belajar dan berbagi

Makalah Pengantar Hukum Indonesia

Makalah Pengantar Hukum Indonesia

Makalah Pengantar Hukum Indonesia
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam hukum terdapat sistem hukum. Sistem hukum itu mengandung beberapa pengertian dan beberapa macam jenis sistem hukum yang ada didunia ini.
Oleh karena itu didalam makalah kami ini akan membahas secara singkat tentang pengertian sistem hukum itu,dan beberapa macam jenis sistem hukum tersebut.


B.RUMUSAN MASALAH
Dari makalah ini penulis membuat rumusan masalah:
a) Apa yang dinamakan dengan sistem hukum ?
b) Apa yang dinamakan sistem hukum nasional?
c) Ada berapa macam jenis sistem hukum itu ?







BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM HUKUM
Obyek ilmu hukum adalah hukum yang terutama terdiri dari kumpulan peraturan-peraturan hukum yang tampaknya bercampur aduk merupakan chaos: tidak terbilang banyaknya peraturan-peraturan undangan yang dikeluarkan setiap tahunya.
Hukum itu sendiri bukanlah sekedar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri. Arti pentingnya suatu peraturan hukum ialah karena hubunganya yang sistematis dengan peraturan-peraturan hukum lain.
Hukum merupakan system berarti bahwa hukum itu merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yag terdiri dari bagian-bagian atau unsure-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Dengan perkataan lain system hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. kesatuan tersebut diterapkan terhadap kompleks unsure-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas hukum dan pengertian hukum.
Jadi pada hakikatnya system, termasuk system hukum merupakan suatu kesatuan hakiki dan terbagi-bagi dalam bagian-bagian, didalam mana setiap masalah atau persoalan menemukan jawaban atas penyelesainya. Jawaban itu terdapat dalam system itu sendiri.
Ada dua macam system, yaitu system konkrit dan system abstrak atau konseptual . System yang konkrit adalah system yang dapat dilihat atau diraba. System abstrak adalah system yang terdiri dari unsur-unsur ynag tidak konkrit, yang tidak menunjukan kesatuan yang dapat dilihat.
Disamping apa yang diketengahkan dimuka dibedakan antara system terbuka dan tertutup. System terbuka mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkunganya. Unsur-unsuryang tidak merupakan bagian system mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur didalam sistem .
Sistem hukum merupakan sistem terbuka. Sistem hukum merupakan kesatuan unsur-unsur(yaitu peraturan,penetapan) yang di pengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan,ekonomi, sejarah dan sebagainya. Tetapi meskipun dikatakakan bahwa sistem hukum itu terbuka, namun didalam sistem hukum itu ada bagian-bagian yang sifatnya tertutup. Ini berarti bahwa pembentuk Undang-undang tidak memberi kebebasan untuk pembentukan hukum. Hukum benda dan keluarga merupakan sistem hukum tertutup, yang berarti bahwa lembaga-lembaga hukum dalam keluarga dan benda jumlah dan jenisnya tetap.
Sistem hukum itu berkembang sesuai perkembangan hukum. Pandangan tentang arti atau bagian-bagian seperti peraturan,pengertian, dan asas-asas hukum akan mempengaruhi perkembangan sistem. Meskipun demikian karena struktur memberi ciri khas sistem, maka sistem dapat bertahan sebagai satu kesatuan. Sebagaiman sifat hukum maka sistem hukum itu, mempunyai kontinuitas, bersifat berkesinambungan.

Sebagaimana sistem pada umumnya, sistem hukum pun mempunyai sifat konsisten atau ajeg. Telah dikemukakan bahwa dalam sistem tidak dikehendaki adanya konflik dan kalau terjadi konflik tidak akan dbiarkan. Karena dalam masyarakat manusia itu terdapat banyak kepentingan, maka tidak mustahil terjadi konflik antara kepentingan-kepentingan itu.
Sistem hukum sifatnya lengkap. Ketidaklengkapan atau kekurangan-kekurangan diadalam sistem itu akan dilengkapi oleh sistem itu sendiri dengan adanya penafsiran-penafsiran.
B. SISTEM HUKUM NASIONAL
Pada setiap merdeka, secara teoritis maupun secara praktek penyelenggaraan Negara, selalu diusahakan agar sistem hukum yang berlaku adalah sesuai untuk kehidupan bernegara. Rumusnya ialah sitem hukum nasional.
Namun, dalam hal bernegara yang terbentuk melalui suatu revolusi, dari segi hukum berarti perombakan tatanan hukum dan tatanan Negara yang ada, maka timbul permasalahan-permasalahan yang mendasar, yang perlu diatasi agar kelangsungan hidup Negara yang dibentuk tersebut terjamin.
Jaminan pertama ialah menghindarkan adanya kekosongan hukum dengan membuat suatu aturan peralihan yang menjamin agar segala badan Negara dan peraturan yang ada masih berlangsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar. Hal inilah yang menyebabkan masuknya peraturan perundangan zaman colonial yang masih diperlukan.
Jaminan kedua ialah menentukan tata cara membuat peraturan perundangan, cita-cita hukum dalam bernegara tersebut, dasar kebijakan pembuatan peraturan mengenai warga Negara maupun yang mengenai seluruh penduduk.
Dalam hal ini factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu tata hukum nasional yang baik, antara lain ialah:
• Sumber dasar hukum nasional yaitu pancasila;
• Cita-cita hukum nasional;
• Politik hukum nasional;
• Peringkatan hukum nasional;
• Mekanisme pengembangan hukum nasional;
• Lembaga yang menangani hukum nasional;dan
• Kesadaran hukum masyarakat.
Secara teknis perundang undangan, diperlukan suatu program legislatif yang baik, dan adanya suatu peroses legislatif termasuk teknik perundang undangan yang memadai.
C. MACAM-MACAM SISTEM HUKUM
Ada berbagai macam sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh Negara-negara didunia pada saat ini antara lain: sistem hukum eropa continental, sistem hukum anglo saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama.
1) Sistem hukum eropa continental
Sistem hukum eropa continental adalah suatu sistem hukum dengan cirri-ciri adanya berbagai ketentua-ketentuan hukum dikodifikasi(dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapanya. Hampir 60% Negara yang menganut sistem hukum ini.

2) Sistem hukum anglo saxon
Sistem hukum anglo saxon ialah suatu sitem hukum yang didasarkan pada yurispudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
Sistem hukum ini diterapkan dinegara Irlandia, Inggris Australia, Slandia Baru, Afrika Selatan, Kanada( kecuali provinsi Quebel) dan Amerika Serikat.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya lebih mudah terutama pada masyarakat pada Negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembngan zaman. pendapat para ahli dan praktisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim dalam memutuskan perkara.
3) Sistem hukum adat
Sistem hukum adat ialah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasan yang berlaku diasuatu wilayah.
4) Sistem hukum agama
Sistem hukum ini ialah sistem hukum yang berdasarkan ktentuan-ketentuan tertentu, sistem hukum agama biasanya terdapat dalam kitab suci.






BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi pada hakikatnya system, termasuk system hukum merupakan suatu kesatuan hakiki dan terbagi-bagi dalam bagian-bagian, didalam mana setiap masalah atau persoalan menemukan jawaban atas penyelesainya. Jawaban itu terdapat dalam system itu sendiri.
Ada dua macam system, yaitu system konkrit dan system abstrak atau konseptual . System yang konkrit adalah system yang dapat dilihat atau diraba. System abstrak adalah system yang terdiri dari unsur-unsur ynag tidak konkrit, yang tidak menunjukan kesatuan yang dapat dilihat.

B. SARAN
Kami sebagai pemakalah menghimbau kepada para teman-teman semua jika makalah kami ini terdapat banyak kesalah yang kami lakukan kami meminta saran dan kritik dari teman-teman semua. Semoga apapun kritikan dari teman semua bisa menjadi motivasi buat kami untuk lebih baik lagi.
Peran Guru

Peran Guru

A. Latar Belakang Masalah.
Sekolah sebagai pendidikan Formal diselenggarakan secara sengaja, sistematis dan terencana. Program-program pendidikan diselenggarakan dengan maksud membentuk siswa yang terdiri dari anak-anak yang belum dewasa agar mampu menjalankan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tingkat umur masing-masing. Pembagian tingkatan sekolah dan kelas selain memudahkan pengendalian dan
penyelenggaraan pendiriikan juga untuk menempatkan siswa-siswi yang setingkat dengan perkembangan kejiwaan masing-masing siswa.
Kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran juga sangat strategis dan menentukan. Strategi guru akan menentukan kedalaman dan keluasaan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang membuat siswa mengerti bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada mereka Salah satu mempengaruhi tugas guru ialah kinerjanya di dalam merencanakan/ merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
“Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar,dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang akan di ajarkan”.
Kemudian aktivitas guru yang selanjutnya adalah harus selalu melakukan seefektif mungkin perencanaan yang telah dibuat dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan kondisi belajar yang efektif pula, suatu hal yang sesuai dengan yang direncanakan kemudian direalisasikan dengan baik sehingga siswa benar-benar menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang semestinya mereka capai.
Efektifitas guru dalam mengajar perlu diperbaiki dan dikembangkan berdasarkan kelemahan dan kekurangan yang kemungkinan oleh keterbatasan sumber daya yang ada. Pengembangan efektifitas mengajar yang perlu ditingkatkan itu bertitik tumpu pada perencana, sehingga dapat dicari alternatif pemecahan masalah, dan guru dapat meningkatkan hak-hak yang praktis yang dapat dilakukan. Dan hal ini dapat dilakukan dalam evaluasi pembelajaran itu sendiri.
Cara penghidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar melestarikan kebudayaan serta menanamkannya kepada generasi penerus, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.
Sistem pendidikan sekarang ini bukan saja untuk dapat membaca, menulis maupun mendiriik tenaga administrasi murahan belaka seperti yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dulu, akan semakin maju. Kemajuan ini tentunya harus diimbangi dengan pengelola yang berdedikasi tinggi, antara lain “guru”, tugas guru adalah mendidik dan memberikan bimbingan kepada anak-anak didiknya.
“Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu”.
Untuk itu mengajar dan mendidik merupakan faktor terpenting dalam terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif dan untuk mencapai semua itu guru harus memiliki kesiapan tertulis secara tertulis dan sistematis.
Dalam pada itu peranan guru adalah untuk berusaha meningkatkan evesiensi belajar mengajar. Mengajar merupakan suatu aktivitas untuk menciptakan suatu kondisi untuk menanamkan atau menyiapkan suatu kondisi untuk menyampaikan pengetahuan dan kebudayaan kepada anak didik. sebagai hasil perbuatan tersebut harus berbentuk tiga aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
“Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar, kalau belajar dikatakan milik siswa,maka mengajar sebagai kegiatan guru”.
Lalu disini sejauh mana peranan guru wali kelas dalam kaitan dalam kaitan meningkatkan motivasi belajar siswa. Peranan dan fungsi serta tanggung jawab yang ada tidak hanya ditinjau dan satu segi saja, ia harus ada interaksi kependidikan antara guru dan anak didik.
Setiap guru dan petugas pendidikan, pendidikan lain hendaklah benar-benar memahami setiap tujuan yang telah ditetapkan agar memahami jenis kegiatan belajar mengajar yang perlu direncanakan bagi tercapainya tujuan tersebut, guru serta wali kelas merupakan unsur terpenting dalam terselenggaranya pendidikan dengan mutu yang baik disekolah dalam meningkatkan motivasi belajar mereka baik didalam maupun diluar sekolah namun demikian tidak berarti keberhasilan efesiensi belajar, belajar mengajar dalam menteransformasikan pendidikan menuju peningkatan motivasi belajar anak didik tertuju pada pihak semata tapi setidak tidaknya pendidik (guru wali kelas) harus berperan sebagai komunikator, mediator, dan fasilitator.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana peranan wali kelas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Kerangka Teori.
1. Peranan Wali Kelas.
Kegiatan kelas merupakan inti program pendidikan,dan guru kelas memegang peran penting dalam bimbingan.
”Guru / wali” kelas harus mengetahui bahwa perannya tak terbatas sebagai pengajar saja, tapi juga bertugas membantu siswa, mendorong mereka belajar secara optimal dengan cara memberikan bahan pelajaran yang bermakna bagi mereka dan kesempatan bagi siswa untuk turut menilai dan menentukan langkah – langkah kegiatan.”
jelas bahwa bimbingan tak tak terlepas dari pekerjaan guru di kelas.
Wali kelas mempunyai tanggung jawab melihat sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanya salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar mengajar fase dan proses perkembangan siswa. Secara lebih rincinya tugas wali kelas berpusat kepada:
a. Mendidik siswa dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti :sikap, penilaian dan penyesuaian diri

Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan setiap individu. Setiap individu senantiasa di tantang untuk menyesuaikan diri sebaik-baiknya. kesempatan belajar mungkin terbuka berbagai sumber dan media, seperti ; surat kabar, radio, televisi, dan sebagainya, Dia pun dapat belajar dalam berbagai kesempatan dan kegiatan diluar jam sekolah. Wali kelas hanya merupakan salah satu di antara berbagai sumber dari berbagai modia belajar. dengan demikian peranan wali kelas dalam belajar ini lebih luas dan lebih mengarah kepada suatu peningkatan motivasi belajar siswa.
Melalui peranannya sebagai wali kelas diharapkan mampu memotivasi siswa untuk senang tiasa belajar dalam berbagai sumber dan media. Guru Wali kelas akan mampu membantu siswa secara efektif, dapat mempergunakan berbagai sumber dan berbagai kesempatan belajar serta media belajar, hal ini berarti guru wali kelas dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya dan juga dapat memberikan fasilitas yang memadai, sehingga siswa dapat belajar secara efektif.
Dan uraian diatas, jelas bahwa peranan guru wali kelas telah meningkatkan dan berbagai pengajar menjadi sebagai direktur (pengarah) belajar. sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung jawab guru wali kelas lebih meningkat yang kedalamannya termasuk fungsi guru wali kelas sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran ,penilai hasil belajar dan sebagai pembimbing.
Sebagai perencana pengajaran, seorang guru wali kelas di harapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu ia harus mempunyai pengetahuan-pengetahuan yang cukup tentang prinsip mengajar, seperti; merumuskan tujuan, memilih metode, menetapkan evaluasi dan sebagainya. Seorang guru wali kelas akan mampu mengelola seluruh kegiatan proses belajar mengajar dengan menciptakan kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efesien. Fungsinya sebagai penilai hasil belajar murid seorang guru senantiasa belajar terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dan waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap hasil belajar mengajar dan dijadikan sebagai titik tolak untuk mencapai, memperbaiki dun meningkatkan proses belajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan senantiasa meningkatkan tens menerus dalam mencapai hasil yang optimal.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, hendaknya guru wali kelas senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
“istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang tergantung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut”.
beberapa penelitian menunjukkan bahwa motif berperestasi mempunyai kolerasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan belajar mengajar. Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi ini yaitu:
a. Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar
b. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran,
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai prestasi yang lebih baik di kemudian hari,
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Sebagai direktur belajar, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya melalui pendekatan intruksional akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajar mengajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar sekaligus berperanan sebagai pembimbing dalam prose belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk:
1. Mengenal dan memahami siswa baik secara individu maupun kelompok
2. Memberi penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar;
3. Memberikan kesempatan yang memadai agar siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya
4. menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

Untuk itu para guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkan dalam proses belajar mengajar.(Slameto, 100 2003)

2. Motivasi Belajar Siswa
Pengertian motivasi belajar siswa
“ Kata “Motif” di artikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat di katakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut ”Mc.Donald”, Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang timbul dan hasil latihan seorang individu dan tidak tahu menjadi tahu.
Dalam kegiatan belajar maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan hasil kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

“Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita”.

“Motivasi belajar siswa adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang has adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. siswa yang mempunyai motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar”.
Dalam hubungan dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. dalam hal ini sudah tentu peran guru sangat penting. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik pula.
Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, mental (bisa jadi) gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar. jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
Memberi motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu. Pada awalnya akan menyebabkan subjek belajar itu merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Seseorang melakukan aktivitas belajar itu didorong oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Untuk belajar sangat diperlukan motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut, jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapain prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. “Motivasi yang mempunyai daya penggerak yang besar biasanya adalah motivasi yang bersifat intrisk”.
Yang dimaksud dengan motivasi menurut pan pakar dalam Ramayulis seperti:
a. crider, motivasi adalah sebagai hasrat, keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada suatu objek.
b. Nasution, motivasi siswa adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.
c. Richer.A.Fear, motivasi yang dimiliki seseorang akan menentukan keberhasilan suatu pekerjaan, sekalipun aktivitas tersebut ditunju oleh pembawaan, bakat dan keterampilan.

Dalam proses belajar haruslah memperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif berpikir atau memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan menunjang belajar.
Motivasi dapat ditananamkan kepada siswa dengan can memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelas bahwa motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan dengan memperkuat, jadi latihan itu sangatlah perlu dalam belajar, fungsi motivasi meliputi sebagai berikut :
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tampa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya sebuah motivasi akan membentuk cepat Iambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi sebagai sebuah proses mengantar siswa kepala pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.
b. Memusatkan perhatian siswa tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.

Selanjutnya menurut Ramayulis ada beberapa can oleh seorang guru untuk menarik minat siswa seperti:

a. Cara belajar siswa yang baik.
b. Alat peraga yang cukup.
c. Intonasi yang tepat dan humor.
d. Mungkin juga dengan menggunakan contoh yang tepat, up to date dan sebagainya.

Pengaruh suasana kelas (Sosial Cliwate) terhadap din anak, ada tiga macam:
a. Suasana otokratis. Guru wali kelas banyak memegamng tanggingjawab.
b. Suasana praktis, anak lebih memegang tanggung jawab, lebih ramah, suka bekerja sama, suka memberi saran dan menghargai temannya.
c. Suasana Laissez Faire. Agak agresif dan bermusuhan.

Peranan wali kelas yang kondusif dan efektif diharapkan dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar. dengan demikian guru wali kelas dan guru-guru hendaknya memperhatikan dengan serius tentang peningkatan motivasi belajar siswa agar dapat tercapai peroses tujuan pembelajaran
Peran Teknologi dalam Perkembangan Pendidikan

Peran Teknologi dalam Perkembangan Pendidikan

Peran Teknologi dalam Perkembangan Pendidikan
A. Pendahuluan
Tidak dapat disangkal bahwa teknologi merupakan suatu "kawasan" yang dapat membantu memecahkan masalah kehidupan umat manusia dari masa ke masa secara efektif dan efisien. Dalam kehidupan sehari¬hari, peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk teknologi, baik yang dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati. Menghadapi situasi dan kondisi seperti ini, peserta didik di jenjang pendidikan dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang "melek teknologi", yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi
Bahan kajian yang diperuntukkan bagi jenjang pendidikan dasar dapat mencakup ranah teknologi dan masyarakat, produk teknologi, serta perancangan dan pembuatan karya teknologi sederhana. Agar perolehannya bermakna, pembelajaran kurikulum pendidikan teknologi hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan pendekatan empat pilar belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
B. Pengenalan Awal Teknologi
Pada suatu hari putri kedua saya yang pada saat itu masih di Kelas II SD (sekarang kelas IV) bertanya, dan tidak ada jeleknya jika pertanyaannya tersebut direnungkan oleh pengembang kurikulum. Pertanyaannya adalah, "Pa... mengapa setrika yang dicolokkan ke listrik menjadi panas, tetapi kulkas yang dicolokkan ke listrik menjadi dingin?" Lugu d,an sederhana pertanyaan tersebut, tetapi sulit untuk menjelaskannya saat itu.
Pertanyaan tersebut merupakan salah satu produk teknologi yang sangat banyak berada di depan peserta didik kita. Produk teknologi menimbulkan berbagai pertanyaan bagi anak didik. Oleh karena itu,
perlukah kurikulum pendidikan teknologi diberikan kepada peserta didik sedini mungkin? Jawabnya barangkali "analog" dengan jawaban yang dibutuhkan oleh putri saya di atas.

Dalam mengembangkan kurikulum, salah satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah "sesuai dengan kebutuhan". Namun, kesepakatan ini baru menjadi masalah apabila diikuti pertanyaan lanjutan, misalnya kebutuhan siapa? Untuk masyarakat yang mana? Masyarakat yang mau diarahkan ke mana? Masyarakat agraris, masyarakat industri, masyarakat saat ini, masyarakat tahun 2025, atau masyarakat yang "melek" teknologi.
Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan selalu mendapat sorotan masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua, dan lain-lain yang merasa berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan. Bahkan, Winarno Surakhmad (2000: 2) mensinyalir bahwa kurikulum yang diciptakan untuk "Memecahkan Masalah Tertentu Ternyata LahirJustru sebagai Masalah". Oleh karena itu, pengembang kurikulum harus dapat menganalisis, mengadakan koreksi terhadap kekurangannya, dan mencari alternatif pemecahan masalah yang kreatif, inovatif, dan misioner.
Soedijarto (1993: 125) mengemukakan bahwa dalam menghadapi abad ke-21, ada tiga indikator utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari kemampuan pribadi lulusannya, yaitu (1) kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan, (2) kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, baik dalam segi sosial budaya, dalam segi politik, dalam segi ekonomi, maupun dalam segi fisik biologis, dan (3) kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Sementara itu, Wardiman (1996: 3) menyatakan bahwa pendidikan hendaknya dapat meningkatkan kreativitas, etos kerja, dan wawasan keunggulan peserta didik.
Dari dua pendapat tersebut tampaknya terdapat kesamaan misi dan visi yang didasarkan pada kenyataan bahwa dunia nyata yang akan dihadapi oleh para peserta didik penuh dengan persaingan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali kemampuan guna mengantisipasinya dan dapat mencari alternatif penyelesaian masalah kehidupan yang dihadapinya.
Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah adanya perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun, yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya berwujud teknologi.
99
Nana Syaodih S. (1997; 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada ateu manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Teknologi is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan IskandarAlisyahbana (1980; 1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang teknologi.
Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian di atas tampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi apabila seseorang menggunakan alatdan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknolog,i "dunia" terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu (1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa, (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamahan.
Dalam kaitan ini, maka timbul pertanyaan, kurikulum apa yang dapat memberikan bekal kepada peserta didik di jenjang pendidikan dasar sehingga mereka dapat diarahkan kepada masyarakat yang "sadar teknologi" atau masyarakat yang "melek teknologi", Pertanyaan yang sama, bagaimana menerjemahkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, sehingga pembelajaran mencerminkan kawasan pendidikan teknologi.
C. Dasar Pemikiran Perlunya Teknologi dalam Pendidikan' Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum di dalam sistem pendidikan dan dalam perkembangan proses kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum harus dikerjakan dengan teliti. Pengembangan kurikulum membutuhkan landasan yang kuat dan didasarkan.atas berbagai hal, misalnya landasan filosofis, analisis, psikologis, empiris, politis, dan lain sebagainya.

Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 menegaskan paling tidak terdapat dua tujuan Pendidikan Nasional, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan. Menurut Soedijarto (1993: 70) pendidikan nasional selain bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa masih dituntut pula untuk: (1) meningkatkan kualitas manusia, (2) meningkatkan kemampuan manusia termasuk kemampuan mengembangkan dirinya, (3) meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, dan (4) ikut mewujudkan tujuan nasional. Dengan menyadari hal tersebut, pengembangan kurikulum perlu selalu berorientasi pada perkembangan zaman dan masyarakat.
Selanjutnya dalam Pasal 37 UU No. 2 Tahun 1989, menyiratkan kaidah-kaidah bahwa kurikulum harus dapat memberikan suatu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk dapat: (1) mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan serta kemampuan mengembangkan diri, (2) kemampuan akademik dan/atau profesional untuk menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, maupun untuk kesenian (Soedijarto, 1993: 47).
Sementara itu, Ki Hajar Dewantara (1946; 15) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan faktor penting sebagai akar pendidikan suatu bangsa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam mengembangkan kurikulum, kedudukan kebudayaan merupakan variabel yang penting.
Ahli lain seperti Print (1993; 15) menyatakan pentingnya kebudayaan sebagai landasan bagi pengembangan kurikulum dan kurikulum adalah konstruksi dari suatu kebudayaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas cara seseorang hidup dan mengembangkan kehidupannya, sehingga ia tidak hanya menjadi landasan di mana kurikulum dikembangkan, melainkan juga menjadi sasaran hasil pengembangan kurikulum itu.
Winarno Surakhmad (2000: 4) menyatakan bahwa kurikulum masa depan adalah kurikulum yang mengutamakan kemandirian dan menghargai kodrat, hak, serta prestasi manusia. Ini berarti dalam pengembangan kurikulum sesuatu yang konkret dan bersifat empiris clad suatu komunitas sosial tidak dapat dipisahkan, di samping tuntutan kemampuan masyarakat itu sendiri.
Dengan bercermin pada kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang sedang ditempa oleh fenomena sosial yang amat besar, yaitu gelombang reformasi dan isu-isu yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan lingkungan hidup maka perlu kajian-kajian yang mendalam guna reposisi maupun reorientasi kurikulum.
Tuntutan masyarakat pada hakikatnya adalah amat kompleks dan beragam, sebab hal ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis tiap¬tiap individu. Perbedaan individu berhubungan dengan perkembangannya, latar belakang sosial budaya, dan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan lain yang diperlukan dalam pengembangan kurikulum adalah teori belajar, yaitu tentang bagaimana peserta didik belajar. Banyak sekali teori belajar yang dikenal saat ini. Teori-teori tersebut dikembangkan terutama dari psikologi, Ratna Wilis Dahar (1989) antara lain menyebutkan: (1) Behaviorisme Ivan Pavlov: Classical Conditioning; E.L. Thorndike: Hukum pengaruh; B.F. Skinner: OperantConditioning), (2) Cognitive (Akomodasi dan Asimilasi dari Piaget; belajar berniakna dari Ausubel; Skemata), dan sebagainya tentu saja amat berguna dalam pengembangan kurikulum.
Marpaung (2000: 2) dalam hasil wawancaranya dengan guru antara lain menyebutkan bahwa apabila siswa ditanya oleh guru dan apabila pertanyaan yang diajukan oleh guru agak sulit dan mereka tidak yakin bahwa jawabannya benar maka mereka akan diam. Hasil penelitian Munawir Yusuf (1997: iii) menyebutkan bahwa terdapat: (a) 68% siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca, (b) 71,8% kesulitan belajar menulis, dan (c) 62,2% kesulitan belajar berhitung. Dua contoh tersebut merupakan satu dari masalah yang berkaitan dengan hal "bagaimana" seharusnya memperoleh perolehan sehingga peserta didik diajak untuk berpikir dan menghayati bahan ajarnya.
Gencarnya perkembangan iptek menuntut adanya manusia-manusia yang kreatif agar mereka dapat memasuki dunia yang amat kompetitif. Berkaitan dengan hal tersebut, M.S.U. Munandar (1987: 56-59) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur yang ada.
Dari beberapa pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa di jenjang pendidikan dasar tampaknya merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah berkaitan dengan pembudayaan teknologi. Pendidikan teknologi pada hakikatnya merupakan mated pembelajaran yang mengacu pada bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk membahas masalah teknologi dan kemasyarakatan, memahami dan menangani peralatan hasil teknologi, memahami teknologi dan dampak lingkungan, serta membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana melalui kegiatan-kegiatan merancang dan membuat (BTE,1998: 7),
D. Dasar Pertimbangan Perumusan
Adanya rasa tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, maka kurikulum Pendidikan Teknologi untuk siswa jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan salah satu kurikulum yang "bertugas" menghidupkan budaya teknologi dalam abad "teknologi" ini,

Di berbagai negara dirasakan bahwa pendidikan teknologi perlu diperkenalkan pada peserta didik sejak usia dini. Hal ini amat dibutuhkan, sebab dalam kehidupan di sekitar umat manusia banyak sesuatu hal yang merupakan hasil teknologi. Satchweld dan Gugger berpendapat bahwa (1) teknologi merupakan aplikasi pengetahuan, (2) teknologi merupakan "Application Based" karena merupakan kombinasi dari pengetahuan, pemikiran, dan tindakan, (3) teknologi mengembangkan kemampuan manusia karena dengan teknologi memungkinkan manusia mengadaptasi dan menata dunia fisik yang telah ada, dan (4).teknologi berada dalam ranah sosial dan ranah fisik karenanya dikenal adanya teknologi keras dan teknologi lunak.
Pertanyaannya adalah, teknologi yang mana, teknologi yang bagaimana, dan teknuiogi untuk siapa yang cocok dan tepat bagi anak seusia SD dan SMP. Dalam kaitan ini, Soedijarto (2000: 81) memberi panduan bahwa mated apa pun yang dipelajari oleh siswa ukuran keberhasilannya adalah: (1) melahirkan manusia yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu kehidupan (meningkatkan penghasilan dan daya beli, meningkatkan kesehatan, dan berbagai dimensi kehidupan yang menunjukkan kebermutuan kehidupan, dan (2) martabat manusia (memperoleh kehidupan dan pekerjaan yang layak).
Untuk mencari "apa" nya pendidikan teknologi di pendidikan dasar, dapat menggunakan pendekatan keempat model konsep pengembangan kurikulum, yaitu
a, kurikulum subjek akademis, sebab pada dasarnya teknologi ada sejak manusia itu ada, dan pengetahuan tentang teknologi begitu banyak;
b, kurikulum humanistik, sebab pendidikan teknologi mengajarkan bagaimana setiap individu dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya;
c. kurikulum teknologi, sebab pendidikan teknologi selain peserta didik memiliki kompetensi-kompetensi tertentu, juga dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pendekatan desain pembelajaran tertentu;
( 103
(4) kurikulum rekonstruksi sosial, sebab konsep pendidikan teknologi dapat dengan mudah terbentuk pada diri peserta didik melalui aktivitas atau eksperimen (Confrey, 1990: 20). Hal ini dapat dipandang bahwa peran interaksi sosial merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangan kurikulum teknologi.
Diperuntukkan kepada "siapa" pendidikan teknologi tersebut? Tampaknya teori perkembangan Piaget dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan teknologi di jenjang pendidikan dasar tersebut. Dalam teori Piaget dinyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Menurut teori ini, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual yang dilalui peserta didik dan dibagi dalam empat tahap, yaitu (1) tahap sensorimotor, ketika anak berumur 1,5-2 tahun, (Z) tahap pra¬operasional, ketika anak berumur 2/3-7/8 tahun, (3) tahap operasional konkret, ketika anak berumur 7/8-12/14 tahun, dan (4) tahap operasional formal, ketika anak berumur 14 tahun ke atas (Dahar, 1989: 149-165).
Selanjutnya, teori ini juga menjelaskan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) asimilasi, proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif seseorang, (Z) akomodasi, proses kognitif seseorang dengan pengetahuan yang baru, dan (3) ekuilibrasi, proses penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi dan akomodasi.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana pola pembelajaran pendidikan teknologi dilaksanakan di sekolah? UNESCO melalui the International Commission on Education for the Twenty-first Century yang dipimpin oleh Jacques Delors sebagaimana dikutip Soedijarto (2000: 85) menyatakan bahwa untuk memasuki abad ke-21, pendidikan perlu dimulai dengan empat pilar proses pembelajaran, yaitu (1) learning to know, (Z) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Lebih lanjut Soedijarto menyatakan bahwa proses pembelajaran ideal ini dengan sendirinya akan selalu berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan peserta didik dan akan dapat menghasilkan manusia terdidik yang mampu membangun masyarakatnya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasakan manfaat dari pendidikan.
Dengan adanya suatu lembaga pendidikan yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik maupun masyarakat, kiprah dunia pendidikan akan dapat memperoleh dukungan dan peran serta aktif dari peserta didik maupun masyarakat itu sendiri.
Dari beberapa pertimbangan yang telah dikemukakan di atas maka dalam menentukan rumusan tujuan pembelajaran dan bahan ajar, pendidikan teknologi mengacu atas hal-hal sebagai berikut.
I. Rumusan Tujuan
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pada pencapaiari tujuan Pendidikan Nasional yang terdapat pada Pasal 4 UU No. Z Tahun 1989, yaitu untuk mengembangkan manusia yang utuh, meliputi; (1) keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) berkepribadian yang mantap dan mandiri, dan (5) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan teknologi hendaknya mengacu pula pada pencapaian tujuan pendidikan dasar yang terdapat pada Pasal 3 PP No. 27 Tahun 1990, yaitu untuk memberikan bekai kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kehidupannya sebagai: (1) pribadi, (2) anggota masyarakat, (3) warga negara, (4) anggota umat manusia, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Tujuan pendidikan teknologi hendaknya agar para lulusan di jenjang pendidikan dasar memiliki kesadaran dan kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep teknologi beserta dampaknya, mampu mempergunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan, dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai teknologis.
2. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar: (1) pokok-pokok bahasan yang paling esensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar bagi pencapaian tujuan pencliclikan, dan (2) pokok bahasan, konsep, serta prinsip atau mode of inquiry, sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengemban;kan dan memiliki kemampuan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak teramalkan (Soedijarto, 2000: 19-51).
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut.
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi.
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas:
1) teknologi dan masyarakat (berintikan teknologi untuk kehidupan sehari-hari, industri, profesi, dan lingkungan hidup);
/ 1
2) produk teknologi dan sistem (berintikan bahan, energi, dan informasi);
3) perancangan dan pembuatan karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan).
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi.
Dengan ketiga ruang lingkup ini, pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan teknologi peserta didik akan memiliki kemampuan dalam hal: (1) menggunakan dan memelihara produkteknologi, (2) menyadari tentang proses teknologi dengan prinsip kerjanya, (3) menyadari dampakteknologi terhadap manusia, (4) mampu "mengevaluasi" proses dan produk teknologi, dan (5) mampu membuat hasil teknologi alternatif yang disederhanakan bahkan yang paling sederhana.
3. Bahan Ajar yang Pokok-Pokok
Dari tujuan dan lingkup pendidikan teknologi di atas, berikut adalah pokok-pokok bahan ajar yang dianggap "ampuh" untuk peserta didik di jenjang pendidikan dasar (BTE,1998), keterampilan dasar teknik, penjernihan air, bioteknologi, pengolahan macam-macam bahan, teknologi dan profesi, teknologi produksi, persambungan dan penguatan konstruksi, konversi energi, prinsip-prinsip teknik, sistem teknik (mesin dan reka cipta), transportasi dan navigasi, teknologi dan lingkungan hidup, instalasi listrik, komunikasi, komputer dan teknologi kontrol, desain teknologi terapan, dan usaha milik sendiri.
4. Pembelajaran
Agar perolehan peserra didik menjadi bermakna, pendidikan teknologi harus dirancang dengan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir alternatif, dan mampu menilai sendiri hasil karyanya.
Hal ini selaras dengan Soedijarto (2000: 69) yang merekomendasikan bahwa untuk memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
a, learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini-diharapkan akan lahirgenerasi yang memiliki kepercayaan bahwa manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi diberi kemampuan untuk mengelola den mendayagunakan alam bagi kemajuan taraf hidup manusia.
Kompetensi Profesionalisme Guru

Kompetensi Profesionalisme Guru

Guru yang Profesional Memiliki Kompetensi dalam Melaksanakan Program Pembelajaran


Sbelum membahas lebih jauh tentang kompetensi guru, terlebih dahulu dibahas tentang hakikat kompetensi seseorang. Bahasan tentang kompetensi seseorang ini menjadi dasar untuk mencari karakteristik kompetensi seseorang.

Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan terbentuknya kompetensi seseorang adalah teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewin. Asal teori medan itu sendiri berangkat dari teori psikologi Gestalt yang dipelopori oleh tiga psikologi Jerman, yakni Max Wertheimer, Kohler, dan Kofka, di mana dalam teori mereka disebutkan bahwa kemampuan seseorang ditentukan oleh medan psikofisis yang terorganisasi yang hampir sama dengan medan gravitasi. Perhatian utama dalam teori ini adalah masalah persepsi, belajar, dan berpikir. 16
Selanjutnya, Kurt Lewin mengembangkan teori ini dengan memosisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena medan gravitasi di sekitarnya yang turut membentuk potensi seseorang secara individu. Artinya, kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungannya yang dalam pandangan teknologi pembelajaran lingkungan tersebut diposisikan sebagai sumber belajar. Selain itu, sistem informasi yang diperoleh seseorang dari lingkungannya berupa pengalaman yang diperoleh secara empiris melalui observasi, pengetahuan ilmiah yang diterimanya dari pendidikan formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai pembentukan kompetensi dirinya.
Dengan kompetensi yang dimiliki individu, ia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan kehendaknya. Meskipun demikian, kehendak yang dilakukan individu tersebut tetap didasarkan pada aturan atau norma yang berlaku.


Kompetensi individu juga dapat terbentuk karena adanya potensi bawaan dan lingkungan sekitar. Teori yang mendasari pemikiran ini adalah teori konvergensi yang dipelopori oleh William Stern. Menurut teori ini, perkembangan pribadi dan kompetensi seseorang merupakan hasil dari proses kerja sama antara hereditas (pembawaan) dan environment (lingkungan). Tiap individu merupakan perpaduan atau konvergensi dari faktor internal (potensi-potensi dalam diri) dengan faktor eksternal (lingkungan termasuk pendidikan)." Bagaimanapun baiknya hereditas, apabila lingkungan tidak menunjang dan mengembangkannya maka hereditas yang sudah balk akan menjadi lafen (tetap tidur). Begitu juga sebaliknya, apabila hereditas sudah tidak baik, namun lingkungan memungkinkan dan menunjang maka kompetensi ideal akan tercapai.
Setelah mengetengahkan secara teoretis terbentuknya kompetensi seseorang, pertanyaannya adalah apa ciri seseorang dikatakan memiliki kompetensi? Seseorang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar bahwa kompetensi merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.'e Pendapat Munandar ini, menginformasikan dua faktor yang memengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni (a) faktor bawaan, seperti bakat, dan (b) faktor latihan seperti hasil belajar. Menurut Spencer, kompetensi sebagai penampilan kinerja atau situasi.'9 Pengertian Spencer lebih menekankan pada wujud dari kompetensi. Kompetensi tersebut sebagai daya untuk melakukan sesuatu yang mewujud dalam bentuk unjuk kerja atau hasil kerja.
Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa teori Lewin mengindikasikan bahwa kompetensi seseorang turut dibentuk oleh faktor pengetahuan yang diperolehnya melalui informasi. Dengan informasi yang diperoleh seseorang, akan bertambah pengetahuannya yang pada akhirnya terbentuk kompetensi dirinya. Pertanyaannya adalah, apakah sebenarnya kompetensi?
Menurut Munsyi, kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan. Performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati, tetapi juga meliputi perihal yang tidak tampak.
Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, ski!!, knowledge, attitude, etc. Menurut Fullan:
Competence is broad capacities as fully human attribute. Competence is supposed to include all "qualities of personal effectiveness that are required in the workplace"; it is certain that we have here a very diverse set of qualities indeed: attitudes, motives, interests, personal attunements of all kinds, perceptiveness, receptivity, openness, creativity, social skills generally, interpersonal maturity, kinds of personal identification, etc. - as well as knowledge, understandings, action and skills .20
Inti dari pengertian kompetensi menurut Fullan tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorang/masyarakat daripada apa yang mereka ketahui (what people can do rather than what they know). Hal ini ditandaskan oleh Houston yang dikutip oleh Samana bahwa kompetensi adalah kemampuan yang ditampilkan oleh guru dalam melaksanakan kewajibannya memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.zl
Menurut Littrell kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik.lz Sedangkan menurut Stephen J. Kenezevich, kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi.23 Kemampuan menurut Kenezevich merupakan hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, kepemimpinan, kecerdasan, dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan.
Spencer and Spencer mendefinisikan kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi.z4 R.M. Guion dalam Spencer and Spencerz5 mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi, dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.
Lebih lanjut Spencer and Spencer 26 membagi lima karakteristik kompetensi sebagai berikut.
1. Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu. Contohnya, orang yang termotivasi dengan prestasi akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung jawab melaksanakannya.
2. Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau informasi. Contoh penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisitif adalah lebih kompleks dalam merespons situasi secara konsisten. Kompetensi sifat ini pun sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan melaksanakan panggilan tugas.
3. Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contohnya, kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar dia menjadi efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri,
4. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. Contohnya, pengetahuan ahli bedah terhadap urat saraf dalam tubuh manusia.
5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.
Mereka juga mengkategorikan kompetensi ke dalam dua bagian, yaitu threshold competences dan differentiating competence .2,7 Threshold competences adalah karakteristik esensial (biasanya pengetahuan atau keterampilan dasar, seperti kemampuan membaca) yang seseorang butuhkan untuk menjadi efektifdalam suatu pekerjaan, tetapi bukan untuk membedakan pelaku superior dari yang rata-rata. Contohnya, pengetahuan pedagang tentang produk atau kemampuan mengisi faktur. Differentiating competences membedakan pelaku yang superior dari yang biasanya. Contohnya, orientasi prestasi yang diekspresikan dalam tujuan seseorang adalah lebih tinggi dari yang dikehendaki oleh organisasi.
Setelah membahas berbagai teori dan pandangan para ahli tentang kompetensi, selanjutnya bagaimana kompetensi guru itu? Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar befakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Selain itu, juga penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
Menurut Mohammad Amin, kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep hakikat guru dan hakikat tugas guru .29 Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan. Ace Suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan. Awalnya, tentu harus dibina melalui penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in service
training) yang mem pembinaan adminis
,efisiensi dalam sistem perencanaan, serta asi dan pembinaan kepegawaian.'o
u profesional menurut pakar pendidikan seperti
Kompetensi gui; Soediarto menuntut dirinya sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnosis, dan memprognosis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain; (a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, (b) bahan ajar yang diajarkan, (c) pengetahuan tentang karakteristik siswa, (d) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, (e) pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, (f) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, (g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.31 Tuntutan atas berbagai kempetensi ini mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan dalam kompetensi profesionalnya.
Semua hal yang disebutkan di atas merupakan hal yang dapat menunjang terbentuknya kompetensi profesional guru. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat melalui dampak perigiring, yakni di masyarakat. Sebab di antara yang berpengaruh pada pendidikan antara lain adalah komponen input, proses, dan keluaran pendidikan serta berbagai sistem lain yang berkembang di masyarakat.
Selain itu, salah satu unsur pembentuk kompetensi profesional guru adalah tingkat komitmennya terhadap profesi. Gail Sheehy sebagaimana dikemukakan oleh Ali Imron menyatakan bahwa sikap hidup seseorang apabila berumur 21 tahun sampai dengan 25 tahun, ;.iempunyai cita-cita, aspirasi, semangat, dan rencana hidup, berbeda dengan mereka yang berumur 50 tahun. Guru muda pada umumnya berambisi dalam karier'nya. Ada keinginan mencapai supremasi dalam hal ide. Sebaliknya, guru yang sudah lanjut usia, memiliki semangat yang sedikit demi sedikit berkurang,3z
Tingkat komitmen sebenarnya dapat digambarkan dalam satu garis kontinum, yang bergerak dari tingkatan rendah sampai dengan tingkatan tinggi. Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut,
a. Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan siswanya hanya sedikit.
b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya hanya sedikit.
c. Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.
Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut.
a. Perhatiannya terhadap siswa cukup tinggi.
b. Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya banyak.
c. Banyak bekerja untuk kepentingan orang lain .13
Pada dasarnya, komitmen belum dapat dijadikan penentu profesionalisme, apabila tidak didukung oleh tingkatan abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar. Tingkat abstraksi atau kemampuan menggunakan nalar sangat penting dalam melaksanakan tugas-tugas keguruan. Harvey, Hunt, Joice, dan Glickman melalui berbagai studi mereka menemukan bahwa guru dengan tingkatan kognitifnya tinggi, akan cenderung berpikir lebih abstrak, imajinatif, kreatif, dan demokratis. Guru seperti ini akan lebih fleksibel dalam melaksanakan tugas, bahkan memiliki hubungan yang balk dengan siswa dan teman sejawatnya.34
Oja, sebagaimana dikemukakan oleh Glickman melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa guru-guru yang tingkatan nalarnya tinggi dapat melihat berbagai kemungkinan dan mampu mencari berbagai alternatif model mengajar sehingga mereka umumnya konsekuen dan efektif dalam menghadapi siswa. Dengan modal kompetensi menggunakan nalar ini, guru bisa melihat sesuatu dari berbagai perspektif. Sebaliknya, apabila tingkat nalarnya rendah, hanya mampu menemukan salah satu alternatif saja. Akibatnya, guru merasa bingung ketika menghadapi masalah-masalah dalam kelas, dan tidak bisa berbuat banyak. Oleh karena itu, mereka cenderung meminta petunjuk dalam melakukan tugas.
Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.3' Perilaku di sini merujuk bukan hanya padaperilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang tidak tampak. Charles E. Jhonsons etal, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah atau tujuan tertentu. Barlow mengemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.' Dengan demikian, korrtipetensi guru merupakan kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas profesional guru bisa diukur dari seberapa jauh guru mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Cooper dalam Sudjana,"° mengemukakan empat kompetensi guru, yakni (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta (d) mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Grasser, Menurut Grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni (a) menguasai bahan pelajaran, (b) kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukurhasil belajarsiswa.
Sementara itu, Nana Sudjana4z telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Kompetensibidangkognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta pengetahuan umum lainnya, adalah pemilikan penguasaan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.'6
Guru merupakan pendidik formal di sekolah yang bertugas membelajarkan siswa-siswanya sehingga memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang semakin sempurna kedewasaan atau pribadinya. Karena itulah, guru terikat dengan berbagai syarat, yang di antaranya guru disyaratkan untuk memiliki sepuluh kemampuan dasar, yaitu (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menguasai media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa, (8) mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, serta (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pendidikan dan pengajaran,4'
Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain;
1. Kompetensi profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
2. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu " Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".
3. Kompetensi sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kompetensi untuk melakukan pelajaran yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai-nilai sosial dari nilai material.^8
Secara lebih tegas, Nasution mengemukakan berbagai kriteria untuk menilai kompetensi atau kemampuan guru, yaitu (1) Apakah guru menggunakan alat peraga untuk menjelaskan bahan yang akan
diajarkan? (2) Apakah guru hanya menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai dengan bahan yang diajarkan? (3) Apakah ia cukup mengajukan pertanyaan? (4) Apakah ia menguasai bahan yang diajarkan? (5) Apakah guru hanya memegang teguh buku pelajaran halaman demi halaman ataukah memberi pengetahuan yang luas pada anak-anak dengan menggunakan sumber lain? (6) Apakah guru mampu berinteraksi secara aktif terhadap masing-masing siswa? 49
Untuk itu, perlu disusun Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG berfungsi untuk mengukur kemampuan guru. Dengan demikian, APKG adalah suatu alat untuk mengukur tingkat kualitas kemampuan guru yang bersifat generic essentials. Dikatakan generic karena kemampuan tersebut secara umum harus dimiliki oleh setiap guru mata pelajaran, termasuk mata pelajaran Geografi. Dikatakan Essentials karena merupakan yang penting-penting saja, ini tidak berarti bahwa kemampuan-kemampuan yang lain dapat diabaikan melainkan masih sangat diperlukan, hanya harus diukur dengan alat lain. Adapun APKG ini terdiri dari dua bagian, yaitu APKG I digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.5°
Dalam kegiatan profesionalnya, guru harus memiliki kemampuan untuk merencanakan program pembelajaran dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran. Kedua, kemampuan ini diperoleh melalui latihan yang berkesinambungan, baik pada masa pendidikan prajabatan maupun pada masa pendidikan dalam jabatan. Kemampuan pertama sangat memberi warna pada keberhasilan menguasai kemampuan kedua.
APKG merupakan alat pengukur kemampuan guru dalam bentuk kompetensi yang bersifat generic essentials maka dalam hal ini APKG hanya mengukur kompetensi yang dimiliki atau dapat diasumsikan oleh guru. Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana menemukan kompetensi yang bersifat generic essentials. Adapun penyusunan Alat Penilaian Kemampuan Guru, meliputi:
a. Kemampuan membuat perencanaan pengajaran yang meliputi: 1) Perencanaan pengorganisasian bahan pengajaran.
2) Perencanaan pengolahan kegiatan belajar mengajar. 3) Perencanaan pengelolaan kelas.
4) Perencanaan penggunaan media dan sumber belajar, 5) Perencanaan penilaian hasil belajar,
b, Untuk kemampuan mengajar dalam kelas meliputi:
1) Menggunakan metode, media, dan bahan latihan. 2) Berinteraksi dengan siswa.
3) Mendemonstrasikan khazanah metode mengajar,
4) Mendorong dan mengalahkan ketertiban siswa dalam kelas. 5) Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran.
6) Mengorganisasikan waktu, ruang, bahan perlengkapan: 7) Melakukan evaluasi hasil belajar.
c. Kemampuan mengadakan hubungan antara pribadi siswa meliputi: 1) Membantu mengembangkan sikap positif pada diri siswa.
2) Bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa dan orang lain.
3) Menampilkan kegairahan dan kesanggupan dalam kegiatan belajar mengajar serta dalam pelajaran yang diajarkan,s'
Secara lebih sederhana dan jelas, Saputra dan Suwandi menjabarkan APKG ke dalam dua dimensi (aspek) kemampuan guru dengan indikator-indikatornya; sebagai berikut.
1) Kemampuan membuat rencana/satuan pelajaran, yang terdiri dari; (a) Merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran.
(b) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. (c) Merencanakan pengelolaan kelas.
(d) Merencanakan penggunaan media dan sumber pembelajaran. (e) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran.
2) Untuk kemampuan dalam praktik mengajar, terdiri dari:
(a) Penggunaan metode, media, dan bahan latihan sesuai dengan tujuan mengajar,
(b) Berkomunikasi dengan siswa.
(c) Mendemonstrasikan khazanah metode mengajar.
(d) Mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
(e) Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya.
(f) Mengorganisasi waktu, ruang, bahan, dan perlengkapan pembelajaran.
(g) Melaksanakan evaluasi pencapaian siswa dalam proses pembelajaran.s2
Berdasarkan kajian teori serta beberapa pendapat di atas dapat didefinisikan secara konseptual bahwa kompetensi guru adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).
B. Instrumen Pengukur Kompetensi Guru
i. Definisi Konseptual
Secara konseptual, yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam tiga kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru (profesional), kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribadinya (personal), dan kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya (sosial).
2. DeDnisi Operasional
Secara operasional, kompetensi guru sekolah dasar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh guru setelah mengisi angket tentang kompetensi yang merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan profesinya, yaitu (1) kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru, (2) kompetensi yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungannya, dan (3) kompetensi yang berhubungan dengan keadaan pribadinya.
Sistem Pengajaran Perseorangan (PSI=Personalized System of lnstruction)

Sistem Pengajaran Perseorangan (PSI=Personalized System of lnstruction)

Metode PSI dengan belajar mandiri (dikembangkan oleh psikolog Fred Keller dan sering disebut Rencana Keller) adalah pendekatan yang dapat diterapkan pada suatu pelajaran yang lengkap. Pendekatan ini umumnya berdasarkan pada sebuah buku ajar dengan satuan pelajaran yang terdiri atas bacaan,
pertanyaan, dan soal. Sumber pengajaran tidak hanya dibatasi pada bahan tertulis saja. Media lain, baik berupa media pandang dan/atau dengar, dapat disisipkan.
Setelah mempelajari setiap bagian bahan dan menjawab seperangkat pertanyaan yang berkaitan atau menyelesaikan berbagai kegiatan, siswa melaporkan kepada pengawas atau tutor bahwa ia siap untuk diuji tentang bagian tertentu dari bahan ajar. Setelah ujian selesai dikerjakan, segera dinilai oleh pengawas (siswa lain yang telah menyelesaikan pelajaran dengan berhasil), yang kemudian menunjukkan hasil ujian tersebut kepada siswa. Apabila siswa berhasil dengan memuaskan (umumnya dengan tingkat kemampuan 80-90%), ia dapat melanjutkan ke bab atau satuan pelajaran berikutnya. Apabila tingkat (ditentukan oleh ujian) belajar yang telah dipersyaratkan tidak dicapai, siswa harus mempelajari kembali bahan ajar tersebut, dan apabila sudah siap, menempuh ujian lagi dalam bentuk lain.
Tata cara ini berulang sampai siswa mencapai keberhasilan sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Meskipun beberapa mata ajar dipelajari secara perseorangan, tidak semua proses belajar harus berlangsung sendirian seperti itu. Beberapa pengajar mengadakan pertemuan dengan kelas atau kelompok kecil siswa untuk memberikan ceramah dan berdiskusi. Di samping itu, hubungan antara siswa perseorangan dengan pengawas, untuk tujuan evaluasi dan balikan langsung, dapat mendorong kegiatan belajarselanjutnya.
Tentang Belajar Perseorangan

Tentang Belajar Perseorangan

Belajar mandiri memperoleh perhatian terbanyak dalam rencana rancangan pengajaran. Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai prinsip belajar, terdapat bukti untuk menunjang pendapat bahwa belajar harus dilakukan oleh individu untuk dirinya sendiri dan bahwa hasil belajar maksimal diperoleh apabila siswa bekerja menurut kecepatannya sendiri, terlibat aktif dalam melaksanakan berbagai tugas belajar khusus, dan mengalami keberhasilan dalam belajar.
Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri, pengajaran sendiri, atau belajar dengan mengarahkan diri sendiri. Meskipun semua istilah ini mempunyai arti yang berbeda, ciri penting bagi siswa adalah tanggung jawab sendiri, sesuai dengan kecepatan sendiri, dan belajar yang berhasil. Semuanya berdasarkan pada sasaran belajar khusus dan bermacam-macam kegiatan dengan beraneka sumber belajar yang berkaitan. Sebagaimana yang telah Anda ketahui, semuanya ini merupakan unsur penting dalam proses perancangan pengajaran.
Seringkali pengajar memilih sasaran belajar dan menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh siswa. Sebuah metode belajar perseorangan "yang sebenarnya" atau program belajar mandiri mempersyaratkan bahwa seperangkat sasaran dan kegiatan belajar yang terpisah harus dirancang untuk setiap orang, atau dipilih oleh perseorangan menurut ciri, persiapan, kebutuhan, dan minat orang itu sendiri. Melalui penjadwalan komputer, belajar mandiri seperti ini dapat dicapai, meskipun pembuatan programnya sangat rumpil dan memerlukan jumlah dan jenis kegiatan serta sumber belajar yang banyak.
Ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu meliputi hal-hal berikut.
a. Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rind. Pengajaran sendiri berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi langkah-langkah yang terpisah dan kecil, masing¬masing membahas satu konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan. Besar langkah bisa berbeda-beda, namun urutannya perlu diperhatikan dengan teliti.

b. Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan memerhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan,
c. Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia melanjutkan ke langkah berikutnya. Karena itu, kita perlu menanyai atau menantang siswa untuk menunjukkan kepahaman mereka atau penggunaan bahan yang dipelajari,
d. Siswa kemudian harus segera menerima kepastian (balikan) tentang kebenaran jawabannya atau upaya lainnya. Setiap keberhasilan menimbulkan rasa percaya diri pada siswa untuk melanjutkan ke langkah berikutnya,
e. Apabila muncul kesulitan, siswa mungkin perlu mempelajari lagi atau meminta bantuan pengajar. Jadi, siswa secara terus-menerus ditantang, harus menyelesaikan kegiatan yang diikutinya, langsung mengetahui hasil belajar atau usahanya, dan merasakan keberhasilan.
Jenis sasaran pengajaran yang mungkin cocok untuk belajar mandiri antara lain;
a, mempelajari informasi nyata,
b. menguasai konsep dan asas,
c. menerapkan informasi, konsep, dan asas,
d. mengembangkan keterampilan dasar memecahkan masalah, dan
e. mengembangkan keterampilan psikomotor.
Dengan demikian, sebagian besar jenjang belajar, baik dalam ranah kognitif maupun psikomotor, serta dalam hierarki Gagne, bisa dibahas dengan beberapa bentuk kegiatan belajar mandiri. Kebanyakan dari kategori sasaran tersebut harus diperkuat dan ditambah dengan kegiatan interaksi kelompok. Pokok bahasan atau sasaran yang sangat abstrak dan tidak bisa dikuantifikasi, seperti pemikiran filsafati atau hubungan antarmanusia, mungkin lebih tepat untuk dipelajari dalam pertemuan interaksi kelompok. Namun, dengan pelajaran seperti ini, selalu ada informasi mendasar dn nyata yang harus dikuasai sebelum berbagai pendapat dibahas di dalam kelompok, Bahan ajar mendasar seperti itu dapat dipelajari melalui metode belajar mandiri.
2. Keunggulan
Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program belajar mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik seba.gai metode pengajaran.
a. Program belajar mandiri yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih banyak asas belajar yang disebutkan pada awal bab ini. Hasilnya adalah peningkatan, baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal dan menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan dapat dikurangi secara nyata.
b. Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok.
c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan, dan tingkah laku pribadi.
d. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antarsiswa.
e. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam pro¬gram belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
f. Memang pendekatan utama ke arah belajar mandiri mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek, namun karena teknik clan beraneka sumberdigunakan berulang-ulang dengan kelompok selanjutnya, biaya program dapat dikurangi secara nyata.
9.
Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan di atas.
3. Kelemahan
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus diketahui.
a, Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa apabila program belajar mandiri dipakai sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Karena itu, perlu direncanakan kegiatan kelompok kecil antara pengajar clan siswa secara berjangka.
b. Apabila hanya dipakai metode satu jalur dengan langkah tetap, kegiatan belajar bisa membosankan clan tidak menarik.
c. Program mandiri tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya belajar clan mengajar, kira-kira 20% mahasiswa perguruan tinggi lebih menyukai belajardalam kelompok melalui ceramah clan kegiatan interaksi daripada melalui kegiatan perseorangan.
Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan clan pola perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar mandiri. Dikarenakan alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu (mingguan atau bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut kecepatannya masing-masing.
e. Metode belajar mandiri sering menuntut kerja sama clan perencanaan tim yang rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Selain itu, koordinasi dengan pelayanan penunjang (sarana, media, percetakan, clan lain-lain) mungkin diperlukan atau bahkan merupakan suatu keharusan. Semua ini berlawanan dengan ciri pengajaran tradisional yang hanya dilakukan oleh seorang guru saja.
4. Tata cara
Dalam merencanakan belajar mandiri, banyak pendekatan yang dapat diterapkan. Yang termudah adalah dengan merancang suatu jalur tunggal untuk semua siswa clan memilih bahan pengajaran apa saja yang dibutuhkan di antara beraneka bahan komersial yang tersedia (bahan cetak, alat peraga, foto, rekaman video, clan lain-lain). Bahan seperti itu telah dirancang untuk disajikan secara konvensional, sehingga sedikit atau bisa tidak ada sama sekali keikutsertaan yang dituntut dari siswa. Untuk memberikan peluang bagi keikutsertaan, pengajar mungkin perlu membuat lembar kerja atau alat bantu lain yang meminta siswa untuk segera menanggapi atau melakukan sesuatu sebagai reaksi terhadap informasi dalam setiap bagian bahan ajar setelah disajikan.
Kita mengetahui bahwa tidak semua siswa belajar dengan kecepatan sama. Karena itu, mereka harus diperbolehkan belajar sesuai dengan waktu yang cocok bagi mereka clan juga menentukan sendiri kecepatan mereka. Seseorang mungkin ingin agak lama mempelajari bahan tertentu clan lebih cepat dengan bahan yang telah dipahaminya.
Cara yang lebih baik untuk merencanakan belajar mandiri adalah memulai dengan bermacam-macam bahan agar mencapai sasaran clan kemudian merencanakan lebih dari satu urutan pengajaran untuk memberikan peluang kepada perbedaan di antara siswa secara perseorangan. Berdasarkan atas persiapan clan kebutuhan, beberapa siswa mungkin mengambil jalur tercepat, bahkan berpacu clan menggunakan sedikit bahan saja untuk sampai pada ujung jalur tersebut. Siswa lain mungkin memerlukan jaluryang lebih lambatyang penuh dengan ilustrasi konkret atau contoh, lebih banyak latihan, telaahan, atau bahkan bagian kecil dari bahan ajar dengan pengulangan penjelasan dalam tautan yang berbeda-beda.
Setiap orang berbeda dalam gaya belajar. Beberapa siswa merasa paling bermanfaat apabila mereka belajar dari bahan visual, sementara
(57%
yang lain dari media cetak, atau dengan pengalaman sendiri. Karena itu, mungkin lebih baik apabila kita mengumpulkan atau menyiapkan bermacam-macam bahan untuk membahas seperangkat sasaran pengajaran, kemudian mendorong setiap siswa untuk memilih cara belajar yang mereka sukai. Sebagai contoh, apabila sebuah sasaran menuntut penggunaan perlengkapan laboratorium, program yang dirancang untuk menguasai sasaran tersebut mungkin memberikan penjelasan dengan bahan cetak, foto, film atau video dengan waktu putar pendek, clan perlengkapan itu sendiri. Seorang siswa mungkin mulai dengan menyaksikan peragaan lewat video yang disusul dengan latihan dengan menggunakan perlengkapan; siswa lain mungkin lebih suka memulai dengan membaca lembar petunjuk, lalu disusul dengan memerhatikan sejumlah foto sebelum berlatih menggunakan perlengkapan; siswa yang lain lagi mungkin langsung menggunakan perlengkapan secara coba-coba.
Ringkasnya, dengan menyadari bahwa keikutsertaan aktif merupakan unsur terpenting untuk belajar, perancang berbagai pengajaran dapat mengembangkan berjenis jenis pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar ini dapat berkisar dari suatu program yang terstruktur yang memberi kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya sendiri sampai kepada program yang memberikan kebebasan clan tanggung jawab penuh kepada siswa untuk memilih kegiatan clan bahan pelajaran mereka sesuai dengan gaya belajar atau selera mereka masing-masing.
5. Contoh
Beberapa tata cara untuk melaksanakan belajarsesuai dengan kecepatan sendiri diuraikan berikut ini. Tata cara ini dimulai dari penggunaan bahan dipersiapkan sendiri dalam bentuk yang sederhana, bahan yang diperdagangkan yang perlu penyesuaian, sampai pada program mandiri berskala besaryang dirancang secara bersistem.
6. KontrakSiswa
Siswa membuat perjanjian dengan pengajar untuk mencapai sasaran yang dapat diterima, sering dengan menyelesaikan suatu tugas untuk memperoleh imbalan (angka kredit, izin untuk ikut dalam kegiatan khusus, atau untuk bebas dari tugas). Bisa saja pengajar yang menyarankan sumber belajar, tetapi bisa juga siswa itu sendiri yang memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran clan melaksanakan tugas.
7. Buku Ajar/Lembar Kerja
Untuk dapat mempelajari isi buku ajar atau bahan cetak lain yang dipakai sebagai bagian yang terpadu dalam mata ajar, siswa sering
kali memerlukan bimbingan. Hal ini terjadi karena keterampilan membaca clan bahasa siswa terbatas.
Sejumlah sasaran dikembangkan dari bahan dalam buku ajar. Sementara itu, lembar kerja mengarahkan siswa untuk dapat mempelajari bab-bab dalam buku ajar dan menyediakan latihan yang harus dikerjakan, pertanyaan yang harus dijawab, clan kegiatan lainnya. Ujian swaperiksa atau tugas untuk menerapkan bahan yang dipelajari mengakhiri telaahan setiap bab. Setelah menyelesaikan semua tugas, siswa seharusnya menjadi lebih siap untuk mengikuti tugas yang diberikan dalam kelas yang menuntut tidak saja pemahaman, tetapi juga penerapan bahan buku ajar,
8, Buku Belajar Mandiri Terprogram Atau Pengajaran Berdasarkan
Komputer
Sebuah buku ajar mandiri atau program komputer menyajikan secara berurutan informasi yang mengupas pokok bahasan dalam bagian¬bagian. Program ini pada umumnya mengandung suatu pernyataan tentang sejumlah sasaran, uji-awal, clan sederetan "bingkai" dalam urutan lurus atau bercabang (yang mempunyai pilihan alternatif). Siswa menanggapi secara bertahap pertanyaan yang menguji kepahamannya tentang bahan yang dipelajari. Hasil belajar dapat langsung diketahui. Pada akhir setiap urutan atau program, tersedia ujian mengenai apa yang baru dipelajari. Tata cara yang menggunakan buku ajar mandiri atau pengajaran berdasarkan komputer ini disebut belajar interaktif.
Sumber belajar seperti yang telah dikemukakan dapat memenuhi berbagai tujuan penting.
a. Menyiapkan bahan ajar untuk berbagai bagian khusus clan sebuah mata ajar yang mempersyaratkan penguasaan berbagai istilah dasar dan beraneka fakta tertentu.
b. Mengarahkan penelaahan atau pelajaran perbaikan tentang suatu pokok bahasan.
c. Memberikan penjelasan rinci tentang suatu pokok bahasan, termasuk penerapan simulasi mengenai bahan ajar.
Penggunaan program komputer makin lama makin meningkat dalam upaya memenuhi kebutuhan yang dulunya dipenuhi oleh buku ajar mandiri.
9. Pita Rekaman Suara/Lembar Kerja
Dengan sebuah pita rekaman suara clan lembar kerja, siswa membaca informasi, merujuk pada diagram atau media pandang lain, memecahkan masalah, clan menyelesaikan kegiatan lain atas petunjuk suara pengajar dalam pita rekaman. Rekaman ini memberi petunjuk, informasi, penjelasan tentang jawaban, clan bantuan tutorial lainnya.

Gabungan pita rekaman suara clan lembar kerja dapat dikembangkan untuk menguraikan pokok bahasan tertentu dalam mata ajar yang belum ada bahan pengajarannya atau yang membutuhkan pendekatan unik. Pita rekaman yang berisi suara pengajar merupakan metode penyajian yang bersifat pribadi, informal, clan menarik. Gabungan tersebut merupakan paket yang dapat dipakai dengan mudah oleh siswa di mana saja atau kapan saja.
10. Media Pandang/Lembar Petunjuk
Media pandang dengan lembar petunjuk dapat dipakai apabila siswa memerlukan pengarahan atau petunjuk untuk menjalankan suatu perlengkapan, melaksanakan suatu proses, atau menyelesaikan suatu kegiatan dengan cermat. Semua bahan ini sering disebut alat bantu kerja. Media pandang, balk dalam bentuk gambar diam ataupun film, dapat mengarahkan siswa melewati langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas khusus.
Terdapat banyak pilihan untuk merancang bahan baru atau menyelesaikan bahan yang telah ada. Pilihan tersebut termasuk foto, slide, film, rekaman video, dan/atau lembar petunjuk tercetak. Media pandang dapat ditempatkan di bengkel kerja, laboratorium, atau toko, atau dipersiapkan untuk dapat diambil clan dipelajari kapan saja jika diperlukan. Apabila ~nedia pandang digabungkan dengan lembar petunjuk tercetak yang merangkum suatu pelaksanaan kegiatan atau memberikan informasi mengenai fakta atau informasi tambahan, kita akan mendapatkan paket belajar sendiri yang lengkap tentang suatu pokok bahasan.
11. PaketNekamedia
Seperti yang tercermin dari namanya, paket nekamedia terdir, atas beberapa jenis bahan sumber media, yang dipakai pada waktu bersamaan atau secara berurutan dalam situasi belajar mandiri. Suatu paket biasanya menjelaskan pokok bahasan tunggal dalam sebuah mata ajar. Paket dapat memberikan pengajaran untuk pokok bahasan yang memerlukan foto keadaan sesungguhnya atau lambang berupa diagram dengan penjelasan lisan.
Paket nekamedia yang disiapkan untuk diperdagangkan terdapat dalam berbagai bentuk: slide atau seperangkat carikan film dengan kaset clan bahan cetak yang berkaitan; atau suatu program komputer interaktif/sistem kaset video atau piringan video dengan bahan cetak. Bahan cetak dapat mencakup gabungan antara bacaan, lembar kerja, clan latihan swauji. Di samping itu, perlengkapan clan peralatan mungkin juga merupakan bagian dari seperangkat alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Sebagai bagian dari paket ini perlu ada silabus atau pedoman bagi pemakai, yang menjelaskan: (a) sasaran belajar paket, (b) pedoman penggunaan, clan (c) cara menilai hasil penggunaan paket.

Makalah tentang Akuntansi

Makalah tentang Akuntansi

A. Pengertian dan Definisi Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.

B. Fungsi Akuntansi
Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bisa melihat posisi keuangan sutu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer / manajemen untuk membantu membuat keputusan suatu organisasi.

C. Laporan Dasar Akuntansi
Pada dasarnya proses akuntansi akan membuat output tentang laporan rugi laba, laporan perubahan modal, dan laporan neraca pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Pada suatu laporan akuntansi harus mencantumkan nama perusahaan, nama laporan, dan tanggal penyusunan atau jangka waktu laporan tersebut untuk memudahkan orang lain memahaminya. Laporan dapat bersifat periodik dan ada juga yang bersifat suatu waktu tertentu saja.
Dikit bae jadilah...
Yang laen cari dewek bae di Google

Intel VGA Driver for Foxconn

Realtek HDA Audio Driver Foxconn


Realtek HDA Audio Driver Foxconn download


Realtek HDA Audio Driver Foxconn


Makalah tentang industri

Makalah tentang industri

Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentahnya dibedakan menjadi industri agraris dan non agraris.
a. Industri Agraris
Industri agraris adalah industri yang mengolah bahan mentah langsung atau tidak langsung dari hasil pertanian, misalnya industri minyak goreng, kopi, teh, gula, dan tekstil.

b. Industri Nonagraris
Industri non-agraris adalah industri yang mengolah bahan mentah langsung ataupun tidak langsung dari hasil tambang, misalnya industri semen, perminyakan, besi dan baja.
Klasifikasi industri berdasarkan tahapan proses produksinya dibagi menjadi dua, yaitu industri hulu dan industri hilir.
a. Industri Hulu
Industri hulu adalah industri yang tahapan produksinya mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi. Misalnya, industri lembaran besi dan baja, industri lembaran karet, industri kayu olahan, industri kain lembaran, dan industri kertas koran.
b. Industri Hilir
Industri hilir adalah industri yang tahapan produksinya mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Misalnya, industri lembaran besi dan baja menjadi industri pipa, seng, dan kawat.

Klasifikasi industri berdasarkan asal modalnya dibagi menjadi tiga, yaitu industri PMDN, industri PMA, dan industri patungan.

a. Industri PMDN
Industri PMDN adalah industri yang seluruh modalnya berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri oleh para pengusaha swasta nasional atau pemerintah, contohnya PT. Gudang Garam.
b. Industri PMA
Industri PMA adalah industri yang seluruh modalnya berasal dari penanaman modal asing, contohnya Freeport.
c. Industri Patungan
Industri patungan adalah industri yang modalnya berasal dari kerja sama antara swasta nasional dan industri asing. Besarnya persentase modal ditentukan dengan peraturan penanaman modal di Indonesia, contohnya Indosat.

Klasifikasi industri berdasarkan pasarnya dibagi menjadi dua, yaitu industri lokal dan industri dasar.
a. Industri Lokal (Nonbasic Industry)
Industri lokal adalah industri yang pasarnya hanya di dalam negeri saja, misalnya industri ikan segar dan industri ikan basah. Industri ini sebagian besar dilakukan oleh negara-negara berkembang.
b. Industri Dasar (Basic Industry)
Industri dasar adalah industri yang pasarnya meliputi dalam dan luar negeri. Misalnya, industri pesawat terbang, industri tekstil, dan industri mebel.

Klasifikasi industri berdasarkan produktivitas perorangan dibagi menjadi tiga, yaitu industri primer, sekunder, dan tersier.
a. Industri Primer
Industri primer adalah industri yang menghasilkan barang-barang tanpa pengolahan lebih lanjut. Misalnya, anyaman dari bambu, perkakas rumah tangga dari tanah, dan kerajianan dari kulit.

b. Industri Sekunder
Industri sekunder adalah industri yang menghasilkan barang-barang yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sehingga bentuk bahannya tidak terlihat lagi. Misalnya, industri pipa, besi, barang elektronik, dan sepatu.
c. Industri Tersier
Industri tersier adalah industri yang bergerak di bidang usaha pariwisata, jasa, dan perdagangan.

Klasifikasi industri berdasarkan subjek yang mengusahakannya dibagi menjadi dua, yaitu industri rakyat dan industri negara.
a. Industri Rakyat
Industri rakyat adalah industri yang diusahakan oleh rakyat dan sebagian besar industri ini adalah industri kecil dan ringan. Misalnya, industri tahu, tempe, dan kerajinan kulit.
b. Industri Negara
Industri negara adalah industri yang diusahakan oleh negara dan biasanya industri ini bentuk usahanya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) misalnya PT. Tambang Timah dan Pertamina.

Klasifikasi industri berdasarkan terdapatnya bahan mentah industri dibagi menjadi tiga, yaitu industri ekstraktif, nonekstraktif, dan fasilitatif.
a. Industri Ekstratif
Industri ekstratif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, seperti pertanian, perikanan, kehutanan, dan pertambangan.
1) Industri Reproduktif
Industri reproduktif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh dari alam, tetapi selalu menggantinya dengan yang baru. Contohnya, industri pertanian dan perkebunan.

2) Industri Manufaktur
Industri manufaktur adalah industri yang mengolah bahan baku dan menghasilkan barang keperluan sehari-hari atau digunakan oleh industri lain. Contohnya industri pangan.
b. Industri Nonekstraktif
Industri nonekstratif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh dari tempat lain atau industri lain. Contohnya, industri pakaian atau garmen.
c. Industri Fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain. Contohnya industri asuransi, pariwisata, angkutan, dan konsultan.

Klasifikasi industri berdasarkan Badan Pusat Statistik dibagi menjadi empat, yaitu industri besar, sedang, kecil, dan rumah tangga.
a. Industri Besar
Industri besar adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah 100 orang lebih
b. Industri Sedang
Industri sedang adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah antara 20-29 orang.
c. Industri Kecil
Industri kecil adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya 5-19 orang.
d. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya 1-4 orang.
Jenis-jenis industri yang lain adalah industri campuran, trafik, konveksi, dan perakitan.
1) Industri campuran adalah industri yang membuat atau menghasilkan lebih dari satu macam barang karena hasilnya saling diperlukan. Contohnya, industri mi instan, plastik, dan susu.
2) Industri trafik adalah industri yang seluruh bahan mentahnya diperoleh dari impor karena bahan bakunya tersedia atau belum dihasilkan di dalam negeri. Contohnya, industri wol, minuman bir, dan minuman anggur.
3) Industri konveksi adalah industri yang membuat pakaian jadi. Contohnya, pakaian jaket kulit, kemeja dan celana.
4) Industri perakitan atau asembling adalah industri yang aktivitasnya melakukan perakitan atau penyetelan mesin-mesin atau onderdil-onderdil untuk mewujudkan barang jadi. Contohnya industri kendaraan bermotor dan mesin-mesin pabrik.

TINGGALKAN KOMENTAR JIKA INGIN COPY Makalah tentang industri ini ya
Back To Top