A. Perlunya Calon Guru dan Guru Mengetahui dan Memahami Gejala Aktivitas Jiwa Peserta Didik
Sebagaimana diketahui bahwa secara pisik jiwa dan secara anatomis dan fisiologis-biologis sosiologis, peserta didik sebagai bagian manusia pada umumnya, memiliki karakteris yang diperlu dipahami oleh para calon guru. Dalam uraian ini akan dibahas tentang peserta didik dilihat dari sudut tinjauan psikologis yang membedakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Pengetahuan tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para guru dalam memahami peserta secara individual guru menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Sebagaimana diketahui bahwa secara pisik jiwa dan secara anatomis dan fisiologis-biologis sosiologis, peserta didik sebagai bagian manusia pada umumnya, memiliki karakteris yang diperlu dipahami oleh para calon guru. Dalam uraian ini akan dibahas tentang peserta didik dilihat dari sudut tinjauan psikologis yang membedakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Pengetahuan tentang karakteristik psikologis peserta didik yang berkaitan dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para guru dalam memahami peserta secara individual guru menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Adapun gejala aktivitas umum jiwa peserta yang perlu menjadi perhatian bagi para calon guru (mahasiswa yang kuliah di lembaga pendidikan tenang kependidikan) dan para guru ialah mencakup: perhatian pengamatan, persepsi, fantasi, ingatan, berpikir, motif, minat, imajinasi, dan sebagainya. Kesemua gejala aktivitas umum jiwa manusia (termasuk peserta didik) di sekolah tersebut akan dijelaskan secara rinci atau laboratif dalam uraian berikut.
B. Jenis-Jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manui Yang Perlu Diketahui Oleh Calon Guru dan Guru
1. Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta did yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung Seorang siswa dianggap memiliki perhatian belajar terha materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, siswa tersebut memusatkan perhatiannya dengan calon memfokuskan pandangannya ke depan untuk memperhatika materi yang disajikan oleh guru dengan memusatka kesadaran dan daya jiwanya untuk mengetahui memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru kelas.
Perhatian belajar yang dimilki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian insentif dan tidak insentif, perhatian spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpencar, perhatian terpusat, dan perhatian campuran (Manrihu (1989:18-19). Perhatian belajar peserta didik yang insentif, yaitu pada saat melakukan aktivitas belajar. Peserta didik yang selalu memiliki perhatian belajar yang intensif akan lebih mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas. Sebaiknya peserta didik yang memiliki perhatian belajar yang tidak intensif akan sulit mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas. Perhatian belajar yang tidak intensif ialah perhatian belajar yang tidak mendalam pada diri siswa.
Perhatian belajar yang spontan pada diri peserta didik ialah perhatian belajar yang terjadi seketika karena peserta didik mendapatkan rangsangan yang juga sifatnya tiba-tiba. Sedangkan perhatian belajar sekehendak (dipaksakan) ialah perhatian belajar yang sengaja ditimbulkan pada diri peserta didik. Contoh perhatian belajar peserta didik yang bersifat spontan ialah ketika seorang siswa sedang mengikuti pelajaran di kelas, lalu tiba-tiba terjadi keributan di luar kelas, maka tiba-tiba juga perhatian siswa tersebut beralih kearah tempat terjadinya keributan. Dan contoh dari perhatian belajar yang dipaksanakan, misalnya sekalipun suasana di dalam kelas panas di siang hari, para peserta didik di kelas harus dapat memaksanakan diri untuk memusatkan perhatiannya kepada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas agar dapat mengerti materi pelajaran tersebut.
Perhatian konsentratif atau terpusat ialah perhati belajar yang dimiliki oleh peserta yang memusat terfokus kepada objek yang dipelajari. Perhatian distribusi ialah perhatian belajar yang sifatnya menyebar yang dimiliki oleh peserta didik, dan perhatian campuran perhati; belajar yang dimiliki oleh peserta didik yang sifatnya gabungan antara perhatian belajar yang memusat atau terfokus kepada objek yang dipelajari dengan perhati; distributif yang menyebar ke beberapa objek belajar.
Ketiga jenis perhatian tersebut di atas umumnya dimiliki oleh manusia pada umumnya dan peserta didik pada khususnya. Namun, dari jenis perhatian terseh ada yang menonjol pada diri manusia atau peserta didik sehingga menjadi tipe perhatian yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang positif yang ditandai dengan gejala tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar secara intensif sekalipi dalam waktu lama. Peserta didik yang bertipe perhati; belajar intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilal belajar yang positif yang ditandai dengan gejala tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar secara intens sekalipun dalam waktu lama. Sebaliknya, peserta didik yang, bertipe perhatian belajar tidak intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak posi yang ditandai dengan gejala tidak tekun dan ulet dalam, melakukan aktivitas belajar secara intensif dalam waktu lama.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar spontan cenderung menunjukkan perhatian belajar yang muda terpengaruh oleh rangsang yang muncul tiba-tiba dan seketika. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar spontan cenderung mudah beralih konsentrasinya saat melakukan aktivitas belajar di kelas. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar sekehendak (dipaksakan) cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar konsentratif dalam melakukan aktivitas belajar di kelas dengan yang ditandai dengan ciri yaitu serta didik selalu berusaha untuk menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar konsentratif memiliki kecenderungan belajar secara memusat .dan terhadap apa yang sedang dipelajari. Peserta didik yang memiliki perhatian belajar secara memusat tersebut, tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai rangsangan yang datang luar dirinya. Konsekuensi positif yang ditimbulkan oleh siswa yang bertipe perhatian belajar seperti ini ialah peserta didik tersebut akan mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran secara cepat dalam waktu yang relatif singkat.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar terpencar atau menyebar cenderung mudah terpengaruh oleh berbagai rangsangan yang dating dari luar saat dirinya sedang melakukan aktivitas belajar. Sebagai konsekuensi yang ditimbulkan dari perhatian belajar yang mudah menyebar atau terdistribusi ialah materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik mudah dilupakan sehingga susah untuk dikuasai yang menyebabkan peserta didik memperoleh hasil belajar yang tidak optimal.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar campuran (perpaduan antara tipe perhatian belajar konsentratif dan distributive) akan mudah sukses dalam melakukan aktivitas belajar selama ia dapat mengatur perhatian belajarnya sesuai dengan tuntutan situasi, kondisi, dan tempat dimana ia berada. Jika peserta didik sedang berada di laboratorium untuk belajar, maka tipe perhatian belajar yang perlu difungsikan ialah perhatian belajar yang bersifat konsentratif. Sedangkan jika peserta didik berada disuatu tempat untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari secara simultan dalam waktu yang bersamaan, maka tipe perhatian belajar yang bersifat distributive lebih tepat dan efektif digunakan.
Selanjutnya terdapat beberapa faktor atau hal yang menarik perhatian belajar peserta didik jika dilihat dari segi objek yang diperhatikan, yaitu berupa: (1) perangsang yang berubah-rubah, (2) perangsangan yang kuat, (3) perangsangan yang tiba-tiba dan (4) benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu akan lebih menarik daripada benda-benda yang tidak berbentuk (La Sulo, 1990:19). Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal yang menarik perhatian ialah jika semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu berupa: (1) pekerjaan yang sedang pribadi subjek, yaitu berupa (1) pekerjaan yang sedang dikerjakan menentukan perhatian, (2) keinginan menentukan perhatian, (4) perasaan menentukan perhatian, dan (5) yang berhubungan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan perhatian (La Sulo, 1990:19).
Guru sebagai pendidik dan pengajar di kelas liar memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi atau yang menarik perhatian belajnr peserta didik, baik dilih dari seperti obyek yang diperhatikan maupun dari segi subjek yang memperhatikan. Dengan memperhatikan berbagai faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik di kelas yang menyebabkan peserta didik akan tertarik dalam melakukan aktivitas belajar sehingga peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Jika peserta didik telah tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, maka peserta akan mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran di kelas.
Selain guru harus memperhatikan berbagai hal atau faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik, guru harus dapat mengelola kelas dan proses pembelajaran di kelas yang menarik perhatian belajar siswa. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru ialah mengetahui, memahami, menguasai, dan menerapkan berbagai teori, metode, dan pendekatan tentang dinamika kegiatan dalam strategi belajar mengajar, interaksi dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Melalui penerapan berbagai teori, metode, dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, aktivitas jiwa peserta didik dapat dipertinggi, sehingga perhatian belajar peserta didik semata-semata tertuju kepada bahan pelajaran yang dipelajari. Oleh karena itu, untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan belajar yang dipelajarinya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka guru harus membuat proses pembelajaran menjadi menarik, dan menarik minat belajar serta meningkatkan motivasi belajar siswa mempelajari materi pelajaran di kelas.
2. Motivasi Belajar
Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja, produktivitas, kreativitas, dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi dalai menjalani hidupnya.
Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manus pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif data melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan keperluan pembelajaran di kelas, berperilaku produktif inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingl tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus jika menemukan kesulitan dalam menekuni karier sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Untuk memahami hakekat permasalahannya, berikut ini akan mengertian motivasi secara umum secara khusus. jenis-jenis motivasi, belajar, bentuk-bentuk motivasi belajar di sekolah, dan teori-teori tentang motivasi. Hakekat motivasi permasalahannya dalam uraian ini akan dikaji berdasark, sudut tinjauan penulis dan para pakar psikologi dan pakar-pakar di bidang pendidikan demi untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang komprehensif tentang motivasi.
Drever (Slameto, 1988:60) memberikan pengerti, tentang motif atau motivasi sebagai berikut: "Motive is , effective-conative faktors which operates in determining direction of an individuals behavior towards an end goal, consioustly apprehended or unconsioustly". Pernyataan ini mengandung makna bahwa motivasi sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau namun. untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat dari belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman,1990:73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan -aktrivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri. seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Manrihu, 1989:31). Dengan mengacu kepada kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Menurut Donald (Sardiman, 1990:73) motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi oleh Donald, maka motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi itu mengawali terjadi perubahan energi pada diri setiap individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya perasaan seseorang, dan (3) motivasi akan dirangsang karena tujuan.
Dengan mengetahui tentang pengertian motifvasi - motivasi secara umum, maka pengertian motivasi belajar ialah daya penggerak yang timbul dari dalam diri indivi atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivi belajar. Motivasi belajar juga dapat didefinisikan sebal kekuatan yang timbul dari dalam diri individu ya mendorong individu melakukan aktivitas belajar.
Motif atau motivasi yang dimiliki individu dibatas beberapa jenis, yaitu jika ditinjau dari sumber motivasi maka motif diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu: (1) motif yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik, yaitu mol motif yang diisyaratkan secara biologis, misalnya dorong untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan lainnya tujuannya untuk memunuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan hidup individu dan (2) motif yang sifat dipelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari mat pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar su; kedudukan. Ditinjau dari segi relevansi motif dengan tingkah laku, maka motif dibedakan atas dua jenis, yang motif-motif ekstrinsik dan motif-motif intrinsik. Motif ekstrinsik ialah motif yang berfungsi yang karena rangsangan dari luar dari individu, sedangkan motif intrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa membutuhkan rangsangan dari luar (La Sulo, 1990:32).
Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar dalam mengua ilmu tanpa menunggu hadiah dari guru dan pihak lainnya. Motivasi intrinsik lahir secara alamiah pada diri individu tanpa dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar karena ingin mengejar status sebagai juara kelas. Jadi kuat lemahnya motivasi yang bersifat ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya suatu penguatan (reinforcement) yang diberikan oleh pihak lain kepada siswa yang belajar.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan ingat bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu memberikan penghargaan dan celaan persaingan atau kompetisi, memberikan hadiah dan hukuman, dan pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. Guru harus dapat menerapkan beberapa cara tersebut pada situasi dan kondisi yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar ekstrinsik peserta didik. Motivasi belajar peserta didik harus dimaksimalisasi yang dalam setting pendidikan (Russell dan Anus, 1984:306).
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik itu; memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikejakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (1990:84). Selain itu, motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Peserta didik yang melakukan aktivitas karena memiliki motivasi belajar. motivasi belajur dengan baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang semakin tinggi atau intensitas motivasi belajar peserta maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para guru harus dapat menerapkan proses pembelajaran di kelas yan dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar pada di peserta didik.
Sardiman (1990:91-94) mengemukakan bahwa beberapa bentuk dan cara. untuk menumhuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberika angka kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4) melibatkan ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahr hasil, (7) memberikan pujian, (8) memberikan hukuman, (menumbuhkan hasrat untuk belajar kepada peserta didik (10) menumbuhkan minat dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan diterima oleh anak. Para guru sekolah hendaknya dapat menerapkan beberapa bentuk dan cara tersebut di atas demi untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran.
Prayitno (1989:160-162) juga mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar, yaitu (1) memusatkan perhatian siswa kepada suatu topik yang akan diajarkan. (mengemukakan kepada siswa tentang apa yang per dicapai oleh siswa setelah mempelajari materi pelajar tertentu, (3) mengemukakan tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Pemberia penghargaan, umpan balik hasil penilaian siswa, mendorong rasa ingin tahu siswa, dan penciptaan situasi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa juga merupaka cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik di kelas.
Motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap perilaku peserta didik, sikap guru terhadap karakteristik peserta didik, sikap guru terhadap peserta didik yang berbeda jenis kelamin, sikap guru terhadap peserta didik dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, dan sikap peserta didik terhadap perbedaan prestasi belajar siswa mempengaruhi motivasi belajar siswa (Prayitno, 1989). Selain itu, faktor metode mengajar yang digunakan oleh guru, sifat materi pelajaran, media pengajaran yang digunakan oleh guru, metode Penilaian, dan kondisi lingkungan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kepuasaan belajar kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. "Turkey (1970) berpendapat bahwa setiap siswa akan termotivasi secara intrinsik, jika ada kepuasaan dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan belajar. Jika para peserta didik mencapai kepuasan belajar, maka ia akan terdorong untuk berprestasi selanjutnya dan berusaha untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah yang produktif.
Untuk memahami secara mendalam dan luas tentang motivasi, uraian berikut akan mengkaji tentang teori-teori tentang motivasi. Menurut teori kebutuhan tentang motivasi bahwa manusia bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan untuk belajar. Peserta didik melakukan aktivitas belajar di kelas karena mereka ingin pintar dan berprestasi sebagai suatu kcbutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat White tahun 1959 (Prayitno 1989:37) bahwa kebutuhan untuk memiliki kecakapan adalah kehutuhan organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Kecakapan tersebul diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam jangka panjang.
Teori humanistik tentang motivasi menyatakan bahwa faktor motivasi dari dalam diri individu dan faktor kurikulum yang berarti merupakan faktor yan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Para ahli teori humanistik percaya bahwa hanya ada satu motivasi, yait motivasi yang berasal dari dalam din masing-masing individu dan motivasi ini dimiliki oleh indiivdu sepanjang bentuk perilaku (Purkey, 1970). Menurut kaum humanis (penganut teori humanistik) bahwa untuk meningkatka motivasi belajar siswa ialah dengan memberikan kesempatai yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melaktika eksplorasi secara pribadi dan memungkinkan merek menemukan sesuatu yang berarti melalui bekerj (Hamacheck, 1968). Dan yang paling penting menuru kaum humanis ialah menghormati siswa sebagai manusi yang memiliki potensi dan keinginan sendiri untuk belaja (Prayitno, 1989:49).
Faktor keberartian kurikulum berkaitan erat denganl motivasi belajar siswa menurut ahli humanistik. Materil materi yang diajarkan kepada siswa hendaklah dirasakaii oleh siswa sebagai suatu yang memuaskan kebutuhan ingin tahu dan minatnya. Oleh karena itu, siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapainya danaktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan teori behavioristik tentang motivasi beranggapan bahwa peranan lingkungan belajar sangat besar dalam memotivasi siswa untuk belajar. Karena itu, lingkungan belajar harus diatur dengan baik dan menarik agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. Teori behavioristik juga beranggapan bahwa tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi dari perilaku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka.
Terdapat sejumlah prinsip-prinsip motivasi dari teori behavioristik yang perlu diterapkan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: (1) observasi dan catatlah perilaku siswa, (2) pilihlah penguatan yang tepat, (3) harus bersikap konsisten dalam memberikan tugas dan aturan kerja kepada siswa, (4) terapkan prinsip pembentukan perilaku. (5) berikan model perilaku yang anda ingin dikerjakan oleh siswa, dan (6) jadikan kelas dan sekolah sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa dalam melakukan aktivitas belajar (Prayitno, 1989:54-55). Prinsip-prinsip tersebut harus diterapkan oleh guru secara konsisten dan berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Pikiran Peserta Didik
Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan. Proses berpikir juga terjadi saat seseorang dihadapkan kepada berbagai pertanyaan yang harus dijawab. Kemampuan berpikir bagi setiap orang terrnasuk peserta didik di sekolah herho beda. Ierbedaan kemampuan berpikir antara individu NIL satu dengan individu pada umumnya disebabkan faktor inteligensi, tingkat pengetahuan, tingkat pengalam tingkat pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir individu.
Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki fungsi, yaitu: (1) membentuk pengertian, (2) pcmbentuk pandapat, dan (3) pembentukan kesimpulan atau keputusan; (La Sulo, 1990:28). Dalam pembutukan pengertian dua macam pengertian, yaitu pengcrtian empiris, yang pengertian yang diperoleh melalui pengalaman pengertian rasional, yaitu pengertian yang diperoleh metode ilmiah.
Dalam pembentukan pendapat, kita menyatakan pendapat bila kita menyatakan sesuatu tentang yang la Pendapat-pendapat tersebut bisa berbentuk pendapat posisi pendapat negative, dan pendapat model kebarangkalian (La Sulo, 1990:28). Sedangkan pembentuk kesimpulan atau keputusan adalah membentuk pendapat baru berdasar pada pendapat-pendapat yang ada. Ada tiga macam kesimpulan yang dibuat oleh individu yaitu kesimpulan induktif, deduktif, dan Kesimpulan induktif ialah keputusan yang diambil pendapat-pendapat khusus menuju ke suatu pendapat umum kesimpulan deduktif yaitu keputusan yang diambil dari yang umum ke hal yang khusus, dan kesimpulan anak ialah keputusan yang diambil dengan jalan membandingl pendapat-pendapat khusus yang telah ada (La SL 1990:28-29).
Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan indidivu, yaitu jenis berpikir divergen dan konvergen. berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh individu pada umumnya dan bersifat rutin, sedangkan jenis berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, kreatif, dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah (La Sulo, 1990:29). Jenis berpikir divergen merupakan jenis berpikir yang kompleks yang dituntut pada individu di era globalisasi agar dapat tetap eksis dan solid dalam era kompetisi global.
4. Perasaan Peserta Didik
Perasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam itu berbagai taraf. Perasaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan jasmaniah (perasaan tingkat rendah) berupa perasaan indera dan perasaan vital. Perasaan indera seperti sedap, manis, dan sebagainya, dan perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti segar, letih, dan sebagainya (La Sulo, 1990:30). Sedangkan perasaan rohaniah (perasaan tingkat tinggi), yaitu perasaan intelektual, misalnya merasa senang kalau lulus ujian, perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan kesusilaan, perasaan keagamaan, dan perasaan harga diri.
Faktor perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleh guru di kelas. Dengan memahami perasaan peserta didik sebagai gejala mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan ucapan atau tutur kata yang dapat membunuh aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. Sebaliknya, peserta didik tidak boleh mengorbankan perasaan guru yang dapat membunuh kreativitas dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas.
5. Sikap Belajar Feserta Didik
Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsanga tertentu (Gerungan. 1987). Sikap juga dapat diartikan
sebagai kecenderungan individu untuk merasa senang dan tidak senang terhadap suatu objek. Dengan mengacu kepad pengertian tentang sikap secara umum, maka pengertia sikap belajar ialah kecenderungan peseria didik untuk bereaksi terhadap materi pelajaran di sekolah. Dengan kata lain, sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar.
Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif ata tidak senang yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelakukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar peserta didik tersebut iala faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas. Selain itu, faktor metode, pendekatan, dan strategi pembelajara yang digunakan oleh guru, faktor media pembelajara sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kela manajemen kelas, dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi sikap peserta didik.
Jika kesemua faktor-faktor tersebut pengaruh yang positif kepada peserta didik, yang terbentuk pada diri peserta didik ialah sikap belajar yang baik, yaitu peserta didik merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru kelas. Sebaliknya, jika kesemua faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang negatif kepada peserta didi maka sikap yang terbentuk pada diri peserta didik sikap belajar yang tidak baik yaitu peserta didik merasa tidak senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Adapun perwujudan perilaku yang diperlihatkan oleh serta didik yang bersikap negatif atau tidak senang terhadap proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru di las ialah berupa peserta didik acuh tak acuh (apatis) dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik mengganggu teman sekelasnya, peserta didik mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru kelas, peserta didik keluar masuk kelas, dan berbagai bentuk perilaku belajar menyimpang intinya. Sedangkan perwujudan perilaku peserta didik yang sikap positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas ialah peserta didik, aktif, dan ulet dalam mengikuti proses pembelajaran di Jelas, peserta didik menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, disiplin dalam belajar, tidak keluar ranmasuk kelas dan menghormati guru dan teman kelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerjasama yang baik dengan teman kelas dalam melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat kelompok dan sebagainya.
Para guru dan calon guru yang akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan sikap pelajar positif pada diri peserta didik. Hanya dengan sikap pelajar yang baik yang terbentuk pada diri peserta didik, roses interaksi belajar mengajar di kelas dapat berlangsung cara optimal dan maksimal. Oleh karena itu, para guru dan calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan permasalahannya, yang mencakup pengertian sikap, metode menumbuhkembangkan sikap belajar positif kepada peserta didik, situasi dan ondisi belajar dan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan sikap belajar siswa di kelas, metode untuk mengukur sikap belajar peserta didik. masalah lain yang terkait dengan sikap dan permasalahannya.
Sikap belajar peserta didik dapat diukur oleh dengan mengggunakan skala Likert. Untuk mengungl sikap belajar peserta didik dengan skala Likert seorang guru dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam angket yang menunjukkan pilihan jawat sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan san tidak setuju. Pengungkapan sikap belajar peserta didik oleh guru sangat penting dilakukan untuk mendapatkan timbale balik dari peserta tentang proses pembelajaran oleh guru, yaitu apakah telah menyenangkan bagi peserta didik atau tidak. Penelitian tentang sikap belajar pese didik oleh guru, juga menjadi umpan balik bagi sebagai bahan evaluasi bagi guru atas prestasinya dalam melakukan proses pembelajaran di kelas.
6. Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefinisikan sebagai kecakal untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri, yang cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dau menyimpan, dan siap untuk memproduksi kesan-kesan dicamkan tanpa perubahan (La Sulo, 1990:25).
6. Proses dalam ingatan ialah mencakup proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi Mencamkan ialah upaya untuk mempelajari, mengetahui dan memahami sesuatu. Menurut terjadinya, pencaman terbagi atas pencaman sekehendak dan. tidak sekehendak terjadi jika kita dengan sengaja sadar mencamkan sesuatu, dan pencaman tidak sekehedak terjadi jika kita memperoleh pengetahuan dengan tidak sengaja. Menyimpan ialah upaya menyimpan sesuatu yang dipelajari ke dalam memori. Agar supaya materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik dapat tersimpan dengan baik dalam memori, maka peserta didik harus elakukan cara-cara berikut: (1) mengulangi secara terus enerus mempelajari materi pelajaran, dan (2) cepat tidur setelah belajar mengurangi bercampurnya pesan baru ke alam materi pelajaran yang telah tersimpan dalam memori otak.
Jika proses menyimpan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan tersimpan dalam memori dengan baik, kegiatan reproduksi terhadap apa yang telah dipelajari juga berlangsung dengan baik. Reproduksi ialah mengingat tau membawa ke alam kesadaran tentang hal-hal yang telah dicamkan melalui kegiatan belajar. Pada diri peserta didik, proses mencamkan itu berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Peserta Adidik yang berinteligensi tinggi, berpengetahuan, dan berpengalaman dalam melakukan aktivitas belajar cenderung memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Selain itu, aktivitas reproduksi (mengingat kembali) juga dipenganihi oleh faktor kemampuan mencaman dan menyimpan pesan atau materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik.
7. Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk anggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan¬anggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak arus sesuai dengan benda-benda yang ada (Manrihu, 989:24). Fantasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam merenung dan menghayal secara pos untuk rnenemukan ide-ide baru yang inovatif dengan fantasi memungkinkan manusia menemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia handphone generasi ketiga yang memiliki lasilitas dan dapat dipakai untuk telekonferensi.
Mengingat manfaat produk atau kehidupan manusia sangat besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan fantasi peserta didik juga ditunda besar, agar melalui fantasi, peserta didik dapat menemuk suatu ide-ide cemerlang untuk melahirkan sesuatu yang inovatif Jika para peserta didik telah dapat melakuk fantasi secara positif, bukan tidak mungkin para pesert akan dapat menemukan suatu temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri di keluarganya serta bermanfaat bagi kehidupan manusia masyarakat. Temuan-temuan baru lahir dari proses peserta didik merupakan perwujudan aktualisasi diri pada diri peserta didik.
Berfantasi secara positif bagi peserta didik diperlukan, sebab melakukan proses fantasi dalam aktivitas pembelajaran, peserta didik dapat diilhami oleh berbal, gagasan atau ide-ide baru yang bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri dan masyarakat. Telah banyak pese didik yang juara dalam melakukan lomba karya ilmiah dan lomba karya inovatif produk karena hasil dari proses fantasi yang positif. Namun telah banyak pula peserta didik dan anggota masyarakat yang korban karena proses fantasi yang tidak positif. Di sinilah peranan guru, orangtua, dan masyarakat dalam membantu, membimbing melatih, dan mengarahkan serta menyalurkan proses fant anak ke arah yang positif agar bermanfaat bagi dirinnya Sekolahnya, keluarganya, dan masyarakatnya dan anak dapat menencapai taraf aktualisasi diri yang optimal dan maksimal.
8. Tanggapan Peserta Didik
Bigot (1950) mendefinisikan tanggapan sebagai tayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Sedangkan Kohnstamm (1955) mengemukakan bahwa menanggapi tidak saja menghidupkan kembali apa yang telah kita amati, tetapi juga mengantisipasi yang akan datang dan mewakili yang sekarang.
Ada beberapa hal yang terkait dengan tanggapan atau persepsi, yaitu bayangan pengiring, yaitu bayangan yang tinggal setelah kita melihat sesuatu dan bayangan identik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga mempunyai pengamatan (La Sulo, 1990:23). aktor tanggapan ini memegang peranan penting dalam aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, para guru di sekolah harus berusaha mengembangkan tanggapan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan maksimal dan peserta didik mencapai hasil pelajar yang optimal pula.
Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. arena itu, persepsi peserta. didik digolongkan ke dalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan yang visual, uditif, gustatoris, dan alfaktoris. Keempat tipe tanggapan ada diri peserta didik tersebut harus diperhatikan dan ikembangkan oleh para pendidikan secara individual. Jika elaksanaan proses pembelajaran di kelas dilaksanakan engan memperhatikan perbedaan individu-peserta didik dalam hal tipe persepsi yang dimiliki, maka anak berkembang dengan baik.
9. Minat Belajar Peserta Didik
Minat secara umum dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek baik objek berupa benda hidup maupun benda yang hidup. Sedangkan minat belajar dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dal melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat.
Jika individu atau peserta didik merasa tertarik berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan sikap dan perilaku belajar baik berupa peserta didik menunjukkan gairah yang dalam melakukan aktivitas belajar, tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup, dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki minat belajar menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak baik pula berupa acuh tak acuh dalam belajar, aktivitas dianggap sebagai suatu beban, cepat lelah dan bosan dalam belajar, dan sebagainya.
Jika dicermati secara mendalam, antara minat motivasi merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang susah dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Peserta didik yang menunjukkan minat belajar yang tinggi, juga pasti menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, faktor pencetus munculnya motivasi belajar yang tinggi pada diri peserta didik ialah faktor sikap dan minat belajar yang tinggi pada diri peserta didik. Tidak mungkin peserta didik termotivasi belajar tinggi jika peserta didik tersebut memiliki sikap belajar dan minat belajar yang tidak tinggi pula.
Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor objek belajar; metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainnya. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru dalam upaya untuk menumbuh kembangkan minat belajar peserta didik.
Para calon guru dan guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang minat peserta didik sedangkan kepada para guru yang telah aktif mengajar
perlu melakukan penelitian tentang minat belajar peserta didik sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui apakah peserta didik yang diajar berminat rendah, sedang, atau tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolanya. Dari umpan balik tentang kondisi minat belajar peserta didik tersebut, guru dapat menyempurnakan atau memperbaiki dan meningkatkan kulitas proses pembelajarannya di kelas.
Seperti halnya sikap belajar, minat belajar peserta didik juga dapat diungkap dengan menggunakan skala Likert dalam angket atau inventori. Jika menggunakan angket, pernyataan-pernyataan dalam angket mencakup beberapa opsi jawaban berupa sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sedangkan jika menggunakan inventori, opsi pilihan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam inventori mencakup opsi ya dam tidak.
10. Pengamatan Belajar Peserta Didik
Pengamatan sebagai bagian dari gejala aktivitas umum jiwa manusia memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran di kelas. Sebagian besar pesan dan kesan belajar yang diperoleh oleh peserta didik di kelas adalah diproses melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat oleh mata. Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk mengenal diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita dengan melihat, mendengar, membau, dan mencecapnya, (Manrihu, 1989:20).
Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan oleh para calon dan guru. Proses pengamatan pada dari peserta didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran di kelas dapat diketahui, dipahami, dikuasai oleh peserta didik melalui proses pengamatan, maka guru dalam mengelola proses pembelajaran sebaiknya menggunakan alat peraga yang dapat membantu pengamatan anak, baik yang bertipe visual, auditif: taktil, gustative, dan alfaktoris.
Agar proses pembelajaran di kelas dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru bersama peserta didik, maka guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dari segi tipe visual, auditif, taktil, gustative, dan alfaktoris. Dengan mengacu kepada perbedaan-perbedaan tipe pengamatan peserta didik tersebut, maka guru harus memberikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik dan melakukan proses pembelajaran di kelas dengan memperhatikan menerapkan asas perbedaan individu.
Gejala gangguan pengamatan pada diri peserta didik, juga perlu mendapat perhatian oleh para peserta didik. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di kelas adalah disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan pengamatan. Untuk mengetahui gangguan pengamatan anak didik, guru perlu melakukan kerjasama dengan dokter, psikolog, konselor, wali kelas, guru kelas, orangtua peserta didik, dan pihak terkait lainya. Hasil konsultasi dan kerjasama dengan berbagai pihak tersebut diharapkan dapat mengatasi gangguan pengamatan anak sehingga anak dapat belajar dengan baik.
11. Kepribadian Peserta Didik
Kata kepribadian berasal dari personality dalam Bahasa Inggris yang berarti tokoh dan kepribadian (Echols dan Shadily, 1990:426). Kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan kualitas dari perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir, minat, sikap, cara-cara breaksi, dan pandangan hidup individu (Woodworth dan Marquis, 1974:118).
Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru, karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik, maka guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-m¬asing peserta didik. Informasi tentang karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dapat menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam menyusun program pembelajaran di kelas yang memperhatikan perbedaan individu-peserta didik.
Selain itu, para calon guru dan para guru harus mengetahui dan memahami tentang psikologi kepribadi dan pengetahuan tentang teori kepribadian sebagai basis dalam mengetahui dan memahami tentang kepribadi manusia umumnya dan lebih-lebih lagi kepribadian peserta didik secara khusus. Dalam psikologi kepribadian dan kepribadian akan dikaji tentang struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian. Misalnya teori Psikoanalisis dari Freud yang terkenal ini mengkaji tentang struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
Freud menyatakan bahwa struktur kepribadi manusia mencakup tiga aspek, yaitu ide sebagai aspek biologis dari kepribadian, ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian, dan super ego sebagai aspek sosiologis dari kepribadian. Id sebagai aspek biologis dari kepribadian berisikan nafsu hidup, nafsu mati, dan tempat energi psikis. Ego sebagai aspek psikologis kepribadian berprinsip realistis, sehingga berfungsi mempersatukan kepribadian, superego yang berfungsi sesuai prinsip ideal yang mengontrol kerja id dan ego agar bekerja sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Jika Id dan ego bekerja melanggar nilai dan norma yang berlaku, maka akan mendapat hukuman dan jika tidak id dan ego mendapatkan pujian dari orang lain.
Dinamika kepribadian manusia ditentukan oleh cara id, ego, dan superego dalam menggunakan energi fisik dan psikis yang diperoleh dari makanan untuk kebutuhan psikologis dan fisiologis. Sebagai jembatan antara energi psikis dan fisik ialah id. Cara kerja id, ego, dan superego inilah yang mempengaruhi dinamika atau pergerakan, kepribadian pada diri manusia. Jika id yang bekerja dan menguasai aspek ego dan superego, maka manusia akan berperilaku seperti binatang, jika ego yang menguasai aspek id dan superego, maka manusia akan berperilaku egois atau menang sendiri, sedangkan jika superego yang menguasai aspek atau tugas kerja id dan ego, maka manusia akan berperilaku baik dan taat kepada nilai dan norma, baik norma hukum, sosial, dan agama. Disinilah peranan guru dalam mengajar dan mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang baik agar superego anak berfungsi maksimal dan optimal.
Para calon guru dan para guru juga perlu mengetahui tentang perkembangan kepribadian manusia. Pengetahuan tentang perkembangan kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar bagi guru dalam melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta didik. Proses pembelajaran yang disesuikan dengan perkembangan kepribadian peserta didik akan memungkinkan peserta didik dapat belajar maksimal dan optimal sesuai dengan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
12. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi dan bakat merupakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Inteligensi secara sederhana dapat diartikan sebagai "Kecerdasan". Namun, inteligensi pada hakekatnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Kemampuan berpikir manusia itu sendiri berbeda-beda, yaitu ada yang kemampuan berpikirnya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kemampuan berpikir manusia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: faktor tingkat inteligensi yang dimiliki (skor intelligence quotient) ialah berada di atas normal 110 ke atas, tingkat pengetahuan, dan pengalaman manusia. Manusia yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi cenderung kemampuan berpikirnya juga tinggi karena telah ditempa dan diterpa oleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang menuntut pemikiran.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan meningkatkan inteligensi peserta didik, para guru di sekolah harus memberikan tugas-tugas belajar yang menantang peserta didik untuk berpikir kompleks dan keritis. Selain itu, para harus memberikan banyak pengalaman yang menantang peserta didik dengan harapan peserta didik terlatih dan terbiasa untuk berpikir dalam mencari jalan keluar suatu persoalan sehingga membuahkan suatu pengalaman yang berharga bagi peserta didik.
Selain faktor inteligensi yang perlu mendapat perhatian bagi para calon guru dan para guru dalam membelajarkan peserta didik di kelas, faktor bakat juga perlu diperhatikan. Para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik agar dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan, bakat yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, mereka dapat mencapai aktualisasi diri sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Bakat didefinisikan sebagai potensi bawaan yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Bakat yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan masih belum berkembang, sehingga perlu diaktualisasikan melalui bantuan proses pendidikan di sekolah. Para guru di sekolah perlu mengetahui secara dini tentang bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya sebagai acuan untuk memberikan proses pendidikan yang menunjang perkembangan bakat anak.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat pada diri peserta didik ialah dengan melakukan tes bakat pada anak didik dan mengobservasi kemampuan dan keterampilan menonjol yang diperlihatkan anak melalui aktivitas dan perilaku di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Sebagai contoh jika guru di sekolah mengamati anak didiknya senang bermain dan belajar dengan angka-angka atau dengan hitungan, maka ini suatu pertanda bahwa anak didik tersebut memiliki bakat angka¬-angka (bakat) numerical, sehingga bakat tersebut perlu diaktualisasikan dengan merekomendasikan anak tersebut untuk giat belajar matematika, les privat matematika, dan memasuki jurusan matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain bakat numerikal yang terdapat pada peserta didik, juga berbagai jenis bakat yang lain dapat dimiliki oleh peserta didik. Misalnya bakat seni, (seni suara, seni musik, seni tari, seni drama, dan lainnya); bakat olahraga, seperti sepak bola, tinju, sepak takraw, renang, bulu tangkis, dan lainnya; bakat intelektual seperti peserta didik yang memiliki potensi akademik yang tinggi dan kemampuan berpikir dan mencari pemecahan masalah kompleks secara intelek. Masih banyak lagi jenis-jenis bakat yang lain, seperti bakat klerikal atau bakat ketatausahaan, bakat mekanik, bakat teknik, dan sebagainya.
Kesemua jenis jenis bakat tersebut perlu diidentifikasi, dipahami, dan ditumbuh kembangkan oleh para guru di sekolah dengan kerjasama dengan pihak lain yang kompeten dan terkait, misalnya pihak petugas/konselor bimbingan dan konseling sekolah, ahli ilmu jiwa (psikolog), dan tenaga ahli lainnya yang tekait. Hasil identifikasi dan pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik akan menjadi dasar bagi para guru dan semua pihak terkait lainnya dalam menumbuh kembangkan dan dalam mengaktualisasikan bakat peserta didik dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah (proses pendidikan), masyarakat. Melalui aktualisasi bakat oleh para peserta didik yang berbakat diharapkan sumberdaya tersebut melahirkan aktivitas dan hasil karya yang kreatif, inovatif dan produktif demi untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU
B. Jenis-Jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manui Yang Perlu Diketahui Oleh Calon Guru dan Guru
1. Perhatian Peserta Didik
Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta did yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung Seorang siswa dianggap memiliki perhatian belajar terha materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, siswa tersebut memusatkan perhatiannya dengan calon memfokuskan pandangannya ke depan untuk memperhatika materi yang disajikan oleh guru dengan memusatka kesadaran dan daya jiwanya untuk mengetahui memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru kelas.
Perhatian belajar yang dimilki oleh peserta didik dan manusia pada umumnya dibagi atas beberapa macam, yaitu perhatian insentif dan tidak insentif, perhatian spontan dan perhatian sekehendak, perhatian terpencar, perhatian terpusat, dan perhatian campuran (Manrihu (1989:18-19). Perhatian belajar peserta didik yang insentif, yaitu pada saat melakukan aktivitas belajar. Peserta didik yang selalu memiliki perhatian belajar yang intensif akan lebih mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas. Sebaiknya peserta didik yang memiliki perhatian belajar yang tidak intensif akan sulit mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas. Perhatian belajar yang tidak intensif ialah perhatian belajar yang tidak mendalam pada diri siswa.
Perhatian belajar yang spontan pada diri peserta didik ialah perhatian belajar yang terjadi seketika karena peserta didik mendapatkan rangsangan yang juga sifatnya tiba-tiba. Sedangkan perhatian belajar sekehendak (dipaksakan) ialah perhatian belajar yang sengaja ditimbulkan pada diri peserta didik. Contoh perhatian belajar peserta didik yang bersifat spontan ialah ketika seorang siswa sedang mengikuti pelajaran di kelas, lalu tiba-tiba terjadi keributan di luar kelas, maka tiba-tiba juga perhatian siswa tersebut beralih kearah tempat terjadinya keributan. Dan contoh dari perhatian belajar yang dipaksanakan, misalnya sekalipun suasana di dalam kelas panas di siang hari, para peserta didik di kelas harus dapat memaksanakan diri untuk memusatkan perhatiannya kepada materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas agar dapat mengerti materi pelajaran tersebut.
Perhatian konsentratif atau terpusat ialah perhati belajar yang dimiliki oleh peserta yang memusat terfokus kepada objek yang dipelajari. Perhatian distribusi ialah perhatian belajar yang sifatnya menyebar yang dimiliki oleh peserta didik, dan perhatian campuran perhati; belajar yang dimiliki oleh peserta didik yang sifatnya gabungan antara perhatian belajar yang memusat atau terfokus kepada objek yang dipelajari dengan perhati; distributif yang menyebar ke beberapa objek belajar.
Ketiga jenis perhatian tersebut di atas umumnya dimiliki oleh manusia pada umumnya dan peserta didik pada khususnya. Namun, dari jenis perhatian terseh ada yang menonjol pada diri manusia atau peserta didik sehingga menjadi tipe perhatian yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang positif yang ditandai dengan gejala tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar secara intensif sekalipi dalam waktu lama. Peserta didik yang bertipe perhati; belajar intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilal belajar yang positif yang ditandai dengan gejala tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar secara intens sekalipun dalam waktu lama. Sebaliknya, peserta didik yang, bertipe perhatian belajar tidak intensif cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak posi yang ditandai dengan gejala tidak tekun dan ulet dalam, melakukan aktivitas belajar secara intensif dalam waktu lama.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar spontan cenderung menunjukkan perhatian belajar yang muda terpengaruh oleh rangsang yang muncul tiba-tiba dan seketika. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar spontan cenderung mudah beralih konsentrasinya saat melakukan aktivitas belajar di kelas. Peserta didik yang bertipe perhatian belajar sekehendak (dipaksakan) cenderung menunjukkan sikap dan perilaku belajar konsentratif dalam melakukan aktivitas belajar di kelas dengan yang ditandai dengan ciri yaitu serta didik selalu berusaha untuk menguasai materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar konsentratif memiliki kecenderungan belajar secara memusat .dan terhadap apa yang sedang dipelajari. Peserta didik yang memiliki perhatian belajar secara memusat tersebut, tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai rangsangan yang datang luar dirinya. Konsekuensi positif yang ditimbulkan oleh siswa yang bertipe perhatian belajar seperti ini ialah peserta didik tersebut akan mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran secara cepat dalam waktu yang relatif singkat.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar terpencar atau menyebar cenderung mudah terpengaruh oleh berbagai rangsangan yang dating dari luar saat dirinya sedang melakukan aktivitas belajar. Sebagai konsekuensi yang ditimbulkan dari perhatian belajar yang mudah menyebar atau terdistribusi ialah materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik mudah dilupakan sehingga susah untuk dikuasai yang menyebabkan peserta didik memperoleh hasil belajar yang tidak optimal.
Peserta didik yang bertipe perhatian belajar campuran (perpaduan antara tipe perhatian belajar konsentratif dan distributive) akan mudah sukses dalam melakukan aktivitas belajar selama ia dapat mengatur perhatian belajarnya sesuai dengan tuntutan situasi, kondisi, dan tempat dimana ia berada. Jika peserta didik sedang berada di laboratorium untuk belajar, maka tipe perhatian belajar yang perlu difungsikan ialah perhatian belajar yang bersifat konsentratif. Sedangkan jika peserta didik berada disuatu tempat untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari secara simultan dalam waktu yang bersamaan, maka tipe perhatian belajar yang bersifat distributive lebih tepat dan efektif digunakan.
Selanjutnya terdapat beberapa faktor atau hal yang menarik perhatian belajar peserta didik jika dilihat dari segi objek yang diperhatikan, yaitu berupa: (1) perangsang yang berubah-rubah, (2) perangsangan yang kuat, (3) perangsangan yang tiba-tiba dan (4) benda-benda yang mempunyai bentuk tertentu akan lebih menarik daripada benda-benda yang tidak berbentuk (La Sulo, 1990:19). Dilihat dari subjek yang memperhatikan, maka hal-hal yang menarik perhatian ialah jika semua hal tersebut bersangkut paut dengan pribadi subjek, yaitu berupa: (1) pekerjaan yang sedang pribadi subjek, yaitu berupa (1) pekerjaan yang sedang dikerjakan menentukan perhatian, (2) keinginan menentukan perhatian, (4) perasaan menentukan perhatian, dan (5) yang berhubungan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan dengan pengalaman atau kebiasaan akan menentukan perhatian (La Sulo, 1990:19).
Guru sebagai pendidik dan pengajar di kelas liar memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi atau yang menarik perhatian belajnr peserta didik, baik dilih dari seperti obyek yang diperhatikan maupun dari segi subjek yang memperhatikan. Dengan memperhatikan berbagai faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik di kelas yang menyebabkan peserta didik akan tertarik dalam melakukan aktivitas belajar sehingga peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Jika peserta didik telah tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, maka peserta akan mudah mengetahui, memahami, dan menguasai materi pelajaran di kelas.
Selain guru harus memperhatikan berbagai hal atau faktor yang menarik perhatian belajar peserta didik, guru harus dapat mengelola kelas dan proses pembelajaran di kelas yang menarik perhatian belajar siswa. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru ialah mengetahui, memahami, menguasai, dan menerapkan berbagai teori, metode, dan pendekatan tentang dinamika kegiatan dalam strategi belajar mengajar, interaksi dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Melalui penerapan berbagai teori, metode, dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, aktivitas jiwa peserta didik dapat dipertinggi, sehingga perhatian belajar peserta didik semata-semata tertuju kepada bahan pelajaran yang dipelajari. Oleh karena itu, untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan belajar yang dipelajarinya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka guru harus membuat proses pembelajaran menjadi menarik, dan menarik minat belajar serta meningkatkan motivasi belajar siswa mempelajari materi pelajaran di kelas.
2. Motivasi Belajar
Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja, produktivitas, kreativitas, dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi dalai menjalani hidupnya.
Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manus pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif data melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan keperluan pembelajaran di kelas, berperilaku produktif inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingl tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus jika menemukan kesulitan dalam menekuni karier sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Untuk memahami hakekat permasalahannya, berikut ini akan mengertian motivasi secara umum secara khusus. jenis-jenis motivasi, belajar, bentuk-bentuk motivasi belajar di sekolah, dan teori-teori tentang motivasi. Hakekat motivasi permasalahannya dalam uraian ini akan dikaji berdasark, sudut tinjauan penulis dan para pakar psikologi dan pakar-pakar di bidang pendidikan demi untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang komprehensif tentang motivasi.
Drever (Slameto, 1988:60) memberikan pengerti, tentang motif atau motivasi sebagai berikut: "Motive is , effective-conative faktors which operates in determining direction of an individuals behavior towards an end goal, consioustly apprehended or unconsioustly". Pernyataan ini mengandung makna bahwa motivasi sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau namun. untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat dari belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman,1990:73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan -aktrivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri. seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Manrihu, 1989:31). Dengan mengacu kepada kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Menurut Donald (Sardiman, 1990:73) motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi oleh Donald, maka motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi itu mengawali terjadi perubahan energi pada diri setiap individu manusia, motivasi ditandai dengan munculnya perasaan seseorang, dan (3) motivasi akan dirangsang karena tujuan.
Dengan mengetahui tentang pengertian motifvasi - motivasi secara umum, maka pengertian motivasi belajar ialah daya penggerak yang timbul dari dalam diri indivi atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivi belajar. Motivasi belajar juga dapat didefinisikan sebal kekuatan yang timbul dari dalam diri individu ya mendorong individu melakukan aktivitas belajar.
Motif atau motivasi yang dimiliki individu dibatas beberapa jenis, yaitu jika ditinjau dari sumber motivasi maka motif diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu: (1) motif yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik, yaitu mol motif yang diisyaratkan secara biologis, misalnya dorong untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan lainnya tujuannya untuk memunuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan hidup individu dan (2) motif yang sifat dipelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari mat pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar su; kedudukan. Ditinjau dari segi relevansi motif dengan tingkah laku, maka motif dibedakan atas dua jenis, yang motif-motif ekstrinsik dan motif-motif intrinsik. Motif ekstrinsik ialah motif yang berfungsi yang karena rangsangan dari luar dari individu, sedangkan motif intrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa membutuhkan rangsangan dari luar (La Sulo, 1990:32).
Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar dalam mengua ilmu tanpa menunggu hadiah dari guru dan pihak lainnya. Motivasi intrinsik lahir secara alamiah pada diri individu tanpa dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar karena ingin mengejar status sebagai juara kelas. Jadi kuat lemahnya motivasi yang bersifat ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya suatu penguatan (reinforcement) yang diberikan oleh pihak lain kepada siswa yang belajar.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan ingat bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu memberikan penghargaan dan celaan persaingan atau kompetisi, memberikan hadiah dan hukuman, dan pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. Guru harus dapat menerapkan beberapa cara tersebut pada situasi dan kondisi yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar ekstrinsik peserta didik. Motivasi belajar peserta didik harus dimaksimalisasi yang dalam setting pendidikan (Russell dan Anus, 1984:306).
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik itu; memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikejakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (1990:84). Selain itu, motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Peserta didik yang melakukan aktivitas karena memiliki motivasi belajar. motivasi belajur dengan baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang semakin tinggi atau intensitas motivasi belajar peserta maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para guru harus dapat menerapkan proses pembelajaran di kelas yan dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar pada di peserta didik.
Sardiman (1990:91-94) mengemukakan bahwa beberapa bentuk dan cara. untuk menumhuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberika angka kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4) melibatkan ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahr hasil, (7) memberikan pujian, (8) memberikan hukuman, (menumbuhkan hasrat untuk belajar kepada peserta didik (10) menumbuhkan minat dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan diterima oleh anak. Para guru sekolah hendaknya dapat menerapkan beberapa bentuk dan cara tersebut di atas demi untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran.
Prayitno (1989:160-162) juga mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar, yaitu (1) memusatkan perhatian siswa kepada suatu topik yang akan diajarkan. (mengemukakan kepada siswa tentang apa yang per dicapai oleh siswa setelah mempelajari materi pelajar tertentu, (3) mengemukakan tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Pemberia penghargaan, umpan balik hasil penilaian siswa, mendorong rasa ingin tahu siswa, dan penciptaan situasi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa juga merupaka cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik di kelas.
Motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap perilaku peserta didik, sikap guru terhadap karakteristik peserta didik, sikap guru terhadap peserta didik yang berbeda jenis kelamin, sikap guru terhadap peserta didik dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, dan sikap peserta didik terhadap perbedaan prestasi belajar siswa mempengaruhi motivasi belajar siswa (Prayitno, 1989). Selain itu, faktor metode mengajar yang digunakan oleh guru, sifat materi pelajaran, media pengajaran yang digunakan oleh guru, metode Penilaian, dan kondisi lingkungan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kepuasaan belajar kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. "Turkey (1970) berpendapat bahwa setiap siswa akan termotivasi secara intrinsik, jika ada kepuasaan dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan belajar. Jika para peserta didik mencapai kepuasan belajar, maka ia akan terdorong untuk berprestasi selanjutnya dan berusaha untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah yang produktif.
Untuk memahami secara mendalam dan luas tentang motivasi, uraian berikut akan mengkaji tentang teori-teori tentang motivasi. Menurut teori kebutuhan tentang motivasi bahwa manusia bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan untuk belajar. Peserta didik melakukan aktivitas belajar di kelas karena mereka ingin pintar dan berprestasi sebagai suatu kcbutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat White tahun 1959 (Prayitno 1989:37) bahwa kebutuhan untuk memiliki kecakapan adalah kehutuhan organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Kecakapan tersebul diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam jangka panjang.
Teori humanistik tentang motivasi menyatakan bahwa faktor motivasi dari dalam diri individu dan faktor kurikulum yang berarti merupakan faktor yan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Para ahli teori humanistik percaya bahwa hanya ada satu motivasi, yait motivasi yang berasal dari dalam din masing-masing individu dan motivasi ini dimiliki oleh indiivdu sepanjang bentuk perilaku (Purkey, 1970). Menurut kaum humanis (penganut teori humanistik) bahwa untuk meningkatka motivasi belajar siswa ialah dengan memberikan kesempatai yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melaktika eksplorasi secara pribadi dan memungkinkan merek menemukan sesuatu yang berarti melalui bekerj (Hamacheck, 1968). Dan yang paling penting menuru kaum humanis ialah menghormati siswa sebagai manusi yang memiliki potensi dan keinginan sendiri untuk belaja (Prayitno, 1989:49).
Faktor keberartian kurikulum berkaitan erat denganl motivasi belajar siswa menurut ahli humanistik. Materil materi yang diajarkan kepada siswa hendaklah dirasakaii oleh siswa sebagai suatu yang memuaskan kebutuhan ingin tahu dan minatnya. Oleh karena itu, siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapainya danaktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan teori behavioristik tentang motivasi beranggapan bahwa peranan lingkungan belajar sangat besar dalam memotivasi siswa untuk belajar. Karena itu, lingkungan belajar harus diatur dengan baik dan menarik agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. Teori behavioristik juga beranggapan bahwa tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi dari perilaku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka.
Terdapat sejumlah prinsip-prinsip motivasi dari teori behavioristik yang perlu diterapkan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: (1) observasi dan catatlah perilaku siswa, (2) pilihlah penguatan yang tepat, (3) harus bersikap konsisten dalam memberikan tugas dan aturan kerja kepada siswa, (4) terapkan prinsip pembentukan perilaku. (5) berikan model perilaku yang anda ingin dikerjakan oleh siswa, dan (6) jadikan kelas dan sekolah sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa dalam melakukan aktivitas belajar (Prayitno, 1989:54-55). Prinsip-prinsip tersebut harus diterapkan oleh guru secara konsisten dan berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Pikiran Peserta Didik
Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka menghadapi suatu masalah yang harus dipecahkan. Proses berpikir juga terjadi saat seseorang dihadapkan kepada berbagai pertanyaan yang harus dijawab. Kemampuan berpikir bagi setiap orang terrnasuk peserta didik di sekolah herho beda. Ierbedaan kemampuan berpikir antara individu NIL satu dengan individu pada umumnya disebabkan faktor inteligensi, tingkat pengetahuan, tingkat pengalam tingkat pendidikan, dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir individu.
Berpikir sebagai aktivitas mental memiliki fungsi, yaitu: (1) membentuk pengertian, (2) pcmbentuk pandapat, dan (3) pembentukan kesimpulan atau keputusan; (La Sulo, 1990:28). Dalam pembutukan pengertian dua macam pengertian, yaitu pengcrtian empiris, yang pengertian yang diperoleh melalui pengalaman pengertian rasional, yaitu pengertian yang diperoleh metode ilmiah.
Dalam pembentukan pendapat, kita menyatakan pendapat bila kita menyatakan sesuatu tentang yang la Pendapat-pendapat tersebut bisa berbentuk pendapat posisi pendapat negative, dan pendapat model kebarangkalian (La Sulo, 1990:28). Sedangkan pembentuk kesimpulan atau keputusan adalah membentuk pendapat baru berdasar pada pendapat-pendapat yang ada. Ada tiga macam kesimpulan yang dibuat oleh individu yaitu kesimpulan induktif, deduktif, dan Kesimpulan induktif ialah keputusan yang diambil pendapat-pendapat khusus menuju ke suatu pendapat umum kesimpulan deduktif yaitu keputusan yang diambil dari yang umum ke hal yang khusus, dan kesimpulan anak ialah keputusan yang diambil dengan jalan membandingl pendapat-pendapat khusus yang telah ada (La SL 1990:28-29).
Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan indidivu, yaitu jenis berpikir divergen dan konvergen. berpikir konvergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh individu pada umumnya dan bersifat rutin, sedangkan jenis berpikir divergen yaitu jenis berpikir yang inovatif, kreatif, dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah (La Sulo, 1990:29). Jenis berpikir divergen merupakan jenis berpikir yang kompleks yang dituntut pada individu di era globalisasi agar dapat tetap eksis dan solid dalam era kompetisi global.
4. Perasaan Peserta Didik
Perasaan ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kualitas senang dan tidak senang dalam itu berbagai taraf. Perasaan ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu perasaan jasmaniah (perasaan tingkat rendah) berupa perasaan indera dan perasaan vital. Perasaan indera seperti sedap, manis, dan sebagainya, dan perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani seperti segar, letih, dan sebagainya (La Sulo, 1990:30). Sedangkan perasaan rohaniah (perasaan tingkat tinggi), yaitu perasaan intelektual, misalnya merasa senang kalau lulus ujian, perasaan keindahan, perasaan sosial, perasaan kesusilaan, perasaan keagamaan, dan perasaan harga diri.
Faktor perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleh guru di kelas. Dengan memahami perasaan peserta didik sebagai gejala mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan ucapan atau tutur kata yang dapat membunuh aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. Sebaliknya, peserta didik tidak boleh mengorbankan perasaan guru yang dapat membunuh kreativitas dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas.
5. Sikap Belajar Feserta Didik
Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsanga tertentu (Gerungan. 1987). Sikap juga dapat diartikan
sebagai kecenderungan individu untuk merasa senang dan tidak senang terhadap suatu objek. Dengan mengacu kepad pengertian tentang sikap secara umum, maka pengertia sikap belajar ialah kecenderungan peseria didik untuk bereaksi terhadap materi pelajaran di sekolah. Dengan kata lain, sikap belajar ialah kecenderungan peserta didik untuk merasa senang dan tidak senang dalam melakukan aktivitas belajar.
Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif ata tidak senang yang ditunjukkan oleh peserta didik di kelakukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap belajar peserta didik tersebut iala faktor kemampuan dan gaya mengajar guru di kelas. Selain itu, faktor metode, pendekatan, dan strategi pembelajara yang digunakan oleh guru, faktor media pembelajara sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan kela manajemen kelas, dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi sikap peserta didik.
Jika kesemua faktor-faktor tersebut pengaruh yang positif kepada peserta didik, yang terbentuk pada diri peserta didik ialah sikap belajar yang baik, yaitu peserta didik merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru kelas. Sebaliknya, jika kesemua faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang negatif kepada peserta didi maka sikap yang terbentuk pada diri peserta didik sikap belajar yang tidak baik yaitu peserta didik merasa tidak senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di kelas.
Adapun perwujudan perilaku yang diperlihatkan oleh serta didik yang bersikap negatif atau tidak senang terhadap proses pembelajaran yang dikelolah oleh guru di las ialah berupa peserta didik acuh tak acuh (apatis) dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, peserta didik mengganggu teman sekelasnya, peserta didik mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru kelas, peserta didik keluar masuk kelas, dan berbagai bentuk perilaku belajar menyimpang intinya. Sedangkan perwujudan perilaku peserta didik yang sikap positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas ialah peserta didik, aktif, dan ulet dalam mengikuti proses pembelajaran di Jelas, peserta didik menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya, disiplin dalam belajar, tidak keluar ranmasuk kelas dan menghormati guru dan teman kelasnya, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru, menunjukkan kerjasama yang baik dengan teman kelas dalam melakukan tugas-tugas belajar yang bersifat kelompok dan sebagainya.
Para guru dan calon guru yang akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan sikap pelajar positif pada diri peserta didik. Hanya dengan sikap pelajar yang baik yang terbentuk pada diri peserta didik, roses interaksi belajar mengajar di kelas dapat berlangsung cara optimal dan maksimal. Oleh karena itu, para guru dan calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan permasalahannya, yang mencakup pengertian sikap, metode menumbuhkembangkan sikap belajar positif kepada peserta didik, situasi dan ondisi belajar dan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan sikap belajar siswa di kelas, metode untuk mengukur sikap belajar peserta didik. masalah lain yang terkait dengan sikap dan permasalahannya.
Sikap belajar peserta didik dapat diukur oleh dengan mengggunakan skala Likert. Untuk mengungl sikap belajar peserta didik dengan skala Likert seorang guru dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang termuat dalam angket yang menunjukkan pilihan jawat sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan san tidak setuju. Pengungkapan sikap belajar peserta didik oleh guru sangat penting dilakukan untuk mendapatkan timbale balik dari peserta tentang proses pembelajaran oleh guru, yaitu apakah telah menyenangkan bagi peserta didik atau tidak. Penelitian tentang sikap belajar pese didik oleh guru, juga menjadi umpan balik bagi sebagai bahan evaluasi bagi guru atas prestasinya dalam melakukan proses pembelajaran di kelas.
6. Ingatan Peserta Didik
Ingatan biasanya didefinisikan sebagai kecakal untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik memiliki beberapa ciri-ciri, yang cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dau menyimpan, dan siap untuk memproduksi kesan-kesan dicamkan tanpa perubahan (La Sulo, 1990:25).
6. Proses dalam ingatan ialah mencakup proses mencamkan, proses menyimpan, dan reproduksi Mencamkan ialah upaya untuk mempelajari, mengetahui dan memahami sesuatu. Menurut terjadinya, pencaman terbagi atas pencaman sekehendak dan. tidak sekehendak terjadi jika kita dengan sengaja sadar mencamkan sesuatu, dan pencaman tidak sekehedak terjadi jika kita memperoleh pengetahuan dengan tidak sengaja. Menyimpan ialah upaya menyimpan sesuatu yang dipelajari ke dalam memori. Agar supaya materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik dapat tersimpan dengan baik dalam memori, maka peserta didik harus elakukan cara-cara berikut: (1) mengulangi secara terus enerus mempelajari materi pelajaran, dan (2) cepat tidur setelah belajar mengurangi bercampurnya pesan baru ke alam materi pelajaran yang telah tersimpan dalam memori otak.
Jika proses menyimpan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan tersimpan dalam memori dengan baik, kegiatan reproduksi terhadap apa yang telah dipelajari juga berlangsung dengan baik. Reproduksi ialah mengingat tau membawa ke alam kesadaran tentang hal-hal yang telah dicamkan melalui kegiatan belajar. Pada diri peserta didik, proses mencamkan itu berbeda-beda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Peserta Adidik yang berinteligensi tinggi, berpengetahuan, dan berpengalaman dalam melakukan aktivitas belajar cenderung memiliki kemampuan reproduksi yang cepat. Selain itu, aktivitas reproduksi (mengingat kembali) juga dipenganihi oleh faktor kemampuan mencaman dan menyimpan pesan atau materi pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik.
7. Fantasi Peserta Didik
Fantasi ialah kesanggupan manusia untuk membentuk anggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan¬anggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak arus sesuai dengan benda-benda yang ada (Manrihu, 989:24). Fantasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam merenung dan menghayal secara pos untuk rnenemukan ide-ide baru yang inovatif dengan fantasi memungkinkan manusia menemukan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia handphone generasi ketiga yang memiliki lasilitas dan dapat dipakai untuk telekonferensi.
Mengingat manfaat produk atau kehidupan manusia sangat besar, maka peranan guru dalam menumbuhkembangkan fantasi peserta didik juga ditunda besar, agar melalui fantasi, peserta didik dapat menemuk suatu ide-ide cemerlang untuk melahirkan sesuatu yang inovatif Jika para peserta didik telah dapat melakuk fantasi secara positif, bukan tidak mungkin para pesert akan dapat menemukan suatu temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik itu sendiri di keluarganya serta bermanfaat bagi kehidupan manusia masyarakat. Temuan-temuan baru lahir dari proses peserta didik merupakan perwujudan aktualisasi diri pada diri peserta didik.
Berfantasi secara positif bagi peserta didik diperlukan, sebab melakukan proses fantasi dalam aktivitas pembelajaran, peserta didik dapat diilhami oleh berbal, gagasan atau ide-ide baru yang bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri dan masyarakat. Telah banyak pese didik yang juara dalam melakukan lomba karya ilmiah dan lomba karya inovatif produk karena hasil dari proses fantasi yang positif. Namun telah banyak pula peserta didik dan anggota masyarakat yang korban karena proses fantasi yang tidak positif. Di sinilah peranan guru, orangtua, dan masyarakat dalam membantu, membimbing melatih, dan mengarahkan serta menyalurkan proses fant anak ke arah yang positif agar bermanfaat bagi dirinnya Sekolahnya, keluarganya, dan masyarakatnya dan anak dapat menencapai taraf aktualisasi diri yang optimal dan maksimal.
8. Tanggapan Peserta Didik
Bigot (1950) mendefinisikan tanggapan sebagai tayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Sedangkan Kohnstamm (1955) mengemukakan bahwa menanggapi tidak saja menghidupkan kembali apa yang telah kita amati, tetapi juga mengantisipasi yang akan datang dan mewakili yang sekarang.
Ada beberapa hal yang terkait dengan tanggapan atau persepsi, yaitu bayangan pengiring, yaitu bayangan yang tinggal setelah kita melihat sesuatu dan bayangan identik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga mempunyai pengamatan (La Sulo, 1990:23). aktor tanggapan ini memegang peranan penting dalam aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, para guru di sekolah harus berusaha mengembangkan tanggapan peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan maksimal dan peserta didik mencapai hasil pelajar yang optimal pula.
Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. arena itu, persepsi peserta. didik digolongkan ke dalam beberapa tipe tanggapan, yaitu tipe tanggapan yang visual, uditif, gustatoris, dan alfaktoris. Keempat tipe tanggapan ada diri peserta didik tersebut harus diperhatikan dan ikembangkan oleh para pendidikan secara individual. Jika elaksanaan proses pembelajaran di kelas dilaksanakan engan memperhatikan perbedaan individu-peserta didik dalam hal tipe persepsi yang dimiliki, maka anak berkembang dengan baik.
9. Minat Belajar Peserta Didik
Minat secara umum dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek baik objek berupa benda hidup maupun benda yang hidup. Sedangkan minat belajar dapat diartikan sebagai tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dal melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat.
Jika individu atau peserta didik merasa tertarik berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan sikap dan perilaku belajar baik berupa peserta didik menunjukkan gairah yang dalam melakukan aktivitas belajar, tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar, tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup, dan sebagainya. Sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki minat belajar menunjukkan sikap dan perilaku belajar yang tidak baik pula berupa acuh tak acuh dalam belajar, aktivitas dianggap sebagai suatu beban, cepat lelah dan bosan dalam belajar, dan sebagainya.
Jika dicermati secara mendalam, antara minat motivasi merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang susah dipisahkan satu sama lain. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Peserta didik yang menunjukkan minat belajar yang tinggi, juga pasti menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, faktor pencetus munculnya motivasi belajar yang tinggi pada diri peserta didik ialah faktor sikap dan minat belajar yang tinggi pada diri peserta didik. Tidak mungkin peserta didik termotivasi belajar tinggi jika peserta didik tersebut memiliki sikap belajar dan minat belajar yang tidak tinggi pula.
Minat belajar peserta didik, juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor objek belajar; metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, sikap dan perilaku guru, media pembelajaran, fasilitas pembelajaran, lingkungan belajar, suara guru, dan lainnya. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru dalam upaya untuk menumbuh kembangkan minat belajar peserta didik.
Para calon guru dan guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang minat peserta didik sedangkan kepada para guru yang telah aktif mengajar
perlu melakukan penelitian tentang minat belajar peserta didik sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui apakah peserta didik yang diajar berminat rendah, sedang, atau tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelolanya. Dari umpan balik tentang kondisi minat belajar peserta didik tersebut, guru dapat menyempurnakan atau memperbaiki dan meningkatkan kulitas proses pembelajarannya di kelas.
Seperti halnya sikap belajar, minat belajar peserta didik juga dapat diungkap dengan menggunakan skala Likert dalam angket atau inventori. Jika menggunakan angket, pernyataan-pernyataan dalam angket mencakup beberapa opsi jawaban berupa sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sedangkan jika menggunakan inventori, opsi pilihan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam inventori mencakup opsi ya dam tidak.
10. Pengamatan Belajar Peserta Didik
Pengamatan sebagai bagian dari gejala aktivitas umum jiwa manusia memiliki kedudukan penting dalam proses pembelajaran di kelas. Sebagian besar pesan dan kesan belajar yang diperoleh oleh peserta didik di kelas adalah diproses melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat oleh mata. Pengamatan ialah suatu aktivitas jiwa untuk mengenal diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita dengan melihat, mendengar, membau, dan mencecapnya, (Manrihu, 1989:20).
Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan oleh para calon dan guru. Proses pengamatan pada dari peserta didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran di kelas dapat diketahui, dipahami, dikuasai oleh peserta didik melalui proses pengamatan, maka guru dalam mengelola proses pembelajaran sebaiknya menggunakan alat peraga yang dapat membantu pengamatan anak, baik yang bertipe visual, auditif: taktil, gustative, dan alfaktoris.
Agar proses pembelajaran di kelas dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh guru bersama peserta didik, maka guru harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dari segi tipe visual, auditif, taktil, gustative, dan alfaktoris. Dengan mengacu kepada perbedaan-perbedaan tipe pengamatan peserta didik tersebut, maka guru harus memberikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik dan melakukan proses pembelajaran di kelas dengan memperhatikan menerapkan asas perbedaan individu.
Gejala gangguan pengamatan pada diri peserta didik, juga perlu mendapat perhatian oleh para peserta didik. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di kelas adalah disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan pengamatan. Untuk mengetahui gangguan pengamatan anak didik, guru perlu melakukan kerjasama dengan dokter, psikolog, konselor, wali kelas, guru kelas, orangtua peserta didik, dan pihak terkait lainya. Hasil konsultasi dan kerjasama dengan berbagai pihak tersebut diharapkan dapat mengatasi gangguan pengamatan anak sehingga anak dapat belajar dengan baik.
11. Kepribadian Peserta Didik
Kata kepribadian berasal dari personality dalam Bahasa Inggris yang berarti tokoh dan kepribadian (Echols dan Shadily, 1990:426). Kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan kualitas dari perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir, minat, sikap, cara-cara breaksi, dan pandangan hidup individu (Woodworth dan Marquis, 1974:118).
Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru, karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik, maka guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-m¬asing peserta didik. Informasi tentang karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dapat menjadi dasar dan acuan bagi guru dalam menyusun program pembelajaran di kelas yang memperhatikan perbedaan individu-peserta didik.
Selain itu, para calon guru dan para guru harus mengetahui dan memahami tentang psikologi kepribadi dan pengetahuan tentang teori kepribadian sebagai basis dalam mengetahui dan memahami tentang kepribadi manusia umumnya dan lebih-lebih lagi kepribadian peserta didik secara khusus. Dalam psikologi kepribadian dan kepribadian akan dikaji tentang struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian. Misalnya teori Psikoanalisis dari Freud yang terkenal ini mengkaji tentang struktur, dinamika, dan perkembangan kepribadian.
Freud menyatakan bahwa struktur kepribadi manusia mencakup tiga aspek, yaitu ide sebagai aspek biologis dari kepribadian, ego sebagai aspek psikologis dari kepribadian, dan super ego sebagai aspek sosiologis dari kepribadian. Id sebagai aspek biologis dari kepribadian berisikan nafsu hidup, nafsu mati, dan tempat energi psikis. Ego sebagai aspek psikologis kepribadian berprinsip realistis, sehingga berfungsi mempersatukan kepribadian, superego yang berfungsi sesuai prinsip ideal yang mengontrol kerja id dan ego agar bekerja sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Jika Id dan ego bekerja melanggar nilai dan norma yang berlaku, maka akan mendapat hukuman dan jika tidak id dan ego mendapatkan pujian dari orang lain.
Dinamika kepribadian manusia ditentukan oleh cara id, ego, dan superego dalam menggunakan energi fisik dan psikis yang diperoleh dari makanan untuk kebutuhan psikologis dan fisiologis. Sebagai jembatan antara energi psikis dan fisik ialah id. Cara kerja id, ego, dan superego inilah yang mempengaruhi dinamika atau pergerakan, kepribadian pada diri manusia. Jika id yang bekerja dan menguasai aspek ego dan superego, maka manusia akan berperilaku seperti binatang, jika ego yang menguasai aspek id dan superego, maka manusia akan berperilaku egois atau menang sendiri, sedangkan jika superego yang menguasai aspek atau tugas kerja id dan ego, maka manusia akan berperilaku baik dan taat kepada nilai dan norma, baik norma hukum, sosial, dan agama. Disinilah peranan guru dalam mengajar dan mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang baik agar superego anak berfungsi maksimal dan optimal.
Para calon guru dan para guru juga perlu mengetahui tentang perkembangan kepribadian manusia. Pengetahuan tentang perkembangan kepribadian manusia tersebut, harus menjadi dasar bagi guru dalam melaksanakan proses pendidikan di kelas agar proses pendidikan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan perbedaan perkembangan kepribadian peserta didik. Proses pembelajaran yang disesuikan dengan perkembangan kepribadian peserta didik akan memungkinkan peserta didik dapat belajar maksimal dan optimal sesuai dengan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
12. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi dan bakat merupakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Inteligensi secara sederhana dapat diartikan sebagai "Kecerdasan". Namun, inteligensi pada hakekatnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Kemampuan berpikir manusia itu sendiri berbeda-beda, yaitu ada yang kemampuan berpikirnya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kemampuan berpikir manusia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: faktor tingkat inteligensi yang dimiliki (skor intelligence quotient) ialah berada di atas normal 110 ke atas, tingkat pengetahuan, dan pengalaman manusia. Manusia yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi cenderung kemampuan berpikirnya juga tinggi karena telah ditempa dan diterpa oleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang menuntut pemikiran.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan meningkatkan inteligensi peserta didik, para guru di sekolah harus memberikan tugas-tugas belajar yang menantang peserta didik untuk berpikir kompleks dan keritis. Selain itu, para harus memberikan banyak pengalaman yang menantang peserta didik dengan harapan peserta didik terlatih dan terbiasa untuk berpikir dalam mencari jalan keluar suatu persoalan sehingga membuahkan suatu pengalaman yang berharga bagi peserta didik.
Selain faktor inteligensi yang perlu mendapat perhatian bagi para calon guru dan para guru dalam membelajarkan peserta didik di kelas, faktor bakat juga perlu diperhatikan. Para calon guru dan para guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik agar dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan, bakat yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, mereka dapat mencapai aktualisasi diri sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Bakat didefinisikan sebagai potensi bawaan yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan. Bakat yang dibawa seseorang sejak ia dilahirkan masih belum berkembang, sehingga perlu diaktualisasikan melalui bantuan proses pendidikan di sekolah. Para guru di sekolah perlu mengetahui secara dini tentang bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didiknya sebagai acuan untuk memberikan proses pendidikan yang menunjang perkembangan bakat anak.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengetahui bakat pada diri peserta didik ialah dengan melakukan tes bakat pada anak didik dan mengobservasi kemampuan dan keterampilan menonjol yang diperlihatkan anak melalui aktivitas dan perilaku di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Sebagai contoh jika guru di sekolah mengamati anak didiknya senang bermain dan belajar dengan angka-angka atau dengan hitungan, maka ini suatu pertanda bahwa anak didik tersebut memiliki bakat angka¬-angka (bakat) numerical, sehingga bakat tersebut perlu diaktualisasikan dengan merekomendasikan anak tersebut untuk giat belajar matematika, les privat matematika, dan memasuki jurusan matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain bakat numerikal yang terdapat pada peserta didik, juga berbagai jenis bakat yang lain dapat dimiliki oleh peserta didik. Misalnya bakat seni, (seni suara, seni musik, seni tari, seni drama, dan lainnya); bakat olahraga, seperti sepak bola, tinju, sepak takraw, renang, bulu tangkis, dan lainnya; bakat intelektual seperti peserta didik yang memiliki potensi akademik yang tinggi dan kemampuan berpikir dan mencari pemecahan masalah kompleks secara intelek. Masih banyak lagi jenis-jenis bakat yang lain, seperti bakat klerikal atau bakat ketatausahaan, bakat mekanik, bakat teknik, dan sebagainya.
Kesemua jenis jenis bakat tersebut perlu diidentifikasi, dipahami, dan ditumbuh kembangkan oleh para guru di sekolah dengan kerjasama dengan pihak lain yang kompeten dan terkait, misalnya pihak petugas/konselor bimbingan dan konseling sekolah, ahli ilmu jiwa (psikolog), dan tenaga ahli lainnya yang tekait. Hasil identifikasi dan pengetahuan dan pemahaman tentang bakat peserta didik akan menjadi dasar bagi para guru dan semua pihak terkait lainnya dalam menumbuh kembangkan dan dalam mengaktualisasikan bakat peserta didik dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah (proses pendidikan), masyarakat. Melalui aktualisasi bakat oleh para peserta didik yang berbakat diharapkan sumberdaya tersebut melahirkan aktivitas dan hasil karya yang kreatif, inovatif dan produktif demi untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU
0 Komentar untuk "AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar