Mazhab Muktazilah dan Eksistensinya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosof daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan muji’ah atau orang mukmin yang berdosa besar.
Orang yang pertama membina aliran mu’tazilah adalah Wasil ibn Ata’. Sebagai dikatakan al-Mas’udi, ia adalah Syaikh al-Mu’tazilah wa qadilmuha yaitu kepala mu’tazilah yang tertua, ia lahir tahun 81 H di Madinah dan meninggal tahun 131 H.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan ajaran tentang keadilan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran dasar teologi muktazilah!
C. Tujuan Pembahasan
1. Beberapa ajaran-ajaran tentang keadilan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran dasar teologi mu’tazilah:
Yaitu: Perbuatan manusia, manusia benar-benar bebas menentukan pilihan perbuatannya baik atau buruk, berbuat baik dan terbaik, Tuhan tidak mungkin berbuat jahat kepada manusia karena akan menimbulkan kesan tuhan penjahat dan penganiaya, hal ini sangat tidak layak bagi Tuhan, mengutus rasul salah satunya adalah Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul dan Suasana Lahirnya Mu’tazilah
Mu’tazilah secara harfiah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri yang berarti menjauhkan diri.
Secara teknis, istilah Mu’tazilah menunjuk pada dua golongan:
Golongan Pertama, muncul sebagai respon politik murni, golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Talib dan lawan-lawannya, terutama Mu’awiyah, Aisyah dan Abdullah bin Zubair. Golongan inilah yang mula-mula di sebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khalifah.
Golongan Kedua, muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang dikalangan khawarij dan murji’ah akibat adanya peristiwa tahkim, golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan khawarij dan murjiah tentang pemberian status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
Yang jelas ialah bahwa nama mu’tazilah sebagai aliran teologi rasional dan liberal dalam Islam timbul sesudah peristiwa wasil dengan Hasan Al-Basri.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa orang yang pertama membina aliran Mu’tazilah adalah wasil ibn Ata’. Sebagai dikatakan Al-Mas’ud, ia adlaah Yaikh Al-Mu’tazilah yang tertua ia lahir tahun 81 H di Madinah dan meninggal tahun 131 H.
B. Ajaran-Ajaran Mu’tazilah
1) At-Tauhid
Mu’tazilah meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada satupun yang menyamainya, karena dialah yang kodim artinya itu telah mendahulukan Tuhan. Ajaran Tauhid Mu’tazilah menjelaskan tidak ada satu pun yang dapat menyamainya begitu sebaliknya Tuhan tidak serupa dengan makhluknya. Bagi Mu’tazilah tidak dapat diterima oleh akal dan itu adalah mustahil.
2) Al-Adl
Paham Mu’tazilah tentang keadilan bahwa Tuhan Maha Adil karena Tuhan Maha Sempurna, dia sudah pasti adil. Tuhan di pandang adil apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik dan buka yang tidak baik.
Ajaran tentang keadilan ini berkaitan erat dengan beberapa hal antara lain.
a. Perbuatan Manusia
Manusia menurut Mu’tazilah, melakukan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan baik secara langsung atau tidak. Manusia benar-benar bebas untuk menentukan pilihan perbuatannya baik atau buruknya dan Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan yang buruk.
b. Perbuatan Baik dan Terbaik
Dalam istilah arabnya ash shalah wa al ashlah. Maksudnya kewajiban Tuhan unruk berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Tuhan tidak mungkin berbuat jahat kepada manusia, karena akan menimbulkan kesan Tuhan penjahat dan penganiaya. Hal ini sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan.
c. Mengutus Rasul
Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena:
• Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka
• Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada manusia (Q.S. Asy-syu’ara: 26)
• Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. Agar tujuan ini berhasil maka Allah harus mengutus rasul
3) Al-Wa’d wa al-wa’id
Ajaran ini erat hubungannya dengan ajaran yang kedua Al-wa’d wa al-wa’id berarti janji dan ancaman. Perbuatan Tuhan terikat dengan janjinya memberi pahala dan surga kepada orang yang berbuat kebaikan dan pembalasan nereka bagi yang berbuat kejahatan. Ajaran ini sesuai dengan prinsip keadilan, siapapun yang berbuat baik pasti akan di balas dengan kebaikan dan perbuatan jahat akan di balas dengan siksaan kecuali bagi orang yang bertobat Nasuha.
4) Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain
Menurut pandangan Mu’tazilah pelaku dosa besar tiak dapat dikatakan sebagai mukmin secara mutlak. Hal ini karena keimanan menurut adanya kepatuhan kepada Allah, tidak cukup dengan hanya pengakuan dan pembenaran. Namun pelaku juga tidak dapat dikatakan kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, Rasulnya dan mengerjakan pekerjaan baik. Orang fasik pun tidak dimasukkan ke dalam neraka hanya saja siksaannya lebih ringan dari siksaan orang kafir.
5) Al-Amr bi Al-Ma’rufwa An-Nahyan Munkar
Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan konsekuensi legis dari keimanan seseorang. Seorang yang mengaku beriman hars juga mengajak menjauhi perbuatan mungkar/mencegahnya dari kejahatab.
C. Pemikiran dan Filsafat Aliran Mu’tazilah
Dalam membahas soal keadilan Tuhan, Abu Al-Huzail berpendapat bahwa Tuhan berkuasa untuk bersikap zalim, tetapi mustahil Tuhan bersikap zalim, karena itu membawa kepada kurang sempurnanya sifat tuhan. Kemudian seorang pemimpin Mu’tazilah lain adalah Mu’ammar ibn’Abbad dia berpendapat bahwa yang diciptakan Tuhan hanyalah benda-benda materi adapun al-a’rad adalah kreasi benda-benda materi itu sendiri, seperti pembakaran api atau seperti berkumpul dan berpisah yang dilakukan oleh binatang.
Menurut Hasim ‘abd al-salam berpendapat bahwa Tuhan tak akan dapat dilihat manusia dengan mata kepalanya di akhirat kelak. Begitu juga mengenai peniadaan sifat Tuhan, al-Jubba’i ia berpendapat bahwa Tuhan mengetahui tidak pula tidak pada keadaan mengetahui.
Sedangkan Abu Musa al-Mundar juga berpendapat juga bahwa perbuatan-perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan tetapi diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Ia juga mengatakan bahwa Tuhan tak dapat dilihat manusia dengan mata kepalanya.
Al-Khayyat dalam membahas soal sifat, berpendapat bahwa kehendak bukanlah sifat yang melekat pada zat Tuhan dan Tuhan berkehendak bukan melalui zatnya.
Jika dikatakan Tuhan berkehendak itu berarti bahwa ia mengetahui, berkuasa dan tidak dipaksa melakukan perbuatan-perbuatannya.
Dan dia mengatakan orang yang diakui menjadi pengikut atau penganut mu’tazilah, hanyalah orang yang mengakui dan menerima ke lima dasar itu, yaitu Al-Tauhid, Al-‘Adl, Al Wa’d wa Al-wa’id, al-Mancilah bain al-manzilatain dan al-‘Amr bi al-Ma’ruf wa al-Hahy ‘an al-Munkar.
D. Tokoh-Tokoh dan Sekte-Sekte Mu’tazilah
1) Washil bin Atha
Washil bin Atha adalah seorang ulama yang terkenal saleh, takwa, wara’ (orang yang berhati-hati).
2) Abu Huzail Al-Allaf (135-235 H / 753 – 840 M)
3) Umar bin Ubaid (W 144 H)
4) Ibrahim bin Sayyar An-Nazm (W 231 H)
5) Muammar bin Abbas As-Salmani (W 220 H)
6) Abu Qasyar Al-Marisi (W. 218 H)
7) Usman Az-Zahizh (W. 255 H)
Dan Masih banyak lagi yang lainnya.
Bani Umayyah termasuk dalam salah satu golongan yang bertentangan dengan kaum khawarij dan yang dipandang oleh kaum mu’tazilah sebagai orang berdosa besar dan akan kekal dalam neraka. Golongan Mu’tazilah kedua timbul dari orang-orang yang mengasingkan diri untuk ilmu pengetahuan dan ibadat dan bukan dari golongan Mu’tazilah yang dikatakan merupakan aliran politik. Selain dengan nama Mu’tazilah golongan ini juga dikenal dengan nama-nama lain. Mereka sendiri selalu menyebut golongan mereka sebagai Alh al-Adl dalam arti golongan yang mempertahankan keadilan Tuhan. Dan juga Ahl Al-Tauhid wa al- ‘Adl golongan yang mempertahankan keesaan murni dan keadilan Tuhan.
E. Kemunduran Golongan Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murjiah. Dan pada awal perkembangannya aliran ini kurang mendapat simpati dari masyarakat Islam. Terutama masyarakat awam karena sulit memahami ajaran mu’tazilah yang bersifat rasional serta dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sahabat.
BAB III
KESIMPULAN
Mu’tazilah secara harfiah berasal dari kata I’tazala yang berarti terpisah atau memisahkan diri yang berarti menjauhkan diri. Aliran Mu’tazilah muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar khawarij dan murjiah mengenai persoalan orang mu’min yang berbuat dosa. Lima ajaran dasar teologi mu’tazilah adalah:
- At Tauhid, Mu’tazilah meyakini Allah Maha Esa dan merupakan zat yang unik dan tidak ad ayang menyerupai. Dan ajaran ini menjelaskan tidak ada satupun yang menyamainya begitu sebaliknya Tuhan tidak serupa dengan makhluknya. Bagi Mu’tazilah tidak dapat di terima oleh akal dan itu adlaah mustahil.
- Al-Adl, paham Mu’tazilah tentang keadilan membawa pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil berbuat zalim kepada hambanya.
- Al-Wa’da wa al waid, ajaran ini erat hubungannya dengan ajaran yang kedua. Tuhan terkait dengan janjinya memberi pahala dan surga kepada orang yang berbuat kebaikan begitu sebaliknya.
- Al-Manzilah baik al Mancilatain, menurut pandangan Mu’tazilah pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai mu’min secara mutlak. Hal ini karena keimanan menurut adanya tuhan kepada Allah, tidak cukup hanya dengan pengakuan dan pembenarannya.
- Al-Amr bial Ma’ruf wa an ahi an Mungkar, anjuran untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan munkar dalam faham Mu’tazilah ini benar-benar harus dilaksanakan meskipun dengan jalan kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Harun Nasution, Jakarta: Universitas Indonesia (UI). 1986
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosof daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan muji’ah atau orang mukmin yang berdosa besar.
Orang yang pertama membina aliran mu’tazilah adalah Wasil ibn Ata’. Sebagai dikatakan al-Mas’udi, ia adalah Syaikh al-Mu’tazilah wa qadilmuha yaitu kepala mu’tazilah yang tertua, ia lahir tahun 81 H di Madinah dan meninggal tahun 131 H.
B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan ajaran tentang keadilan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran dasar teologi muktazilah!
C. Tujuan Pembahasan
1. Beberapa ajaran-ajaran tentang keadilan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran dasar teologi mu’tazilah:
Yaitu: Perbuatan manusia, manusia benar-benar bebas menentukan pilihan perbuatannya baik atau buruk, berbuat baik dan terbaik, Tuhan tidak mungkin berbuat jahat kepada manusia karena akan menimbulkan kesan tuhan penjahat dan penganiaya, hal ini sangat tidak layak bagi Tuhan, mengutus rasul salah satunya adalah Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Usul dan Suasana Lahirnya Mu’tazilah
Mu’tazilah secara harfiah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri yang berarti menjauhkan diri.
Secara teknis, istilah Mu’tazilah menunjuk pada dua golongan:
Golongan Pertama, muncul sebagai respon politik murni, golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Talib dan lawan-lawannya, terutama Mu’awiyah, Aisyah dan Abdullah bin Zubair. Golongan inilah yang mula-mula di sebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khalifah.
Golongan Kedua, muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang dikalangan khawarij dan murji’ah akibat adanya peristiwa tahkim, golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan khawarij dan murjiah tentang pemberian status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
Yang jelas ialah bahwa nama mu’tazilah sebagai aliran teologi rasional dan liberal dalam Islam timbul sesudah peristiwa wasil dengan Hasan Al-Basri.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa orang yang pertama membina aliran Mu’tazilah adalah wasil ibn Ata’. Sebagai dikatakan Al-Mas’ud, ia adlaah Yaikh Al-Mu’tazilah yang tertua ia lahir tahun 81 H di Madinah dan meninggal tahun 131 H.
B. Ajaran-Ajaran Mu’tazilah
1) At-Tauhid
Mu’tazilah meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada satupun yang menyamainya, karena dialah yang kodim artinya itu telah mendahulukan Tuhan. Ajaran Tauhid Mu’tazilah menjelaskan tidak ada satu pun yang dapat menyamainya begitu sebaliknya Tuhan tidak serupa dengan makhluknya. Bagi Mu’tazilah tidak dapat diterima oleh akal dan itu adalah mustahil.
2) Al-Adl
Paham Mu’tazilah tentang keadilan bahwa Tuhan Maha Adil karena Tuhan Maha Sempurna, dia sudah pasti adil. Tuhan di pandang adil apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik dan buka yang tidak baik.
Ajaran tentang keadilan ini berkaitan erat dengan beberapa hal antara lain.
a. Perbuatan Manusia
Manusia menurut Mu’tazilah, melakukan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan baik secara langsung atau tidak. Manusia benar-benar bebas untuk menentukan pilihan perbuatannya baik atau buruknya dan Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan yang buruk.
b. Perbuatan Baik dan Terbaik
Dalam istilah arabnya ash shalah wa al ashlah. Maksudnya kewajiban Tuhan unruk berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Tuhan tidak mungkin berbuat jahat kepada manusia, karena akan menimbulkan kesan Tuhan penjahat dan penganiaya. Hal ini sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan.
c. Mengutus Rasul
Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena:
• Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka
• Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada manusia (Q.S. Asy-syu’ara: 26)
• Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. Agar tujuan ini berhasil maka Allah harus mengutus rasul
3) Al-Wa’d wa al-wa’id
Ajaran ini erat hubungannya dengan ajaran yang kedua Al-wa’d wa al-wa’id berarti janji dan ancaman. Perbuatan Tuhan terikat dengan janjinya memberi pahala dan surga kepada orang yang berbuat kebaikan dan pembalasan nereka bagi yang berbuat kejahatan. Ajaran ini sesuai dengan prinsip keadilan, siapapun yang berbuat baik pasti akan di balas dengan kebaikan dan perbuatan jahat akan di balas dengan siksaan kecuali bagi orang yang bertobat Nasuha.
4) Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain
Menurut pandangan Mu’tazilah pelaku dosa besar tiak dapat dikatakan sebagai mukmin secara mutlak. Hal ini karena keimanan menurut adanya kepatuhan kepada Allah, tidak cukup dengan hanya pengakuan dan pembenaran. Namun pelaku juga tidak dapat dikatakan kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, Rasulnya dan mengerjakan pekerjaan baik. Orang fasik pun tidak dimasukkan ke dalam neraka hanya saja siksaannya lebih ringan dari siksaan orang kafir.
5) Al-Amr bi Al-Ma’rufwa An-Nahyan Munkar
Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan konsekuensi legis dari keimanan seseorang. Seorang yang mengaku beriman hars juga mengajak menjauhi perbuatan mungkar/mencegahnya dari kejahatab.
C. Pemikiran dan Filsafat Aliran Mu’tazilah
Dalam membahas soal keadilan Tuhan, Abu Al-Huzail berpendapat bahwa Tuhan berkuasa untuk bersikap zalim, tetapi mustahil Tuhan bersikap zalim, karena itu membawa kepada kurang sempurnanya sifat tuhan. Kemudian seorang pemimpin Mu’tazilah lain adalah Mu’ammar ibn’Abbad dia berpendapat bahwa yang diciptakan Tuhan hanyalah benda-benda materi adapun al-a’rad adalah kreasi benda-benda materi itu sendiri, seperti pembakaran api atau seperti berkumpul dan berpisah yang dilakukan oleh binatang.
Menurut Hasim ‘abd al-salam berpendapat bahwa Tuhan tak akan dapat dilihat manusia dengan mata kepalanya di akhirat kelak. Begitu juga mengenai peniadaan sifat Tuhan, al-Jubba’i ia berpendapat bahwa Tuhan mengetahui tidak pula tidak pada keadaan mengetahui.
Sedangkan Abu Musa al-Mundar juga berpendapat juga bahwa perbuatan-perbuatan manusia bukanlah diciptakan Tuhan tetapi diwujudkan oleh manusia itu sendiri. Ia juga mengatakan bahwa Tuhan tak dapat dilihat manusia dengan mata kepalanya.
Al-Khayyat dalam membahas soal sifat, berpendapat bahwa kehendak bukanlah sifat yang melekat pada zat Tuhan dan Tuhan berkehendak bukan melalui zatnya.
Jika dikatakan Tuhan berkehendak itu berarti bahwa ia mengetahui, berkuasa dan tidak dipaksa melakukan perbuatan-perbuatannya.
Dan dia mengatakan orang yang diakui menjadi pengikut atau penganut mu’tazilah, hanyalah orang yang mengakui dan menerima ke lima dasar itu, yaitu Al-Tauhid, Al-‘Adl, Al Wa’d wa Al-wa’id, al-Mancilah bain al-manzilatain dan al-‘Amr bi al-Ma’ruf wa al-Hahy ‘an al-Munkar.
D. Tokoh-Tokoh dan Sekte-Sekte Mu’tazilah
1) Washil bin Atha
Washil bin Atha adalah seorang ulama yang terkenal saleh, takwa, wara’ (orang yang berhati-hati).
2) Abu Huzail Al-Allaf (135-235 H / 753 – 840 M)
3) Umar bin Ubaid (W 144 H)
4) Ibrahim bin Sayyar An-Nazm (W 231 H)
5) Muammar bin Abbas As-Salmani (W 220 H)
6) Abu Qasyar Al-Marisi (W. 218 H)
7) Usman Az-Zahizh (W. 255 H)
Dan Masih banyak lagi yang lainnya.
Bani Umayyah termasuk dalam salah satu golongan yang bertentangan dengan kaum khawarij dan yang dipandang oleh kaum mu’tazilah sebagai orang berdosa besar dan akan kekal dalam neraka. Golongan Mu’tazilah kedua timbul dari orang-orang yang mengasingkan diri untuk ilmu pengetahuan dan ibadat dan bukan dari golongan Mu’tazilah yang dikatakan merupakan aliran politik. Selain dengan nama Mu’tazilah golongan ini juga dikenal dengan nama-nama lain. Mereka sendiri selalu menyebut golongan mereka sebagai Alh al-Adl dalam arti golongan yang mempertahankan keadilan Tuhan. Dan juga Ahl Al-Tauhid wa al- ‘Adl golongan yang mempertahankan keesaan murni dan keadilan Tuhan.
E. Kemunduran Golongan Mu’tazilah
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murjiah. Dan pada awal perkembangannya aliran ini kurang mendapat simpati dari masyarakat Islam. Terutama masyarakat awam karena sulit memahami ajaran mu’tazilah yang bersifat rasional serta dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasul dan Sahabat.
BAB III
KESIMPULAN
Mu’tazilah secara harfiah berasal dari kata I’tazala yang berarti terpisah atau memisahkan diri yang berarti menjauhkan diri. Aliran Mu’tazilah muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar khawarij dan murjiah mengenai persoalan orang mu’min yang berbuat dosa. Lima ajaran dasar teologi mu’tazilah adalah:
- At Tauhid, Mu’tazilah meyakini Allah Maha Esa dan merupakan zat yang unik dan tidak ad ayang menyerupai. Dan ajaran ini menjelaskan tidak ada satupun yang menyamainya begitu sebaliknya Tuhan tidak serupa dengan makhluknya. Bagi Mu’tazilah tidak dapat di terima oleh akal dan itu adlaah mustahil.
- Al-Adl, paham Mu’tazilah tentang keadilan membawa pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil berbuat zalim kepada hambanya.
- Al-Wa’da wa al waid, ajaran ini erat hubungannya dengan ajaran yang kedua. Tuhan terkait dengan janjinya memberi pahala dan surga kepada orang yang berbuat kebaikan begitu sebaliknya.
- Al-Manzilah baik al Mancilatain, menurut pandangan Mu’tazilah pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai mu’min secara mutlak. Hal ini karena keimanan menurut adanya tuhan kepada Allah, tidak cukup hanya dengan pengakuan dan pembenarannya.
- Al-Amr bial Ma’ruf wa an ahi an Mungkar, anjuran untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan munkar dalam faham Mu’tazilah ini benar-benar harus dilaksanakan meskipun dengan jalan kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Harun Nasution, Jakarta: Universitas Indonesia (UI). 1986
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
Labels:
Makalah
Thanks for reading Mazhab Muktazilah dan Eksistensinya. Please share...!
0 Komentar untuk "Mazhab Muktazilah dan Eksistensinya"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar