melalui wahyuNya, maka seseorang harus dapat membaca, karena membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan.
Pada ayat kedua (2) surayt tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt, menciptakan manusia dari segumpal darah kemudian menjadikannya sebagai makjkluk yang paling mulia. Ini menunjukkan betapa maha kuasanya Allah dengan ilmu dari asal kejadian yang rendah mahkluk yang paling mulia.
Kemudian pada ayat ke 3 Allah Swt menyuruh kembali untuk membaca, dengan menunjukkan betapa pentingnya membaca yang hanya dapat diperoleh dengan latihan berulang-ulang. Seperti halnya nabi saw, yang tidak dapat membaca, dengan bimbingan malaikat Jibril secara berulang-ulang akhirnya beliau dapat membaca hingga mengantarnya menjadi mahkluk yang paling mulia.
Dengan demikian rangkaian ayat dalam surat ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki kemampuan membaca dan menulis serta pentingnya ilmu pengetahuan yang dapat mengangkat derajat manusia dihadapan Allah Swt.
Jadi kesimpulan kandungan ayat di atas adalah :
1. Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk membaca dan menulis serta memiliki ilmu pengetahuan untuk meningkatkan derajat kita sebagai makhluk Allah.
2. Untuk dapat membaca dan menulis harus diadakan latihan secara berulang-ulang.
3. Salah satu penyebab terblakangnya umat Islam dewasa ini adalah karena kurangnya menghayati dan mengamalkan maksud ayat ini, dalam arti menganggap enteng dan mengabaikan kemampuan membaca dan menulis serta pentingnya ilmu pengetahuan.

B. Hadits Tentang Anjuran Menuntut Ilmu
Nabi Muhammad Saw, bersabda :
•••

Artinya : Rasulullah saw, bersabda :jadilah kamu oprang yang pandai (mengajar) atau orang yang belajar atau orang yang cinta (ilmu) atau mendengarkan dan janganlah kamu menjadi orang yang ke lima. Kalau demikian, maka rusaklah engkau. (H.R. Baihaqi)

Dalam hadits tersebut Rasulullah saw, menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia. Beliau menegaskan bahwa, sebaiknya manusia menjadi orang yang termasuk dalam 4 (empat) kriteria, yaitu :
1. Orang yang alim.
2. Orang yang belajar, mencari ilmu.
Mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim.
3. Orang yang mau mendengarkan kebaikan Allah SWT. memberikan anugerah kepada hambaNya berupa telinga agar dapat mendengarkan kebaikan.
4. Orang yang cinta terhadap kebaikan.

Kesimpulan hadits di atas yaitu :
1. Sebagai umat Islam, apabila tidak pandai mengajar, maka harus belajar (mencari ilmu) atau mendengarkan dan mencintai kebaikan.
2. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, sejak lahir sampai liang lahat (kubur)

Selain yang dijelaskan di atas maka ada hal lain yang perlu diketahui dalam menuntut ilmu seperti halnya kunci ilmu seperti yang diriwayatkan oleh Abu Na’im melalui ali k.w.
•
••
Artinya : Ilmu merupakan perbendaharaan. Kincinya adalah bertanya karena itu nyalalah kalian, semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian. Sehubungan dengan masalah ini ada empat orang yang diberi pahala, yaitu ; orang yang bertanya orang yang mengajarkan ilmu; orang yang mendengarkan ilmu; dan orang yang mencintai ke-3nya (riwayat Abu Nai’im melalui Ali k.w)

Penjelasan hadits di atas adalah bahwa orang-orang yang terlibat dalam suatu majlis ilmu semuanya mendapat pahalah yaitu orang-orang yang bertanya, orang yang mengajarinya, orang yang mendengarkannya, dan orang yang mencintai mereka. Ilmu bagaikan perbendaharaan dan kunci untuk menguasainya adalah bertanya. Oleh karena itu banyaklah bertanya dalam belajar dalam pepatah dikatakan “bahwa malu bertanya sesat dijalan”.
Selain dari itu kita juga wajib mempelajari ilmu hati dan ilmu jiwa seperti dalam hadits dikatakan yang artinya “Ilmu yang terdapat dalam kalbu (ilmu yang bermanfaat) dan ilmu yang terdapat dalam lisan (yang merupakan hujjah bagi anak Adam)”.
Penjelas dan hadits di atas adalah yang dimaksud ilmu dalam hati adalah ilmu yang diamalkan tanpa banyak bicara dan pemiliknya mengamalkannya dengan tulus ikhlas bukan karena pamer atau riya, melainkan hanya karena Allah semata. Sedangkan ilmu yang hanya dilisan saja, akan menjadi bumerang bagi pemiliiknya karena ia tidak mengamalkannya seperti apa yang diancam dalam firmannya.
••
Artinya : Amat besar kebencian disisi allah, bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.( Ash-Shaff:3)

Sehubungan dengan hal ini salah seorang penyihir telah mengatakan apakah kamu melarang (orang lain untuk ) melakukan suatu perbuatan sedangkan kam usendiri masih mengerjakannya. Hal itu merupakan sikap tercela yang paling besar.
Begitu juga Allah sangat membenci orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya (seperti ayat yang tertera di atas). Orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya akan dimasukkan ke dalam neraka, sikap dan perbuatanya itu termasuk dosa besar.
Mengapa dikatakan demikian, karena ilmu merupakan kunci dari segala sesuatu. Barang siapa yang menghendaki pahala akhirat maka ia harus berilmu begitu pula dengan yang lainnya. Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya ditolak dan diterima karena syarat utama bagi diterimanya suatu amal ialah ilmu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa tidurnya orang yang alim lebih baik daripada ibadahnya orang yang bodoh (tidak alim).



BAB III
PENUTUP


 Kesimpulan
Berperang membela agama Allah hukumnya adalah fardhu kifayah. Menuntut ilmu untuk memperdalam masalah agama khususnya, wajib bagi umat islam.
Sebagai umat Islam dituntut untuk membaca dan menulis serta memiliki ilmu pengetahuan untuk meningkatkan derajat kita sebagai makhluk Allah. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim sejak lahir sampai masuk ke liang lahat.


DAFTAR PUSTAKA


- Muhammad Ahmad. Drs.H, Pelajaran Qur’an Hadits M. A. Kelas 3, Armico, Ciwastra – Bandung, Maret 2001.


Labels: Makalah

Thanks for reading KEWAJIAN MENUNTUT ILMU. Please share...!

0 Komentar untuk "KEWAJIAN MENUNTUT ILMU"

Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar

Back To Top