belajar dan berbagi

Makalah Tentang Belajar

Makalah Tentang Belajar

Belajar Tuntas
Murid Pandai dan Murid Bodoh
Tiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu sudah menerima, berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sama pandainya. Seperempat atau sepertiga akan termasuk golongan anak pandai, sepertiga sampai setengah termasuk golongan golongan sedang, dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.


Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak.
Hasil mengajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan, karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang diajarkan. Guru yang baik harus meninggalkan dan menanggalkan kurva normal sebagai ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar. Meninggalkan patokan itu akan membuka jalan baru untuk ke arah prestasi yang lebih tinggi yang mendorong guru untu mencari macam-macam usaha-usaha untuk membantu murid secara individual.
Murid-murid berbeda secara individual dalam caranya belajar. Perbedaan individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara tuntas.

Belajar Tuntas
Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepebuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh.
Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Murid yang sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di samping teguran, kejaman, dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya.
Menurut penelitian, bila semua anak-anak yang bermacam-macam bakatnya diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda menurut bakat mereka. Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang studi. Maka korelasi antara bakat dengan tingkat keberhasilan anak dalam pelajaran dapat melenyapkan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguasaan Penuh
1. Bakat untuk mempelajari sesuatu
Bakat, misalnya inteligensi, mempengaruhi prestasi belajar. Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah. Pendirian serupa ini membebaskan guru dari segala tanggung jawab atas prestasi yang rendah oleh sebab bakat itu dibawa lahir dan diturunkan dari nenek moyang, yang tak dapat diubah oleh guru.
John Carrol mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia mengandung bakat sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi apa pun hingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup di samping syarat-syarat lain. Da kemungkinan seorang murid menguasainya dalam beberapa tahun, namun tingkat penguasaannya dapat sama. Yang menjadi persoalan di sini adalah, apakah seseorang rela untyk mengorbankan waktu yang begitu banyak agar mencapai tingkat penguasaan tertentu.

2. Mutu Pengajaran
Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya masing-masing sekalipun ia berada dalam kelompok. Caranya belajar lain dari orang lain untuk menguasai bahan tertentu. Itu sebabnya setiap anak memerlukan bantuan individual. Tidak ada satu metode tersendiri yang sesuai bagi semua anak. Tiap anak memerlukan metode tersendiri yang sesuai baginya.

Usaha-Usaha Dalam Pengajaran Individual
Macam-Macam Cara
Macam-macam usaha yang telah dijalankan untuk memenuhi perbedaan individual dalam proses belajar mengajar, antara lain: belajar berprograma (programmed instruction), belajar dengan bantuan komputer (computer-assisted instruction and management), sistem perolehan informasi (information retrivel systems), dan bentuk pengajaran individual lainnya.
Sistem individual itu kebanyakan mempunyai ciri yang sama, yakni perhatian akan perbedaan individual di kalangan para pelajar dan usaha untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan itu, dengan (1) lebih mengutamakan proses belajar dari pada mengajar, (2) merumuskan tujuan yang jelas, (3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid, (4) menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi, dan (5) memberi kesempatan kepada murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing.

Pengajaran Berprograman
Ada dua macam PB yakni (1) program linier (Skinner) yang mengharuskan murid melalui semua langkah dari awal sampai akhir, (2) program bercabang (Crowder), yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk melampaui bagian-bagian yang telah dikuasainya dan membimbing mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk melakukan latihan tertentu.

Pengajaran Dengan Bantuan Komputer
- Menyimpan bahan pelajaran yang dapat dimanfaatkan kapan saja diperlukan.
- Memberi informasi tentang berbagai referensi dan sumber-sumber serta alat audio-visual yang tersedia.
- Memberi informasi tentang ruangan belajar, murid-murid dan tenaga pengajar.
- Memberi informasi tentang hasil belajar murid.
- Menyarankan kegiatan-kegiatan belajar yang diperlukan oleh seorang murid serta menilai kembali pekerjaan murid pada waktunya serta memberi tugas-tugas baru untuk dikerjakan selanjutnya.

Komputer untuk manajemen pengajaran
Komputer digunakan sekaligus oleh sejumlah besar pelajar, masing-masing dengan tugas tersendiri, maju menurut kecepatan masing-masing, pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik yang berbeda-beda.

Pendekatan audio-tutorial
Pendekatan ini juga berdasarkan belajar secara individual. Anak-anak dapat belajar menurut kecepatan masing-masing degan bahan pelajaran yang tidak uniform dengan yang lain dan memungkinkan perdalaman bagi individu menurut tujuan masing-masing.
Inti pendekatan ini adalah belajar sendiri oleh murid dalam booth, semacam bilik yang kecil (audio-tutorial booth atau self-instruction learning carrel), yang dilengkapi dengan audio-tape yang mengarahkan siswa kepada berbagai kegiatan-kegiatan belajar, alat audio-visual, mungkin juga eksperimen yang harus dilakukan. Melakukan berbagai percobaan, atau melihat film. Kamar belajar ini biasanya terbuka hampir sepanjang hari, sehingga dapat digunakan oleh siswa menurut waktu yang sesuai dengan jadwal masing-masing. Disamping alat dan bahan audio itu selalu sedia seorang tenaga pengajar untuk memberikan bantuan sebagai tutor.


Pengajaran Modul
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiri telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif, untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul.
Keuntungan-keuntungan pengajaran modul ini antara lain:
a. Memberikan feedback atau balikan yang segera dan terus-menerus. Balikan ini perlu bagi murid agar ia mengetahui beberapa banyak dan hingga mana ia telah menguasai bahan pelajaran, dan bagi guru untuk mengetahui hingga manakah sebenarnya efektivitas modul itu.
b. Dapat disesuaikan dengan kemampuan anak secara individual dengan memberikan keluwesan tentang kecepatan mempelajarinya, bentuk maupun bahan pelajara.
c. Memberikan secara khusus pelajaran ramedial untuk membantu anak dalam mengatasi kekurangannya. Berkat penilaian yang kontinu maka kekurangan-kekurangan segera dapat ditemukan. Yang diulangi hanya bagian-bagian yang belum di kuasainya dan tidak perlu seluruh pelajaran itu, yang tentu akan banyak menghamburkan waktu dan tenaga murid, selain memupuk rasa kejengkelan pada murid itu.
d. Membuka kemungkinan untuk melakukan test formatif. Pelajaran yang tradisional, misalnya dalam bentuk buku pelajaran, memberikan bahan pelajaran yang banyak serta panjang, dan baru dinilai pada akhir pelajaran itu. Sering pula pertanyaan dan tugas-tugas serupa itu tidak dilaksanakan, sehingga tidak ada feedback untuk mengetahui kekurangan murid dan memperbaikinya sambil mengembangkan pengetahuan anak selanjutnya secara bertahap. Pengajaran modul memberikan bahan yang sedikit sekaligus dan langsung diberi penilaian.

Minicourses
Minicourses sebenarnya tak dapat dibedakan dari modul. Seperti modul, minicourses ini merupakan kesatuan bulat yang lengkap, yang disusun untuk dipelajari secara individual. Minicourses dapat disusun berbagai macam tujuan, seperti tentanga “Metode pelajaran berprograma,” “Bermain Peranan,” dan lain-lain untuk tiap bidang studi atau topik.

Sistem Kontrak
Dasar sistem ini ialah bahwa angka-angka merupakan motivasi utama bagi murid untuk belajar. Murid-murid biasanya hanya belajar bila menghadapi test, ulangan atau ujian.

Sistem Keller
Sistem Keller termasuk Personalized System of Instruction atau sistem pengajaran individual. Prinsip dasar bagi bentuk pengajaran ini ialah kita harus mengetahui persis:
1. Apa yang ingin kita ajarkan kepada murid.
2. Bilamana ia telah menguasainya.
3. Apa yang telah diketahui murid tentang bahan yang akan diberikan.
4. Apa yang masih harus dipelajari oleh murid.

Untuk itu harus ada
1. Alat yang menentukan bahan yang sesuai dengan taraf perkembangan murid.
2. Pre-test yang diberikan sebelum memulai suatu satuan pelajaran.
3. Post-test untuk mengetahui tingkat penguasaan murid.
4. Test berdasarkan kurikulum untuk mengukur kemajuan murid.

Menentukan taraf kemampuan permulaan siswa disangsikan bahwa tiap siswa memang mendapat tugas yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Hanya memberi kesempatan belajar sendiri menurut kecepatan masing-masing, akan tetapi itu pun harus dibatasi demi efektivitas metode ini.

Proses Belajar-Mengajar Menurut Pilihan Siswa
Pendekatan yang berbeda dengan apa yang telah dikemukakan di atas ialah penyediaan berbagai kemungkinan metode belajar seperti metode kuliah, diskusi, kelompok kecil, seminar, belajar sendiri, kuliah dan diskusi, atau kombinasi antara dua metode. Kepada murid-murid diberi kesempatan untuk memilih metode yang tradisional, ada yang modern, ada metode lain atau kombinasi dua metode, dan sebagainya.
Menurut hasil percobaan dengan memberikan pilihan kepada siswa atas metode yang paling serasi bagi mereka, ternyata:
1. Semangat belajar dalam tiap metode belajar tinggi, mungkin karena sendiri memilihnya dan karena pilihan itu memang sesuai dengan pribadi mereka.
2. Siswa yang belajar dalam kelompok kecil mencapai angka yang paling tinggi pada test berbentuk essay yang diberikan secara tiba-tiba tanpa diberitahukan lebih dahulu.
3. Evaluasi sendiri dan oleh teman lebih banyak terdapat dikalangan mereka yang belajar dalam kelompok kecil
4. Tidak terdapat perbedaan hasil test akhir murid-murid yang mengikuti metode belajar yang berbdeda-beda menurut pilihan masing-masing.
Jadi hasil belajar tidak ditentukan oleh metode belajar yang digunakan. Maka karena itu, mengatakan bahwa satu metode lebih baik daripada metode lainnya, sukar dipertahankan, bila tidak turut dipertimbangkan pribadi dan keinginan murid-murid sendiri. Metode apa pun mungkin baik, asal sesuai dengan pribadi dan keinginan murid.

Peranan Siswa
Menurut pengamatan, sering murid lebih mampu mengajar temannya sekelas daripada guru karena telah menyelami kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid lainnya. Guru dapat belajar dari murid tentang cara-cara mengatasi keslitan belajar.

Belajar Bebas
Psiko-terapi Sebagai Dasar Belajar
Carl R. Rogers seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara pendidik yang perlu mendapatkan perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Namun Carl R. Rogers tak dapat menerima manusia itu sebagai hasil conditioning semata-mata. Sekalipun seorang dipenjarakan atau hidup dalam negara yang diktatorial, namun manusia masih mempunyai suatu kebebasan, yaitu kebebasan batin.

Teori Rogers Dalam Pendidikan
Teori Rogers ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh, manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.

Syarat-Syarat Untuk Belajar Bebas
Belajar bebas berbeda sama sekali dengan belajar yang “terikat” oleh peraturan dan pengawasan yang ketat. Belajar yang “terikat” jauh lebih mudah dilaksanakan dan dapat dilakukan oleh setiap guru karena banyak sedikit dapat dijalankan secara maksimal.
a. Adanya Masalah
Syarat pertama ialah adanya suatu masalah yang menarik dan bermakna bagi murid.

b. Kepercayaan Akan Kesanggupan Manusia
Syarat ini mengenai diri guru, karena cara belajar ini hanya mungkin berdasarkan keyakinan penuh dari pihak guru akan kemampuan murid untuk berbuat yang baik, untuk belajar sendiri, untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.


c. Keterbukaan Guru
Dengan ini dimaksid bahwa guru itu jangan berkedok dan menutupi kepribadiannya yang sesungguhnya.

d. Menghadapi Murid
Guru harus menerima murid menurut pribadi masing-masing, dab dapat menghargai sifat-sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik.

Empathy (empati)
Seperti telah dikemukakan empathy adalah kemampuan untuk memandang sesuatu dari segi pandangan orang lain.

Menyediakan Sumber-Sumber
Guru dengan cara belajar berdasarkan kebebasan bukan lah guru yang menyampaikan pelajaran akan tetapi yang menyediakan sebanyak mungkin sumber-sumber yang dapat digunakan oleh murid-murid untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajarinya.

Larangan Bagi Guru
Tugas guru adalah menciptakan suasana dan fasilitas yang sebaik-baiknya agar belajar bebas ini dapat dilaksanakan.

Proses Belajar Bebas
Belajar bebas berarti belajar untuk menjadi bebas, manusia merdeka yang turut menentukan arah hidupnya serta pribadinya, bebas memilih dengan bertanggung jawab penuh atas pilihannya itu.
Proses mencapai kebebasan itu melalui fase-fase tertentu yakni:
a. Frustasi pada taraf permulaan
b. Inisiatif dan kerja individual
c. Keakraban pribadi
d. Perubahan individual
e. Pengaruh atas pengajar

Gaya Belajar
Penelitian tentang metode mengajar yang paling sesuai ternyata semuanya gagal, karena setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa:
1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.

Gaya Belajar
Untuk mempertinggi efektivitas proses belajar-mengajar perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yakni,
1. Gaya kognitif siswa
2. Gaya respons siswa terhadap stimulus
3. Model belajar.

Impulsif-Reflektif
Tipe orang yang impusif atau refleksif dapat diselidiki dengan test antara lain dengan memperlihatkan suatu gambar, misalnya bentuk geometris, disain rumah, mobil dan sebagainya.

Preseptif-Reseptif; Sistematis-Intuitif
Precept artinya aturan. Orang yang preseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyering informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan di antaranya.

Sistemtias-Intuitif
Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan.
Orang yan Intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi secara sistematis.

Model-Model Gaya Respons
1. Mahasiswa penurut
Mahasiswa ini termasuk mahasiswa yang “baik” karena mengikuti apa yang disuruh lakukan, patuh kepada aturan, tunduk kepada otoritas, menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan, memandang guru sebagai orang yang memberikan pujian dan penghargaan.

2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat bergantung kepada guru untuk membantu mereka dalam pelajaran.

3. Mahasiswa yang patah semangat
Mereka ini tidak puas dengan dirinya. Dalam dirinya berbaur rasa-harga diri dengan rasa-bersalah dan kemuraman.

4. Mahasiswa yang dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat inteligen mereka percaya akan dirinya, merasa dirinya aman.

5. Mahasiswa “pahlawan”
Mereka ini senantiasa terlibat dalam tiap “pemberontakan” dalam universitas.

6. Mahasiswa “penembak tersembunyi”
Seperti mahasiswa “pahlawan” mereka ini mempunyai jiwa pemberontak, akan tetapi perlawanan mereka ttidak diperlihatkannya dengan nyata.

7. Mahasiswa penarik perhatian
Mereka ini sangat berorientasi pada hubungan sosial.

8. Mahasiswa pendiam
Sebagian besar dari mahasiswa termasuk golongan ini. Mereka ini merasa dirinya tak mampu dan tak berkuasa.

Model Grasha – Riechmann
1. Mahasiswa berdikari
2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
3. Mahasiswa yang kooperatif
4. Mahasiswa yang suka bersaing, yang kompetatif
5. Mahasiswa yang suka berpartisipasi
6. Mahasiswa yang mengelakkan pelajaran

Model Stern
1. Authoritarians
2. Anti-authoritarians
3. Rationals


Impelementasi Gaya Belajar Sebagai Inovasi Pendidikan.
- Bagaimanakah gaya belajar dapat dimanfaatkan oleh siswa sendiri.
- Bagaimanakah guru dapat memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar.


Cognitive Style Mapping (CSM)
CSM ini dikembangkan oleh Joseph E. Hill, Michigan dan bertujuan untuk “memetakan” gaya kognitif atau gaya belajar seseorang dalam usaha untuk mengembangkan suatu educational science atau ilmu kependidikan, yang didasarkannya atas prinsip, bahwa pendidikan itu adalah suatu proses untuk mencari makna, bahwa manusia itu suatu makhluk sosial yang mempunyai kemampuan yang unik untuk menemukan makna dari lingkungan dan pengalaman pribadinya dengan menciptakan dan menggunakan lambang-lambang.

Model Kolb
Model ini juga didasarkan atas psikologi Jung. Menurut model ini belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap.
1. Individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit
2. Kemudian ia mengembangkan onservasinya dan memikirkan atau merefleksikannya.
3. Dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi
4. Implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikannya sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.

Manfaat Gaya-Belajar Murid Bagi Guru
Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya-mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga murid-murid semuanya dapat memperoleh cara yang efektif baginya.


Penggunaan Gaya Belajar Oleh Keseluruhan Lembaga
Memanfaatkan gaya belajar siswa bagi seluruh lembaga pendidikan sekolah atau universitas, jauh lebih sukar dan kompleks dari pada pelaksanaannya oleh seorang guru dalam kelasnya dalam bidang studi yang diajarkannya.

Berbagai Masalah Yang Dihadapi
- Bagaimana mengadakan perencanaan mengenai proses pembaharuan itu dan yang bertalian dengan itu antara lain.
- Menyusun program, tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa, penilaiannya, dan sebagainya.
- Bentuk-bentuk belajar-mengajar seperti perkuliahan, kegiatan kelompok, pelajaran individual menurut kecepatan masing-masing dengan penilaian sendiri oleh para siswa dengan menyediakan hardware serta soft warenya.
- Mengatur tempat belajar untuk kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, untuk belajar individual, seminar, dan testing.
- Mereorganisasi jadwal waktu, menentukan waktu untuk tiap program/dengan tingkat keberhasilan tertentu, mengubah sistem semester untuk menyesuaikannya dengan kecepatan belajar individual.
- Mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis yang membimbing siswa dalam cara belajar yang efektif menurut gaya belajar masing-masing, menyusun silabus dan pertunjukan belajar.
- Menentukan sistem insentif untuk mereka yang memberi waktu dan tenaga khusus bagi pembaharuan, karena biasanya kebanyakan staf pengajar tidak berminat dan tidak turut aktif dalam pembaharuan.
- Menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif yang serasi bagi pembaharuan.
- Memperbaharui management untuk mempelancar pembaharuan, melatih staf pengajar dan administrasi.
- Koordinasi program mengenai bidang akademis, pembaharuan, melatih staf pengajar, administrasi, fasilitas dan lain-lain.
- Mengatur sistem komunikasi antara berbagai unit, antara kepala lembaga dengan administrasi, staf para siswa, tenaga pengajar dengan para siswa, unit fasilitas dengan staf pengajar, dan sebagainya.

Sikap Guru
Sikap Otoriter

Bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya.
Macam-macam cara akan digunakan oleh guru untuk mengharuskan anak itu belajar, di sekolah maupun di rumah. Dengan hukuman dan ancaman anak itu dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Tak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.

Sikap “permissive”
Sebagai reaksi terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan anak sebagai manusia antara lain atas pengaruh “progressive education” dan aliran psikologi seperti psikoanalisis, yakni yang menginginkan sikap yang “permissive” terhadap anak. Sikap ini membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran hendaknya menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di latar belakang untuk memberi bantuan bila diperlukan. Yang diutamakan adalah perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


Sikap Rill
Baik sikap otoriter maupun sikap “permissive” mendapat kecaman. Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri.
Sikap “permissive” yang dicap sebagai sikap “lunak” terlampau “permissive” akan tetapi harus realitis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Dalam kehidupan yang riil manusia lebih banyak menghadapi tugas yang berat, membosankan dan menimbulkan konflik dan frustasi daripada kegiatan bebas yang menyenangkan, dengan tuntutan atau keinginan orang lain, dengan adat kebiasaan serta norma-norma dunia sekitarnya.

Pribadi Guru
Pekerjaan guru terutama dalam menghadapi anak-anak banyak menimbulkan ketegangan dan frustasi. Ada pula kemungkinan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tertentu memilih jabatan sebagai guru.
a. Anak atau bahan pelajaran
Beberapa syarat tentang guru
Tujuan yang ingin kita capai adalah agar anak-anak lulus dalam ujian dan kelak mendapat tempat di perguruan tinggi yang baik. Perkembangan pribadi anak, misalnya dalam bidang sosial, emosional dan moral kurang mendapat perhatian dibandingkan dnegan perkembangan intelektual. Bahan p[elajaran (perkembangan intelektual) dan anak (perkembangan anak sebagai pribadi yang nulat). Merupakan makhluk hidup yang dapat bereaksi positif maupun negatif terhadap perangsang-perangsang yang diterimanya. Agar pelajaran berhasil baik tiap anak harus mendapat perhatian dan bantuan. Guru tidak cukup hanya menguasai bahan pelajaran akan tetapi harus pula mampu melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil yang diharapkan.


b. Guru sebagai model
Guru-guru yang membiarkan anak-anak melakukan apa yang mereka inginkan tidak memberi bimbingan dan juga tidak mengajar mereka. Diduga bahwa anak-anak justru mengalami gangguan mental karena tidak mempunyai pegangan yang tegas dalam hidupnya akibat kebebasan yang berlebihan pada masa kecilnya. Mereka tidak diberikan norma-norma yang menjadi ukuran bagi kelakuan mereka.

c. Keselitan dalam belajar
Tak ada salahnya bila pelajaran dapat dilakukan dalam suasana gembira, namun ini tidak berarti bahwa anak-anak harus dijauhi dari kesukaran. Setiap pelajaran mengandung unsur kesukaran. Mungkin makin berharga pelajaran itu, makin banyak kesulitan yang harus dilalui untuk menguasainya. Ini tidak berarti bahwa pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Akan tetapi kesulitan tidak dapat dielakkan untuk mempelajari banyak hal. Dalam hidupnya kini dan kelak setiap anak menghadapi kesukaran dan ia harus belajar untuk mengatasi sehingga kelakuannya berubah dan lebih mampu untuk menghadapi kesukaran-kesukaran baru.

Beberapa Pendapat Tentang Metode Kuliah
Bagaimana pendapat pengajar?
Karena mereka anggap bahwa kebanyakan mahasiswa belum cukup matang untuk belajar sendiri. Metode kuliah cara yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Kuliah merupakan cara yang sangat baik untuk mang-introduksi topik yang baru atau mengungkapkan seluk-beluk masalah yang pelik yang tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri. Dirasakan pula bahwa kuliah cara yang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan buku tertentu atau melengkapi kemajuan-kemajuan ilmu yang belum tercantum dalam buku-buku karena segera ketinggalan zaman. Dengan kuliah para pengajar menganggap dapat meliputi keseluruhan silabus dalam garis besarnya dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Dalam kuliah para pengajar dapat memberi respons terhadap pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dilakukan oleh alat audio-visual yang sbaik-baiknya. Dalam kuliah dapat diperlihatkan bagaimana mengorganisasi atau menyusun suatu topik, bagaimana membentuk suatu argumentasi, atau diagram. Melalui kuliah dapat mereka sampaikan rasa entusiasme dan bangkitkan minat untuk bahan pelajaran, dapat mengadakan diskusi tentang perkembangan-perkembangan baru dalam ilmu itu dan menunjukkan topik-topik untuk dipelajari selanjutnya.

Bagaimana pendapat mahasiswa?
Pertama kuliah sebagai metode yang paling bermanfaat, kemudian demonstarasi, ketiga seminar dan paling akhir praktikum. Harus jelas mempunyai rangkuman yang teratur, direncanakan secara logis, menekankan prinsip-prinsip yang pokok, jangan sering menyimpang dari pokok pembicaraan, jangan terlampau banyak merupakan informasi yang telah tercantum dalam buku pelajaran.

Fungsi Kuliah
Fungsi kuliah ialah meng-introduksi mata pelajaran yang baru dan menunjukkan hubungannya dengan bidang studi lainnya, memberi keterangan tentang perkembangan baru dalam ilmu itu, yang belum dimuat dalam buku pelajaran, dan membuka kesempatan untuk mengemukakan masalah-masalah serta cara-cara untuk mencari pemecahannya. Untuk menyampaikan informasi, memberikan kerangka mata kuliah, menunjukkan metode pendekatan dalam mempelajarinya, menunjukkan buku-buku yang dapat digunakan sebagai referensi, memberi dorongan untuk belajar sendiri. Untuk mendorong mahasiswa semata-mata hanya mempelajari catatan perkuliahan sebagai bahan untuk ujian.

Apakah hasil perkuliahan
Dengan test yang meliputi kedelapan tingkat kognitif menurut Bloom dicoba menilai hasil suatu perkuliahan dalam psikologi. Penelitian ini memberi kesan seakan-akan kuliah lebih efektif untuk menyampaikan informasi dan tidak banyak memberi kesempatan utnuk mengembangkan pemikiran, setidak-tidaknya dengan cara penyampaian kuliah dalam percobaan itu.

Apakah kuliah harus dihadiri?
Ternyata bahwa mereka yang sering tidak hadir dalam perkuliahan menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada mereka yang setia menghadiri semua perkuliahan pada test dan ujian. Bila bahan perkuliahan tidak dapat diperoleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri, maka pada umumnya lebih baik untuk mengharuskan mereka untuk menghadirinya.

Cara penyampaian
Kecepatan antara lain ditentukan oleh taraf kesulitan matakuliah dan bahan yang disampaikan. Sebaiknya kecepatan disesuaikan dengan taraf kesulitan itu. Pemahaman pokok-pokok yang penting dalam kuliah dihalangi pula oleh keharusan membuat catatan, seperti telah dikemukakan lebih dahulu. Yang tidak baik, karena kurang cermat dipersiapkan, kurang sistematis dalam organisasinya, kurang jelas uraiannya, kurang jelas kedengaran bagi seluruh mahasiswa, sedangkan pengajar itu seakan-akan bicara kepada papan tulis atau kepada kertas catatannya. Ada pula yang mengeluh karena kuliah itu terlampau cepat diberikan sehingga tak dapat diikuti, etrmasuk hal-hal yang pelik sekali yang hanya dapat dipahami oleh mahasiswa yang paling inteligen saja. Pengajaran itu haruis menguasai betul bahan yang diberikannya, harus sanggup mengemukakannya dengan jelas, mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, memberikan kerangka yang jelas dan bersedia untuk memberi respons kepada pernyataan mereka.
Kepribadian mahasiswa tampaknya juga berpengaruh terhadap keberhasilan metode kuliah. Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan bahan dengan jelas dan logis.
2. Memungkinkan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip pokoknya.
3. Dapat didengar dengan jelas oleh semua.
4. Dapat membuat agar bahannya mengandung makna secara intelektual.
5. Dapat menyelesaikan seluruh bakan untuk kuliahnya.
6. Memelihara kontinuitas perkuliahannya.
7. Konstruktif dan bersifat membantu dalam kritiknya.
8. Memperlihatkan keahliannya dalam bidangnya.
9. Menjaga kecepatan yang serasi selama perkuliahannya.
10. Memasukkan dalam perkuliahannya hal-hal yang tidak dimuat dalam buku pelajaran.

Pertumbuhan dan Belajar
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak raga, masyarakat, dari yang sederhana dampai yang modern dan kompleks. Hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Diantaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan. Pertumbuhan ini tak seberapa dapat dipengaruhi. Akan tetapi ia banyak berubah berkat belajar sebagai akibat pengaruh lingkungannya terhadap mana ia senantiasa berinteraksi.
Setiap manusia akan belajar, namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuannya, atau mengubah kelakuannya. Manusia berpikir lebih dahulu tentang akibat apa yang akan dilakukannya dan menyampingkan alternatif yang tidak akan memberi hasil. Cara belajar memecahkan masalah yang digunakan oleh binatang tidak begitu saja dapat diterapkan pada manusia.

Apakah yang diingat?
Mengenal (recogbitiob), yang kedua mengingat kembali informasi verbal, atau “recall of verbal information” dan yang ketiga yang mengenai keterampilan intelektual disebut :reinstatement” atau merumuskan kembali atau menggunakannya dalam situasi yang baru.


Belajar Berdasarkan Stimulus-Respons
Yang menjadi stimulus ialah sebenarnya suatu kumpulan stimuli yang terdiri atas penglihatan, perasaan dari otot-otot tangan dan lengan anak yang dihubungkan dengan respons untuk memegang botol itu dalam posisi yang tepat, sehingga ia dapat mengisap minuman itu.

Belajar Berdasarkan Rangkaian Motorik dan Verbal
Cara pertama ialah mulai mengajarkan langkah terakhir, kemudian setiap langkah sebelumnya diikuti oleh langkah berikutnya. Cara kedua ialah mulai dengan langkah pertama dan seterusnya langkah-langkah berikutnya sampai langkah terakhir. Cara mana yang lebih efisien belum cukup bahan untuk membuktikannya.

Kesiapan Untuk Belajar
Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri. Tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses belajar tidak akan terjadi. Pra-kondisi belajar ini terdiri atas: perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan.

Perhatian
Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Namun lebih penting ialah memupuk “attentional set” sikap memperhatikan pada anak, sehingga perhatian juga diatur secara intern oleh anak itu, sehingga anak itu dapat memberi perhatiannya, walaupun ada hal-hal lain yang menarik perhatiannya.
Untuk memupuk perhatian pada anak-anak kecil ada yang menganjurkan digunakan reinforcement berupakan misalnya gula-gula, kemudian dapat diberikan ganjaran simbolis seperti pujian, angka yang baik.

Motivasi Belajar
Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan perkembangannya dan menjadi suatu “daya” dalam mengarahkan kelakuan seseorang. Adapun beberapa tokoh yang meneliti soal motivasi belajar ini. Hewitt (1968) mengemukakan bahwa “attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan motivasi yakni yang bersifat sosial, artinya anak itu suka bekerja sama dengan anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapkan penghargaan dari teman-temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga-dirinya di kalangan kawan sekelasnya.
Ausubel (1968) berpendapat bahwa motivasi yang dikaitakan dengan motivasi sosial tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang bertalian dengan penguasaan tugas dan keberhasilan.
Ausubel selanjutnya mengatakan adanya hubungan antara motivasi dan belajar. Motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk belajar.
Menurut Skinner (1968) maslaah motivasi bukan soal memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga memberikan reinforcement.

Sistem Tutor
Dalam sistem ini siswa harus lebih dahulu mengadakan bacaan atau belajar sendiri. Kemudian tutor mengajukan pertanyaan berdasarkan bacaan itu, dan dengan demikian membimbing jalan pikiran siswa. Jadi di sini tutor itu bertindak sebagai menager belajar dengan mengarahkan jalan pikiran siswa, dan menugaskan siswa untuk mengadakan bacaan selanjutnya, jadi tutor itu tidak memberi pelajaran.
Agar sistem tutor itu berhasil siswa harus sanggup belajar sendiri dengan penuh disiplin dan harus mampu untuk mengambil isi dan inti apa yang dibacanya dari buku.

Metode Kuliah
1. Memberikan motivasi dengan membangkitkan minat untuk suatu topik yang dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih luas
2. Memberitahukan kepada siswa tentang hasil belajar yang diharapkan dari mereka
3. Dapat berusaha untuk membimbing pelajar dalam pelajarannya.

Untuk mencari hipotensis-hipotensis. Tujuan diskusi bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Agar diskusi berjalan lancar, setiap murid harus mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang dipersoalkan. Diskusi yang berhasil memberikan kepuasan intelektual. Diskusi tidak dimasud sebagai cara untuk belajar sesuatu yang baru, akan tetapi untuk mentrasfer apa yang telah dipelajari.

Laboraturium
Merumuskan hipotensis, merumuskan defenisi operasional, mengontrol dan memanipulasi variabel-variabel, malakukan eksperimen, mencipatakan “model”, mentafsirkan data.

Makalah Tentang Belajar
Tahap-tahap Perkembangan Fisik, Psikis, Bahasa Anak

Tahap-tahap Perkembangan Fisik, Psikis, Bahasa Anak

1. Perkembangan Fisik Anak
a. Periode Prenatal Dan Tahun Pertama
Perkembangannya dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum) wanita terjadilah konsepsi.
Urutan perkembangannya dalam periode prenatal telah pasti dan tidak dapat diubah, kepala, mata, tubuh, tangan, kaki, alat-alat kelamin dan alat-alat berkembang dengan urutan yang tertentu dan juga kurang lebih pada usia prenatal yang sama pada semua fetus.



Triwulan I : Pertumbuhan organ-organ
Triwulan II : Pertumbuhan cepat mengenai panjangnya
Triwulan III : Pertumbuhan berat badan yang cepat dan pelengkap untuk dunia luar


Selama tahun pertama panjang badan bertambah 1/3 bagian dan
berat badan
menjadi tiga kali berat semula.
Proporsi badan
berubah dnegan cepat terutama pada bagian kedua pada tahun pertama, kaki tumbuh dengan sangat cepat mulai 8 minggu, lebih cepat dibanding pertumbuhan kepala. Kepala tumbuh relatif lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan badan sebagai keseluruhan. Meskipun begitu, besar tengkorak serta bentuk tengkorak berubah dengan jelas.
Pada waktu dilahirkan hanya sedikit anak yang sudah tumbuh giginya, juga ada anak yang baru pada usia 1 tahun tumbuh giginya, pada umumnya gigi pertama tumbuh ± 7 bulan dan pada usia 12 bulan sudah tumbuh 6 buah gigi.
Pengerasan tulang-tulang mulai dalam periode prenatal dan berlangsung terus sampai masa remaja.
Urat daging pada bayi yang baru dilahirkan belum berkembang. Urat daging tumbuh dalam panjang, lebar dan besarnya. Urat daging kepala dan tengkuk berkembang lebih cepat dari pada urat daging pada anggota-anggota badan.

b. Usia Satu Sampai Dengan Empat Tahun
Anggota-anggota badan tumbuh dengan kecepatan berbeda-beda. Perlu dilihat pula bahwa tiap anak mempunyai tempo perkembangan sendiri, meskipun ada norma-norma yang dapat dipakai sebagai ukuran perkembangan normal. Umur kerangka (skelet) dapat dilihat dari pergeseran tulang pada tangan anak. Seorang anak dapat mempunyai umur kerangka empat tahun sedangkan umur kronologisnya adalah enam tahun.
Proporsi badan dan jaringan urat daging dapat dikatakan tetap sampai kurang lebih tahun kelima, sekitar tahun kelima mulailah apa yang disebut “Gestaltwandel” pertama hal ini berarti bahwa anak yang sampai sekarang mempunyai kepala yang relatif besar dan anggota badan yang pendek akan mulai mempunyai proporsi badan yang seimbang anggota-anggota badannya menjadi lebih panjang, perutnya mengecil dan kepalanya dibanding dengan bagian-bagian badan yang lain mendapat proporsi yang normal. Semula jaringan-jaringan tulang dan urat daging lebih berkembang, menjadi lebih berat, jaringan lemak bertambah lebih lambat. Selama tahun kelima nampak perkembangan jaringan urat daging secara cepat (Gestaltwandel kedua mulai sekitar umur 10 tahun, yaitu pada waktu mulainya pubertas atau pada waktu mulainya perkembangan seksualitas) (lihat Zeller, 1936).

c. Anak Pra-Sekolah dan Anak Sekolah
Sampai dengan Getaltwandel pertama (Zeller, 1952 Hetzer 1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya dari pada badan bagian bawah, anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.
Bila anak sudah mencapai bentuk anak sekolah maka ia akan lebih menyerupai bentuk orang dewasa dari pada misalnya anak umur 2 tahun, bertambah berat badan sebagian urat daging dalam keseluruhan maka keadaan jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat.
Sesudah 6 tahun pertumbuhan badan menjadi agak lambat, dari pada waktu-waktu sebelumnya sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun sampai dilihat bahwa anak laki-laki agak lebioh besar sedikit daripada wanita.
Berat badan anak bertambah lebih banyak daripada panjang sekitar 6 tahun, kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar dalam hal ini hampir tidak ada perbedaan-perbedaan karena jenis seks.

d. Masa Remaja I
Batasan usia masa remaja adalah masa diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir masa pubertas meliputi masa remaja awal dan berisi perubahan fisik seperti percepatan pertumbuhan dan timbulnya seksualitas.
Kecepatan pertumbuhan diantara organ-organ tidaklah sama, susunan syaraf tumbuh selama empat tahun pertama tetapi hampir tidak bertambah lagi sesudah tahun ketujuh.
Disamping pertumbuhan panjang badan terjadi pertumbuhan berat badan yang kurang lebih berjalan paralel dengan tambahannya panjang badan, karena pertambahan berat badan yang terbanyak pada pertumbuhan bagian kerangka yang relatif merupakan bagian badan yang terberat. Disini ada perbedaan yang jelas diantara kedua jenis sekse: Pada anak laki-laki pertambahan berat badan terutama disebabkan oleh makin bertambahnya jaringan pengikat dibawah kulit (lemak) terutama pada paha, pantat, lengan atas dan dada. Pertambahan jaringan lemak pada bagian-bagain tersebut membuat bentuk badan anak wanita mendapatkan bentuk yang khas wanita dan laki-laki mendapat bentuk khas laki-laki.
Pada anak laki-laki perubahan suara ke arah kedewasaan, pada wanita hal tadi adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris, pada wanita permulaan haid dipakai tanda permulaan pubertas, pada laki-laki penis, tes-tes dan skrotum, yang lebar pada wanita, pertumbuhan rambut pada wanita terbatas kepala ketiak dan alat kemaluan sedangkan laki-laki kumis, janggut, rambut pada kaki, lengan dada.


e. Masa Remaja II
Di indonesia batas kedewasaan adalah 21 tahun, pada perkembangan fisiknya sudah matang baik dalam perubahan tubuh maupun mentalnya, seksualitas, dll.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Psikis Anak......................>>>>>

Makalah Lengkapsilahkan download
ATahap-tahap Perkembangan Fisik, Psikis, Bahasa Anak

Tahap-tahap Perkembangan Fisik, Psikis, Bahasa Anak

Cerita Aneh

Cerita Aneh

Pada sebuah desa ada sebuah keluarga yang pekerjaan sehari-hari-harinya sebagai petani, sebut saja namanya XYZ. Kehidupannya cukup mapan, rumahnya bagus (ya bagusnya bila diukur dengan rumah-rumah lainnya di kampung itu) dan hidup bercukupan.


Aktivitas keseharian masyarakat di desa itu selain berkebun disertai juga dengan menaman padi. Pada suatu hari pak XYZ pergi kesawah untuk menanam padi. Sebelum menanam padi pak XYZ harus membersihkan rumput pada lahannya dan mempersiapkan segala sesuatunya kemudian ia menanamnya. Dengan usaha semaksimal mungkin pak XYZ merawat tamanannya, menjaganya dari serangan hama agar dapat mendapatkan panen dengan banyak. Singkat cerita, beberapa bulan kemudian datanglah musim panen. Dan Alhamdulillah pak XYZ mendapatkan hasil panen padi sebanyak 600 kaleng. Sebagai seorang muslim Pak XYZ berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari padi yang dipanen. (Dalam syari’at islam zakat hasil pertanian jumlahnya adalah 10%.). Jadi, Zakat pak XYZ 600 x 10% = 60.
Dari hasil padi 600 kaleng berarti Pak XYZ harus menyisihkan 60 kaleng untuk di berikan kepada yang berhak menerimanya. Pak XYZ beserta isterinya ingin segera menyelesaikan kewajiban ini, lalu mereka menakarnya dan memisahkannya pada sebuah tempat. Setelah ditakar, terlihatlah berapa banyak yang harus mereka keluarkan, lalu dibenaknya terfikir: “Ooh alangkah banyaknya padi yang harus aku keluarkan”. Istrinya lalu menangis tersedu-sedu karena merasa keberatan harus mengeluarkan zakat sebanyak itu berarti jumlah padi yang mereka miliki tinggal 540 kaleng, mungkin dia ingat jerih payahnya untuk mendapatkan sebanyak 600 kaleng.
Namun, sebagai umat islam merekapun harus tetap mengeluarkan sejumlah tersebut, karena ini adalah kewajiban seorang muslim.
Dengan perasaan haru disalurkanlah 60 kaleng tersebut, dan setelah selesai menyalurkannya sampai dirumah mereka takar kembali padi yang sudah dikurangi untuk dikeluarkan zakatnya. Setelah selesai menakarnya, mereka menangis kembali melihat jumlah padi miliknya karena total panen padi adalah 600 kaleng dan telah dikeluarkan zakatnya 60 kaleng, seharusnya padi mereka berjumlah 540 kaleng. Suhanallah.... padi mereka masih tetap 600 kaleng. Itulah sebabnya mereka menangis. Allah telah membuktikan kepada mereka.
Lalu mereka langsung pergi ketempat Kyai, dan menceritakan hal ini kepada pak Kyai : “Pak Yai, bener kata pak yai zakat yang kita keluarkan itu tidak mengurangi harta yang kita miliki. Tadi kami sudah menakarnya kembali setelah padi kami keluarkan zakatnya, ternyata masih tetap 600 kaleng”
Pak Kyai berkata: “Itu berarti Allah telah membuktikan langsung kepada kita, tetapi tidak selalu terbukti langsung seperti itu, bisa saja Allah menggantinya dengan yang lain.”

Setelah kejadian ini Pak XYZ semakin rajin menjalankan ibadah terutama shalat dan zakat.
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipat gandakan .” At-Taubah : 60
Makalah Pendidikan

Makalah Pendidikan

Makalah Pendidikan

Proses balajar mengajar menurut Jekome S. Brun
Pendahuluan
Sebagai hasil konperensi itu lahirlah berbagai pelajaran yang sangat terkenal, yakni yang dihasilkan oleh PSSE (Physical Science Study Committe), S. M. S. B (School Mathematics Study Group) B. S. C. S (Biologi Science Curriculum Study) dan lain-lain.
Dengan tidak mengurangi pendidikan anak sebagai keseluruhan moral sosial, maupun emosional, konprensi ini mengutamakan aspek intelektual.


Ada empat pokok utama yang di bahas dalam konperensi,yakni:
1. Peranan “struktur” dalam cara dan untuk mengutamakannya dalam belajar struktur itu sendiri dari konsep-konsep pokok. Bila struktur itu dikuasai, maka hal-hal lain yang berhubungan dengan itu dapat dipahami maknanya.
2. Kesiapan untuk mempelajari sesuatu.
Kesiapan ini ternyata jauh lebih cepat dari pada di duga yang sebelumnya. Bahkan dianggap bahwa dasar-dasar suatu mata pelajaran dapat diajarkan kepada setiap anak pada setiap usia dalam suatu bentuk tertentu. Pada taraf permulaan pelajaran di berikan pada tingkat yang sederhana yang secara berangsur-angsur dapat ditingkatkan kepada yang lebih baik.
3. Hakekat instuisi dalam proses belajar
Instuisi adalah kemampuan mental untuk menentukan hipotesis pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis. Instuisi memegang peranan penting dalam berpikir produktif, bukan hanya dalam disiplin akademis, melainkan juga dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan sehari-hari.
4. Dorongan atau motivasi belajar dan cara untuk membangkitkannya
Minat serupa ini jauh lebih baik dari pada dorongan yang timbul karena tinjauan tujuan yang ekstrinsik seperti mencapai angka yang baik, saingan dengan murid lain, dan sebagainya. Namun ada dua pendapat, yang manakah yang harus diutamakan, guru atau alat pelajaran. Bila guru diberi peranan utama jadi guru sebagai orang yang menentukan cara belajar, alat yang digunakan, maka guru perlu mendapat pendidikan yang mendalam tentang bahan ang diajarkannya serta metode belajar.

Pentingnya Struktur
Tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu kemudian berguna dimasa mendatang, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini di kenal sebagai transfer belajar. Transfer yang lain ialah yang tidak spesifik, yakni transet prinsip-prinsip dan sikap umum atau konsep umum yang merupakan dasar untuk mengenal masalah-masalah lain sebagai adalah khusus dalam rangka prinsip umum yang telah dikuasai.

Kesiapan untuk belajar
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Broner ialah bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarkan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada anak yatim setiap tingkat perkembangannya.


Perkemabangan intelektual anak
Menurut
penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam tiga taraf:
1. Fase pra-Operasional, sampai usia 5-6 tahun, maka para sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf inilah belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar.
2. Fase oprasi konkrit, dengan oprasi dimaksud usaha untuk memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa sehingga dapat disusun atau di organisasi dan digunakan secara selectif dalam pemecahan-pemecahan masalah.
3. Fase oprasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroprasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya atau apa yang telah dialaminya sebelumnya.

Implikasi bagi pengajaran
Yang penting sekali untuk dipertimbangkan dalam pengajaran konsep-konsep pokok ialah membantu anak itu secara berangsur-angsur dari berpikir konkrit kearah berpikir secara konsepsional. Dengan metode yang sesuai dengan perkembangan intelektual anak, kepadanya dapat diajarkan konsep-konsep seperti “Set Theory” atau teori set falam matematika. “fungsi” prinsip bahwa keseluruhan.

Proses belajar
Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat di bedakan tiga fase atau episode, yakni (1) Informasi, (2) transportasi, (3) evaluasi.
Informasi dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperluas dan memperdayakannya ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Transformasi, informasi itu harus dianalisis, di ubah atau di transformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat di manfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Kurikulum “Spiral”
Kurikulum dapat di pusatkan pada masalah-masalah penting, pada prinsip-prinsip, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Ide-ide pokok, prinsip-prinsip dasar dapat di berikan pada usia muda yang dapat di kembangkan dan diperdalam pada tingkat usia yang lebih tinggi. Kurikulum yang membicarakan pokok-pokok yang sama pada tingkat yang lebih tinggi dengan cara yang lebih matang dan abstrak, disebut kurikulum “Spiral” sesuai dengan taraf dan perkembangan akhlak.

Berfikir intuitif dan berfikir analitis
Di samping bahwa seorang berfikir intuitif, bila ia dengan cepat dapat mengemukakan tekanan-tekanan yang baik dan tepat. Menurut kamus Websterm instuisi berarti pemahaman yang segera. Benar tidaknya instuisi itu masih terus di selidiki dengan cara analisis

Pentingnya Struktur
- Apakah tidak mungkin berfikir intuitif atas pengaruh guru?
- Faktor guru. Apakah murid-murid akan turut berfikir intuitif, bila gurunya melakukan demikian?
- Penguasaan bahan. Orang yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berfikir intuitif bila di bandingkannya dengan orang yang tidak menguasainya.
- Struktur penguasaan. Memahami seluk-beluk atau struktur suatu bidang ilmu memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berfikir intuitif.
- Prosedur heuristik, yaitu menemukan jawaban dengan cara yang tidak ketat.
- Menerka. Haruslah murid-murid dianjurkan untuk menerka? Memang ada situasi di mana tekanan tidak sesuai.

Kepercayaan akan diri sendiri
Suasana kultural tidak selalu mendukung aspek-aspek intelektual. Dalam masyarakat yang pragmatis, yang lebih mementingkan hasil-hasil teknologi studi akademis teoritis kurang mendapat penghargaan dan tidak memberi motivasi untuk mempelajarinya.

Alat-alat mengajar
Jermos Bruner membagi alat instruktional dalam 4 macam menurut fungsinya:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “Vicarous”, yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah.
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala.
3. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup.
4. Alat autematisasi, seperti “Teaching machine” atau pelajaran berpromaguma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau feed back tentang responds murid.

Namun alat pendidikan yang paling utama ialah guru itu sendiri. Apakah peranan guru itu?
1. Mengkomunikasikan pengetahuan. Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang diajarkannya.
2. Guru sebagai model. Jika guru sendiri tidak melihat keindahan dan manfaat pelajaran yang diajarkannya, jangan diharapkannya bahwa anak-anak akan menunjukkan antusiasme untuk mata pelajaran itu.
3. Selain itu juga guru menjadi model sebagai pribadi apakah ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai mata pelajarannya atau yang mematikan idealisme dan picik dalam pandangannya.

II. RESOUCE-BASED LEARNING

Dengan “Resource-Based Learning” dimaksud segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkatian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional di mana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid.

Latar belakang
1. Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia
2. Perubahan dalam masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntutannya.
3. Perubahan tentang pengertian kita tentang anak dan caranya belajar
4. Perubahan dalam media komunikasi
Guru dan ahli perpustakaan harus saling mengenal keahlian dan kemampuan masing-masing. Di samping itu diperlukan pula “media specialis”, yakni ahi dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada buku-buku saja.

Perubahan dalam pengetahuan manusia
Pengetahuan manusia akhir-akhir ini berkembang dengan cepat sekali sehingga dijuluki pengetahuan eksplosi pengetahuan. Tugas guru yang utama bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian, membimbing mereka untuk belajar sendiri. Kemampuan untuk menemukan sendiri dan belajar sendiri dianggap dapat di pelajari.

Pemahaman baru tentang belajar
Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan indovidual itu adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber atau “Resuorce-Based Learning”. Cara belajar serupa ini memberi kebebabasan kepada anak untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Perubahan dalam media komunikasi
Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan dikomputerkan. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap tujuan pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sentesisi yang tajam tentang proses belajar-mengajar, serta evaluasi yang empiris.
Teknologi pendidikan adalah pendekatan “Problem solving” tentang pendidikan. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan Resource-Based Learning atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio visual, dan sumber lainnya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadministrasinya.

Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber
Yang diutamakan dalam BBS ini bukanlah bahan pelajaran yang harus di kuasai, melainkan penguasaan keterampilan tentang cara belajar. BBS lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar. BBS berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri-sendiri dalam hal belajar yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.

Pelaksanaannya
“Resource-Based Learning” adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metode ini dapat pula di dasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendidikan interdisipliner, pengajaran individul dan pengajaran aktif.

III. Belajar Tuntas (Mastery learning)

Murid pandai dan murid bodoh
Tiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dahulu sudah menerima, berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sesama pandainya. Seperempat atau sepertiga akan termasuk golongan anak pandai, seperti setengah termasuk anak sedang, dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.
Fungsiendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak-anak kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak.
Tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang di berikan angka tertinggi. Pemahaman harus penuh, bukan tiga perempat, setengah atau seperempat saja.
Hasil belajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan, karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang diajarkan. Guru yang baik harus meningalkan dan menanggalkan kurva normal sebagi ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar.

Belajar tuntas
Tujuan proses mengajar-belajar tuntas secara ideal agar bahan yang dipelajari di kuasi sepenuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery lerning” atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh.
Ide-ide tentang mastery laerning atau belajar tuntas telah di kemukakan oleh tokoh-tokoh seperti H. C. Morrison (1926), B. F. Skinner (1954), J. L Good lad dan R. H. Anderson (1959), Jhon Carrol (1963), Jermoe Bruner (1966), P. Suppes (1966) dan R. Giaster (1968).
Di Indonesia ide mastery lerning atau belajar tuntas dipopulerkan oleh BP3K (Badan Pengembangan dan Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan) yang dikaitkan dengan pembaharuan kurikulum (kurikulum 1975 PPSP atau proses perintis sekolah pembangun dan pengajaran modulnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh
1. Bakat untuk mempelajari sesuatu
Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah. Pendirian serupa ini memebebaskan guru dari segala tanggung jawab atas prestasi yang rendah oleh sebab bakat itu di bawa lahir dan diturunkan dari nenek moyang yang tak dapat di ubah oleh guru.
John Carrol mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia memandang bakat sebagai perbedaan waktu yang di perlukan untuk menguasai sesuatu.
2. Mutu pengajaran
Guru mencoba menyesuaikan pengajarannya dengan anak rata-rata yaitu kepada anak yang sedang. Ia tahu bahwa ia terpaksa menghambat kemajuan anak-anak yang cepat serta mengabaikan anak-anak yang lambat yang kian lama kian jauh ketinggalan.
Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan tetapi secara individual. Menurut cara-caranya masing-masing meskipun ia berada dalam kelompok. Caranya belajar lain dari orang lain untuk menguasai bagan tertentu.
3. Kesanggupan untuk memahami pengajaran
Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi banyak bergantung pada kemampuannya untuk memahami ucapan guru.
Untuk memperluas komunikasi dapat di jalankan berbagai usaha, antara lain:
- Belajar kelompok, belajar bersama, atau saling membantu dalam pelajaran
- Bantuan totur, yaitu orang yang dapat membantu murid secra individual.
- Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang berlainan tentang bidang studi yang sama.
- Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid menangkap dan mengolah buah pikiran pokk dari buku pelajaran.
- Pelajaran berprogram ini juga bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran dari langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru.
- Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikannya dalam bentuk konkrit.
4. Ketekunan
Ketekunan itu sendiri tak begitu perlu kita pupuk dengan sengaja. Yang perlu ialah memberi tugas yang dapat di kerjakannya dengan baik, sehingga ia mengalami rasa sukses.
5. Waktu yang tersedia untuk belajar
Makin banyak waktu yang digunakan untuk belajar, misalnya untk membuat pekerjaan rumah, makin tinggi angka murid itu.

Usaha mencapai penguasaan penuh
Bermacam-macam usaha yang dapat di jalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Cara yang peling efektif ialah adanya tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak.
Cara lain ialah menghapuskan batas-batas kelas seperti di lakukan pada apa yang di sebut “Non-Greaded Scholl”, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem Dalton oleh Miss Helen Parkhurst juga mempunyai kebebasan belajar sesuai dengan kecepatan tiap murid secara individual.

Prasyarat-prasyarat
Salah satu persayarat untuk penguasaan penuh atau tuntas ialah merumuskan secara khusus bahan yang harus di kuasai. Persayarat kedua ialah bahwea tujuan itu harus dituangkan dalam suatu alat eveluasi yang bersifat sumatif agar dapat di ketahui tingkat keberhasilan murid.
Motivasi instrinsik yaitu mendorong murid untuk mencapai standard penguasaan yang telah ditetapkan, yang diharapkan agar di capai oleh semua murid atau setidak-tidaknya oleh sebagian besar murid.

Prosedur tambahan
1. Text formatif mempercepat anak balajar dan membersihkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dalm waktu secukupnya.
2. Test formatif diberikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan yang diperlukan untuk memahami bahan yang baru.
3. Test formatif juga berguna untuk mereka yang telah memiliki bahan apersepsi yang di perlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya.
4. Bagi murid yang kurang menguasai bahan pelajaran test formatif merupakan alat untuk mengungkapkan di mana sebelumnya letak kesulitannya.
5. Test formatif sebaiknya jangan di sertai angka.
6. Test formatif juga memberikan umpan baik kepada guru, agar ia mengetahui di mana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari metode lain.

Hasilnya
Hasil yang dicapai dalam bidang kognitif ialah bahwa jumlah murid yang mendapat angka tertinggi atas dasar penguasaanyya yang tuntas mengenai bahan pelajaran tertentu. Selain itu ada lagi keuntungan yang dicapai dalam bidang efektif sukses atas pelaksanaan tugas memberi rasa percaya atas diri sendiri dan atas kemampuan diri sendiri.
Lebih lengkap silahkan download :

Makalah Pendidikan Proses balajar mengajar menurut Jekome S. Brun


Makalah Pendidikan
Kepribadian Sebagai Inti Pendidikan

Kepribadian Sebagai Inti Pendidikan

Kepribadian Sebagai Inti Pendidikan
A. Pengertian Kepribadian
Kata Pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang per orang atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak manusia perorangan. Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang/bangsa lain, sedangkan menurut tinjauan buku-buku psikologi kepribadian berasal dari kata personare (Yunani), yang berarti menyuarakan melalui alat. Di zaman Yunani kuno para pemain sandiwara bercakap-cakap atau berdialog menggunakan semacam penutup muka (topeng) yang dinamakan personal.

Adapun Mark A, M.Ag mengemukakan, bahwa kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang, atau sesuatu yang ada pada seseorang yang memungkinkannya untuk memberi pengaruh kepada orang lain. Dalam pengertian yang lebih rinci Wiliam Stern mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unit multi cimplex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus seseorang yang bebas menentukan sirinya. Menurut Konstamon menyatakan kepribadian adalah sebagian keyakinan, Konstamon mengaitkan kepribadian dengan faktor keberagaman seseorang.
Tentunya masih banyak lagi pendapat yang memuat defenisi tentang kepribadian. Walaupun setiap pendapat berbeda-beda dari yang lain. Menurut Taymond Bernard Cattell, kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dikerjakan seseorang dalam situasi tertentu. Kepribadian mencakup semua tingkah laku individu baik yang terbuka (lahiriah) maupun yang tersembunyi (bathiniah).


B. Kepribadian Muslim
Kepribadian muslim dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batiniyah. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum dan lain-lain. Sedangkan batin seperti sabar, tekun, disiplin, jujur, amanat, ikhlas dan lain-lain.
Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat. Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu, seseorang muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.
Kalaulah individu merupakan unsur terkecil dari suatu masyarakat, maka tentunya dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai umat akan sulit dipenuhi. Beranjak dari pernyataan tersebut, maka dalam upaya membentuk kepribadian muslim baik sebagai individu, maupun sebagai suatu ummah, adanya perbedaan tersebut bagaimanapun tak mungkin dapat dielakkan. Dalam kenyataannya memang dijumpai adanya unsur keberagaman (heterogenitas) dan homogenitas (kesamaan). Maka walaupun sebagai individu masing-masing kepribadian itu berbeda.

C. Proses Pembentukan
Dasar pembentukan kepribadian adalah Al-Qur’an dan hadist, sedangkan tujuan yang akan dicapai menjadi pengabdi Allah yang setia (Q.S 51:56), sebagai Tuhan yang wajib disembah. Sedangkan pengabdian dimaksud didasarkan atas tuntutan untuk menyembah kepada Tuhan yang satu: itulah dialah Tuhan kamu, tidak ada (yang berhak disembah) selain dia, pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia (Q.S. 6:102).
Pernyataan wahyu ini merupakan kerangka acuan dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah. Acuan ini berisi pernyataan, bahwa setiap muslim wajib menunjukkan ketundukan yang optimal kepada dzat yang menjadi sembahannya. Hal ini mengisyaratkan, bahwa setiap muslim wajib menjalankan perintah Allah Yang Maha Esa, apapun bentuknya. Dengan demikian, secara keseluruhan kaum muslimin mengacu kepada pembentukan sikap kepatuhan yang sama. Imbasnya diharapkan akan terbentuk sikap kepatuhan yang secara umum adalah sama.
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungannya, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju memiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap kerah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman.
Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan berimbang. Dizaman permulaan Islam, khususnya dimasa Rasulullah SAW dan para sahabat, sosok kepribadian seperti itu (berakhlak mulia) telah pernah ada dan akan terus ada.

Kepribadian Sebagai Inti Pendidikan
KONSEP TUMBUH PERKEMBANGAN MANUSIA

KONSEP TUMBUH PERKEMBANGAN MANUSIA

Konsep Tumbuh Perkembangan Manusia
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah proses pembelajaran, mahasiswa mampu:
• Menjelaskan defenisi pertumbuhan dan perkembangan
• Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang
• Menyebutkan dan menjelaskan prinsip-prinsip tumbuh kembang
• Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
• Menyebutkan dan menjelaskan tahap-tahap tumbuh kembang manusia
• Menyebutkan dan menjelaskan teori-teori tumbuh kembang
• Menjelaskan aplikasi konsep tumbuh kembang dalam keperawatan





Defenisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan:
• Perubahan fisik
• Peningkatan jumlah sel
• Ukuran
• Kuantitatif
• Tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi
• Pola bervariasi

Perkembangan:
• Kualitatif
• Maturation
• Sistematis, progresif dan berkesinambungan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Faktor Genetika
• Faktor keturunan - - masa konsepsi
• Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
• Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna, mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
• Potensi genetika yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal

Faktor Eksternal/Lingkungan
• Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
• Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya

Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Manusia
Neonatus (lahir - 28 hari)
• Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan
• Implikasi keperawatan: membantu orang tua untuk mengindefikasi dan menemukan kebutuhan yang tidak ditemukan

Bayi (1 bulan – 1 tahun)
Bayi usia 1-3 bulan:
• Mengangkat kepala
• Mengikuti obyek dengan mata
• Melihat dengan tersenyum
• Bereaksi terhadap suara atau bunyi
• Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
• Menahan barang yang dipegangnya
• Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Bayi usia 3-6 bulan:
• Mengangkat kepala sampai 900
• Mengangkat dada dengan bertopang tangan
• Belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
• Menaruh benda-benda dimulutnya
• Berusaha memperluas lapang pandang
• Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
• Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Bayi 6-9 bulan:
• Duduk tanpa dibantu
• Tengkurap dan berbalik sendiri
• Merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
• Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
• Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
• Bergembira dengan melempar benda-benda
• Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
• Mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
• Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan

Bayi 9-12 bulan:
• Berdiri sendiri tanpa dibantu
• Berjalan dengan dituntun
• Meniru suara
• Mengulang bunyi yang didengarnya
• Belajar menyatakan satu atau dua kata
• Mengerti perintah sederhana atau larangan
• Minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
• Ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
• Berpartisipasi dalam permainan

Implikasi Keperawatan: mengontrol lingkungan sekitar bayi sehingga kebutuhan perkembangan fisik dan psikologis bayi dapat terpenuhi.

Todler (1-3 tahun)
Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik
Anak usia 12-18 bulan
• Mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
• Menyusun 2 atau 3 kotak
• Dapat mengatakan 5-10 kata
• Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Anak usia 18-24 bulan
• Mampu naik turun tangga
• Menyusun 6 kotak
• Menunjuk mata dan hidungnya
• Menyusun dua kata
• Belajar makan sendiri
• Menggambarkan garis di kertas atau pasir
• Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
• Menaruh minat kepasa apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
• Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

Anak usia 2-3 tahun
• Anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
• Membuat jembatan dengan 3 kotak
• Mampu menyusun kalimat
• Mempergunakan kata-kata saya
• Bertanya
• Mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
• Menggambar lingkaran
• Bermain dengan anak lain
• Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

Implikasi Keperawatan: Keamanan sangat penting. Strategi untuk mencegah risiko keselamatan harus dilakukan secara seimbang agar perkembangan anak tetap optimal.

Pre Sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.

Anak usia 3-4 tahun
• Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
• Berjalan pada jari kaki
• Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
• Menggambar garis silang
• Menggambar orang (hanya kepala dan badan)
• Mengenal 2 atau 3 warna
• Bicara dengan baik
• Bertanya bagaimana anak dilahirkan
• Mendengarkan cerita-cerita
• Bermain dengan anak lain
• Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
• Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana

Anak usia 4-5 tahun
• Mampu melompat dan menari
• Menggambarkan orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
• Dapat menghitung jari-jarinya
• Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
• Minat kepada kata baru dan artinya
• Memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
• Membedakan besar dan kecil
• Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

Anak usia 6 tahun
• Ketangkasan meningkat
• Melompat tali
• Bermain sepeda
• Menguraikan objek-objek dengan gambar
• Mengetahui kanan dan kiri
• Memperlihatkan tempertantrum
• Mungkin menentang dan tidak sopan

Implikasi Keperawatan: Beri kesempatan untuk bermain dan berinteraksi sosial.

Usia Sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.

Anak usia 6-7 tahun
• Membaca seperti mesin
• Mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
• Membaca waktu untuk seperempat jam
• Anak wanita bermain dengan wanita
• Anak laki-laki bermain dengan laki-laki
• Cemas terhadap kegagalan
• Kadang malu atau sedih
• Peningkatan minat pada bidang spiritual

Remaja (12-18/20 tahun)
• Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
• Mencoba nilai-nilai yang berlaku
• Pertambahan maksimum pada tinggi, berat badan
• Stres meningkat terutama saat terjadi konflik
• Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
• Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan seksual mulai terlihat
• Menyesuaikan diri dengan standar kelompok
• Anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang pakaian, make-up
• Hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari orang tua
• Takut ditolak oleh teman sebaya
• Pada akhir masa remaja: mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas seksual terbuka, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu penting, emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap

Implikasi Keperawatan: Bantu remaja untuk mengembangkan kemampuan koping atau strategi mengatasi konflik

Dewasa Muda (20-40)
• Gaya hidup personal berkembang
• Membina hubungan dengan orang lain
• Ada komitmen dan kompetensi
• Membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
• Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional meningkat
• Pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan meningkat

Implikasi Keperawatan: Menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting untuk kesehatan

Dewasa Menengah (40-65 tahun)
• Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak meninggalkan rumah
• Anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meningkatkan rumah
• Dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada muka, dan lain-lain
• Waktu untuk bersama lebih banyak
Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah lagi (dangerous age)

Implikasi Keperawatan: Bantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan

Dewasa Implikasi Keperawatan : Bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan
a. Young-old (tua-muda), 65-74 tahun: Beradaptasi dengan masa pensiun (penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat berkembang penyakit kronik.
b. Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun: Diperlukan adaptasi terhadap penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensorik dan peningkatan ketergantungan terhadap orang lain.

Implikasi Keperawatan: Bantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta).

c. Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas: Terjadi peningkatan gangguan kesehatan fisik.

Implikasi Keperawatan: Bantu individu dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan mandirinya jika memungkinkan.

Ciri-Ciri Tumbuh Kembang:
- Perubahan dalam aspek fisik dan psikis
- Perubahan dalam proporsi
- Lenyapnya tanda-tanda yang lama
- Diperoleh tanda-tanda baru

Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang
• Proses yang teratur, berurutan, rapi dan kontinyu - - - maturasi, lingkungan dan faktor genetik
• Pola yang sama, konsisten dan kronologis, dapat diprediksi
• Variasi waktu muncul (onset), lama, dan efek dari tiap tahapan tukemb
• Mempunyai ciri khas
• Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
• Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
• Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan
• Perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat
• Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya
• Perkembangan terjadi dalam tempo yang berlainan

KONSEP TUMBUH PERKEMBANGAN MANUSIA
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM PADA MASA KEEMASAN DAN PADA MASA TAQLID


A. Pada Masa Keemasan
1. Periode pembinaan pengembangan dan pembukuan hukum Islam
Disamping periode Nabi Muhammad dan pada periode Khulafaur Rasyidin, maka terdapat pula periode pembinaan, pengembangan dan pembukuan hukum Islam. Periode ini dilakukan di masa pemerintahan Khalifah Umayyah (662-750) dan Khalifah Abbasiyah (750-1258).
Hukum fiqh Islam sebagai salah satu aspek kebudayaan Islam mencapai puncak perkembangannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang memerintah selama lebih kurang 500 tahun. Di masa ini lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis hukum fiqh Islam serta muncul berbagai teori hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam sampai sekarang.


Pada periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M) pemerintahan Abbasiyah, telah mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat yaitu dari tahun 750 M – 754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adlah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk lebih menjaga kestabilan ibu kota negara yang baru berdiri yaitu al-Hasyimiyah, dekat Kufah, al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota ini al-Manshur melakukan fonsolidasi dan penertiban pemeritahannnya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator departemen. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara dan kepolisian negara. Di samping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti Bani Umayyah di tingkatkan peranannya dengan tambahan tugas.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah di letakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya yaitu:
1. Al-Mahdi (775-785 M)
2. Al-Hadi (775-786 M)
3. Harun al-Rasyid (786-809 M)
4. Al-Ma’mun (813-833 M)
5. Al-Mu’tashim (833-842 M)
6. Al-Wasiq (842-847 M)
7. Al-Mutawakkil (8470861 M)
Pada masa khalifah-khalifah ini banyak kemajuan yang terjadi pad hukum Islam. Diantaranya di galakkannya penerjemahan buku-buku asing. Berdirinya sekolah dan salah satu karya terbesar yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.
Bani Abbasiyah ini merupakan lanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah. Jika dibandingkan dengan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah lebih maju. Dengan berpindahnya ibu kota ke kota Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh Arab sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat beorientasi kepada Arab. Kemudian dalam penyelenggaraan negara, pada Bani Abbas ada jabatan wazir yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah. Demikian pula ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas sebelumnya tidak ada tentara khusus yang profesional.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Yakni dalam bidang tafsir. Dalam metode-metode tafsir sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam bidang teologi.
Dalam periode pembinaan, pengembangan dan pembukuan ini banyak faktor yang mendorong orang untuk menetapkan hukum dan merumuskan garis-garis hukum yaitu:
a. Wilayah Islam sudah sangat luas, terbentang dari perbatasan India sampai Tiongkok di Timur sampai ke Spanyol (Eropa) di sebelah Barat
b. Telah ada karya-karya tulis tentang hukum yang dapat dipergunakan sebagai bahan landasan untuk membangun serta mengembangkan hukum fiqh Islam
c. Telah tersedia pula para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai masalah hukum dan masyarakat
Dalam periode ini timbul para mujtahid atau Imam tersebut diatas. Dulu jumlahnya banyak, tetapi kini yang masih mempunyai pengikut adalah 4 yakni:
1. Abu Hanifah (al-Nukman ibn Tsabit): 700-767 M
2. Malik bin Anas: 713 -795 M
3. Muhammad Idris as-Syafi’i: 767-820 M
4. Ahmad bin Hambal (Hanbal): 781-855 M
Dan sebagaimana diketahui, sumber utama hukum Islam itu adalah al-Quran dan as-Sunnah Nabi Muhammad. Al-Quran sudah dicatat di masa Nabi Muhammad, di himpun dalam satu naskah di zaman khalifah Abu Bakar, dua tahun setelah Nabi Muhammad wafat dan disalin serta dibukukan dalam satu Mushaf al-Quran standar di zaman khalifah Usman.
Demikian atas usaha para ahli, pada pertengahan abad ke-3 H atau akhir abad ke-9 dan permulaan abad ke-10 M tersusunlah kitab-kitab Hadist yang terkenal dengan nama al-Kutub as-Sittah (Enam buah kitab Hadist)
Selain dari itu, perlu di catat pula bahwa pad periode ini pulalah metode-metode tertentu pengambilan hukum dari al-Quran dan Sunnah, penetapan dan penemuan hukum yang tidak ada ketentuannya dalam dua sumber utama hukum Islam itu dikembangkan. Yang terpenting diantaranya adalah: ijma’, qiyas, masalih al-mursalah, istihsan, istishab, al-‘urf.

2. Masa kelesuan pemikiran
Sejak permulaan abad ke-4 H atau abad ke-10 – 11 M, ilmu hukum Islam mulai berhenti berkembang. Ini terjadi di akhir penghujung pemerintahan atau dinasti Abbasiyah. Pada masa ini para ahli hukum hanya membatasi diri mempelajari pikiran-pikiran para ahli sebelumnya yang telah dituangkan kedalam buku berbagai mazhab.
Yangmemnjadi ciri umum pemikiran hukum dalam periode ini adalah para ahli hukum tidak lagi memusatkan usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang terdapat dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad, tetapi pikirannya ditumpukan pada pemahaman perkataan-perkataan, pikiran-pikiran hukum para Imamnya saja. Perkembangan masyarakat yang berjalan terus dan persoalan-persoalan hukum yang ditumbuhkannya pada masa ini tidak lagi diarahkan dengan hukum dan dipecahkan sebaik-baiknya seperti zaman-zaman sebelumnya. Dengan kata lain, masyarakat terus berkembang sedang pemikiran hukumnya berhenti.
Diantara faktor-faktor atau keadaan yang menyebabkan kemunduran atau kelesuan pemikiran Islam di masa itu adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Kesatuan wilayah Islam yang luas itu, telah retak dengan munculnya beberapa negara baru, baik di Eropa (Spanyol), Afrika Utara, di Kawasan Timur Tengah dan Asia.
2. Ketidakstabilan politik yang mempengaruh kegiatan pemikiran hukum. Artinya orang tidak bebas mengutarakan pendapatnya.
3. Pecahnya kesatuan kenegaraan atau pemerintahan itu menyebabkan merosotnya kewibawaan pengendalian perkembangan hukum. Dan bersamaan dengan itu muncul pula orang-orang yang sebenarnya tidak mempunyai kelayakan untuk berijtihad, namun mengeluarkan berbagai garis hukum dalam bentuk fatwa yang membingungkan masyarakat.
4. Timbullah gejala kelesuan berpikir di mana-mana karena kelesuan berpikir itu, para ahli tidak mampu lagi menghadapi perkembangan keadaan dengan mempergunakan akal pikiran yang merdeka dan bertanggung jawab.


B. Pada Masa Taqlid
Periode taqlid ini adalah periode dimana semangat ijtihad mutlak para ulama sudah pudar dan berhenti. Semangat kembali kepada sumber-sumber pokok tasyri’, dalam rangka menggali hukum-hukum dari teks al-Quran dan Sunnah dan semangat mengistimbatkan hukum-hukum terhadap suatu masalah yang belum ada ketetapan hukumnya dari nash dengan menggunakan dalil-dalil syara’, sudah pudar dan berhenti. Mereka hanya mengikuti hukum-hukum yang telah dihasilkan oleh imam-imam mujtahid terdahulu.
Periode taqlid ini mulai sekitar pertengahan abad IV H/X M. Pada masa ini pula terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebangkitan umat Islam dan menghalangi aktivitas mereka dalam pembentukan hukum atau perundang-undangan hingga terjadinya kemandekan. Semangat kebebasan dan kemerdekaan berpikir para ulama sudah mati. Mereka tidak lagi menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama, akan tetapi justru mereka sudah merasa puas dengan berpegang kepada fiqh imam-imam mujtahid terdahulu, yakni Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan rekan-rekannya. Mereka mencurahkan segenap kemampuan mereka untuk memahami kata-kata dan ungkapan-unkapan para imam mujtahid mereka. Dan mereka tidak berusaha mencurahkan segenap kemampuannya untuk memahami nash-nash syariat dan prinsip-prinsipnya yang umum.
1. Sebab-sebab terhentinya gerakan ijtihad
Ada 4 faktor penting yang menyebabkan terhentinya gerakan ijtihad dan suburnya kebiasaan bertaqlid kepada para imam terdahulu, yaitu:
a. Terpecah-pecahnya Daulah Islamiyah ke dalam beberapa kerajaan yang antara satu dengan yang lainnya saling bermusuhan, saling memfitnah, memasang berbagai perangkap, tipu daya dan pemaksaan dalam rangka meraih kemenangan dan kekuasaan.
b. Pada pariode ketiga para imam Mujtahid terpolarisasi dalam beberapa golongan. Masing-masing golongan membentuk menjadi aliran hukum tersendiri dan mempunyai khittah tersendiri pula. Misalnya ada kalanya dalam rangka membela dan memperkuat mazhabnya masing-masing dengan cara mengemukakan argumentasi yang melegitimasi kebenaran mazhabnya masing-masing mengedepankan kekeliruan mazhab lain yang dinilai bertentangan dengan mazhabnya.
c. Umat Islam mengabaikan sistem kekuasaan perundang-undangan, sementara di sisi lain mereka juga tidak mampu merumuskan peraturan yang bisa menjamin agar seseorang tidak ikut berijtihad kecuali yang memang ahli dibidangnya.
d. Para ulama dilanda krisis moral yang menghambat mereka sehingga tidak bisa sampai pada level orang-orang yang melakukan ijtihad. Di kalangan mereka terjadi saling menghasut dan egois mementingkan diri sendiri.
2. Kesungguhan ulama dalam pembentukan hukum pada periode ini
Para ulama pada tiap-tiap mazhab bisa dibagi menjadi beberapa level atau tingkatan, yaitu:
a. Level pertama; ahli ijtihad dalam mazhab
Mereka ini tidak berijtihad dalam hukum syariat secara ijtihad mutlak, mereka hanya berijtihad mengenai berbagai kasus yang terjadi dengan dasar-dasar ijtihad yang telah dirumuskan oleh para imam mazhab mereka. Diantara mereka adalah al-Hasan bin Ziyad (204 H/820 M) dari mazhab Hanafi, Ibn al-Qasim (191 H) dan Asyhab (204 H/820 M) dari mazhab Maliki dan al-Buwaithy (231 H) dan al-Muzanniy (264 H) dari mazhab Syafi’i
b. Level kedua; ahli ijtihad mengenai beberapa masalah yang tidak ada riwayat dari imam mazhabnya.
Mereka ini tidak menyalahi para imam mereka dalam berbagai hukum cabang dan juga tidak menyalahi dasar-dasar ijtihad yang mereka gunakan. Mereka yang termasuk dalam level ini adalah al-Khashaf (261 H), al-Thahawiy (lahir 230 H) dan al-Karkhiy (340 H) dan penganut mazhab Hanafi. Al-Lakhamiy (498 H), Ibnu al-‘Arabiy (542 H) dan Ibnu Rusdy (1198 M) dan penganut mazhab Malikiyah. Abu Hamid al-Ghazaliy (505 H/1111 M) dan Abu Ishaq al-Isfirayiniy (418 H) dari penganut mazhab Syafi’iyah.
c. Level ketiga; ahli takhrij
Mereka ini tidak berijtihad dalam mengistimbatkan hukum mengenai berbagai masalah. Akan tetapi, karena keterikatan mereka kepada dasar-dasar dan rujukan mazhab yang dianutnya, maka merka tidak berusaha mengeluarkan illat-illat hukum dan prinsip-psrinsipnya. Yang termasuk dlam level ini ialah al-Jashshash (370 H) dan rekan-rekannya dari penganut mazhab Hanafiyah.

d. Level keempat; ahli tarjih
Mereka ini mampu membandingkan diantara beberapa riwayat yang bermacam-macam yang bersumber dari pada imam mazhab merekadan sekaligus mampu mentarjih, menetapkan mana yang kuat antara satu riwayat dengan riwayat lainnya. Mereka yang termasuk dalam level ini ialah al-Qaduriy (428 H) dan pengarang kitab al-Hidayah dan rekan-rekannya sesama penganut mazhab Hanafi.
e. Level kelima; ahli taqlid
Mereka ini mampu membeda-bedakan riwayat-riwayat yang jarang dikenal dan riwayat yang sudah terkenal dan jelas, dan mampu membeda-bedakan antara dalil-dalil yang kuat dan yang lemah. Mereka yang termasuk dalam level ini antara lain adalah para pengarang kitab matan-matan yang terkenal dan ma’tabar dikalangan mazhab Abu Hanafiah, seperti pengarang kitab al-Kanz dan al-Wiqayah.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya kesungguhan aktivitas para ulama dalam pembentukan hukum pada periode ini adalah mencurahkan perhatiannya kepada pendapat-pendapat dan hukum-hukum yang sudah dibentuk dan ditetapkan oleh para imam mazhab mereka.

Back To Top