belajar dan berbagi

SUAMI SEHAT, KELUARGA BAHAGIA

SUAMI SEHAT, KELUARGA BAHAGIA

Pria dan wanita memang berbeda. Perbedaan itu tidak cuma berlaku dalam peran biologis saja. Tetapi juga dalam menghadapi risiko penyakit. Ironisnya, kaum Adam sering kali menyembunyikan penyakit yang tengah ia derita. Ia juga sering menganggap enteng berbagai gejala yang dialami. Kenali kemungkinan penyakit dari ciri-ciri yang dikeluhkannya.

Sering buang air kecil belakangan ini
Terutama pada malam hari. Sering buang air kecil bisa menjadi tanda berbagai penyakit. Di antaranya adalah diabetes, batu ginjal, infeksi kandung kemih, dan pembengkakan prostat. Penyakit yang disebutkan terakhir kerap diderita oleh pria dewasa berusia di atas 40 tahun, demikian rilis berita Departemen Kesehatan RI.

Pembengkakan prostat biasanya disertai pancaran urin lemah, nyeri dan tidak tuntas ketika buang air kecil, serta sakit waktu ejakulasi, demikian menurut dr.Rajesh Kalwani, Sp.PD, dari RS.Pantai Indah Kapuk.

Faktor usia sering jadi pemicu pembesaran prostat. Risiko akan membesar pada pria yang
menjalani gaya hidup tidak sehat, seperti sering minum alkohol dan kafein. Untuk mengatasinya, ingatkan suami untuk menghindari faktor pemicu. Sebab pembesaran prostat adalah sesuatu yang alamiah. Sempatkan diri untuk mendampingi suami melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, setidaknya sebulan sekali. Sarankan suami agar rajin berolahraga. Olahraga dapat menguatkan otot panggul yang menyangga organ kandung kemih.

Merasa nyeri di persendian
Rasa pegal-pegal yang dialami, terutama di bagian persendian, tidak saja datang ketika ia usai bekerja berat tetapi juga saat malam hari ketika sedang relaks di kamar tidur. Ada yang menganggap nyeri dan pegal di persendian sebagai kelelahan biasa, tapi ada juga yang mengaitkannya dengan rematik. Padahal menurut dr. Rajesh, bisa jadi itu pertanda datangnya rematik. Penyakit ini banyak jenisnya. Salah satunya, rematik asam urat.

Rematik asam urat lebih sering menyerang pria dewasa dibanding wanita. Sebab, wanita memiliki hormon estrogen yang membantu membuang kelebihan asam urat melalui
air seni. Selain nyeri sendi, rematik asam urat ditandai dengan gejala kesemutan, bagian persendian terlihat membengkak dan bersemu merah.

Nyeri di persendian itu biasanya dipicu oleh seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung purin sangat tinggi. Misalnya, jeroan, santan, daging berlemak, udang, cumi, kepiting dan makanan yang diolah dengan minyak. Di dalam tubuh, purin teroksidasi menjadi asam urat. "Dalam kondisi normal, asam urat dikeluarkan oleh tubuh melalui air seni dan keringat. Namun pengeluaran asam urat bisa terganggu jika ginjal terganggu dan konsumsi makanan tinggi purin secara berlebihan," jelas dr. Rajesh.

Membatasi asupan bisa kita jadikan solusi. Cukup sekitar 100-150 mg per hari. Hampir semua bahan pangan sumber protein mengandung purin. Karena itu, perbanyaklah menu yang terbuat dari sayur. Penggunaan obat dokter dapat menggantikan diet ketat purin bagi yang sulit menghindari sumber protein. Jangan lupa, ingatkan suami untuk memeriksakan kadar asam uratnya secara berkala. Kadar asam urat normal yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah 6,5 mg%.

Kerap sakit kepala dan sulit berkonsentrasi
Suami tiba-tiba mudah marah? Itu ada alasannya. Apalagi jika ia sering mengeluh sakit kepala. Kita mungkin menyangka dia sedang stres atau terkena gejala flu. Gangguan berkonsentrasi juga sering kita hubungkan dengan faktor usia yang bertambah. Padahal, mungkin saja dua gejala itu adalah sinyal tekanan darah tinggi.

Menurut Larry A. Weinrauch, MD, asisten profesor bidang medis Harvard Medical School, gejala darah tinggi sebenarnya tidak bisa dideskripsikan secara khusus karena sangat beragam. Terkadang tersamar dengan penyakit lain. Beberapa gejala lain yang mungkin menyertai tekanan darah tinggi adalah mual, jantung berdebar, sakit di bagian tengkuk, dan sering lelah.

Pemicunya antara lain disebabkan oleh stres berkepanjangan. Stres membuat jantung memompa darah dengan lebih cepat. Selain stres, makanan berlemak, rokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkhol yang berlebihan juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

Stres bisa diatasi dengan menerapkan pola hidup sehat di rumah. Batasi pemakaian garam karena mengandung sodium yang dapat menaikkan tekanan dan volume darah. Asupan sodium kita tidak boleh lebih dari 1,5-2,5 gram per hari atau setara dengan 4-6 sendok teh.

Selalu kelaparan
Jangan senang dulu kalau akhir-akhir ini nafsu makan suami bertambah. Belum tentu itu karena kita semakin pandai memasak. Peningkatan nafsu makan bisa merupakan gejala berbagai penyakit seperti hipertiroid, stres, ketidakseimbangan hormon, atau diabetes.

Untuk kasus diabetes melitus, meningkatnya nafsu makan bukan satu-satunya gejala. Menurut dr.Rajesh, gejala lainnya antara lain sering haus, buang air kecil, gatal-gatal di daerah genital, dan mudah merasa lelah.

selalu kelaparan ini dipicu oleh kolesterol yang tinggi. Diabetes sendiri tidak bisa disembuhkan. Yang bisa kita lakukan adalah mengatur pola hidup yang baik. Misalnya dengan mengurangi penggunaan gula di rumah. Plus, dengan tidak menyediakan makanan berlemak. Jika suami sudah terlanjur menderita diabetes, dampingi dia saat perawatan.

Jadi susah tidur
Termasuk sering terbangun dengan mulut dan tenggorokan yang kering, atau mengalami sakit kepala saat bangun pagi. Yang juga ia alami tapi sering tidak disadari: Mendengkur. Ini bukan kebiasaan yang bisa dianggap enteng.

Menurut penelitian di Hungaria yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep, mendengkur dapat meningkatkan risiko serangan jantung pada orang yang mengalami kegemukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mayo Foundation for Medical Education Research menyebutkan bahwa mendengkur merupakan gejala berbagai penyakit.

Penyakit yang berhubungan dengan mendengkur adalah polip, alergi, kecanduan alkohol, obesitas dan sleep apnea (gangguan tidur berat yang ditandai dengan terhentinya napas). Hal ini terjadi berulang kali sepanjang tidur.

Biasanya dipicu oleh posisi tidur yang salah. Menurut Davhttp://www.blogger.com/img/blank.gifid Zieve, MD, MHA., direktur medis American Accreditation HealthCare Commission, gravitasi membuat saluran napas menyempit. Akibatnya adalah kesulitan bernapas. Faktor pemicu lain sleep apnea adalah jenis kelamin, obesitas, genetik, usia dan kecanduan alkohol.

Mengingat suami tidak pernah menyadari bahwa ia mendengkur, maka istri lah yang harus banyak berperan. Jangan bosan mengingatkannya untuk tidur dalam posisi miring. Atau bangunkan dia ketika Anda mendapatinya tidur mendengkur di malam hari. Lalu, minta dia mengubah posisi. Mengubah posisi tidur tidak banyak membantu jika suami obesitas, ujar Zieve. “Dorong dia untuk berusaha menurunkan berat badan”, tegasnya(adl-kom)

Sumber : BKKBN

Contoh Makalah Tentang Rokok


Berikut ini contoh makalah tentang Rokok
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami sebagai penyusun telah berhasil menyelesaikan makalah sederhana ini.

Shalawat dan salam kita hanturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyusun makalah ini dengan tema rokok. Makalah ini menjelaskan tentang berbagai macam bahaya merokok dan pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok terlebih dikalangan pelajar. Makalah ini disusun dengan tujuan memberitahukan kepada para perokok, khususnya kepada para pelajar, bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kami menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Makalah yang kami susun ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Alasan Seseorang Mulai Merokok 2
C. Ciri – ciri Seorang Perokok 3

BAB II : Pembahasan
A. Bahan-bahan Kimia Yang Terkandung Pada Rokok 4
B. Dampak Rokok 4
C. Upaya Pencegahan 5

BAB III : Penutup
A. Kesimpulan 6
B. Penutup 6
BAB I
PENDAHULUAN

Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Setiap saat kita dapat menjumpai anggota masyarakat dari berbagai usia, termasuk pelajar merokok di tempat-tempat umum. Padahal, berbagai penelitian dan kajian yang telah dilakukan menujukkan bahwa rokok sangat membahayakan kesehatan. Bukan hanya membahayakan para perokok, asap rokok juga sangat berbahaya apabila dihirup oleh orang-orang yang berada di sekitarnya (perokok pasif). Bahkan sebagian penelitian menunjukkan bahwa para perokok pasif memiliki resiko kesehatan yang lebih tinggi daripada para perokok itu sendiri. Penyakit-penyakit mulai dari menderita batuk hingga kanker paru mengancam para perokok, baik perokok aktif maupun pasif.
Kami menyadari bahwa informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat luas, khususnya para pelajar. Hal inilah yang mendorong kami untuk menyusun makalah tentang rokok ini. Kami berharap, dengan mengetahui informasi ini para pelajar dapat mengurungkan niatnya untuk mengkonsumsi rokok, atau bahkan berhenti merokok.

A. LATAR BELAKANG
Bahan dasar rokok adalah tembakau. Tembakau terdiri dari berbagai bahan kimia yang dapat membuat seseorang ketagiahan, walaupun sebenarnya mereka tidak ingain mencobanya lagi.
Sebenarnya seorang pelajar belum baik atau boleh merokok di kalangan sekolah, masyrakat atau kalangan yang lainnya. Karena hal itu dapat berdampak buruk pada kesehatannya, sekolahnya, dan lain-lain. Biasanya hal ini dilakukan oleh para pelajar karena kondisi emosi mereka yang tidak stabil membuat mereka melakukan segala hal untuk melampiaskan emosinya.
Di kota-kota besar, terutama Jakarta populasi perokok pada usia dini sangatlah tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan tentang bahaya rokok dikalangan sekolah / masyarakat. Atau mungkin jugaa kurangnya kesadaran pada diri mereka sehingga mereka tidak memperhatikan bahayanya dan juga nanti ke depannya. Oleh kaarena itu, kami sebagai pelajar akan mensosialisasikan tentang bahaya rokok serta akibat untuk masa ke depannya lewat makalah ini.

B. ALASAN SESEORANG MULAI MEROKOK
Alasan pertama kali merokok dari berbagai hasil penelitian antara lain : coba-coba, ikut-ikutan, ingin tahu enaknya rokok, sekedar ingin merasakan, kesepian, agar terlihat gaya, meniru orang tua, iseng, menghilangkan ketegangan, kebiasaan saja untuk pergaulan, biar tidak dikatakan banci, lambang kede-wasaan, mencari inspirasi. Alasan lain adalah sebagai penghilang stres, penghilang jenuh, pencari ilham, gengsi, sukar melepaskan diri, pengaruh lingkungan, iseng, anti mulut asam, pencuci mulut, kenikmatan.
Khusus bagi remaja dan anak-anak, suatu studi di Australia tahun 1981 terhadap 5686 anak-anak menunjukkan besarnya pengaruh iklan; anak-anak tersebut diwawancarai dua kali dengan selang waktu satu tahun dan ditemukan bahwa ke-mungkinan untuk menjadi perokok pada anak-anak yang menyetujui iklan rokok dua kali lebih besar daripada mereka yang tidak menyetujui iklan rokok.
Bagi kebanyakan pelajar, mulai merokok disebabkan oleh dorongan lingkungan. Contohnya saja, pelajar tersebut merasa tidak enak kepada teman-temannya karena dia tidak merokok. Sehingga dia pun mulai merokok dan akgirnya menikmati rokok tersebut. Kebanyakan pelajar juga beranggapan bahwa dengan merokok dirinya merasa sangat hebat, gaya, dan ditakuti. Padahal, jika dia tidak pandai-pandai menjaga dirinya, rokok adalah awal dari terjerumusnya seseorang kepada obat-obatan terlarang.

C. CIRI-CIRI SEORANG PEROKOK
Dibawah ini, merupakan beberapa ciri dari seorang perokok
 Perokok terlihat tenang dengan asiknya menghisap menghisap rokok
 Pipi perokok terlihat kempot
 Kulit jadi hitam
 Mata merah
 Kuku membiru
 Bibir dan gusi menjadi hitam
 Mudah terserang peyakit batuk
 Nafasnya bau
 Nafas seorang perokok tidak kuat dan tidak panjang
Efek lain dari rokok juga dapat menimbulkan
1. Gigi menjadi kuning karena noda dari nikotin
2. Mengganggu penciuman
3. Mengganggu pengecapan
4. Infeksi pada tenggorokan
5. Kanker paru-paru
6. Borok pada usus
7. Impotensi
8. Gangguan kehamilan dan janin
BAB II
PEMBAHASAN

A. BAHAN-BAHAN KIMIA YANG TERKANDUNG PADA ROKOK
Ketika menghisap sebatang rokok, sebenarnya kita telah menghirup banyak sekali zat yang dapat merusak tubuh kita, diantaranya
 Nikotin, menyebabkan kecanduan, merusak jaringan otak, dan darah mudah menggumpal.
 Tar, menyebabkan kerusakan pada sel paru-paru, meningkatkan produksi lendir atau dahak di paru-paru, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
 Karbon monoksida, yang dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diikat darah,dan menghalangi transportasi oksigen dalam tubuh.
 Zat kersinogen, dapat memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh.
 Zat iritan, dapat mengakibatkan batuk, kanker paru-paru, dan iritasi pada paru-paru.

B. DAMPAK ROKOK
Bagi diri sendiri,
1. Merokok lebih banyak mendatangkan kerugian dibandingkan keuntungan bagi tubuh
2. Menimbulkan sugesti kepada diri kita, bahwa jika kita tidak merokok mulut terasa tidak enak dan asam
3. Rasa ingin tahu, semangat untuk belajar, dan berbagai hal positif yang ada pada diri kita hilang ketika kita menjadi seorang perokok

Bagi orang lain,
1. Ketika kita sedang merokok, asap rokok kita dapat mengganggu orang lain dan juga menyebabkan polusi udara
2. Menyebabkan seseorang yang dekat dengan kita menjadi seorang perokok pasif
3. Jika membuang puntung rokok sembarangan tanpa mematikan terlebih dahulu sebelumnya, dapat menyebabkan kebakaran
4. Menyebabkan meninpisnya lapisan ozon

F. UPAYA PENCEGAHAN
Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah
1. Upaya yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan bu-kan suatu kampanye anti merokok, tetapi penyuluhan tentang hubungan rokok dengan kesehatan.
2. Sasaran yang ingin dijangkau adalah sasaran-sasaran ter-batas yaitu : petugas kesehatan, para pendidik, para murid sekolah, para pemuka, anak dan remaja, para wanita, terutama ibu hamil
3. Kegiatan diutamakan pada pencegahan bagi yang belum merokok.
4. Menanamkan pengertian tentang etika merokok, misalnya :
a) Tidak merokok di tempat-tempat umum, seperti gedung bioskop, bis kota, gedung-gedung pertemuan dan sebagainya.
b) Tidak merokok waktu sedang melaksanakan tugas, mi-salnya dokter waktu memeriksa pasien, guru waktu mengajardan sebagainya.
c) Tidak merokok dekat anak-anak/bayi.
Saran kami bagi anda yang belum pernah merokok, sebaiknya anda jangan mencoba-coba merokok karena dapat membahayakan hidup kita. Terlebih lagi di zaman yang sudah tidak sehat ini, kita harus pandai-pandai menjaga kesehatan. Biasakanlah untuk hidup sehat, karena hidup sehat merupakan awal dari sebuah keberhasilan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebiasaan merokok di kalangan remaja amat membahaya-kan baik ditinjau dari segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari segi pendidikan sudah jelas bahwa hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan dari segi kesehatan akibat kebiasaan merokok akan menyebabkan berbagai penyakit (penyakit serangan jantung, gangguan per-nafasan dan sebagainya). Dari segi ekonomi merupakan pengeluaran anggaran yang tidak perlu atau pemborosan.
Para orang tua murid dan guru sekolah agar lebih ketat mengambil tindakan yang positif dalam hal menanggulangi kenakalan remaja termasuk kebiasaan merokok di kalangan remaja. Para remaja hendaknya secara aktif mengikuti ceramah tentang bahaya merokok.

B. PENUTUP
Demikianlah makalah yang sederhana ini. Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya sehingga dapat menghindari rokok dan menjalani hidup yang lebih sehat serta tidak membahayakan kesehatan orang-orang yang berada di sekitarnya.



Sumber : Makalah tentang Rokok

Canon imageRUNNER IR 2220i


Today’s business environment is in a constant state of change. To remain competitive, corporate workgroups require solutions that can rapidly adapt and address new market realities, while streamlining costs and improving efficiency. This is the time for Canon’s latest innovation in digital multifunction business solutions—the new imageRUNNER 2220i Series. Incorporating Canon’s MEAP™ (Multifunctional Embedded Application Platform) architecture, the imageRUNNER 2220i Series offers a complete suite of functionality, and the unique ability to embed diverse and customizable applications that integrate into every aspect of your business workflow. Designed to fit seamlessly into your existing environment, the imageRUNNER 2220i Series acts as a dynamic central hub for total office automation and management of your most valuable resources—critical business information, ideas, and knowledge.
The imageRUNNER 2200 offers unsurpassed performance in standalone or networked environments. As a completely modular system, the 22-ppm imageRUNNER 2200 ships as a standalone digital copier with local scanning capabilities, and has the ability to add network printing, Super G3 faxing and network scanning.

Canon’s imageRUNNER 2220i Series includes the imageRUNNER 2220N and imageRUNNER 2220i models. Both are highly advanced digital imaging systems designed to give your business greater control over costs and improved productivity. This dynamic duo delivers output at speeds of up to 22 pages per minute, with support for advanced digital copying and Mail Box features, network Printing and Scanning functions, Super G3 Fax capabilities, and the ability to send electronic information across a diverse and ever-changing digital landscape.
Features of the Canon iR2220i Photocopier - Printer

22 pages per minute
First Copy Time 5.8 Seconds
50 Page Automatic Document Feeder
Copy originals up to 11" x 17"
256 MB/ 10 GB Hard Drive
Paper Weights 17 to 20 lbs.
Automatic Duplex
Dimensions (H x W x D) 44 x 23 x 29 x 214 lbs.
Network Printing & Scanning (Optional)
Additional Paper Cassette Trays (Optional)
Super G3 Fax Kit (Optional)
Staple-Sorter (Optional)
Dual 500 Sheet Paper Cassette Trays
Reduction & Enlargement 25-400%
Monthly copy volume up to 75,000 Copies
Power Requirements 120 Volt, 10 Amps
Print, copy, scan, and fax, using a single device
Send, store, retrieve and share data across the network
Advanced device security for confidential data
Java platform for future customisation

Further Information

The Canon iR2220i photocopier B/W multi-functional printer offers enhanced performance for sharing and creating documents in small office workgroups.

Compact & cost effective communication
The Canon iR2220i photocopier offers increases performance by enabling businesses to create, manage and distribute documents from one device. Information can be distributed through various different means, including fax and email, ensuring workplace productivity is increased and costs are kept to a minimum. The latest iR portfolio offers the first internal finishing with hole punching in the market place which means that you now do not need large external finishers, saving costs and space.

Document Management systems:
The Canon iR2220i Photocopier is ideal for use with a document management system. For more information on Document Management Systems please see our Document Management page.

Communicate electronically and process speedily
Use Universal Send, to scan in documents and send them electronically, thus saving time and costs. PDFs can be created at the Canon iR2220i photocopier itself and retrieved using Canon's searchable PDF feature. Also, Canon has developed Mailbox Notification, which stores documents on the device mailbox and emails only the URL to recipients as an attachment for them to retrieve when they need it via the web.

Create and collate complex documents with ease
Complete all your documents in-house through the device's range of finishing options. For easy document collation, use Canon's intelligent iW Publishing Manager software to merge and collate documents electronically from different Windows applications (Microsoft" Word", Excel", etc). So everything is printed as it should be without manual labour or intervention.

Improve your document security
Security innovations on the Canon iR2220i photocopier keep your confidential data well protected. Secure Print delays printing until you are at the device to enter a password. ID Management and Single Sign On features limit access to the device through pre-set passwords. To ensure that only authorised recipients see documents, you can encrypt PDFs with a password. For extra safety, all information on the hard disk drive can be encrypted or erased with the new security kit. All data on the network can be protected by encryption using

Easy to use today and future proof for tomorrow
The intuitive control panel on the device and Remote User Interface (RUI) at the user's PC, make sophisticated document handling tasks simple. The new product also give businesses the opportunity to maximise their return on investment thanks to the JAVA-based MEAP platform, which enables Canon to create customised solutions to meet specific business requirements and adapt to customer needs.

Source : CANON IMAGE RUNNER IR 2220i COPIER

Canon imageRUNNER 2500


The Canon imageRUNNER 2500 Monochrome Photocopiers Series
The Canon imageRUNNER 2500 monochrome photocopiers series came in to replace the ageing imageRUNNER iR2018/30 models, providing a range of ten highly compact photocopiers/MFP’s. Productivity is higher than ever in the class, with the imageRUNNER 2500 photocopiers achieving printing speeds of up to 45 pages per minute (ppm). Bring to that color scanning, quick and simple send options and rapid recovery from sleep mode and the Canon imageRUNNER 2500 monochrome photocopiers series really is a very impressive package. Large intuitive displays provide the most user-friendly access to date and with the option of scanning direct from USB memory keys, double sided printing as well as internal staple finishing options, the Canon iR 2500 photocopiers series also provide an unbeatable level of versatility.


What’s more, the Canon imageRUNNER 2500 photocopiers series is designed to be ‘service-friendly’, providing easy access for administrators and service engineers for quicker diagnosis and replacement of parts. A higher yield drum unit reduces maintenance times and requirements too. With the Canon imageRUNNER 2500 photocopiers also coming network-ready, with iW Management Console, IT administrators can monitor any device in a network and seamless integration into syshttp://www.blogger.com/img/blank.giftems is guaranteed with the presence of both PCL and Postscript capabilities.

The Canon imageRUNNER 2500 photocopiers series is also compatible with Canon’s eMaintenance tool which helps maximise uptime, providing powerful, rapid remote diagnostic capabilities. Along with those ‘service-friendly’ features, the Canon imageRUNNER 2500 photocopiers series also offers class-leading energy efficiency credentials – very low TEC ratings and Energy Star Certification.
SOURCE : Canon News
Beda Boss dan Pemimpin

Beda Boss dan Pemimpin

10 Perbedaan Boss dan Pemimpin

Seorang BOS menciptakan rasa takut dalam diri anak buahnya
Seorang PEMIMPIN membangun kepercayaan

Seorang BOS mengatakan “saya”.
Seorang PEMIMPIN mengatakan “kita”

Seorang BOS tahu bagaimana pekerjaan harus dilakukan.
Seorang PEMIMPIN tahu bagaimana suatu karier harus ditempa

Seorang BOS mengandalkan kekuasaan.
Seorang PEMIMPIN mengandalkan kerjasama.

Seorang BOS menyetir
Seorang PEMIMPIN memimpin

Seorang BOS menyalahkan
Seorang PEMIMPIN menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahan

Seorang BOS menguasai 10% tenaga kerja bermasalah.
Seorang PEMIMPIN menguasai 90% tenaga kerja yang kooperatif.

Seorang BOS menyebabkan dendam bertumbuh.
Seorang PEMIMPIN memupuk antusiasme yang bertumbuh

Seorang BOS menyebabkan pekerjaan menjemukan
Seorang PEMIMPIN menyebabkan pekerjaan menyenangkan/menarik

Seorang BOS melihat masalah sebagai musibah yang akan menghancurkan perusahaan
Seorang PEMIMPIN melihat masalah sebagai kesempatan yang dapat diatasi staff yang bersatu padu, dan berubah menjadi pertumbuhan.

INGAT. SEORANG BOS BERKATA, “PERGI!”
SEORANG PEMIMPIN BERKATA, “AYO PERGI”

Source : 10 Perbedaan Boss dan Pemimpin
Penulisan Laporan Penelitian

Penulisan Laporan Penelitian

Tahap terakhir yang merupakan tahap paling penting dalam proses pelaksanaan penelitian adalah tahap menulis laporan hasil penelitian. Betapapun pentingnya teori dan hipotesis suatu penelitian, atau betapapun hati-hati dan telitinya rancangan dan pelaksanaan penelitian itu, atau bagaimanpun hebatnya penemuan-penemuan penelitian itu, semuanya akan kecil hasilnya apabila hasil penellitian itu tidak dilaporkan secara tertulis. Penelit membutuhkan komunikasi dengan pihak lain sehingga pengalaman penelitiannya dapat menambah perbendaharaan untuk kepentingan perkembangn ilmu pengetahuan.
Bentuk, isi, dan cara melaporkan hasil penelitian akan menentukan bagaiman proses penyebaran pengalaman penelitian dapat berlangsung secara semestinya di dalam masyarakat luas.Untuk berhasilnya penyebaran pengalaman penelitian,peneliti perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan dasar seperti : apa yang akan dilaporkan, siapa yang akan menerima laporan, dengan jalan apa laporan itu disebarluaskan, apa pengaruh penyebaran laporan itu?.
Pertimbangan pertama dalam seni menyusun laporan adalah menentukan siapa yang menjadi konsumuen dari laporan itu. Dalam proses laporan dan pihak pembaca hasil laporan itu. Bentuk, bahasa, dan cara menyusun laporan penting juga . dipertimbangkan, yaitu sejauh mungkin diusahakan agar isi laporan dapat dipahami oleh pihak pembaca hasil laporan itu. Dalam pelaporan hasil penelitian berdasarkan data statistik, penggunaan tabel dan diagram merupakan alat yang berguna dalam menyajikan dan menjelaskan data yang berhasil dikumpulkan
Menulis laporan penelitian bukan berarti hanya menuliskan hasil penelitian, namun juga proses penelitian itu sendiri secara menyeluruh. Laporan penelitian harus ditulis secara sistematis dan terstruktur, berkesinambungan dari awal hingga akhir, tidak melompat-lompat dari suatu pembahasan ke pembahasan Lain.
A. Judul laporan
Tuliskan judul laporan secara ringkas, padat, dan menggambarkan isi. Sedapat mungkin hindari pemakaian judul yang panjang, bertele-tele, dan berpotensi mengaburkan isi. Sayangnya, di berbagai perguruan tinggi masih banyak dosen pembimbing yang lebih menyukai judul yang panjang. Ada baiknya jika dosen pun kembali belajar menulis laporan penelitian yang komunikatif dan tidak sekadar “harus ada dua atau tiga variabel penelitian yang tercantum di dalam judul”.
B. Kata Pengantar
Cukup ditulis sepanjang satu halaman. Di dalam kata pengantar ini juga terdapat ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang terlibat atau membantu jalannya penelitian.
C. Daftar isi
Menunjukkan bagian-bagian yang dibahas dalam laporan penelitian. Jika dalam laporan penelitian itu ada tabel, diagram, peta, dan sebagainya, letakkan dalam daftar isi tersendiri.
D.Pendahuluan
Berisi perumusan masalah, ruanAg lingkup, metodologi penelitian, serta kegunaan penelitian.
E. Pembahasan
Merupakan bagian pokok dari sebuah laporan penelitian. Dalam bagian ini ada tinjauan teoretis dan analisis masalah.

F. Lampiran
Termasuk di sini adalah foto, tabel, peta, diagram, dan lain – lain yang menunjang penelitian tetapi terasa mengganggu jika dimasukkan / disatukan ke dalam pembahasan karena terlalu panjang.
G. Daftar Pustaka
Dari daftar pustaka ini akan terlihat bagaimana wawasan si peneliti. Apakah sumber pustaka yang digunakannya adalah yang terbaru (up to date) atau hasil penelitian 50 tahun yang lalu? Cantumkan hanya buku-buku dan sumber lain yang benar-benar digunakan dalam melakukan penelitian dan penulisannya. Hindari mencantumkan sumber – sumber pustaka yang tidak dipakai hanya agar daftar pustaka terlihat panjang dan mengesankan.

Bahasa Dalam Penulisan Laporan Penelitian
Kemampuan menggunakan bahasa tertulis sangat dibutuhkan dalam menulis laporan penelitian, selain tentu saja kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis.
Kemampuan berbahasa tulis yang baik ini tidak datang dengan tiba-tiba. Perlu latihan yang kontinyu dan tak kenal putus asa agar dapat menghasilkan tulisan yang komunikatif, mudah dipahami, namun tidak menghilangkan nilai keilmiahannya. Penggunaan bahasa yang tidak komunikatif atau bahkan terlalu rumit akan membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi sulit dicerna.
Penguasaan bahasa ilmiah yang komunikatif ini lebih-lebih lagi sangat diperlukan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial yang lebih banyak menggunakan pemaparan (deskripsi) daripada angka-angka. Huruf yang lebih banyak berbicara, bukan angka.

Daftar Pustaka
Margono, Drs. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. 2007
Kompetensi Guru Dalam Mengajar

Kompetensi Guru Dalam Mengajar

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
“Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945”.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat membuat suatu perubahan dalam dirinya yang akhirnya memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya dalam pendidikan terdapat proses pengajaran yang berfungsi mengarahkan proses perubahan tersebut agar dapat tercapai sebagaimana yang di inginkan.

Dalam pembentukan kepribadian anak, faktor utama yang mempengaruhi adalah orang tua. Selanjutnya anak akan terjun kedalam lingkungan masyarakat. Secara tidak langsung lingkungan masyarakat juga mempengaruhi perkembangan anak, baik dari segi intelektual, mental, dan spiritual anak.
Lingkungan yang ke-tiga yaitu lingkungan sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk terus mendidik siswanya. Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan yang ditetapkan. Adapun tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar dibebankan kepada guru. Hal ini dikarenakan gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswanya dalam proses belajar mengajar tersebut.

“Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, tertera pada pasal 4 bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa …”hampir semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran, semua bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategi pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh, segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.”

Kemampuan guru dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar merupakan salah satu persyaratan utama seorang guru dalam mengupayakan hasil yang lebih baik dari pengajaran yang dilaksanakan. Guru akan dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik dan dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif jika telah memenuhi kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Seperti yang tertera dalam …”pasal 8 ayat 3, bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagogik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial”.


Keempat kompetensi guru tersebut mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik, pengajar, dan pembimbing. Sebab apabila guru memiliki kompetensi, maka ia akan mampu menjadikan siswa-siswa cerdas, mandiri, dan berkualitas baik bagi pembangunan bangsa maupun pembangunan individu-individu siswa tersebut.

Selain keempat kompetensi di atas di perlukan kinerja guru yang aktif yang tentunya harus memenuhi “… karakteristik kompetensi guru sebagai berikut :
1. Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
2. Guru mampu melaksanakan peran-perannya secara berhasil.
3. Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
( instruksional ) sekolah.
4. Guru mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas”.

Kemudian selain karakteristik kompetensi di atas guru juga di tuntut memiliki … “ kriteria profesional, sebagai berikut :
1. Fisik
- Sehat jasmani dan rohani
- Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan / cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik
2. Mental / kepribadian
- Berkepribadian/berjiwa pancasila
- Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik
- Berbudi pekerti luhur
- Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal
- Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
- Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.
- Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
- Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.
- Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.
- Ketaatannya akan disiplin.
- Memiliki sense of humor.
3. Keilmiahan/pengetahuan
- Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
- Memahami ilmu pendidikan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.
- Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan di ajarkan.
- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
- Senang membaca buku-buku ilmiah.
- Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi
- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.


4. Keterampilan
- Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.
- Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.
- Mampu menyusun garis besar program pengajaran ( GBPP ).
- Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.
- Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
- Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.
Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dalam rangka usaha peningkatan kompetansi guru”.

Banyak guru mengatakan bahwa peningkatan mutu pembelajaran itu sulit dilaksanakan. Menurut mereka harus ada sarana, prasarana dan fasilitas yang lengkap, harus ada biaya yang memadai. Namun jika di kaji secara sederhana peningkatan mutu pembelajaran tidak terlalu sulit seperti apa yang di perkirakan karena hanya dengan inisiatif dari guru, kepala sekolah, atau pengawas untuk menyelenggarakan suatu proses pembelajaran dengan tujuan peningkatan mutu, maka kegiatan belajar tersebut akan berjalan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Kegiatan belajar aktif pada dasarnya tidak banyak menuntut berbagai fasilitas yang serba baru, mewah, atau canggih, tetapi penyelenggaraan kegiatan belajar aktif cukup dengan kreativitas guru ditunjang dengan strategi pembelajaran yang efektif. Tentunya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar aktif guru harus memiliki kemampuan yang optimal sesuai dengan tuntutan.

Dari kenyataan yang ada dan berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di Madrasah Diniyah Takmiliyah Tahzibul Inshof di Desa Teluk Rendah masih di temukan guru yang dalam mengemban tugasnya hanya dengan mengandalkan pengalaman tanpa melalui jenjang pendidikan keguruan bahkan dalam proses pembelajaran masih di temukan cara belajar yang tradisional tanpa menggunakan media yang canggih atau hanya mengandalkan media dan sumber yang ada. Dan masih di temukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pola penghafalan. Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai pada tingkat penguasaan. Tingkat ini merupakan bentuk hasil belajar terendah. Peserta didik umumnya belajar dengan teknik menghafal tentang apa yang dapat dicatat dari penjelasan guru atau dari buku-buku. Apabila telah menghafal, maka peserta didik telah merasa cukup. Ini berarti pula hasil belajar hanya sampai pada tingkatan penguasaan saja.

Sumber-sumber belajar yang digunakan hanya terbatas pada guru yang berupa catatan penjelasan dari guru dan satu sampai dua buku bacaan. Berarti sumber-sumber belajar yang dimanfaatkan dalam belajar terbatas sekali. Hal inipun dipertanyakan, apakah dengan mencatat penjelasan dari guru dan apakah satu-dua buku itu dapat dikuasai dengan baik.

Faktanya tidak sedikit peserta didik yang ketinggalan mencatat penjelasan dari guru, dan secara psikologi setiap anak tentunya memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Selain itu tidak sedikit pula anak didik yang kurang memiliki minat membaca sehingga satu-dua buku yang adapun belum dapat dijamin dikuasai atau tidak oleh anak didik.

Naturalisme dalam Filsafat

Naturalisme dalam Filsafat

NATURALISME merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).
Materialisme adalah suatu istilah yang sempit dari dan merupakan bentuk dari naturalisme yang lebih terbatas. Namun demikian aliran ini pada akhirnya lebih populer daripada induknya, naturalisme, karena pada akhirnya menjadi ideologi utama pada negara-negara sosialis seperti Uni Soviet (kini Rusia) dan Republik Rakyat Cina (RRC). Materialisme umumnya mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada kecuali materi, atau bahwa nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
B. Percikan Pemikiran Naturalisme
Aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa "Learned heavily on the knowledge reported by man's sense". Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar yaitu Realisme, Empirisme dan Rasionalisme.
Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme.2) Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak dari Naturalisme.3) Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan dengan Naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.4)
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme adalah John Amos Comenius (1592-1670).

Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sekedar untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.
Dalam pendidikan dan pengajaran, Comenius menggunakan hukum-hukum alam sebagai contoh yang senantiasa tertib dan teratur. Hukum alam memiliki ciri sebagai berikut :

1. Segalanya berkembang dari alam
2. Perkembangan alam serba teratur, tidak meloncat-loncat melainkan terjadi secara bertahap.

3. Alam, berkembang tidak tergesa-gesa melainkan menunggu waktu yang tepat, sambil mengadakan persiapan.
Dalam proses pendidikan, seperti pendahulunya Wolfgang Ratke, Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru perkembangan alam. Alam berkembang dengan teratur dan menurut aturan waktu tertentu. Tidak pernah terjadi dalam perkembangan alam, seekor kupu-kupu tiba-tiba dapat terbang tanpa terlebih dahulu mengalami proses perkembangan mulai dari ulat menjadi kepompong dan seterusnya berubah menjadi kupu-kupu. Begitu juga perkembangan alam yang lain, buah apapun di dunia, selalu bermula dari bunga.
Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra. Belajar melalui indra merupakan inti dari metode belajar Naturalistik.Baik Comenius maupun pendahulunya Wolfgang Ratke menekankan pentingnya pengalaman pemahaman tentang sesuatu. Seperti yang disarankan oleh Wolfgang Ratke pada para guru. Guru, kata Ratke pertamakali hendaknya mengenalkan benda kepada anak lebih dahulu, baru setelah itu penjelasan yang diperinci (exposition) tentang benda tersebut.
Sedang Comenius menasehatkan kepada para guru bahwa sesuatu itu harus digambarkan dengan simbol secara bersama-sama. (Thing and symbol should accompany each other). Dalam mempresentasikan gagasan ini Comenius menulis sebuah buku berjudul Orbis Pictus (Dunia dalam Gambar).
Naturalisme di bidang pendidikan juga dielaborasi oleh kerangka pemikiran John Locke (1632-1704) dalam buku Essay Concerning Human Understanding. Ia mengemukakan bahwa teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata. Dalam formulasi redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama John Locke mengatakan bahwa, tidak ada sesuatu dalam jiwa tanpa melalui indra.
Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Observasi berarti mengamati secara langsung fenomena yang ada di alam ini secara cermat dan cerdas. Seperti yang dialami Copernicus, bahwa pemahaman kita akan menipu kita, apabila kita berfikir bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi, padahal sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari. Pendapat Copernicus di atas sangat berpengaruh pada abad ke 18, sehingga abad ini dikenal dengan sebutan abad rasio (age of reason) atau Rasionalisme.


J. H. Pastolozzi seorang paedagog berkebangsaan Swiss merupakan orang yang pertamakali sukses dalam menempatkan antara teori dan praktek pendidikan menjadi satu kesatuan hukum-hukum potensi manusia. Oleh sebab itu Pastolozzi berkata, pendidikan hendaknya dilaksanakan secara harmonis, yaitu yang meliputi berbagai segi dari hukum-hukum potensi manusia (multy purposes), segi jasmani, kejiwaan, segi sosial, segi susila, dan segi agama.
Dengan demikian tujuan pendiddikan adalah memimpin anak menjadi orang baik dengan jalan mengembangkan daya-daya pada anak, karena pendidikan pada hakekatnya tidak lain daripada pemberian pertolongan, agar anak dapat menolong dirinya. Dalam bahasanya sendiri ia mengatakan pendiddikan adalah "Pertolongan untuk pertolongan diri" (Hilfe zur Selbsthilte).
Demensi terakhir dari percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme juga dikembangkan oleh Jean Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal dari tiga hal, yaitu ; alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan prinsip-prinsip alam semesta.7) Rousseau (1712 - 1778) menghasilkan buku yang sangat monomental berjudul Emile Ou de L'Education.
C. Naturalisme dalam Filsafat Pendidikan
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya. Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey.
Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis buku berjudul Education: Intelectual, Moral, and Physical. Herbert menyatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?. Kelima tujuan itu adalah:
(1) Pemeliharaan diri;
(2) Mengamankan kebutuhan hidup
(3) Meningkatkan anak didik
(4) Memelihara hubungan sosial dan politik
(5) Menikmati waktu luang
Spencer juga menjelaskan enam prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. enam prinsip tersebut adalah :
(1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
(2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
(3) Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
(4) Memperbanyak imlu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan
(5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
(6) Praktik mengajar adalah seni menunda


D. Aplikasi Naturalisme dalam Pendidikan Islam
Al-Qur'an berulang kali menyuruh bertafakur dan bertadabbur mengambil hikmah dari penciptaan makhluk-makhluk yang ada di jagad raya (universe) ini.11) Melalui tafakur dan tadabur terhadap ciptaan Tuhan di jagad raya, manusia akan mengenal tempatnya dengan baik di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Pengenalan terhadap posisi manusia di antara makhluk-makhluk-Nya ini yang oleh Muhammad Fadil al-Jammali dimasukkan sebagai salah satu tujuan pendidikan dalam Islam.
Bertafakur dan bertadabbur terhadap ciptaan Allah, memerlukan perangkat atau sarana yang tidak lain adalah akal dan hati. Akal ini merupakan salah satu dari pemikiran Natulalistik sebagai sarana yang harus dikembangkan. Seorang siswa akan lebih mudah memahami sesuatu objek, jika sebelumnya siswa tersebut dilibatkan dalam kegiatan observasi terhadap objek yang akan dipahami atau dipelajari. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara langsung face to face terhadap sesuatu yang akan dipelajari.
Pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di atas dapat diaplikasikan dalam pendidikan Islam, yaitu dengan cara memberikan keleluasaan kepada siswa mengobservasi dan mengeksploirasi ciptaan Allah di alam semesta. Tunjukkan kepada siswa aneka ragam ciptaan yang ada, termasuk manusia sebagai ciptaan dan sesudah itu guru memberikan penjelasan yang lengkap sesuai dengan tingkat perkembangan para siswa, sehingga mereka dapat merasakan secara nyata dan memahami dengan benar apa yang mereka pelajari. Model belajar seperti inilah yang oleh pengikut filsafat pendidikan Naturalisme dikategorikan sebagai kegiatan belajar melalui sense atau panca indra.
Ada dua asal usul ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia, yaitu pengetahuan eksternal dan potensi bawaan. Pengetahuan eksternal ialah pengetahuan yang sampai pada pemikiran atau akal dari alam luar. Pengetahuan eksternal ini merupakan gambaran alam yang menembus akal melalui panca indra (sense) dan variasinya menurut kemampuan sensasi dan ke¬jadian alamiah. Cara memperolehnya yaitu melalui panca indra dan akal. Al-Qur'an mengemukakan secara jelas bahwa pengetahuan eksternal tidak akan sampai sebelum adanya kelahiran, seperti disebutkan dalam surah an Nahl (16) ayat 78 sebagai berikut:
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal), agar kamu bersyukur.
Dalam perspektif Al-Qur'an, alam diciptakan untuk manusia dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelola dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya.13) Bagaimana mungkin manusia dapat mengelola dan memakmurkannya tanpa mempelajari alam tersebut?
Tugas mengelola dan memakmurkan alam merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah kepada penciptanya. Agar dapat mengelola dan memakmurkan alam, manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran. Dalam surah Ali Imran (3) ayat 190 - 191 Allah berfirman:

Artinya : Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi."
Langit, bumi, siang dan malam disebut sebagai tanda-tanda atau ayat-ayatNya. Begitu juga apa saja yang ada di alam merupakan tanda-tanda akan kekuasaan dan adanya Allah. Untuk mengenal Allah sebagai pemilik alam, jalan yang paling dekat adalah dengan mempelajari tanda-tanda Allah di alam tersebut.
Studi terhadap ciptaan Tuhan sebagai ayat Kauniyah yang bertebaran di jagat raya, sama halnya dengan kewajiban mempelajari ayat-ayat Qauliyah Tuhan, yaitu Al-Qur'an. Melalui kedua ayat tersebut Allah mendidik manusia agar memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana ilustrasi berikut:
Syekh Makarim al-Syirazi dalam tafsir al-Amtsal ketika menafsirkan kalimat rabbul 'alamin mengatakan bahwa rububiyatullah thariqun li ma'rifatillah. Salah satu jalan untuk mengenal Allah adalah dengan memperhatikan (mempelajari) bagaimana Allah menciptakan dan memelihara alam semesta.14) Allah mendidik manusia agar mempelajari bagaimana Allah menciptakan dan memelihara makhluk-makhlukNya yang bertebaran di jagat raya ini.
Studi terhadap makhluk-makhluk Allah di jagat raya (universe) ini telah terbukti mampu melahirkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang ada saat ini. Dalam konteks aliran filsafat pendidikan Naturalisme, pengenalan siswa secara langsung terhadap alam dengan berbagai bentuknya, akan melahirkan pemahaman yang jauh lebih baik terhadap obyek yang dipelajari dibandingkan dengan membaca buku di dalam kelas.
Al-Qur'an melalui ayat-ayatnya menyuruh manusia agar memperhatikan jagat raya ini beserta apa saja yang dikandungnya. Perhatikan misalnya dalam surah-surah berikut:
”Artinya : Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
”Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun Perintah seperti di atas diungkap dalam Al-Qur'an melalui berbagai macam istilah agar manusia melakukan aktivitas bertafakur dan bertadabur.

1. Tafakkara, berpikir, terdapat dalam 15 ayat lebih, antara lain dalam surah ar Rum (30) ayat 8, sebagai berikut:
Artinya : Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya
2. Tadabbara, merenungkan, seperti dalam surah Muhammad (47) ayat 24
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci
3. Nażara, melihat yang dalam Al-Qur'an disebutkan lebih dari 30, antara lain adalah:
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan (17) Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (18) Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (19) Dan bumi bagaimana ia dihamparkan
Selain tiga ungkapan di atas, juga terdapat beberapa istilah yang juga mengandung pengertian agar manusia memperhatikan ciptaan Allah di jagat raya ini seperti faqiha, Tażakkara, fahima, aqala, ulū al bāb, ulū al ΄ilmi, ulū al nuhā, dan ulū al abșār.
Pengenalan secara langsung terhadap alam sebagai obyek studi seperti percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme dapat diaplikasikan dalam pendidikan Islam, karena secara sangat jelas Al-Qur'an berulang kali menyuruh untuk itu. meskipun demikian harus diakui juga bahwasanya mengandalkan kekuatan panca indra semata dalam pembelajaran, tidak dibenarkan dalam pendidikan Islam, karena Al-Qur'an juga mementingkan kecerdasan akal. Bahkan Al-Qur'an menggambarkan mereka yang mengagungkan panca indra, tanpa menyertakan akal dalam memahami fenomena alam, bagaikan hewan.
Selain pengembangan akal dengan observasi, dalam percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme, juga terdapat sisi lain yang dapat diimplementasikan dalam pendidikan Islam, yaitu bahwa pendidikan itu bisa berasal dari alam, manusia dan barang.
dalam Islam pendidikan juga dapat berasal dari alam dan barang, yaitu dengan jalan bertafakkur dan bertadabbur disamping juga dapat berasal dari manusia melalui proses pewarisan nilai dan ilmu pengetahuan.



KESIMPULAN
Demikianlah naturalisme sebagai aliran filsafat maupun aliran filsafat pendidikan, memiliki kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan utama aliran ini adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam, termasuk anak yang lahir secara alamiah akan cenderung baik. Paham ini bisa melahirkan manusia-manusia demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan pribadi masing-masing.
Empat percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme, yaitu Pertama urgensi kesesuaian proses pendidikan dengan tahap-tahap perkembangan alam. Kedua belajar merupakan kegiatan melalui indra. Ketiga urgensi pemahaman akan sesuatu melalui observasi di alam. Keempat pendidikan dapat bersal dari alam, barang dan manusia.

Keempat percikan pemikiran tersebut memiliki ekuivalensi dengan anjuran kitab suci Al-Qur'an kepada para pembacanya untuk menyelidiki jagat raya sebagai ciptaan Tuhan. Penyelidikan terhadap ciptaan tersebut dapat mengantarkan kepada pengenalan Allah sebagai Yang Maha Pencipta. Inilah makna dari rububiyatullah thariqun li ma'rifatillah
Namun kelemahan utama aliran ini adalah bahwa anak yang lahir juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Jika lingkungan di sekitar baik, maka anak tersebut cenderung baik. Sebaliknya, jika kehidupan di sekitarnya buruk, anak cenderung berkembang ke arah buruk. Kasus Galang Rambu Anarki, putera Iwan Fals, bisa jadi karena lingkungan tidak memadai untuk keberlangsungan hidupnya, sehingga ia harus meninggal dunia di usianya yang amat dini.Contoh Makalah
Tentang Sintaksis dan Semantik

Tentang Sintaksis dan Semantik

Tentang Sintaksis dan Semantik
Struktur dalam `standard' dan pewakilan semantik
Mungkin ganjil sedikit dalam sesebuah buku semantik membiarkan pembicaraan tentang hubungan antara semantik dengan bahagian lain dalam tatabahasa di akhir buku ini. Malah tentu ramai yang kecewa kerana saya tidak banyak membicarakan rumus pewakilan semantik yang terperinci: kita belum lagi meneliti satu pencirian se¬antik yang lengkap bagi satu-satu. ayat pun. Tetapi perbuatan mengemudiankan itu memang disengajakan. Seperti yang diharap¬kan telah dipertunjukkan dalam kedua-dua bab sebelum ini, terdapat kejahilan yang meluas tentang beberapa aspek sifat semantik ayat, hinggakan tugas memberi satu huraian semantik ayat yang lengkap pada masa ini tidaklah munasabah. Namun terdapat satu masalah yang perlu diselesaikan sebelum apa juga sifat semantik ayat dapat dicirikan secara rumus: masalah hubungan antara pengitlakan sin¬taksis terhadap sesuatu bahasa dengan pengitlakan semantik ter-hadap bahasa yang sama. Masalah keseluruhannya begini: andai kata kita perlu menyatakan pengitlakan semantik terhadap sesuatu bahasa, dan andai kata:kitaperlu menyatakan pengitiakan sintaksis terhadap sesuatu bahasa, apakah hubungan antara kedua-dua jenis rumus bahasa ini? Sehingga kini kita telah meneliti (Bab 6 dan 7) satu bentuk pengitlakan semantik berdasarkan komponen seman¬tik yang bergabung dalam berbagai-bagai cara untuk memancarkan makna item leksikal dan ayat. Setakat ini saya telah mengandaikan teori yang disebut tatabahasa transformasi standard itu betul, yang menyatakan pengitlakan sintaksis terbahagi kepada dua aras sintaksis yang berbeda, iaitu struktur dalaman dan struktur permukaan, dan juganelitihubungan antara kedua-dua aras ini. Sekarang kita mesti meneliti dengan mendalam masalah hubungan antara kedua-dua gagasan struktur dalaman dengan struktur permukaan dan pewakilan se¬mantik. Dalam Bab 7 saya mengandaikan satu jawapan pada per¬soalan ini supaya kita dapat mempamerkan rangka sifat struktur tatatingkat makna leksikal dan makna ayat dan hubungan antara pencirian ayat positif dengan ayat negatif. Peneiitian persoalan ini . yang lebih mendalam memerlukan kita mempunyai satu takrif struk¬tur dalaman yang jelas, dan ini amat mustahak memandangkan setiap syarat takrif konsep struktur dalaman tahun 1965 telah dicabar.
Dalam tahun 1965, struktur dalaman ditakrifkan sebagai: (i) hasil rumus struktur frasa (iaitu aras yang rumus struktur frasa dapat digunakan supaya pengitlakan tentang binaan sintaksis sesuatu bahasa dapat dinyatakan), (ii) masukan kepada seperangkat rumus transformasi (yang menyatakan hubungan antara aras ini dengan deretan unsur permukaan yang membentuk ayat), (iii) aras yang menyatakan hubungan seperti subjek dan objek (perhatikan orang pernah mendakwa bahawa struktur dalamanlah yang merupakan aras yang dapat membezakan dari segi binaannya ayat John per¬suaded Bill to leave dengan ayat John promised Bill to leave), (iv) aras yang berlakunya penyisipan item leksikal (iaitu pengitlakan sin¬taksis dalam bentuk rumus struktur frasa dan rumus transformasi yang berkait hanya dengan item leksikal sebagai kumpulan atau item leksikal (dan kadang-kadang morfem) sebagai unit, tetapi bukan unit kecil.seperti komponen semantik, (v) aras yang rnenjadi tempat me¬nyatakan apa yang disebut pembatasan petnilihan (iaitu penyimpangan The speck of dust skipped to the station akan dihuraikan dengan. penubuhan pembatasan pada penyisipan item leksikal-seperti skip ke dalam penanda frasa sehinggakan untaian yang Inengandungirthe speck of dust sebagai subjek skip tidak dijanakan langsung sebagai ayat yang betul bentuknya), dan (vi) aras yang mencerapkan ketaksaan dalam ayat, dengan pemberian struktur dalaman yang berbeza berpadanan dengan setiap tafsiran ayat yang wujud (misalnya ayat yang kini terkenal Visiting relatives can be a nuisance dikatakan mempunyai dua siruktur dalaman, satu yang berpadanan deagan tafsiran sanak-saudara itu yang melawat, dengan satu tafsiran yang berpadanan dengan tafsiran mereka (penutur) yang melawat). Ter¬dapat satu lagi syarat tafsiran yang mempersembahkan jawapan per¬tama kepada persoalan saling bergantung antara penyataan sintaksis dengan penyataan semantik ini yang akan kita teliti dan (vii) aras struktur dalaman dikatakan menjadi masukan pada komponen se¬mantik.
Kita mungkin bertanya, apakah keertian dakwaan ini? Dalam tahun-tahun-selepas-1957,- apabila-Chomnsky pertama kali mem¬bicarakan betapa perlunya rumus transformasi itu sebagai sebaha¬gian daripada tatabahasa, beberapa banyak hujah telah digunakan untuk usaha menimbulkan tatarajah struktur dalaman bagi jenis ayat yang berlainan. Hujah-hujah ini boleh dikatakan berpola tekal. Dalam kebanyakan hal, struktur dalaman yang disarankan itu nam¬paknya berpadanan rapat dengan yang diperlukan dalam sesuatu pewakilan semantik ayat daripada deretan sebenar unsur ayat itu sendiri. Maka, sebagai contoh, orang menyatakan berdasarkan asas sintaksis struktur dalaman ayat perintah seperti Shut the door se¬harusnya mengandungi subjek orang kedua, maklumat yang seme¬mang diperlukan untuk tafsiran semantik ayat sedemikian; dinyata¬kan juga John persuaded Bill to leave dan John promised Bill to leave dibezakan pada peringkat struktur dalaman mengikut satu cara yang memang diperlukan bagi tafsiran semantik ayat itu, juga di¬nyatakan bahawa ayat Visiting relatives can be a nuisance dibezakan pada struktur dalaman mengikut satu cara yang berpadanan dengan usaha membezakan tafsiran semantiknya; dan sebagainya. Ber¬dasarkan ketekalan am ini, Katz dan Postal telah membuat satu dak¬waan pada tahun 1964 yang dianggap sebagai dakwaan penting tata¬bahasa transformasi model `standard' 1965 - bahawa semua unsur dan tatarajah yang perlu bagi tafsiran semantik sesuatu ayat dike¬mukakan pada aras struktur dalaman. Dengan perkataan lain, aras struktur dalamaan yang dicirikan secara sintaksis itu, yang bagi setiap ayat berupa satu tatatingkat berstruktur (penanda frasa) yang menerangkan hubungan sintaksis antara item leksikai dalam tatatingkat berkenaan, merupakan juga struktur yang menjadi wadah bagi pelaksanaan rumus semantik yang mempersembahkan tafsiran ayat berkenaan. Pendek kata, kembali kepada syarat tafsiran akhir kita terhadap struktur dalaman, asas struktur dalaman dikatakan menjadi masukan kepada komponen semantik. Berdasarkan asas inilah rumusan unjuran, yang saya garapkan dalam Bab 7, terlaksana untuk mempersembahkan pewakilan semantik ayat. positif darrayat negatif, pada keseluruhannya, kita mempunyai 7 syarat tafsiran struktur dalaman. Sekarang ini gabungan syarat-syarat ini mengakibatkan kesan yang kelihatan bercanggahan dan penyelesaian percanggahan inilah yang sekai.ang ini menyebabkan pertelingkahan di kalangan ahli bahasa.

Struktur permukaan dan pewakilan semantik Marilah
Marilah pertama kita mengambil gabungan syarat tafsiran struktur dalaman yang tersenarai di atas, iaitu (ii) struktur dalaman sebagai masukan kepada rumus transformasi, dan (vii) struktur dalaman sebagai masukan kepada komponen semantik. Jika struktur dalaman menyediakan semua maklumat yang diperlukan untuk pelaksanaan rumus semantik supaya terhasil pewakilan semantik yang sepadan an dengan tafsiran sesuatu ayat, maka ini bermakna apa jua pelaksana¬ sintaksis yang berlaku selepa's struktur dalaman ditentukan (dengan struktur dalaman atau satu macam pengubahsuaian struktur dalarnan sebagai masukan), dengan sendirinya tidak akan mengubah tafsiran semantik ayat tersebut. Apa jua urutan transformasi yang terlaksana pada mana-mana struktur dalaman, urutan ini tidak mem¬bawa kesan apa-apa pada sifat semantik ayat yang sepadan dengan struktur dalaman berkenaan. Ini bermakna tindakan ,-:,enerima syarat tafsiran (ii) dan (vii) membawa kita kepada satu dakwaan bahawa transformasi, malahan sifat-sifat struktur permukaan (setakat yang tidak menjadi.sifat struktur dalaman), tidak berperanan htlQSUng dalam peramalan makna sesuatu ayat. Dakwaan iniiah yang menjadi punca pertelagahan, perhatikan ayat (1)_(6)
1. John is an informal kind of guy and John is easy to get on with.
2. John is an informal guy and easy to get on with.
3. The man who planted the bomb were known to the police and the man who planted the bomb were careful to con¬ceal their identity.
4. The man who planted the-bomb were known to the police and were careful to conceal their identity.
5. The group went to the shop and the group bought them¬selves some new gear.
6. The group -went to the shop and.bought themselves some new gear.


Dalam setiap pasangan ayat, ayat kedua dikatakan berpunca daripada satu struktur yang setanding dengan ayat pertama melalui satu rumus pemenggalan gabungan, yang, terlaksana pada struktur ayat gabung seperti: (1), (3) dan (5), untuk membentuk struktur terbitan seperti (2), (4) dan (6), dengan satu subjek tunggal dan frasa kerja yang bergabung. Alasan sintaksis bagi rumus penghilangan subjek ini sungguh kuat, tetapi keperluan ini tidak penting bagi kita di sini. Yang lebih penting bagi tujuan kita bahawa ayat dalam setiap pasangan (1) - (2), (3) - (4) dan (5) - (6) itu sepadan. Dengan perkata¬an lain, sejajar dengan syarat (vii) terhadap struktur dalaman, rumus penghilangan subjek ini kelihatan mempertahankan makna. Malah bagi kebanyakan contoh, begitulah keadaannya. Tetapi perhatikan ayat (7) - (12):
7. Many people are married and many people are happy.
8. Many people are married and happy.
1. 9.No number is even and no number is odd.
2. 10.No number is even and odd.
3. 11. Some cakes are fruity and some cakes are not fruity.
4. 12. Some cakes are fruity and not fruity.

Hubungan sintaksis antara pasangan ayat (7) - (8), (9) - (10) dan (11) - (12), kelihatan serupa dengan hubungan yang wujud dalam pasangan ayat (1) - (6), tetapi dalam contoh ini, terdapat perubahan makna, malah dalam dua pasangan itu terdapat perubahan yang ke¬tara. Punca masalahnya terletak pada hakikat bahawa ayat ini me¬ngandungi frasa nama dengan .kata bilangan seperti some, many, no. Apabila terdapat seolah-olah satu hubungan transformasi an¬tara dua ayat yang mengandungi frasa nama dengan kata bilangan, (satu hubungan yang dalam banyak contoh lain mempertahankan makna), hubungan ini selalunya tidak mempertahankan makna.' lni memperlihatkan bahawa jika alasan sintaksis bagi mengaitkan ayat tetap kuat, maka analisis sintaksis ayat tersebut seharusnya bersifat seperti pasangan ayat lain juga, dan perbedaan makna antara dalam setiap pasangan itu seharusnya tercerap pada aras tertentu selepas rumus sintaksis berkenaan terlaksana iaitu pada struktur permukaan. Ini bermakna huraian-sintaksis seharusnya bersepadu, walaupun huraian semantiknya tidak, iaitu sebahagian tafsiran semantik itu dinyatakan pada tatarajah struktur dalaman dan se¬bahagian lain pada tatarajah struktur permukaan. Terdapat bukti lain yang menyokong natijah ini bahawa beberapa maklumat struk¬tur permukaan berarti bagi tafsiran ayat. Perhatikan ayat (13) dan (14) (huruf besar kecil digunakan untuk menandakan tekanan keras):

13. Like most BACHELORS, my husband likes chatty girls.
14. Like MOST bachelors, my husband likes chatty girls.


Ayat (13) membawa makna bahwa suami saya itu serupa dengan kebanyakan orang bujang dari segi kesukaannya terhadap gadis mulut becok: ini tidak membawa maksud yang dia sendiri bujang. Tetapi (14), dengan tekanan pada most, membawa makna bahawa suami saya it u serupa dengan kebanyakan orang bujang yang suka akan gadis mulut becok, dan tambahan pula, membawa juga makna bercanggah yang dia sendiri bujang, perbezaan tunggal antara (13) dengan (14) terletak pada tempat tekanan. Apa jua proses sintaksis yang diperlukan untuk memerikan sifat sintaksis pada (13) itu di¬perlukan juga bagi memerikan (14). Natijah alamiah yang tersim¬pul daripada pasangan ayat ini bukanlah (13) dan (14) berbeza pada aras struktur dalaman, sekaligus mengekalkan syarat (vii) dan.mem¬bezakan huraian sintaksis pada (13) dan (14), tetapi faktor seperti tempat tekanan kadang-kadang dapat mengubah makna ayat.
Dengan perkataan lain, kelihatan seolah-olah syarat (vii) terpaksa diketepikan sebagai satu syarat tafsiran struktur dalaman oleh sebab beberapa aspek struktur permukaan mungkin diperlukan untuk usaha meramalkan tafsiran semantik ayat.
Natijah ini belum lagi iriembawa kita kepada-satu-pendirian ¬yang bercanggah. Data ini hanya membayangkan pengitlakan sin¬taksis dalam bentuk rumus transformasi tidak selalunya berpadanan dengan pengitlakan semantik, yang nampaknya bergantung pada lebih daripada satu jenis maklumat-sintaksis. Malah bukti telah diketengahkan yang mengesahkan natijah bercanggahan bahawa struktur dalaman iaitu, aras yang dibentuk untuk mencerap pe¬ngitlakan sintaksis ayat, tidak merupakan satu aras sintaksis yang dapat ditakrifkan terasing tetapi ia serupa dengan aras pewakilan semantik, iaitu aras yang ditubuh untuk mencerap pengitlakan semantik ayat. Jika begitulah keadaannya, kita tidak baleh me-ngekalkan kedudukan bahawa pewakilan semantik juga bergantung pada aras struktur permukaan yang terasing.

Mengenal pasti struktur permukaan dan pewakilan semantik: hujah ketaksaan
Bagaimanakah struktur permukaan itu serupa dengan pewakilan se¬mantik ditunjukkan? Buktinya sekali lagi melibatkan kata bilangan, tetapi kali ini masalahnya berkait dengan kata bilangan dan ketaksa¬an. Dalam Bab 8 (lihat 8.4 sebelumnya), saya telah membicarakan contoh-contoh yang belum pernah diuji dari segi ketaksaan, dan contoh-contoh ini mempunyai satu tafsiran ayat yang lebih umum malah mencakupi tafsiran yang kedua. Contoh yang tersebut seperti A hundred students shot twenty professors. Yang dikatakan taksa itu antara tafsiran yang membawa makna tersirat bahawa terdapat seratus penuntut yang masing-masing menembak dua puluh orang mahaguru, dengan satu tafsiran yang membawa makna tersirat bahawa terdapat-dua puluh orang mahaguru yang tembak oleh¬seratus orang penuntut. Untuk sementara ini, marilah kita mengandaikan bahawa ayat ini memang taksa. Persoalannya: bagairnana, kah harus ketaksaan ini dihuraikan oleh tatabahasa? Menurut syarat tafsirantrukturstruktur dalaman yang keenam yang tersenarai di atas, aras s dalaman yang harus mencirikan ketaksaan sedemikian, ter¬utama jika ketSaksaan-itu-berpunca daripada binaan dan bukannya oleh sebab item leksikal yang taksa: Namun cara tunggal meneirikan kedua-dua tafsiran ayat ini haruslah dengan memberi bentuk lojis yang sepadan dengan kedua-dua tafsiran tersebut. Tetapi saya telah mengetengahkan (3.4) bahawa bentuk lojis sebagai aras yang dapat. "menghasilkan taabiran ayat melalui rumus logik am, sebenarnya merupakan aras pewakilan semantik. Ekoran itu, sekurang-kurang¬nya bagi beberapa contoh taksa, aras struktur dalaman yang diperlu¬kan untuk usaha mencirikan ketaksaan itu sendiri merupakan aras pewakilan semantik (inilah pandangan yang dikenali sebagai seman¬tik generatif). Natijah ini bercanggah langsung dengan natijah awai kita bahawa beberapa aspek struktur permukaan diperlukaan apa¬kala memberi pewakilan semantik ayat yang lengkap: jika struktur dalaman itu sendiri merupakan pewakilan semantik ayat tersebut, maka tidak munasabahlah kalau beberapa aspek struktur permukaan yang berlainan daripada struktur dalaman itu diperlukan juga un¬tuk pemerian struktur dalaman itu.

Rumus struktur frasa, transformasi dan pewakilan semantik

Sehingga ini kita telah melihat bukti yang menimbulkan keraguan pada~struktur dalaman yang ditakrifkan berasaskan syarat (ii), (vii) dan (vi), tetapi dalam dua cara yang bertentangan, pertentangan ini daripada tidak selesai di sini sahaja. Syarat takrifan struktur dalamari yang lain telah- juga dikecam. Syarat (v), iaitu struktur dalaman merupa¬kan aras yang dapat mencerap pengitlakan tentang batas kehadiran bersama, sekarang ini rata-rata telah diketepikan. Seperti yang diiihat dalam Bab 7 (lihat 7.2 sebelumnya), terdapat bukti kukuh yang menunjukkan bahawa gejaia itu bukaniahsesuatu yang dapaf dicerap¬kan pada aras sintaksis tetapi lebih,pada aras semantik. Tiga syarat lagi (i), (ii) dan (iv) yang' masih ada - iaitu struktur dalaman merupakan hasii rumus- struktur frasa, masukan kepada rumns transformasi, dan aras tempat item leksikal disisipkan. Syarat-syarat ini keseluruhannya membawa kesan yang ternyata mesti ditolak, begitulah yang dikemukakan oleh mereka yang mencuba mengekalkan gagasan bahawa struktur dalaman itu serupa dengan aras pewakilan semantik. Perhatikan penerbitan pasangan ayat The man killed the woman, The woman was killed by the man. Struktur dalamannya mengikut model- standard- lebih-kurang seperti_.dalam Rajah L' Rumus struktur frasa menjanakan tatatingkat binaan yang digam¬barkan oleh penanda frasa dalam Rajah I, dan rumus penyisipan leksikal meletakkan keseiuruhan ciri sintaksis, semantik dan fonologi yang mencirikan item leksikal daripada leksikon ke dalam penanda frasa. Penanda frasa yang lengkap itu seterusnya mengalami rumus

transformasi, khususnya rumus pembentukan pasif pilihan, yang ter¬laksana pada unsur anggota dalam penanda frasa untuk menjadikan kedua-dua siruktur permukaan yang sepadan dengan ayat The man killed the woman, The woman was killed by the man. Yang ber¬makna dalam-penerbitan ini ialah baik rumus struktur frasa mahu¬pun rumus transformasi tidak memb-uat apa-apa rujukan pada item leksikal itu sendiri, apatah lagi pada tanda semantiknya. Ini ber¬makna tersirat dalam takrif struktur dalaman sebagai hasil rumus. struktur frasa dan sebagai.:aras-tempat item leksikal-disisipkan dan masukan kepada rumus transformasi, terkandung dakwaan bahawa kaedah rumus struktur frasa dan rumus transformasi yang ditubuh¬kan untuk menghuraikan struktur sintaksis ayat dalam sesuatu bahasa tidak diperiukan untuk usaha menghuraikan struktur seman¬tik ayat tersebut dan item leksikal yang terkandung. Struktur ini dihuraikan dengan kaedah pencirian yang sama sekali lain. Dengan perkataan lain, struktur semantik leksikal clan ayat dikatakan ter¬takluk pada rumus yang berlainan, dan kekangan yang berlainan daripada rumus dan kekangan yang terlaksana pada struktur sin¬taksis. Dakwaan inilah, iaitu kesan daripada menggabungkan syarat (i), (ii) dan (iv) untuk usaha mentakrifkan struktur dalaman, yang telah dikecam juga.


Bukti telah diketengahkan menyarankan bahawa penyataan tentang penentuan semantik dalaman bagi item leksikal seperti kill memerlukan kaedah pemerian yang sama sekali serupa dengan struktur sintaksis ayat, iaitu rumus struktur frasa dan rumus transformasi, dan lebih khusus lagi rumus bebas seperti proses refleksif diperlukan bagi pencirian semantik item leksikal tertentu. Misalnya, telah dikemukakan bahawa penandaan makna bagi ayat seperti John killed Bill itu sama sahaja dengan penandaan struktur sintaksis ayat seperti John caused Bill to die. Keserupaan ini dapat diperjelas dengan memberi kedua-dua penandaan itu dalam bentuk binaan pohon (Rajah II dan III). Walaupun struktur-struktur ini tidaklatr serupa, sama ada dati segi. Tatarajah atau penandaan, tetapi struktur tatatingkat yang selari terdapat dalam kedua-duanya. Tetapi struktur tatatingkat dalam sintaksis dicerap o1eh rumus struktur frasa. Oleh sebab struktur tatatingkat ini juga dipamerkan dalam pewakilan semantik, maka dikatakan gejala ini memerlukan juga penggunaan rumus struktur frasa untuk usaha mencirikan pewakilan semantik. Bukti Yang dikatakan menguatkan gagasao ini dibekalkan oleh ketaksaan Yang dikatakan Niujud dalam ayat yang mengandungi almost. Orang mengatakan oleh sebab ayat The robber almost kill¬ed the woman itu taksa antara tafsiran si perompak hampir melaku¬kan-sesuatu yang dapat menyebabkan perempuan-itu mati dengan¬tafsiran si perompak memang melakukan sesuatu yang menyebabkan perempuan itu hampir Irlati,' dan oleh sebab struktur dalaman merupakan aras tempat ketaksaan binaan sedemikian dicirikan, maka struktur dalaman ayat yang tersisip almost dalamnya tidak dapat ditunjukkan semata-mata seperti dalam Rajah IV tetapi mesti sepadan dengan struktur yang lebih rumit seperti yang ditunjnk¬kan dalam Rajah V kerana hanya pada aras pemujaradan ini saha¬ja pewakilan struktur dalaman dapat menyampaikan maklumat bina¬an yang secukupnya untuk usaha mencirikan ketaksaan yang tim¬bul akibat almost yang dimasukkan itu. Jika struktur dalaman


ayat The robber killed the woman memang sepadan dengan struktur yang lebih rumit ini, maka seharusnyalah (a) rumus struktur frasa akan mencirikan sifat semantik item leksikal, (b) struktur dalaman tidak lagi menjadi aras tempat item leksikal kill disisipkan dan (c) struktur dalaman dari segi hat-hal yang penting serupa sahaja dengan pewakilan semantik ayat berkenaan.
Namun hujah yang ini tidak begitu utuh dan bergantung pada andaian yang lemah. Pertama, kita telah melihat bukti (lihat 8.2 sebelum ini) yang jelas mengemukakan fakta bahawa ayat yang mengandungi almost tidak taksa dari segi yang dikatakan,tetapi the woman die melibatkan satu pewakilan semantik yang tunggal. Dari itu ternyatalah data ketaksaan yang mendasari hujah ini tidak kukuh. Malah hujah bahawa bukti struktur tatatingkat dalam kedua-dua sintaksis dan semantik mengukuhkan hakikat betapa perlunya me¬nub uhkan kaedah rumus struktur frasa yang sama untuk mencerap pengitlakan-semantik-ternyata amat-lemah-lika kita tinjau kem¬bali pada Rajah II dan III (hlm 200-1) kita dapat membuat dua per¬bandingan. Dari satu segi tatarajah bertingkat itu ternyata sama.


Hujah: konsep bukan hubungan¬
Predikat: konsep hubungan
Penyataan: gabungan hujah dan predikat


Tidak ada penandaan sifat dan hubungan yang lebih daripada itu. Selain penambahan kata bilangan dan operator logik, senarai ini merupakan keseluruhan metakosa kata yang diperlukan untuk pe¬wakilan semantik. Walaupun ini dapat dikatakan satu bentuk sin¬taksis oteh sebab ia menghubungkan item dari segi urutan keduduk¬an,' ia merupakan satu sintaksis yang begitu umum hinggakan tidak mengkhusus pada mana-mana bahasa. Yang sama dalam ke¬dua-dua struktur sintaksis dan struktur pewakilan semantik ialah kedua-duanya menggunakan hubungan kaitan dan tatatingkat: ter¬dapat hubungan kaitan antara hujah dengan predikat dan antara subjek dengan kata kerja, dan terdapat hubungan tatatingkat an¬tara penyataan dan juga antara ayat. Perbezaan antara kedua-dua¬nya terletak banyak pada kemujaradan hubungan dalarn struktur semantik dan kebalikannya, pada penandaan hubungan dalam sin¬taksis - pada labelnya. Oleh sebab maklumat yang diberikan dalarn struktur semantik begitu umum, hakikat bahawa struktur itu dapat digambarkan dalarn bentuk penanda frasa hanya menyatakan, se¬mantik seperti sintaksis melibatkan hubungan tatatingkat. Natijah sedemikian tidak begitu kukuh untuk tindakan menubuhkan struktur dalaman berlainan daripada pewakilan semantik, dan sekaligus menolak pembezaan sintaksis daripada-semantik.
Namun terdapat bukti lain yang lebih bermakna yang menun¬jukkan kesahihan tindakan mengenal pasti struktur dalaman dari¬pada pewakilan-perwakilan orang pernah mengetengahkan bahwa rumus transformasi yang khususnya muncul bebas diperlukan dalam pencirian semantik item leksikal dan berdasarkan ini struktur dalaman, jika mahu dikekalkan sebagai masukan kepada rumus transformasi, pada waktu yang sama tidak boleh menjadi tempat item leksikal disisipkan sebagai unit sintaksis terkecil, tetapi mesti. Bersifarsatu pewakilan struktur yanglebih mujarad, le,bih hampir kepada bentuk pewakilan semantik. Perhatikan ayat (15)-(22):
15. This is a door which locks itself.
16. This a door which is self-locking¬
17. That is a lock which-adjusts itself.
18. That is a lock which is self-adjusting.
19. That is a man who employs himself.
20. That is a man who is self-employed.
21. That is a man who taught himself philosophy.
22. That is a man who is a self-taught philosopher.


Dalam ayat di atas, kata ganti refleksif, dan seperangkat contoh yang mengandungi item leksikal yang kompleks pembentukannya dengan bentuk awalan self. Kesepadanan antara ayat ini memang disengajakan.Jika sesuatu kata kerja tidak dapat digunakan dalam binaan refleksif, maka tidak ada kata adjektif dengan awalan self. Maka selari dengan paradigma ayat-ayat gramatis (15) - (22) terdapat paradigma ayat tidak gramatis (23) - (30).

23. * This is a woman who hesitates herself.
24. * This is a woman who is self-hesitating.
25. * This is a woman who runs herself.
26. * This is a woman who is self-running.
27. * This is a woman who steals herself.'
28. * This is a woman who is self-stealing.
29. * This is a woman who drops herself.
30. * This is a woman who is self-dropping.


Kata kerja steal-dan drop-merupakan kata kerja.transitif yang istimewa kerana kata kerja ini.tidak dapat digunakan da1am Para¬digma refleksif, manakala kata kerja hesitate dan run tidak dapat digunakan dalam paradigma refleksif kerana bersifat transitif. Di sini keselarian antara binaan adjektif partisipai dengan self dan para¬digma refleksif itu yang perlu dijelaskan. Dalam mana-mana tata-,bahasa yang menyisipkan item leksikal sebagai unit sintaksis sebelum apa-jua-transformasi berlaku, cara-mencerapkan pengitlakan yang terhasil tidak begitu jelas, kerana kenalaran binaan adjektif partisipal dengan self tidak dapat dicerap melalui transformasi refleksif, tetapi akan dinyatakan sebagai kenalaran dalam leksikon yang terpisah daripada transformasi itu sendiri. Sebaliknya, jika ayat yang-¬mengandungi binaan adjektif partisipal dengan self diterbitkan dari pada struktur dalaman yang serupa dengan binaan refleksif yang sepadan, maka nahu itu dapat menghuraikan dengan mudah perihal keselarian antara dua jenis binaan itu yaitu rumus proses refleksif akan terlaksana pada kedua-dua contoh, mencerap kekangan yang serupa dalam kedua-dua contoh, dan diikuti oleh satu rumus pilihan yang mengubah kata ganti nama refleksif dengan kata kerja kepada binaan adjektif partisipal dengan self yang sepadan. Dakwaan teoretis yang terpadu dalam nahu yang sedemikian ialah proses sin¬taksis seperti proses refieksif memainkan peranan yang penting se¬waktu mencirikan struktur pada beberapa item leksikal, sekurang¬kurangnya. Binaan adjektif partisipai dengan self ini bukanlah satu¬satunya contoh yang terdapat. Perhatikan juga (31)-(42);
31. Marijuana can be obtained freely
32. Marijuana is freely obtainable
33. This door connot be locked
34. This door is not locked
35. This dog cannot be managed/trained
36. This dog is not manageable/trainable
37. This dog is not translatable
38. This passage is not translatable
39. This girl can be hesitated
40. * This girl is hesitateable
41. * This man can be existed
42. * This man is existable.

Bagi kata kerja yang mengalami transformasi pasif, terdapat kesepadanan binaan dengan kata kerja bersama-sama akhiran -able.
Kata kerja seperti kata kerja tak transitif yang tidak mempunyai ben¬tuk pasifnya, tidak pula mempunyai binaan kata kerja dengan akhir¬an -able yang sepadan. Malah kata kerja yang luar biasa yang tidak mempunyai bentuk pasif juga tidak mempunyai binaan kata kerja dengan -able Yang- sepadan. Cantohnya, kata kerja weigh yang taksa itu. Kata kerja weigh dalam He weighed the salt mempunyai ben-tuk pasifnya; tetapi tidak pula kata kerja weigh dalam He weighs 50 kiloes. Ayat Sixty kiloes is weighed by him itu tidak gramatis. Maksud weigh yang kedua itu tidak mempunyai binaan kata kerja dengan able. Ayat This salt is not weighabte hanya mempunyai maksud weigh yang pertama sahaja. Begitulah juga ayat Our baby is unmeasurable tidak bermaksud yang bayi itu tidak mempunyai ukuran, tetapi hanya tidak mungkin seseorang dapat mengukurnya (kerana bayi itu tidak mahu duduk diam lama, dan sebagainya). Ke¬sejajaran antara sama ada kata kerja dapat membentuk binaan pasif dengan sama ada kata kerja itu dapat membentuk binaan kata ker¬ja dengan -able dapat dicerap secara alamiah oleh tatabahasa yang menerbitkan binaan morfologi kompleks yang kedua itu, iaitu dari¬pada struktur dalaman yang serupa dengan struktur dalaman bagi binaan pasif yang sepadan: jika sesuatu kata kerja itu dikatakan gan¬jil kerana tidak mengalami transformasi pasif, maka ini bermakna akibat automatisnya ialah tidak ada binaan -able yang tersebut. Tidaklah jelas bagaimanakah kesepadanan ini dapat dicerapkan oleh tatabahasa, yang menerangkan taburan binaan pasif melalui rumus transformasi, tetapi pada waktu yang sama menyifatkan item leksikal seperti manageable, trainable, readable, sellable, translatable, under¬standable, likeable sebagai item sintaksis mudah, yang dikatakan disisip pada aras struktur dalaman dengan satu kekangan yang se¬rupa dengan kekangan pada binaan pasif yang dicerap melalui rumus semantik yang sama sekaii tidak berkaitan. Dalam hal-hal seperti binaan adjektif partisipal dengan-setf dan binaan kata kerja dengan able, nampaknya kita mempunyai bukti untuk menyatakan bahwa proses transformasi ayat refleksi dan ayat pasif diperlukan untuk menerangkan struktur dalaman item leksikal. Tetapi langkah ini secara langsung membabitkan kita supaya menerima satu bentuk struktur dalaman yang lebih mujarad daripada struktur yang ter¬dapat dalam teori standard 1965. Ini membawa kita kepada satu ben¬tuk struktur dalaman yang serupa dengan pewakilan semantik ayat.


Sintaksis dan semantik ditinjau semula
Dari satu segi, kita, telah melihat bukti yang menyokong struk¬tur dalaman yang lebih mujarad berpadanan lebih dengan satu aras pewakilan-semantik: ketaksaan dalam ayat sepertiA hundred ¬students shot twenty professors nampaknya menjurus kepada nati¬jah ini; begitulah jua kewujudan binaan kata kerja dengan able dan binaan parnisipal dengan self. Terdapat juga hujah yang berkaitan dengan sifat struktur pewakilan semantik dan, ketaksaan yang melibatkan almost tetapi, seperti yang kita lihat, agak, lemah. Mala.h, kita telah meneliti bukti yang menggambarkan natijah yang ber¬lawanan - iaitu pewakilan semantik, jauh daripada kemungkinan dapat dinyatakan pada aras termujarad, terpaksa merujuk aspek¬aspek struktur permukaan yang tertentu. Pertelingkahan inilah yang telah menjadi pokok perbalahan di kalangan ahli tatabahasa gene¬ratif sejak kebelakangan ini. Pada sebelah pihak, Chomsky dan pengikutnya mengatakan bahawa kewajaran struktur dalaman se¬bagai aras tempat berlakunya penyisipan item leksikal dan. juga aras tempat hubungan subjek-objek dicirikan tetaplah utuh,' tetapi taf¬siran semantik ayat bergantung sebahagiannya pada maklumat yang ditentukan pada aras sintaksis bebas, iaitu struktur dalaman, dan sebahagiannya pada maklumat- seperti urutan kata dan peletakan tekanan yang ditentukan pada struktur permukaan. Tambahan pula penyataan rumus semantik dikatakan terpisah daripada rumus sin¬taksis, malah berlainan jenis sama sekali. Terdapat pihak yang lain, sekumpulan murid awal Chomsky mengatakan jika proses sintaksis dinyatakan secara umum sekali, aras struktur dalamannya semestilah bersifat lebih mujarad dan lebih mirip kepada pewakilan semantik. Oleh sebab struktur dalarnan sesuatu ayat dikatakan menjelaskan sifat sintaksis ayat tersebut, maka mengikut pendirian semantik generatif sifat sintaksis sesuatu ayat diramalkan sentiasa bergantung pada.maknanya. Di sini pertelingkahan ini bukanlah hanya perbeda¬n dari segi istilah di-kalangan anggota sesuatu kelompok. Malah pelingkahan ini. mempunyai arti yang agak meluas. Perteiingkahan berkisar pada sifat: kebergantung¬an antara fakta sintaksis dengan fakta semantik, satu masalah yang asas dalam mana-manateori linguistik. Ini bukanlah aspek yang kita jangkakan akan berbeza. antara tatabahasa bahasa-bahasa tertentu. Ahli bahasa sebaliknya,, dalam usaha merumuskan keadaan ke¬bergantungan sebenar antara pengitiakan semantik dengan pengitlak¬an sintaksis dalam sesuatu teori, lebih memberi perhatian pada sar¬wajagat bahasa yang kukuh jenisnya, yang diramalkan berlaku dalam semua.bahasa. Ini keranasarwajagat lenis ini merupakan sifat perlu sesuatu sistem yang mendasari bahasa manusia. Maka perte¬lingkahan ini dalam tatabahasa transformasi menyangkut semua ahli bahasa, tidak kira apa juga mazhabnya.
Bagaimana teori pilihan ini menyelesaikan paradoks yang tersirat dalam data yang bercanggahan: tadi Pertmuan meneliti data yang penjelasan sintaksisnya (tercerap melalui rumus-transformasi peng¬ilangan subjek) kelihatan serupa* tetapi penjelasan semantiknya tidak (kadang-kadang terdapat sinonim; kadang-kadang tidak). Keduanya kita meneliti data ketaksaan yang menunjukkan penjelasan sintaksis ayat mestilah lebih mujarad daripada yang pernah difikirkan. Akhir sekali, kita meneliti data yang penjelasan semantik dan sintaksisnya kelihatan berpadanan, yang menjurus kepada natijah yang sama dengan perangkat hujah yang kedua tadi, iaitu penjelasan sintaksis ayat mestilah lebih mujarad malah serupa dengan struktur seman¬tik. Perangkat data yang manakah yang membekalkan hujah ter¬kuat? Perlu diingatkan kembali ayat (1) - (12) (diulangkan di sini un¬tuk kesenangan)
1. John is an informal kind of guy and John is easy to get on with.
2. John is an informal kind of guy and easy to get on with. The man who planted the bomb were known to the police and the man who planted the bomb were careful to con¬ceal their identity
3. The man who planted the bomb were known to the police and. were careful to conceal their, identity.
4. The group went to the shop and the group bought themselves some new gear.
5. The group went to the shop and. bought themselves some new gear.
6. Many people are married and many people are happy. many people are married and. happy.
7. No number is even and no number'is odd:
8. No number is even and odd.
9. Some cakes are fruity and some cakes are not fruity:
10. Some cakes are fruity and not fruity


(1)--(6)- merupakan contoh yang mempunyai kesinoniman antara anggota pasangannya, (7)-(12) pula merupakan contoh yang tidakbersifat demikian jelas di sini bahwa: kesimpulan contoh ini tidak menjadi masalah kepada mereka yang berpandangan sifat sintaksis bebas daripada sifat semantik kerana mereka tidak mengharank ¬keserupaan sintasis akan berpadanan dengan keserupaan seman¬tik. Maka pendirian Chomsky tahun 1965 agak serasi dengan-data tersebut walaupun perlu disemak agar boleh wujud kebergantungan antara struktur permukaan dengan pewakilan semantik. Tetapi bagaimanakah dengan semantik generatif, yang meramalkan pe¬ngitlakan sintaksis berpadanan dengan pengitlakan semantik?
Beberapa orang ahli bahasa telah mengatakan bahawa data sin¬taksis tidaklah begitu serupa seperti yang kelihatan. Perhatikan (1) - (12) sekali lagi. Dalam ayat (1), (3) dan (S), frasa nama subjek da¬lam ayat gabungan pertama kelihatan merujuk orang Yang-sama (atau kumpulan orang yang sama) dengan subjek dalam ayat gabung¬an kedua. Tetapi dalam ayat (7), (9) dan (11) tidak pula begitu. Ber-dasarkan perbezaan ini, G. Lakoff (1970a) telah mengatakan rumus penghilangan subjek itu sendiri bergantung pada hakikat kedua-dua frasa nama subjek tersebut ditafsirkan beridentiti sama. Dengan per¬kataan lain, waiaupun (1) dan (2), (3) dan (4), (5) dan (6) mempunyai sumber struktur dalaman yang serupa bagi setiap pasangan, tetapi tidak pada (7) daw(8), (9) dan (10), (11) dan (12). Ayat (8), (10) dan (12) mempunyai struktur yang serupa dengan (7), (9) dan (11) sebagai struktur dalamannya, hanya apabila tafsiran itu ditentukan bagai SC melibatkan subjek yang beridentiti sama bagi kedua-dua ayat gabungan tersebuE: Ini bermakna dari- sudut pandangan ini fakta sintaksis masih berpadanan dengan satu pengitlakan semantik yang tunggal walaupun kelihatan pada lahirnya ditandai .tidak begitu Kesahan pencirian pilihan ini bergantung pada syarat transformasi penghilangan subjek hanya terlaksana apabila dua frasa nama sub¬jek: beridentiti. sama: tetapi syarat ini agak tidak memadai. Perhati¬kan contoh (9), yang. selama ini saya bicara sekali imbas sahaja. Tidak munasabah, langsung jika kita menyatakan kedua-dua frasa nama subjek itu merujuk perangkat benda yang sama.-. ia tidak meru¬juk apa apa. Ini bukanlah contoh yang tersendiri:
43: No - one other than us has a hundred dalmatians and no-one_other -than us hassix. fox cubs.
44. No, -one other than us has a hundred dalmatians and six fox cubs.
45. An indeterminate number of seeds were crushed
46. An indeterminate number of seeds are crushed and wasted

Dalam contoh (43)-(46), tidak ada syarat rujukan bersama yang dapat dipenuhi: (43) serupa dengan (9) dari segi subjeknya tidak mempunyai maksud rujukan langsung; dalam (45) subjeknya dikata¬kan merujuk satu kumpulan yang tidak tentu hinggakan mustahil kita dapat menyatakan rujukan bersama antara benda dalam kum¬pulan itu dengan kumpulan benda lain yang juga tidak tentu. Tetapi jika transformasi penghilangan subjek benar-benar bergantung pada syarat keserupaan rujukan maka (10), (44) dan (46) tentulah tidak akan.terjana oleh tatabahasa itsu. Namun oleh sebab ayat-ayat itu gramatis, dan memang terjana oleh tatabahasa, ayat tersebut tentu¬lah telah terjana melalui rumus penghilangan subjek, kerana proses sintaksis yang. terlibat jelas sama dengan yang terjadi pada (2), (4) dan (6). Tetapi berdasarkan alasan ini jugalahsyarat keserupaan ru¬jukan kedua-dua frasa nama subjek yang terlibat dalam transfor¬masi penghilangan subjek ini tidak dapat dipertahankan. Oleh sebab dakwaan ketekalan antara pengitlakan sintaksis dengan pengitlakan semantik bergantung pada syarat rujukan bersama ini, nampaknya dakwaan ini tidak lagi dapat dipertahankan. Maka keseluruhan perangkat ayat itu benar-benar menunjukkan-satu keadaan ketidak-sepadanan antara fakta sintaksis dengan fakta semantik. Ini membayangkan pendirian semantik generatif tidak dapat dipertahankan: Paling kurang ayat-ayat ini menjadi gejala penyimpangan dalam semantik generatif yang ternyata tidak ada penjelasan yang dapat dikemukakan.
Bagaimana dengan yang: berkait dengan data bercanggah bina¬an partisipal denganaelf dan binaan kata kerja dengan-able yang ke¬lihatan menjadi penyimpangan pada pendirian yang baru kita sokong?. Dalam persoalan ini, ternyata ada kesepadanan antara:keka¬ngan sintaksis terhadap proses refleksif dan proses pasif dengan ke¬kangan terhadap masalah antara leksikal dalam binaan self dan bina¬an able. Dalam hal ini, ahli bahasa yang menyakong konsep struktur dalaman: Chomskylah yang harus menjelaskan gejala.yang timbul daripada data ini. Mereka harus menyoal serapat manakah kese¬padanan antara. binaan refleksif dengan binaan partisipal dengan self itu. Langkah balas ini lebih meyakinkan daripada langkah-balas¬yang perlu diambil oleh ahli semantik generatif dalam hai transfor¬masi penghilangan subjek. Ini kerana kesepadanan itu tdaklah se¬rapat seperti yang kelihatan pada contoh (15)-(22) itu. Pertama, ter¬dapat kata kerja yang tidak mempunyai padanan bentuk binaan self waiaupun kata kerja itu mempunyai bentuk refleksif. Tidak ada kata adjektif seperti self-killed; self-saldr self-talked. Maka walaupun bi¬naan self itu keiihatan berkongsi beberapa kekangan dengan binaan refleksif namun kekangan itu tidakIah serupa. Terdapat juga binaan self yang terbentuk dengan kata mana yang tidak mempunyai padan¬an kata kerjanya, walaupun hakikatnya-jika-kata nama itu dihurai¬kan sama caranya dengan binaan-self yang lain, kata nama itu mesti¬lah diterbitkan daripada satu strnktur yang mempunyai semacam kata kerja yang sama. Contohnya terdapat self-portrait tetapi tidak terdapat self-portrayed. Kesulitan yang dihadapi sewaktu mencerap keadaan taburan yang sesuai dalam pendirian semantik generatif yang ternyata disokong oleh data tadi lebih mendesak daripada perkara-tadi. Khususnya keselarian semantik itu tidaklah sebegitu tertonjol seperti yang kelihatan. Contohnya, walaupunself-locking, self-adjusting; self-effacing- masing-masing berpadanan dengan X locks self, X adjusts self, X effaces self namun. tidak ada-ketekalan dari segi kata kerja yang mana yang mengalami proses binaan par¬tisipal lampau- darr.yang mana mengalami proses binaan partisipasi kini. Kebanyakan; kata kerja; membentulc salah satu jenis binaan sahaja dan sedikit yang membentuk kedua-dua sekali tidak ada ben¬tuk self-effaced walaupun kita mungkin dapat menerima self adjusied sebagai bentuk perkataan bahasa-Inggeris yang betul. Walaupun kita mempunyai self-taught, self--employed; self-inflicted; namun kita tidak juga mempunyai self teaching; self-employing, self-inflicting. Malah tafsirartr semantilrnya tidak tekal dalam satu jenis bentuk ter¬tentu Sebaliknya binaan partisipal dengan self itu memperlihatkan kepelbagaianmakna yang tidak sedikit. Walaupun orang yang self¬ taught itu bermakna yang mengajar dirinya sendiri, sesuatu sampul suratyang self-addressed bukanlah satu sampul surat.yang menulis alamatnya sendiriT jtka diikut pada corak maksud self taught tetapi satu sampul surat.yang telah dialamatkan kepada: diri sendin. BeBitu jugaseorang gadis Yang self-determined.bukanlah seorang gadis yang menentukan dirinya sendiri atau. seorang gadis yang ditentukan oleh seseorang hubungan.parafrasa di sini agak berbeda lagi. Malah antara bentuk-bentuk nalar pun, hubungan semantik tidak sama ahli falsafah yang self-taught merupakan orang Yang mengajar diri¬nya sendiri falsafah tetapi seseorang yang Self-employed- bukanlah orang Yang mengupah dirinya sendiri, pada masa dahulu, teiapi (ber¬beza daripadatafsiran pada self-taught) orang yang Pada waktu itu menjalankan kerjanya sendiri. Maka jika pendirian semantik genera¬tif itu dipilih, bukan sahaja kita terpaksa menubuhkan rumus pe¬nyisipan binaan partisipal dengan self yang terpisah untuk mener¬bitkan bentuk-bentuk seperti self-addressed dan self-determined, tetapi kita juga terpaksa menubuhkan rumus tersendiri untuk mener¬bitkan bentuk-bentuk nalar seperti self-taught dan self-employed yang: tersendiri, kerana sumber makna setiap satu itu berlainan. Namun masalahnya tidak berhenti di situ sahaja. Setelah rumus tersendiri tadi ditubuhkan, tatabahasa itu mesti memastikan walau¬pun terdapat rumus untuk menerbitkan binaan partisipal dengan self daripada. kata kerja kala kini (untuk merangkumi self-employed), rumus itu tidak boleh terlaksana terhadap kata kerja seperti teach. Begitulah sebaliknya bagi employ: walaupun terdapat rumus tersendiri untuk menerbitkan binaan partisipai denganself- daripada kata kerja kala lampau; rumus tersebut tidak harus,terlaksanaterhadap kata kerja seperti employ. Maka; jauh daripada memberikan pen¬jelasan yang sekata terhadap data tersebnt pendirian semantik generatif terpaksa menumbuhkan sebilangan besar rumus transformasi untuk mencirikan satu perangkat binaan self, dengan setiap rumus terlaksana di bawah syarat yang berlainan datt terlaksana hanya pada seperangkat kecil kata kerja sahaja. Inilah kesulitan yang dihadapi oleh tatabahasa yang mencoba mencerapkan-hubungan antara self¬denying dengan denies: self melalui transformasi refleksif. Dalam sesuatutatabahasa yang mengandungi struktur dalaman sebagai tem¬pat itenr leksikal disisipkan sebagai unit, kesulitan sedemikian tidak timbul kerana tatabahasa tersebut tidak berusaha mencerapkan hubungan itu secara langsung melalui rumus transformasi Kesemua binaan partisipal dengan. self tersenarai dalam leksikon seperti item leksikal-lain, bersama-sama ciri sintaksis; fonologi dan semantic masing-masing. Apa juga hubungan yang -mungkin wujud antara bentuk-bentuk dalam leksikon itu dicerapkan oleh rumus lewah (lihat 6.2.3); dan oleh sebab terdapat hubungan antara bentuk-bentuk ini dengan padanan kata-kerjanya, gejala ini dapat dicerapkan oleh rumus lewah. Dengan perkataan lain, nampaknya seseorang ahli bahasa penganut aliran Chomsky harus mengakui bahawa keselan¬jaran antara binaan partisipal dengan self dengan binaan refleksif tetap tidak dapat dijelaskan, sekurang-kurangnnya secara langsung dalam satu model yang mengandungi aras struktur dalaman meng¬ikut kerangka sintaksis standard. Tetapi dalam hai ini pun kita masih dapat mempersoalkannya sama ada ia dapat dipertahankan kerana kenalaran yang terlibat itu tidaklah memadai untuk membenarkan kerumitan sedemikian dalam tatabahasa yang diakibatkan daripada penjelasan sintaksis data tersebut.
Hujah yang serupa dapat dikemukakan bagi hal keselanjaran antara binaan kata adjektif -able dan kata kerja dengan binaan pasif. Seperti binaan. partisipal dengan self, hubungan maknanya tidak tekal. Manageable mungkin berpadanan dengan able to be managed (lihat hlm 206-207 sebelumnya), tetapi preferable tidak berpadanan dengan able to be preferred, sebaliknya kepada is preferred: Valuable tidak berpadanan dengan mana-mana parafrasa di atas tetapi berpadanan dengan is highly valued. Masalah yang sama juga dihadapi dengan despicable; detestable, likeable dan sebagainya. Malah beberapa kata abjektif dengan -able tidak mempunyai bentuk dasarnya: amicable, amiable, miserable, sociable. Umumnya, bentuk seperti item par¬tisipal dengan self dan item kata kerja dengan able menunjukkan sifat keganjilan dan kepelbagaian yang lazim pada proses leksikal, dan yang tidak lazim terdapat pada proses sintaksis. Berdasarkan alasan ini kita dapat mengatakan bahawa. data ini tidaklah begitu kuat sebagai bukti untuk menentang sesuatu tatabahasa yang men¬janakan item leksikalvsebagai. item sintaksis ringkas; iaitu tersenarai dalam leksikon, seperti yang kelihatan pada tanggapan awal.
Bagaimanakah dengan hujah-hujah lain yang menyokong satu aras strukturdalaman yang lebih mujarad daripada yang digambarkan oleh sesuatu tatabahasa. yang menyisipkan item leksikal sewaktu di struktur dalamannya? Hujah pertama berkait dengan ketaksaan dalam ayat seperti A hundred students shot twenty professors, pencirian yang hanya dapat diberi berdasarkan..dua: bentuk logic ayat terscbut, iaitu pewakilan semantiknya.Hujah kedua.adalah: kerana pewakilan semantik itu umumnya melibatkan struktut bertingkat, maka pewakilan itu mestilah terjana melalui rumus struktur frasa, untuk memastikan hasil rumusrini,. iaitu struktur dalamannya, serupa dengan pewakilan semantik. Hujah ketiga menyangkut apa yang dikatakan ketaksaan pada ayat seperti John almost killed the hostages, satu sebagai yang terpaksa merujuk satu aras struktur yang menggambarkan kill sebagai himpunan komponen cause to die, dan bukan setakat satu item leksikal tunggal semata-mata. Kita telah pun mondapati bahawa dua daripada hujah ini amat lernah. Sebaliknya ayat yang mengandungi almost tidak taksa, dan tidak ada natijah yang diperoleh daripada hujah yang berdasarkan data taksa yang sedemikian. Sebaliknya daripada syarat pencirian pewakilan semantik sesuatu ayat berdasarkan struktur tatatingkat maka tidak bermakna struktur tersebut serupa dengan struktur yang diperlukan untuk huraian sintaksis ayat tersebut. Bagaimanakah dengan hujah pertama, yang berkait dengan ketaksaan ayat berbilangan A hundred students shot twenty professors? Pertama, kita tidak pasti apakah ayat ini taksa mengikut makna yang dinyatakan atau hanya mempunyai pewakilan semantik tunggal yang menentukan percanggahan dalam semua makna yang mungkin benar pada ayat ini. Kalaupun kita mengandaikan ayat itu benar-benar taksa, apakah kesan ketaksaan itu pada. aras struktur dalaman? Katakan ketaksaan diterima sebagai bukti wujudnya struktur dalaman sesuatu ayat; maka sememangnyalah ketaksaan ayat itu akan menyebabkan penubuhan satu struktur dalaman yang lebih-mujarad. Tetapi perlu diingat tujuan asal mengadakan aras struktur dalaman itu.. Aras ini ditubuhkan untuk menjelaskan pengiklakan sintaksis dalam bahasa. Tetapi ketaksaan merupakan gejala semantik Dari itu, data-ketaksaan tidaklah bqleh dijadikan bukti untuk menubuhkan satu aras struktur dalaman yang sedemikian namun dalambeberapa:hal, ketaksaan yang berkenaan membawa kesan sintaksis Yang berlainarr bergantung pada tafsiran yang diberikan pada ayat: Contohnya; bukan ketaksaan dalam ayat Visiting relatives can be a nuisance itu yang menjadi;bukti.untuk mengadakan dua struktur dalaman bagi ayat, iniv hakikatnya kedua-dua tafsiran ayat ini mempunyai sifat sintaksis yang berlainan, yang satu dengan bentuk -ing sebagai bentuk kata kerja gerundif dengan relatives sebagai, objek kata kerja, manakala bentuk-ing yang satu lagi sebagai bentuk partisipal kala: kini bukan - finit dengan relative sebagai subjek kata kerja.. Kesemua contoh ketaksaan yang: digunakan oleh Chomsky sebagai bukti konsep struktur dalamannya yang’standard' itu.bersifat demikian yaitu tafsiran semantik yang bercanggahan itu mempunyai tabiat sintaksis yang berlainan. Pada umumnya,. syarat penentu terhadap struktur- dalaman berhubung ketaksaan ini bukan setakat struktur dalaman sebagai aras yang mencirikan ketaksaan tetapi aras struktur dalamanlah yang memberikan dua (lebih daripada satu) pencirian pada ayat taksa jika tafsiran ayat tersebut mempunyai tabiat sintaksis yang berlainan. Daripada syarat yang ditxnjau kembali itu ternyatalah bahawa ketaksaan dalam ayat A hundred students shot twenty professors akan hanya menjadi bukti untuk mewujudkan aras struktur dalaman yang lebih mujarad jika pencirian sintaksis ayat ini berbeza mengikut mana-mana tafsiran yang terlibat. Ternyata tidak begitu halnya: dalam kedua-dua hai kita mempunyai frasa nama dengan bilangan sebagai subjek dan objek yang seterusnya dihubungkan dengan kata kerja transitif: Dalam kedua-dua tafsiran itu huraian sintaksisnya serupa. Jika begitu, kalaupun kita menyatakan wujud ketaksaan dalam ayat A hundred students shot twenty professors; ini tidak ada kaitannya dengan keperluan menubuhkan satu aras struktur dalaman yang ditentukan oleh sintaksis. Ayat yang sedemikian hanya merupakan satu contoh betapa perlunya satu pewakilan struktur dalam terpaksa diterapkan pada dua pewakilan semantik. Kalaupurr proses pemetaan ini memerlukan penyataan rumus, ini bukanlah masalah dasar.


Kesimpulan
Keseluruhan persoalan yang ditimbulkan dalam bab ini berkait dengan hubungan antara pengitlakan semantik. dengan pengitiakaa sintaksis: Dalam kerangka tatabahasa transformasi persoalan ini dapat, diungkapkan secara jelas kerana huraian sintaksis yang diberikan terhadap bahasa melibatkan aras struktur dalaman yang telah digariskan dengan jitu.. Itulah sebabnya kita telah meneliti tafsiran terperinci struktur dalaman yang diterima pada tahun 1965. Seperti yang dilihat tidak semua syarat. tafsiran itu dapat dipertahankan; dan ahli bahasa tidak mencapai kata sepakat tentang yang mana yang petlu diketepikan. Sesetengah ahl'rbahasa-tidak lagi-mengakui bahawa struktur dalamanmerupakan aras yang mendasari pencirian pewakilan semantik, malah bukan satu-satunya dasar tunggal, manakala yang lain tidak lagi mengakui bahawa struktur dalamarilah yang memberi penciriantatatingkatpada untaian item leksikah Bagi kumpulan ahli bahasa yang kedua ini struktur dalaman sebagai pewakilan semantik ayat memang merupakan struktur bertatatingkat yang menghubungkan himpunan komponen semantik.
Bukti yang telah saya bicarakan dalam bab ini nampaknya menunjukkan betapa betulnya pandangan pertama tersebut. Pandangan ini sahajalah yang serasi dengan pandangan tradisional yang menyatakan struktur semantik dan struktur sintaksis bahasa merupakan dua sistem yang bebas, tetapi saling berhubung antara kedua-duanya. Tetapi kita perlu ingat bahawa perkara ini ada kaitannya dengan hujah lain yang lebih luas cakupannya daripada yang dapat saya bicarakan di sini. Masalahnya berkait dengan sifat pewakilan semantik, yang kebetulannya tidak pernah ada kesepakatan, dan konsep struktur dalaman yang tetap menjadi pertelingkahan walaupun telah diubah dan tidak diterima oleh ramai ahli bahasa yang membicarakan bahasa dalam kerangka tatabahasa transformasi. Maka masalah hubung kait antara sintaksis dengan semantik.tetap menjadi persoalan yang tidak kunjung padam: semakin bertambah pemahaman kita tentang-kedua-dua sintaksis dan semantik, semakin berubahlah pemahaman kita tentang hubang kait itu. Yang dapat dicapai oleh satu pembicaraan ringkas seperti ini hanya menunjukkan gambaran corak hujah yang telah diambil dan mengapa: hujah itu sedemikian rupa. Bagi perkara lain, persoalan ini tetaplah persoalan yang tiada penamat, bergantung pada tafsiran ahli bahasayang bercanggahan tentang aspekyang sedang dikaji.
Semoga resume Tentang Sintaksis dan Semantik bermanfaat bagi Anda

Tentang Sintaksis dan Semantik
Back To Top