belajar dan berbagi

Pertumbuhan dan Perkembangan terhadap Pendidikan

Implikasi Pertumbuhan dan Perkembangan terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut chaplin (2002) Pertumbuhan sebagai satu pertumbuhan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan menurut A.E. Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjukan pada perubahan kuantitatif, yaitu yabg dapat dihitung atau diukur, seperti panjang, atau berat tubuh. Dan menurut Ahmad thanthowi (1993) mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel. perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan, antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin sempurna pada system jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal pada organisme adalah sebagai berikut.
1. Faktor sebelum lahir, seperti peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, dan lain-lain.
2. Faktor pada saat kelahiran, seperti pendarahan pada bagian kepala bayi yang disebabkan tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan dan efek susunan syaraf pusat karena proses kelahiran bayi dilakukan dengan bantuan tang (tangver-lossing).
3. Faktor yang dialami bayi setelah lahir, seperti pengalaman traumatic pada kepala, dan lain-lain.
4. Faktor fisiologis, misalnya bayi atau anak ditinggal ibu, ayah atau kedua orang tuanya cenderung akan mengalami gangguan fisiologis.

Menurut Werner (1957), perkembangan sesuai dengan prinsip orthogenetis, yaitu perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai pada keadaan diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Sedangkan
Menurut Seifert dan Hoffnung (1994) mendefenidikan perkembangan sebagai long-term changes in a persons growt, feelings pattern of thinking, social relationship, and motor skill.
Sementara chaplin 2002, mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam fungsional (4) kedewasaan.
Menurut Reni akbar hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk kepada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru.




Proses diferensiasi bersifat totalitas pada diri anak..
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan.
1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu baru sampai dewasa.
2. Foligenetik, yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang.

Bijau dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis adalah perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi adalah apakah suatu jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak, bergantung pada perangsang-perangsang yang ada dilingkungannya.

Perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis. Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu perubahan dalam ukuran, perubahan dalam perbandingan, perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama, dan perubahan untuk memperoleh hal-hal yang baru.
1. Perubahan dalam Ukuran
Perubahan dapat berbentuk ukuran panjang atau tinggi maupun berat badan. Berat badan yang semula sekitar 3 kg ketika dilahirkan menjadi 8-9 kg pada waktu umur 6 bulan. Panjang bayi 50 cm ketika dilahirkan menjadi 60 cm pada umur 1 tahun yang diikuti oleh perubahan ukuran organ-organ tubuh lain, antara lain volume otak yang menyebabkan tampilnya kemampuan.
2. Perubahan dalam Perbandingan
Perubahan secara proposional juga menjadi pada perkembangan mental. Perbandingan antara yang tidak real, khayalan dengan hal-hal yang rasional semakin lama semakin besar. Anak-anak masih suka menghayal atau berimajinasi, tetapi makin lama akan berubah sebaliknya, yakni banyak mempelajari realita dan sedikit berhayal. Perkembangan social juga sedikit demi sedikit berubah, dari bermain sendiri, bermain dengan saudara, bermain dengan anak-anak tetangga, kemudian bermain dengan anak-anak lain di lingkungan yang lebih luas.
3. Perubahan untuk Mengganti Hal-hal yang Lama
Apabila sebelumnya bahasa bayi tidak begitu jelas, seiring dengan perkembangan usianya, ia mulai berbicara cadel lalu berubah menjadi kata-kata yang lebih jelas artinya. Kebiasaan untuk merangkak ketika mengambil sesuatu akan menghilang seiring dengan meningkatnya kemampuan motorik. Pada usia kanak-kanak, gigi anak akan tanggal satu persatu dan diganti dengan gigi tetap.
4. Perubahan untuk Memperoleh Hal-hal Baru

Ketika dilahirkan, bayi belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudian (kalau sudah sampai waktunya) gigi tersebut akan tumbuh. Dengan demikian, bayi memperoleh atau menambah sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada atau belum dimiliki. Menjelang usia remaja, terjadi pertumbuhan bulu-bulu ketiak, bulu-bulu sekitar alat kelamin, dan timbul kumis pada remaja laki-laki akibat mulai fungsinya kelenjar-kelenjar kelamin yang dikenal dengan istilah kelamin sekunder.

B. Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Fisik
Penyebab perubahan fisik pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak didasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.

2. Perubahan Fisik Selama Masa Remaja
Perubahan fisik selama masa remaja meliputi dua hal, yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual. Akibat percepatan pertumbuhan tersebut, terjadi perbedaan atau keanekaragaman proporsi tubuh.

3. Keragaman Perubahan Proporsi Tubuh
Pada masa kanak-kanak, bentuk tubuh tidak terlalu terlihat perbedaannya. Namun, pada akhirnya masa kanak-kanak, saat mulai memasuki tahap remaja, perbedaan bentuk tubuh antara anak laki-laki dan anak perempuan menjadi semakin jelas. Remaja laki-laki cenderung menuju ke bentuk mesomorf (cenderung menjadi anak yang kekar, berat, dan segitiga), sedangkan anak perempuan kalau tidak endomorf (cenderung menjadi gemuk dan berat) akan memperlihatkan ciri ektomorf (cenderung kurus dan bertulang panjang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Keluarga
b. Pengaruh Gizi
c. Gangguan Emosional
d. Jenis Kelamin
e. Status Sosial Ekonomi
f. Kesehatan
g. Pengaruh Bentuk Tubuh

C. Perkembangan Intelek Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1. Pengertian Intelek dan Inteligensi
Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau kecakapan yang tinggi untuk berpikir. Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, istilah intellect berarti:
a. kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti,
b. kecakapan mental yang besar, sangat intelligence,
c. pikiran atau inteligensi.
Inteligensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkannya memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

2. Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang terhadap kegiatan atau peristiwa yang tidak konkret, seperti pilihan pekerjaan, pilihan pasangan hidup, yang sebenarnya masih jauh didepannya, dan lain-lain. Bagi remaja, corak perilaku pribadinya dihari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadian remaja.
Mereka dapat memikirkan perighal diri sendiri. Pemikiran ituterwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kle penilaian diri dan kritik diri. Hasil penelitian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bukan sering terlihat usaha mereka untuk menyembunyikannya atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi akan dianggap nyata dalam pikirannya, yaitu perihal keadaan diri yang tercermin sebagai usaha yang kemungkinan terbentuk kelak dihari kemudian.


3. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Inteligensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin di samping hal yang nyata.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Menurut Wechsler, IQ adalah suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira dan sementara karena selalu terjadi perubahan-perubahan akibat faktor individual dan situasional. Konstan tidaknya inteligensi sampai sekarang masih merupakan proses diskusi yang terbuka. Penelitian longitudinal selama 40 tahun dalam institut Fels oleh Mc Call, dkk. (1973) menunjukkan adanya pertambahan rata-rata nilai IQ sebanyak 28 poin antara usia 5-17 tahun (kira-kira sama dengan usia pendidikan sekolah dasar). Selanjutnya, ditemukan bahwa perubahan-perubahan intra-individual dalam nilai IQ lebih merupaka hal yang umum dari pada perkecualian.

5. Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
Piaget menyebutkan bahwa sebagian besar remaja mampu memahami dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa pada usia remaja ini dapat belajar menggunakan bentuk-bentuk simbol dengan cara yang canggih. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses (discover approach) dengfan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak.
Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi secara baik serta memberikan tugas-tugas penulisan makalah. Dalam hal ini, guru hendaknya mengamati kecendrungan-kecendrungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Namun, bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.

D. Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent (talenta).
2. Jenis-jenis Bakat Khusus
Setiap individu memiliki bakat khusus yang berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat khusus ini mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian dalam bidang pendidikan. Hampir semua ahli psikologi yang menyususn tes untuk mengungkap bakat khusus bertolak dari dasar pemikiran analisis faktor. Menurut Guilford, pada setiap aktivitas diperlukan berfungsinya faktor-faktor khusus.
3. Hubungan antara Bakat dan Prestasi
Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan, dan dorongan atau kesempatan untuk pengembangannya. Jika orang tua menyadari bahwa anaknya mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan agar dia mendapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, da anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar, anak itu akan dapat mencapai prestasi yang unggul bahkan dapat menjadi pelukis terkenal.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat terletap pada anak itu sendiri.
a. Anak itu sendiri, misalnya anak itu kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki.
b. Lingkungan anak, misalnya orang tua yang kurang mampu untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anak.

5. Pendidikan Anak Berbakat di Indonesia
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat ia akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dan masyarakat.

b) Menulis Kreatif (mengarang)
Kehidupan imajinasi anak berbakat biasanya sangat aktif dan mengarang merupakan suatu yang biasanya gemar dilakukannya. Namun, ada anak berbakat yang minatnya cenderung ke ilmu pengetahuan alam (IPA) kadang memperoleh kesukaran dalam menyatakan dirinya, meskipun ide-idenya banyak.
Mengarang adalah suatu sarana yang dalam memperoleh keterampilan menyatakan diri. Kebimbangan memilih judul yang sesuai dapat di pancing dan diarahkan melalui:
-Gambar seseorang atau sesuatu yang diperhatikan
-Passage dalam bacaan seperti “penerbang roket mengambil tempat duduknya dalam kapsul, menunggu tanda keberangkatannya”.



c) Ilmu Pengetahuan Sosial
Pelajaran sejarah, pendidikan kewarganegaraan (PPKn), dan ilmu bumi dapat dikaitkan dengan membaca dan mempelajari berbagai bacaan. Integrasi dari kedua bacaan ini memungkinkan pendalaman suatu penguasaan yang konkret dalam kaitan dengan dengan kedua pelajaran tersebut. Juga menyuruh anak berbakat menemui beberapa tokoh tua di tempat tinggalnya untuk menanyakan peranan dalam perang kemerdekaan kits, dan memungkinkan kaitannya dengan PPKn. Suatu pameran tentang mata uang logam kuno dari negeri sendiri atau negara lain, tata cara pakaian, alat perang dan benda lain dari masa lalu serta pembangunan kini dapat menghidupkan sejarah, ilmu bumi, dan PPKn secara integral.
Kejadian aktual seperti perjuangan bangsa Asia dan Afrika, perubahan dalam sistem transportasi, penemuan baru seperti “concorde” dan sebagainya, dengan sendirinya merupakan hal-hal yang sangat menumbuhkan motivasi belajar anak berbakat.
d) IPA dan Pendidikan Kesehatan
Keterampilan proses (process skills) dalam IPA pada akhir abad ini telah digalakkan sebagai metologi IPA yang membantu anak didik mengaitkan IPA dengan dasar kehidupan. Memecahkan masalah IPA bukan lagi menghapal hukum dan aksioma saja, tetapi pengembangan aktivitas dan eksperimen yang membantu anak didik memperoleh keterampilan mengamati, megelola, meramalkan sesuatugejala, serta menilai proses tersebut. Berbagai lomba ilmiah atau seminar para ahli di bidang IPA dan Kesehatan dapat disesenggarakan.
e) Matematika
mencari jalan terpendek atau termudah dalam menyelesaikan suatu soal matematika patut dilakukan dilakukan anak berbakat. Pemahaman terhadap hubungan angka dengan membandingkan berbagai metode perkaitan, pengurangan, atau penambahan merupakan sesuatu yang menarik. Perseoalan matematika yang dikaitkan dengan cerita akan sangat melatih keterampilannya. Demikian pula, teta-teki angka banyak memberi kesempatan melatih keluwesan kemampuan berhitung.
f) Kesenian dan Bahasa
Kreativitas anak berbakat dalam berbagai jenis kesenian mendapat kesempatan berkembang dan mudah dikaitkan dengan perkembanga bahasa (umpama drama, deklamasi). Ada juga kegiatan kesenian yang secara khusus memperkaya perkembangan kesenian tertentu, seperti musik (band sekolah), melukis, membatik, dan lain-lain. Kreativitas merupakan suatu ciri khas anak bebbakat. Kreativitas ini dapat diarahkan memalui berbagai kegiatan positif dan menantang.
4) Metode belajar dan guru
Metode belajar yang paling cocok untuk anak berbakat adalah belajar melalui kelompok kecil atau individu. Apabila anak berbakat harus belajar dalam keas beser, prinsip pendekatan fullout enrichment dan akselarasi harus menjadi dasar untuk pengembangaan pada perbedaan potensinya, beberapa persyaratan yang diperlukan guru ialah memiliki inteligasi tinggi dan mempunyai minat luas dalam berbagai bidang.
6. Implasi Pengembangan Bakat Khusus Remaja terhadap Penyelengaraan pendidikan
Bagaimana kita dapat mengidentifikasi para siswa yang mempunyai bakat? Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri mereka? Alat-alat apa yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat khusus tersebut? Semua informasi ini dapat diperlukan sebelum dilakukan upaya pengembangan bakat-bakat khusus bagi para siswa di sekolah.
Alat ukur atau tes apa yang dipakai tentu saja bergantung pada mecam bakat yang ingin dikenali. Bagaimana orang tua dapat mengenal bakat khusus anak? Bakat anak dapat dikenali dengan melakukan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan dan digemari anak. Pengenalan terhadap bakat anak sangat bermanfaat bagi orang tua dan guru agar memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Selai itu, dapat membantu anak-anak dalam memahami potensi dirinya, serta tidak melihat sebagai sesuatu beban, tetapi sebagai suatu anugrah yang harus dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah orang tua dapat membantu sekolah dalam penyusunan program dan prosedur pemanduan anak-anak berbakat, dengan memberi informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka.
Sebagai contoh, orang tua memberi keterangan tentang butir-butir berikut ini:
a) Hobi dan minat anak yang khusus
b) Jenis buku yang disenangi
c) Masalah dan kebutuhan pokok
d) Prestasi yang di capai
e) Pengalaman-pengalaman khusus
f) Kegiatan kelompok yang di senangi
g) Kegiatan mandiri yang di senangi
h) Sikap anak terhadap sekolah dan guru
i) Cita-cita masa depan
Anak akan merasa aman secara psikologis apabila:
a. Guru sebagai pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya semua siswa baik dan mampu
b. Guru sabagai pendidik mengusahakan suasana yang menggondisikan anak tidak merasa dinilai. Sebab, memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sabagai suatu ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri
c. Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan milihat dari sudut pandang atau pola pikir anak. Dalam suasana seperti ini, anak-anak merasa aman untuk mengungkapkan atau mengeksresikan bakatnya.
Dengan demikian, anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain itu, pendidikan hendaknya berfungsi sebagai media pengembangan dan pembinaan bakat anak, sehingga tidak hanya semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat abstrak dan skolastik. Pengenalan bakat dan upaya pengembangannya membantu remaja untuk menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk mencapai tujuan dan karier kehidupannya.
E. Perkembangan Hubungan Sosial Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1. Pengertian Hubungan Sosial
Menurut knapp (1984) hubungan sosial dapat menyebabkanseseorang menjadi dekat dan merasakan kebersamaan, tetapi dapat pula menyebabkan seseorang menjadi jauh dan tersisih dari suatu hubungan interpersonal.
Kehidupan anak pada dasarnya merupakan kemampuan berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sosial budayanya. Pada proses interaksi sosial ini faktor intelektual dan emosional mengambil peran yang sangat penting. Proses sosial tersebut merupakan proses sosialisasi yang menempatkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi, internalisi, dan enkulturasi. Sabab, manusia tumbuh dan berkembang di dalam konteks lingkungan sosial budaya. Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Lingkungan sosial memberi banyak pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak, terutama kehidupan sosiopsikologis.
Kebutuhan bergaul dan berhubungan sosial orang lain ini mulai dirasakan sejak anak berumur enam bulan. Pada saat itu, anak telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu, ayah, dan anggota keluarganya. Anak mulai mengenal dan mampu membedakan perilaku sosial, seperti marah, seyum, dan kasih sayang. Ia akhirnya menyadari bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi dan mempertahankan kehidupan di masyarakat.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai memerhatikan berbagai nilai dan norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku di keluarganya. Ia mulai memahami nilai dan norma pergaulan dalam kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi tidak mudah dilakukan. (Menurut Dacey dan Kenny, 1997) remaaja yang tetap tergantung secara emosional pada orang tuanya mungkin dirinya selalu merasa enak, mereka terlihat kurang kompeten, kurang percaya diri, kurang berhasil dalam belajar, dan bekerja dibandingkan remaja yang mencapai kebebasan emosional.
Erikson mengemukakan bahwa perkembangan remaja sampai jenjang usia dewasa melalui 8 tahapan. Perkembangan remaja berada pada tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab. Sering anak menemukan jati dirinya sesuai dengan ata berdasarkan situasi kehidupan yang mereka alami. Banya di antara mereka yang amat percaya pada kelompoknya dalam menemukan jati dirinya. Dalam hal ini, Erikson berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokulktural. Berbeda dengan pandangan Sigmud Freud bahwa kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesama remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksualnya.
Penyesuaian diri dalam kelomompok kecil yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan dan kelebihan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau dominasi terhadap pasangannya, memerlukan tindakan intelektuak yang tepat dan kemampuan mengendalikan emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih khusus, yang mengarah pada pemilihan pacar dan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku bangsa menjadi masalah yang amat rumit. Perimbangan masalah agama dan suku bangsa ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan, tetapi juga menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok masyarakat yang lebih beser (sesama agama atau sesama suku).

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain keluarga, status sosial ekonomikeluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan inteligensi.

1) Faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangaan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak. Menurut Lamborn dan Steinderg (1993) hubungan orang tua dengan anak yang suportif memungkinkan untuk perasaan positif dan negative, yang membantu perkembangan kopetensi sosial dan otonomi yang bertanggung jawab. Sedangkan menurut Santrock (1995) remaja yang memiliki hubungan yang nyaman dan harmonis dengan orang tuanya memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang lebih baik, sebaliknya, ketidakdekatan emosional dengan orang tua berhubungan dengan perasaan-perasaan akan penolakan oleh orang tua yang lebih besar serta perasaan lebih rendahnya daya tarik sosial dan romantic yang dimiliki diri sendiri. Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupanyang harus diikuti dan dipatuhi oleh anak. Sikap orang tua yang terlalu mengekang dan membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial bagi anak-anaknya. Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan bergaul menyebabkan perkembangan sosial anak-anaknya cenderung tidak terkendali.
2) Kematangan
Proses sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial. Menurut Davidoff (1988) kemantangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir timbul dan bersatu dengan pembawaanya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Sedangkan menurut Chaaplin (2002) mengartikan kematangan sebagai perkembangan proses mencapai kemasakan atau usia masak, proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingakah laku khusus spesies. Dan menurut Myers (1996), mengatakan bahwa kematangan adalah biological growth processes that enable ordely in behavior, relatively uninfluenced by experience. Kemudian menurut Zigler dan Stavenson (1993), kematangan adalah the ordely physiological changes that occur in all species over time and that appear to unfold according to a genetic blueprint.
3) Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial dipengaruha pula oleh kondisi atau sosial ekonomi kelurga. Masyarakat akan memandang seseorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memlihatkan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya, ia akan menjaga status sosial dan ekonomikeluarganya. Hal itu mengangkibatkan anak akan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi demikian dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain, anak-anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.

4) Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang normatif, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial anak di masa yang akan datang. Pendidikan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, siswa bukan saja dikenalkan dan ditanamkan nilai dan norma keluarga dan masyarakat, tetapi juga nilai dan norma kehidupan bangsa dan negara.
5) Kapasitas mental: emosi dan Inteligensi
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir memengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan inteligensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi stabil akan mampu memecahkan berbagai masalah hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hak ini akan mudah di capai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial, para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah pada penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulan dengan orang lain. Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritisnya terhadap situasi dari orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkannya. Sikap kritis ini juga ditunjukkandalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya,sehingga ia merasa bahwa tata cara, adat istiadat yang berlakudi lingkungan keluarga bertentangan denga sikap kritis yang tampak pada pelakunya.
Pengaruh egosentri masih sering terlihat pada pikiranremaja, karena hal berikut:
a. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalumenitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan perseoalan.
b. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pandapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain, yaitu melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menentang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang mengancan pikiran atau rencana. Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, sifat egonya semakin berkurang. Pada akhirnya masa remaja, pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga ia dapat berhubungan dengan orang lain tnpa harus meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
5. Mengambangkan Keterampilan Sosial pada Remaja
Sebagai makhul sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu meampilkan diri sesuai untuk dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh kerena itu, ia dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan-keterampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Keterampilan tersebut arus mulai dikembangkan sejak anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup bagi anak-anak untuk bermai atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggung jawab sesuai perkembangan anak, dan sebagainya. Dengan mengembangkan keterampilan tersebut sejak dini, anak akan mudah memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Berdasarkan kondisi tersebut amatlah penting bagi remaja untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut keterampilan sosial (social skills), yaitu keluarga, kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan\sekolah, persahabatan dan solidaritas kelompok, dan lapangan kerja.
a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga aka sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home sehinga tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
 Kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
 Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua dan saudara
 Kurang mampu berkomunikasi secara sehat
 Kurang mampu mandiri
 Kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
 Kurang mampu berkerja sama
 Kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Keharmonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orang tua utuh, ayah dan ibu sebab dalam banyak kasus, orang tua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua, segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya kounikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, hanya akan memunculkan berbagai konflik berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional.


b. Linkungan
Sejak dini, anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah,pekarangan) dan lingkungan sosial (tetanga), lingkungan keluarga (keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakt luas. Dengan pengenalan lingkungan sejak dini, anak sudah mengetahui bahwa diamemiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
c. Kepribadian
Secara umum, penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, padahal sebenarnya tidak demikian kerena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan tidak menarik. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang memghargai harkat dan mertabat orang lain tanpa mendasrkan pada hal-hal fisik, seperti materi atau penampilan.
d. Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebiliknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi, seseorang akan merasa mendapat kesegaran fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capek, bosan, menoton, serta mendapatkan semagat baru.
e. Pergaulan dengan lawan jenis
Untuk menjalankan peran menurut jenis kelamin, anak dan remaja seyogianya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.
f. Pendidikan
Pada dasarnya, sekolah mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan sosial yang dikaitkandengan car-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orang tua adalah menjaga agar keterampilan-keterampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembanggannya. Menurut Deutsch (1993), pendidikan merupakan salah satu konteks yang memberikan peranan penting dalam pengembangan keterampilan sosial anak dan remaja.
g. Persahabatan dan solidaritas kelompok
Pada masa remaja, peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Sering remaja bahkan lebih memmentingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarga. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orang tua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya. Menurut Mc.Devitt dan Ormrod (2002) mendenifisikan friendship sebagai: peer relation ship that is foluntary and reciprocal and includes sareth routines and customs, sedangkan menurut Santrock (1998) mengatakan bahwa persahabatan adalah keakraban dan kesamaan.
h. Lapangan kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran di sekolah, mereka telah mengenal berbagai lapangan perkerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SLTA, mereka mendapat bimbingan kariar untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan krjadan keterampilan-keterampilan sosial yang membutuhkan, remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi akan siap untuk berkerja.
i. Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
Untuk menumbuhkan kemampuan penyesuaian diri, sejak anak awal diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan noratif. Untuk itu, tugas orang tua\pendidik adalah membekalidiri anak dengan membiasakan untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dan sebagainya. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain\kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki silidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain\kelompok. Menurut Mustafa Fahmi (1977) pengertian luas tentang proses penyesuaian diri terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kelakuanya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan diluarnya.
6. Implikasi Pengembangan Hubungan Sosial Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri sehingga ia memiliki sikap yang terlalu tinggi dalm menilai dirinya atau sebaliknya. Remaja umumnya belum memahami benar tentang nilai dan norma sosial yang berlaku dalm kehidupan mesyaraktnya. Hal itu menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi dengan sondisi yang terjadi dalam masyarakat.
Pola kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok dewasa dan kelompok anak-anak dapat menimbulkan konflik sosial. Penciptaan kelompok sosial remaja ke arah perilaku yang bermanfaat and dapat diterima oleh masyarakat umum. Di sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, kelompok belajar, dan kegiatan-kegiatan lainya di bawah asuhan guru pembimbing.
Menurut Baskoro poedinoegroho E (2001), mengatakan reformasi pendidikan yang sedang diupayakan tidak akan berarti jika sikap kritis diri tidak termuat didalamnya. Tanpa landasan sikap kritis diri, reformasi pendidikan hanya sebatas retorika.



F. Perkembangan Bahasa Peserta Didik Usia Sekolah Menegah (Remaja)
1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulan atau hubungan dengan orang lain. Bahasa merupakan alat pergaulan , pengunaan bahasa menjadi efektifsejak seseorang individu berkomunikasi denga orang lain. Pada bagia ini, perkembangan bahasa dimulai dengan meniru suara atau bunyi tanpa arti dan diikuti dengan ucapan satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya. Dengan menggunaka bahasa inilah, ia berhubungan sosial sesuai dengan tingkat perilaku sosialnya.
Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, saat ia mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatkan kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik dengan cara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami and dipahami orang lain.
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Pola bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga, yang disebut bahasa ibu.
Perkembangan bahasa ibu dilengkapi dan diperkaya oleh bahasa masyarakat tempat mereka tenggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bebbahasa. Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya menyebabkan bahasa remaja lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok mesyarakat yang bentuknya amat khusus, seperti istilah “baceman” dikalanga pelajar yang dimaksut adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahsa prokem juga tercipta secara khusus di kalangan ramaja untuk mengunakan istilah-istilah yang lebih halus dan intelek.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa
Telah disebutkan bahwa berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:
a. Faktor umur
Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan usia dan pengalamanya. Faktor fisik ikut memengaruhi kerena semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, serta kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa ramaja, perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kematangan, disertai oleh perkembangan intelektual maka remaja akan mampumenunjukan cara-cara bekomunikasi yang baik dan sopan.
b. Faktor kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak umbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar terhadap kemampuan berbahasa. Penggunaan bahasa dilingkungan perkotaan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Demikian perkembangan bahasa d daerah pantai, penggunaan, dan daerah daerah terpencil tidaklah sama, sehinggahberkembangberbagaibangsa daerah.
c. Faktor kecerdasan
Untuk meniru bunyi suara, dan mengenal simbol-simbol bahasa diperlukan kemampuan motorik dan intelektual yang baik. Kemampuan motorik berkolerasi fositip dengan kemampuan intelektual. Ketepatan meniru, mengumpulkan perbendaharaan kata-kata menyusun kalimat yang baik, dan memahami maksud perkataan orang lain sangat dipengaruhi oleh kemampuan kerja motorik dan kecerdasan seseorang.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Rangsangan yang disediakan untuk ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yangszosial ekomomi tinggi berada dengan keluarga yang setatus sosial ekonominya rendah. Hal ini tampak dari perkembangan bahasa pada anak-anak yang hidup dari keluarga terdidik. Dengan kata lain, pendidikan dan setatus sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.
e. Faktor kondisi fisik
Orang yang cacat dan terganggu kesehatannya, seperti bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak sempurna akan terhadap perkembangannya dalam bahasa. Orang yang tuli sejak lahir umumnya tidak mampu mengembangkan bahasanya.
4. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat kemampuan berpikir sangat berpengaruh terhadapkemampuan bahasa. Demikian pula sebaiknya, orang yang kemampuan berpikir rendah akan mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata atau kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini tentu saja akan menyulitkan mereka dalam berkomunikasi.
5. Implikasi Pengembangan kemampuan Bahasa Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
Kelompok belajar berdiri dari siswa-siswi yang memiliki variasi bahasa yang berbeda-beda, baik kemampuan maupun polanya. Sehubungan dengan itu, dalam mengembangkan stratagi belajar mengbajar dibidangbahasa, guru perlu memfokus pada kemampuan dan keragaman bahasa anak. Anak diminta untuk melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajarn yang telah diberikan dengan kata kata yang disusun sendiri. Dengan cara ini, guru dapt melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa mereka. Kalimat atau cerita anakten tang isi pelajaran perlu diperkaya dan diperluas oleh agar mereka mampu menyusun cerita yanglebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajarinya dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tulisan, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan dan membentuk pola bahasa anak. Dalam penggunaan model ini, guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas, oleh karena itu, sarana pengembangan berbahasa, seperti buku bacaan, da, surat kabar, majalah dan lain lain hendaknya di sediakan di sekolah.
G. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
Kehidupan anak itu penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Banyak-sedikitnya dorongan dan minat seseorang itu mendasari pengalaman emosionalnya. Apabila dorongan, keinginan atau minatnya dapat terpenuhi, anak cenderung memiliki perkembangan afeksi atau emosi yang sehat dan stabil. Dan demikian, ia dapat menikmati dan mengembangkan kehidupan sosialnya secara sehat pula. Selain itu, ia tidak terhambat oleh gejala gangguan emosi. Sebaliknya, jika dorongan dan keingiannya tidak dapat terpenuhi, disebabkan kurangnya kemampuan untuk memenuhinya ataupun karena kondisi lingkungan yang kurang menjuang, sngat dimungkinkan perkembangan emosionalnya itu akan mengalami gangguan.
1. Pengertian Emosi
Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-parasaan tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-parbuatan kita sehei-hari disebut sebagai warna afektif.warna afektif kadang-kadang kuat, adang-kadang lemah, atau perasaan separti itu dinamakan emosi (sartilo, 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa, benci.
Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosidan perasaan merupakan gejala emosionalyang secara kualitatif berkelanjutn, tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat, warna afektik dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat pula disebut sebagai emosi. Minsaslnya, marah yang ditunjukan bentuk diam.Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan.

Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahanpada fisik seseorang, seperti:
a. Reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
b. Peredaran darah bertambah cepat bila marah
c. Denyut jantung bertambanh cepat terkejut
d. Bernapas panjang bila kecewa
e. Pupil mata membesar bila marah
f. Air liur mengering bila takut atau tegang
g. Bulu roma berdiri bila takut
h. Pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang
i. Otot menjadi tegang atau bergetar (tremor)
j. Komposisi darah berubah dan kelenjar-keenjar aktif

2. Karakteristik Perkembangan Emosi
Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa saat ketegangan emosi meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar meningginya emosi disebabkan remaja berada di bawah tekanan sosial, dan selama masa kanak-kanak, ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Sebagian dari mereka memang mengalami ketidakstabilan emosi sebagai dampak dari penyusaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
a. Cinta/ kasih sayang
Ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan dicintai orang lain. Kapasitas untuk memberi sama pentingnya dengan kemampuan untuk menerima rasa cinta. Remaja tidak dapat hidup bahagia tanpa mendapatkan cinta kasih dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting penting walaupun kebutuhan-kebutuhan terhadap perasaan itu disembunyikan secara rapi.
b. Perasaan gembira
Orang umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman menyenangkan yang pernah dialami selama masa remaja. Rasa gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
c. Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan nmenojol dalam perkembangan kepribadian remaja. Kita ketahui bahwa dicinta dan dicintai adalah gejala emosi yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat.


d. Ketakutan dan cemburuan
Masa remaja telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang memengaruhi pasang surut rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu memeng telah teratasi, tetapi banyak pula yang masih tetap ada, banyak ketakutan baru yang muncul karena adanya kecemasan-kecemasan sejalan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam memengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berfikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada sato objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menghapal memengaruhi reaksi emosional, dengan demikian, remaja menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak memengeruhi merekan pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi remaja. Metode yang menujang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut.
a. Belajar coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa remaja awal dibandingkan masa sesudahnya.
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, remaja bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang yang diamati. Remaja yang suka ribut atau merasa populer di kalangan teman-temannya biasanya akan marah bila mendapat teguran gurunya.
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d. Belajar melalui pengodisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulainya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, mengenal betapa tidak resionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, pengunaan metode pengondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadao rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Mendekati berakhirnya usia remaja berarti telah melewati banyak badai emosional, sehingga ia mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang yang mewarnai pasang surut kehidupannya. Ia juga telah belajar dalam seni memyembuyikan perasaan-perasaannya. Halini berarti jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara spontan dan terbuka ia tampakkan.
Remaja tahu bahwa ada bahasa untuk menunjukan kemarahan secara terbuka. Ia harus diajarkan untuk tidak hanya menyembuyikan kemarahan, tetapi juga perlu takut terhadap rasa marah dan merasa bersalah apabila marah. Remaja telah mengalami rasa cinta dan dicinta. Orang tua dan guru hendaklah menyadari perubahan ekspresi pada anak /siswanya karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Ia tetap membutuhkan perangsangan-perangsang yang memadai untuk pengembangan pengalaman-pengalaman emosionalnya. Responsnya berbeda-beda terhadap apa yang sebelumnya dianggap ancaman atau rintangan cita-citanya. Pada akhirnya, ia perlu mempunyai kemampuan untuk memyesuaikan sikap dan perilaku dengan apa yang sedang terjadi padanya. Bertambahnya umur, pengetahuan dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional remaja.
4. Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah laku
Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang menjadi gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, aliran darah/tekanan darah deras sehingga sistem pencernaan terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi yang menyenangkan dan releks berpungsi sebagai alat pembantu pencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau mengganggupencernaan.
Diantara rangsangan yang dinikmatkan kegiatan kelenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang akut atau kronis. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekhawatiran menyebabkan menurunya kegiatan sistem pencernaan dan bisa juga menyebabkan sembelit. cara penyenbuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab ketegangan emosi.Radang pada lambung tidak dapat disembuhkan ,demikian pula didiare dan sembelit,jika faktor-faktor yang menyebabkan munculkan emosi tidak dihilangkan.
Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang yang gagap sering dapat normal berbicara jika dalam keadaan relaks atau tenang. Namun, jika dia dihadapkan pada situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan maka akan menunjukkan kegagapan.
Perilaku ketakutan,malu-malu atau agresif dapat disebabkan ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita berbeda-beda terhadap orang. Seorang siswa bisa saja tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar di kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, Akibatnya, ia mungkin menjadi takut ketika menghadapi tes tulisan. Akibatnya, ia memutuskan untuk membolos, atau melakukan kegiatan yang lebih buruk lagi, yaitu melarikan diri dari orangtua, guru, atau dari otoritas lain.
Labels: Makalah

Thanks for reading Pertumbuhan dan Perkembangan terhadap Pendidikan. Please share...!

0 Komentar untuk "Pertumbuhan dan Perkembangan terhadap Pendidikan"

Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar

Back To Top