belajar dan berbagi

Makalah Filsafat Umum-Pengertian Filsabat Secara Etimologi

PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsabat Secara Etimologi (Bahasa) Dan Istilah
Kata fisafat berasala dari kata Yunani Filosofia yang berasal dari kata kerja Filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani Philosophis yang berasal dari kata kerja Philein yang berarti mencintai atau Philia yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kearifam. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Arti kata tersebut diatas belum memperlihatkan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijakasanaan. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok atau India), seseorang disebut filosof bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata “mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang di sebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur.

Konsep Plato
Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlangsung sebagai upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.


Konsep Cicero
Cicero menyebutkan sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of all the arts). Juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai seni kehidupan.

Konsep Al-Farabi
Menurut al-Farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bil-maujudat bi ma hiya am-maujudat).

Konsep Rene Descarates
Menurut Rene Descarates, filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

Konsep Francis Bacon
Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.

Konsep John Dewey
Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah di pandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.


Menurut Pendapat Saya Sendiri
Filsafat merupakan hasil buah pikir seseorang yang dapat di pedomi ataupun di kritik sebagai suatu pendiskusian dalam menemukan hakikat yang sebenarnya telah ada dengan cara kebijaksanaan dan kearifan.

2. Mengapa Filsafat Dikatakan Sebagai Induk Dari Semua Ilmu Pengetahuan?
Karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, kemanakah dan apakah. Dari pertanyaan itu akan menjadi pengetahuan atau ilmu.
Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskrotif (gambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).
Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan) yang nantinya pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Ketiga, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kemanakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif.
Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat yang sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagu bersifat empiris sehingga hanya dapat diterima oleh akal.
Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedangkan ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tatahu selanjutnya ke hakikat.

3. Filsafat Yang Bagaimana, Yang Dikatakan Filsafat Secara Benar?
Yaitu berpikir secara fildafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalamm sampai hakikat atau berpikir secara global/menyeluruh atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-msing unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
b. Harus konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gambar) atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga maksud dari “konsepsional” tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas).
c. Harus koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di dalamnya memuat suatu kebenavran logis.
d. Harus rasional
Maksud rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika) bisa diterima akal pikiran.
e. Harus sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
f. Harus mengarah pada pandangan dunia
Maksudnya adalah pemikiran filsabat sebagai upaya untuk memahami semua kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia).

4. Hubungan Antara Ilmu Filsafat Dan Agama
Manusia ialah makhluk pencari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran. Ketika institut termaksud itu mempunayi titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya.

Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema yang mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidikinya (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.

Filsafat
Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
a. hakikat Tuhan
b. hakikat alam semesta
c. hakikat manusia
serta sikap manusia termaksud sebagai konsekuensi daripada faham (pemahaman) nya tersebut.

Agama
Agama (pada umumnya) ialah:
- satu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia
- satu sistema ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu
- satu sistema norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.
Ditinjau dari segi sumbernya maka agama (tata keimanan, tata peribadatan dan tata aturan) itu dapat dibeda-bedakan atas dua bagian:
Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama profetis, relevead religion, Din as-Samawi).
Kedua, agama budaya (agama bumi, agama filsafat, agama ra’yu, non-relevead religion, natural religion, Din at-Thabi’i, Din al-Ardhi).
Agama Islam ialah:
- wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia, sepanjang masa dan setiap persada
- satu sistema keyakinan dan tata ketentuan Ilahi yang mengatur segala pri kehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama manusia ataupun hubungan manusia dengan alam lainnya (nabati, hewani dan lain-lain)
- bertujuan keridhaan Allah, keselamatan dunia dan akhirat serta rahmat bagi segenap alam
- pada garis besarnya terdiri atas: ‘Aqidah, Syari’ah (yang meliputi ‘Ibadah dalam arti khas dan Mu’amalah dalam arti luas) dan Akhlaq
- bersumber Kitab Suci, yaitu kodifikasi wahyu Allah untuk umat manusia di atas planet bumi yaitu Al-Qur-anu ‘I-karim sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya, sejak manusia digelarkan ke atas persada buana ini, yang dilengkapi dan ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullas SAW.

Titik Persamaan
Baik ilmu, maupun filsafat ataupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang) sama, yaitu: kebenaran.
Ilmu pengetahuan, dengan metodanya sendiri mencari filsabat dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran bauk tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena di luar atau diatas jangkauannya) ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi (!) yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam maupun tentang manusia ataupun tentang Tuhan.

Titik Perbedaan
Baik ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu (akal, budi, rasio, reason, nous, rede, vertand, vernunft) manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Allah.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan (ekdperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluduh) serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apa pun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai masalah asasi dari atau kepada Kitab Suci, kodifikasi. Firman Ilahi untuk manusia di atas planet bumi ini.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimen). Baik kebenaran ilmu, maupun kebenaran filsafat, kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak dan Maha Sempurna yaitu Allah SWT.
Baik ilmu maupun filsafat, keduaduanya dimuali dengan sikap sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.

5. Sejarah Timbulnya Filsafat
a. Filsafat Yunani
Orang Yunani hidup pada abad ke – 6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikiran (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke – 6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menenbtang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat di terima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib the greek miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
a. Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian di susun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain
b. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif
c. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah Sungai Nill. Kemudian, berkat kemampuan dan kecakapannya, ilmu-ilmu tersebuit di kembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.
1. Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim di sebut filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataan-pernyataan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauanYunani yang terletak di Pesisir Asia Kecil. Mereka kagum tehadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.
a. Thales (625 – 545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke – 5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (seven wise of greece). Aristoteles memberikan gelar the Father of Philosophy, juga menjadi penasehat teknis ke – 12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kismologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the Father of deductive reasoning (Bapak penalaran deduktif).
Dari pendapat itu dapat kita artikan bahwa apa yang disebut sebagai arche (asas pertama dari alam semesta) adalah air. Katanya, semua berasala dari air dan semua kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak diatas air dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung diatasnya.
Dalam sejarah matematika, Thales di anggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan pada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besar.
Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang amsih sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir).
b. Anaximandros (640 – 546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografis. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat kota baru di Apollonia,Yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indera, yaitu “to opeiron” (yang tak terbatas), abadi sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya dan sesuatu yang paling dalam. Alasannnya, apabila tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan.
Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagag raya. Pemikirannya ini harus di pandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.
c. Pythagoras (± 572 – 497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di pulau Samos, Ionia. Ia tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Pemikirannya, substansi dari indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juag mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkan susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometris.
Revolusi pemikiran modern adalah reaksi atas cara berpikir Pythagoras menentang kebenaran formil dan akal. Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja. Tetapi ia menyebut dirinya dan singakt sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan.
d. Xenophanes (570 - ? M)
Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair daripada ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya menjadi terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikir filsafat (rasio) dengan pemikir mitos.
Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus. Ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagaui (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu mempunyai kecenderungan berpikir, Tuhan pun seperti manusia yang bersuara, berpakaian dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menekan atas keesaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar pada mitologi.
e. Heraclitos (535 – 475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah perantauan di Asia Keci. Ia mendapat julukan “si gelap”, karena untuk menelisuri pikirannya sangat sulit. Ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela manusia tidak terkecuali orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap semuanya berubah.
Pemikirannya tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda terdiri dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan walaupun demikian, tetap membentuk satu kesatuan.
f. Parmenides (540 – 475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
g. Zeno (± 490 – 430 SM)
Zeno lahir di Elea dan murid dari Parmenides. Ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik. Maka ia dikemudian hari dianggap sebagai peletak dasar dialektika.
Menurut Aristitoteles, Zenolah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis dan dari hipotesis tersebut di tarik suatu kesimpulan.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad tidak dapat terpecahkan orang secara logis.
h. Empedocles (490 – 435 SM)
Lahir di Akragos, Pulau Sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Pythagorean, Parmenides dan aliran keagamaan refisme. Ia dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parminides.
Ia sependapat dengan Parminides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru dan tidak ada hal yang hilang. Empedocles tidak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan indera. Realitas tersusun oleh empat unsur yaitu api, udara, tanah dan air.
Terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam semesta ini, yaitu: cinta dan benci. Cinta mengatur kearah penggabungan, benci mengatur kearah perceraian atau perubahan.
Dengan demikian dalam kejadian di alam semesta unsur cinta dan benci selalu menyertainya. Juga, proses penggabungan dan perceraian tersebut berlaku untuk melahirkan makhluk-makhluk hidup. Hal ini disebabkan oleh teori pengenalan yang dikemukakan Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.
i. Anaxagoras (± 499 – 420 SM)
Lahir dikota Klazomenai, Ionia. Kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Ia merupakan ahli pikir yang pertama di Athena, di mana di kemudian hari Athena inilah menjadi pusat utama perkembangan filsafat Yunani sampai abad ke – 2 SM. Ia pernah diajukan ke pengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang berpijar dan bulan adalah tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Pemikirannya, realitas bukanlah satu tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
Ia mengemukakan pemikirannya tentang Nus-Nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Nus mengenal dan menguasai segala sesuatu karena ajaran Anaxagoras tentang Nus inilah, pertama kalinya dalam filsafat di kenal adanya perbedaan antara yang jasmani dan yang rohani.
j. Democritos (460 – 370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di Pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dari itu ia dapat mencari ilmu kenegara-negara lain. Ia mewariskan karyanya sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah, seperti kosmologi, etika, tekhnik, musik, puisi dan lain-lainnya. Ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tigal hal yaitu bentuk, urutan dan posisinya. Atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat. Maka democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).

2. Yunani Klasik
Pada periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu di tandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme. Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari kata Sophos yang artinya cerdik pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme ini dapat membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, tetapi lebih merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafat. Istilah Sofis yang berasal dari kata Sophistes mempunyai seorang sarjana atau cerdikiawan. Di kemudian hari sebutan Sofis mempunyai pengertian yang kurang baik karena Sofis diartikan sebagai orang-orang yang pekerjaannya menipu dengan omongan besar, dengan memakai alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi korbannya yakin dengan apa yang dikatakan si Sofis.
Terdapat tiga faktor yang mendorong timbulnya kaum Sofis, yaitu sebagai berikut:
- Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang politik dan ekonomi
- Kebutuhan dalam bidang pendidikan tidak terelakkan lagi karena desakan kaum intelektual
- Karena pemukiman perkotaan bangsa Yunani biasanya terletak di Pantai, kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat dihindari lagi.
Salah satu tokoh Sofisme adalah Gorgias (480 – 380 SM). Ia adalah tokoh Sofisme yang paling banyak muridnya. Ia lahir di Liontini, Sicilia. Namanya menjadi terkenal karena ajarannya dalam bidang retorika atau seni berpidato dan memang ia sangat pandai berdebat.
Menurut pendapatnya, yang penting adalah bagaimana dapat meyakinkan orang lain agar menerima pendapat kita.
Pemikirannya yang penting adalah:
a. Mencari keterangan tentang asal usul yang ada
b. Bagaimana peran manusia sebagai makhluk yang mempunyai kehendak berpikir karena dengan demikian itulah manusia mempunyai pengetahuan yang nantinya akan menentukan sikap hidupnya
c. Norma yang sifatnya umum tidak ada, yang ada norma yang individualistis (subjektivisme)
d. Bahwa kebenaran tidak dapat diketahui sehingga ia termasuk penganut skeptisisme
Hal penting dengan munculnya Sofisme ini adalah mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat Yunani Klasik yang dipelopori Socrates, Plato dan Aristoteles.
1. Socrates (469 – 399 SM)
Mengenai riwayat Socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai sumber utama keterangan tentang dirinya dapat diperoleh dari tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Sejak muda Socrates telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena selain cerdas, juga pada setiap perilakunya dituntut oleh suara bathin (daimon) yang selalu membisikkan dan menuntun kearah keutamaan moral.
Pengetahuan sejati atau pengertian sejati sangat penting dalam mencapai keutamaan moral. Barangsiapa yang mempunyai pengertian sejati berarti memiliki kebajikan (arete) atau keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.
Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.

2. Plato (427 – 347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos dan Elia akan tetapi ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione.
Pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah: Akademia. Sekolah tersebut dinamakan Akademis, karena berdekatan dengan Kuil Akademos seorang pahlawan Athena.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba meyelesaikan permasalahan lama. Mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan yang lewat indera disebutnya pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal. Pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap/berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap/tidak berubah-ubah.
Jadi, Plato dengan ajarannya tentang ide berhasil menjembatani pertentangan pendapat antara Herakleitos dan Parmenides. Plato mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran Herakleitos itu benar, tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya, pendapat Parmenides juga benar, tetapi hanya berlaku pada dunia ide yang hanya dapat dipikirkan oleh akal.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya tentang negara, yang tertera dalam Polites dan Nomoi. Pemikirannya tentang negara ini sebagai upaya Plato untuk memperbaiki keadaan negara yang dirasakan buruk.

3. Aristoteles (384 – 322 SM)
Ia dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya dilingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.

Karya-karya Aristoteles berjumlah depalan pokok bahasan sebagai berikut:
- Logika
- Filsafat alam
- Psikologi
- Biologi
- Metafisika
- Etika
- Politik dan ekonomi
- Retorika dan poetika
Berikut ini akan kami uraikan tentang beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
- Ajarannya tentang logika
- Ajarannya tentang sillogisme
- Ajarannya tentang pengelompokkan ilmu pengetahuan
- Ajarannya tentang potensi dan dinamika
- Ajarannya tentang pengenalan
- Ajarannya tentang etika
- Ajarannya tentang negara

6. Jelaskan Apa Filsafat Alam
Filsafat alam lazim disebut periode Yunani Kuno, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati disekitarnya.
Labels: Makalah

Thanks for reading Makalah Filsafat Umum-Pengertian Filsabat Secara Etimologi. Please share...!

0 Komentar untuk "Makalah Filsafat Umum-Pengertian Filsabat Secara Etimologi"

Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar

Back To Top