Daftar Isi
Daftar Isi..................................................................................................... 2
Kata Pengantar........................................................................................... 4
Merubah Paradigma Salah........................................................................ 7
1. Pembaharuan Dalam Tuntunan Sunnah............................................7
Seorang Muslim Selalu Dituntut Berbuat Untuk Agama dan
Dunianya
.................................................................................................13
Siapa yang Telah Melakukan Pembaharuan? ...........................................14
Kapan Terjadinya Pembaharuan ................................................................22
Siapa Yang Menjadi Obyek Pembaharuan? ..............................................24
Apa Agama Masyarakat Yang Menjadi Target Pembaharuan?...............25
Makna Pembaharuan ..................................................................................26
Pembaharuan Dari Segi Keimanan ............................................................32
Urgensi Keimanan Dalam Kehidupan Kita................................................33
Kita Membutuhkan Pendidikan Keimanan ...............................................34
2. Ijtihad Dan Pembaharuan: Antara Standar Menurut Syari'at
Islam dan Tuntutan Zaman .............................................................. 36
Tertutupnya Pintu Ijtihad............................................................................39
Ruang Lingkup Ijtihad Ada Dua.................................................................42
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan..............................................................43
3. Islam Dan Kemajuan......................................................................... 55
Sikap Manusia Terhadap Perkembangan/Kemajuan...............................56
Kapan Masyarakat Islam Menghadapi Bahaya.........................................63
Mereka yang Mendewa-Dewakan Kemajuan Zaman Tidak Memiliki
Sikap Tertentu .........................................................................................64
4. Kedudukan Manusia Dalam Islam................................................... 66
Pembicaraan Tentang Pemikiran dan Arus Baru...................................76
1. Harus Ada Standar yang Dijadikan Tempat Merujuk.................... 76
Aliran, Kepercayaan Atau Agama yang Baru?..........................................82
Umat Ini Tidak Akan Musnah ....................................................................90
Karakteristik Satu-Satunya .........................................................................91
Page 3
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 3
Raksasa yang Berguncang ....................................................................... 96
1. Harapan Umar Atau Kebutuhan Kita pada Para Pejuang.............. 97
2. Kekuatan yang Tidak Terkalahkan ............................................... 102
3. Apakah Kita Beriman? .................................................................... 109
4. Tidak Ada Jalan Lain .......................................................................117
5. Islam: Seruan Untuk Menuntut Ilmu Dan Maju .......................... 121
Mereka yang Dengki Terhadap Islam..................................................... 122
Bebas Tuduhan Bila Tidak Ada Bukti...................................................... 122
Orang-orang yang Mencari Pembebasan dari Aib................................ 123
Solusi Islam: Menyeru Pada Dialog Ilmiah............................................. 124
Agama yang Benar Tidak Menentang Perkembangan .......................... 125
6. Perangilah Buta Huruf .................................................................... 127
Page 4
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 4
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah sepenuh langit dan bumi, sepenuh yang
dikehendaki Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tercurah atas penutup
para nabi dan rasul, Muhammad Saw, juga tercurahkan pada keluarga,
para sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga
hari kiamat.
Pembahasan dan makalah-makalah yang terdapat di dalam buku ini
ditulis dalam rentang waktu yang cukup berjauhan serta tersebar di
beberapa majalah yang berbeda-beda1.
Sebagian makalah ada yang tidak pernah terlupakan dari ingatanku.
Karena makalah-makalah tersebut ditulis, setelah saya bebas dari penjara
perang, di musim panas tahun 1956 M. Tulisan-tulisan itu dimuat dalam
majalah Mimbar Islam yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Agama,
Departemen Wakaf Mesir.
Saya mengenakan nama Yusuf Abdullah dalam tulisan-tulisan itu.
Karena tulisan dengan menggunakan nama Yusuf Qardhawi, akan
mengundang pihak investigasi menghalangi langkah saya setiap saat. Pada
saat itu, saya dilarang untuk melakukan tugas pemerintahan di segala
bidang yang berhubungan dengan masyarakat. Seperti mengajar dan
dakwah, dua bidang yang merupakan keahlian saya.
Pada suatu ketika, saya datang untuk mengajar di Al-Azhar. Nama saya
merupakan nama yang berada dalam urutan pertama daftar nama dosen
pengajar. Nama saya terletak di dalam daftar nama dosen dari tiga fakultas
di Al-Azhar, yaitu fakultas Ushuluddin, Syari'at dan bahasa Arab. Namun
ketika nama-nama itu diajukan, pihak investigasi menghapus nama saya
dari daftar nama dosen pengajar.
Inilah yang mendorong saya untuk tidak mencantumkan nama yang
sebenarnya secara terang-terangan sehingga tidak menjadi perhatian
pihak-pihak yang menunggu kesempatan.
Di departemen agama urusan wakaf terdapat seorang pegawai
administrasi yang bernama Yusuf Abdullah. Makalah pertama yang
pertama berjudul “Harapan Umar”. Makalah ini telah tersebar atas nama
Yusuf Abdullah. Sementara itu Yusuf Abdullah menyangka bahwa salah
seorang syaikh seperti Syaikh Al-Ghazali atau Syaikh Sayyid Sabiq menulis
makalah atas namanya untuk kepentingan syaikh tersebut. Kemudian
syaikh tersebut memberikan upah penulisan itu padanya. Yusuf Abdullah
benar-benar pergi untuk mengambil upah tersebut. Hampir saja, Yusuf
Abdullah memperoleh upah tersebut, jika tidak ada sahabatnya yang
1 Diantaranya terdapat tulisan dan dipublikasikan lebih dari 30 tahun yang lalu.
Page 5
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 5
memberi tahukan duduk perkara yang sebenarnya. Dia diberitahu siapa
nama penulis makalah yang sesungguhnya.
Begitulah, hampir saja upah penulisan sebesar 5 Junaih berpindah ke
tangan orang lain. 5 Junaih pada saat itu, merupakan jumlah uang yang
cukup banyak bagi saya.
Saya tidak tahu mengapa berbagai buah pikiran ini terus berputar di
dalam kepala. Saya juga tidak tahu mengapa harus menulis ini semua? Saya
cuma berharap semua ini merupakan nasihat, pelajaran, peringatan untuk
diri sendiri dan semua orang. Allah telah memerintahkan kita untuk
mengingat malapetaka dan cobaan di masa lalu untuk dibandingkan
dengan karunia di saat ini. Oleh karenanya, saya mengingat berbagai
nikmat dan karunia Allah dan bersyukur atas seluruh nikmat yang telah
diberikan oleh-Nya.
Allah Swt telah mengingatkan rasul-Nya dan orang-orang beriman
yang bersama beliau di Madinah dengan masa lampau mereka sewaktu
masih di kota Mekkah. Allah berfirman,
(#ÿρãà2øŒ$#uρ
øŒÎ)
óΟçFΡr&
×≅‹Î=s%
tβθàyèôÒtGó¡•Β
’Îû
ÇÚö‘F{$#
šχθèù$sƒrB
βr&
ãΝä3x©Üy‚tGtƒ
â¨$¨Ζ9$#
öΝä31uρ$t↔sù
Νä.y‰−ƒr&uρ
⎯ÍνÎóÇuΖÎ/
Λäls%y—u‘uρ
z⎯ÏiΒ
ÏM≈t6Íh‹©Ü9$#
öΝà6¯=yès9
tβρãä3ô±s?
∩⊄∉∪
“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah
sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-
orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik
agar kamu bersyukur.” (Al-Anfal (8):26)
Walau zaman telah berubah, tempat dan keadaan penulisan telah
berganti, namun kata-kata ini bersumber dari mata air yang satu, yaitu
Islam yang universal dan seimbang, Islam yang kuat dan tidak membuat
penganutnya menjadi putus asa serta pesimis. Islam yang terus melawan
dan tidak membuang senjatanya. Sehingga mata air ini membuat cita-cita
kaum muslimin menjadi semakin panjang, luas dan dalam.
Semua cita-cita itu -baik dulu maupun sekarang- mengarah pada satu
tujuan:
Ikut berperan serta dalam mewujudkan kebangkitan Islam yang
sesungguhnya. Kebangkitan yang berbeda lantaran petunjuk, kematangan
dan mendapatkan cahaya dari-Nya. kebangkitan akal yang cerdas, hati
yang bersih dan kekuatan niat yang masih segar. Kebangkitan yang
mengetahui tujuannya, jalan untuk mencapainya. Kebangkitan yang
mengetahui buah atau hasil yang akan diperolehnya. Namun, kebangkitan
Page 6
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 6
ini juga mengetahui akibat atau bahaya yang akan menimpanya.
Kebangkitan yang mengetahui siapa kawan dan siapa lawannya.
Kebangkitan yang berbuat untuk memperbarui agama dan
membangkitkan dunia. Kebangkitan yang mengkoreksi berbagai
pemahaman yang keliru, meluruskan jalan yang bengkok, menyadarkan
akal yang tidur. Kebangkitan yang menggerakkan kehidupan yang statis,
meniupkan ruh di dalam mayat, sehingga kembali hidup, bergerak dan
berkembang.
Alhamdulillah sekarang, kita sudah melihat tanda-tanda kebangkitan
itu. Kebangkitan yang sebelumnya adalah sesuatu yang tidak jelas di mata
banyak orang.
Alhamdulillah mari kita panjatkan kepada Allah atas berbagai jasa yang
telah dilakukan oleh para ulama, syuhada, da’i dan reformis. Semua usaha
mereka tidak akan sia-sia. Dengan izin Allah, buahnya telah kita rasakan
sekarang. Maha Benar Allah dengan firman-Nya,
öΝs9r&
ts?
y#ø‹x.
z>uŸÑ
ª!$#
WξsWtΒ
ZπyϑÎ=x.
Zπt6ÍhŠsÛ
;οtyft±x.
Bπt7Íh‹sÛ
$yγè=ô¹r&
×MÎ/$rO
$yγããösùuρ
’Îû
Ï™!$yϑ¡¡9$#
∩⊄⊆∪
þ’ÎA÷σè?
$yγn=à2é&
≅ ä.
¤⎦⎫Ïm
ÈβøŒÎ*Î/
$yγÎn/u‘
3
ÛUÎôØo„uρ
ª!$#
tΑ$sWøΒF{$#
Ĩ$¨Ψ=Ï9
óΟßγ¯=yès9
šχρã2x‹tGtƒ
∩⊄∈∪
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.” (Ibrahim (14):24-25)
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Allah yang memiliki
karunia agung yang telah menjadikan kebangkitan hari ini lebih baik dari
kemarin. Semoga Allah menjadikan kebangkitan esok hari lebih baik dari
kebangkitan hari ini. Semoga Ya Allah, Aaamiin.
$uΖ−/u‘
ö≅¬7s)s?
!$¨ΨÏΒ
(
y7¨ΡÎ)
|MΡr&
ßìŠÏϑ¡¡9$#
ÞΟŠÎ=yèø9$#
∩⊇⊄∠∪
"Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah
(2):127)
Dr. Yusuf Qardhawi
Page 7
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 7
Merubah Paradigma Salah
1. Pembaharuan Dalam Tuntunan Sunnah
Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah bersabda,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim
seseorang yang menjadi seorang pembaharu dalam agamanya
(Islam).2"
Abu Dawud menyebutkan hadits ini di dalam Permulaan Kitab Al-
Malahim, bab Maa Yudzkaru fi qarni Al-Mi'ah.3
Sanad Hadits
Abu Dawud berkata, "Sulaiman bin Dawud Al-Mahri telah
menyampaikan kepada kami, dia berkata, "Ibnu Wahab mengabarkan
kepada kami, dia berkata, "Sa'id bin Abu Ayyub telah mengabarkan
kepadaku dari Syarahil bin Yazid Al-Ma'afiri dari Abu 'Alqamah dari Abu
Hurairah ra. –sepanjang sepengetahuanku- dari Rasulullah, beliau
bersabda, "seperti hadits di atas."
Abu Dawud berkata, "Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdurrahman
bin Syuraih Al-Iskandarani. Perawi Syarahil menilai Abdurrahman bin
Syuraih Al-Iskandari telah memauqufkan hadits ini."
Al-Mundziri di dalam Al-Mukhtashar As-Sunan (no. 4123)
mengatakan, "Abdurrahman bin Syuraih Al-Iskandarani merupakan perawi
yang dapat dipercaya (tsiqah). Imam Bukhari dan Muslim sepakat
menggunakan hadits yang diriwayatkan perawi ini sebagai hujjah/dalil."
Al-Mundziri mengkategorikan hadits ini sebagai hadits mu'dhal4, yaitu
perawi ini telah menggugurkan dua orang perawi yaitu Abu 'Alqamah dan
Abu Hurairah. Maka yang dikatakan sebagai hadits mu'dhal adalah
gugurnya dua orang perawi secara berurutan dari sebuah sanad.
2 HR Abu Dawud dalam sunannya dengan no. hadits 4270, HR Hakim di dalam Al-Mustadrak di
dalam Al-Fitan (4:522), HR Baihaqi dalam "Ma'rifah As-Sunan wal Aatsar" hal. 52, HR Al-Khatib dalam
Tarikh Al-Baghdad 61:2. Hal ini juga disebutkan AlBani di dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 599. Hadits
ini juga dihubungkan dengan Abu Amru Ad-Dani di dalam Al-Fitan( dalam shahih Al-Jami' Ash-
Shaghir 1874 cet. kedua – Al-Maktab Al-Islami. Al-Harwi dalam Dzam Al-Kalam dan dalam tanggapan
Syaikh Muhammad Zakaria Yahya Al-Kandahlawi atas "Badzlul Majhuud fi Halli Abu Dawud. Dikutip
dari mantan budak kami Abdul Hayyi bahwa hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Sufyan,
Bazzar, Thabrani di dalam Al-Ausath dan Abu Na'im di dalam Al-Hilyah dan lain sebagainya.
3 Dia (Abu Dawud) berkata di dalam Badzlul Majhud juz 17/201 yaitu dalam rentang selama 100
tahun itu telah banyak terjadi hal-hal bid'ah, sehingga di penghujung 100 tahun Allah mengirim
seorang pembaharu.
4 Mukhtashar As-Sunan karya Mundziri juz 6/163, cet. Al-Maktabah Al-Atsariyyah di Lahore,
Pakistan dicopi dari cet. keenam Al-Muhammadiyyah Mesir dengan seorang peneliti Muhammad
Hamid Al-Fiqi
Page 8
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 8
Pendapat Abu Dawud di atas tidak membuat hadits ini menjadi cacat.
Walaupun hadits yang diriwayatkan melalui Abdurrahman dikategorikan
sebagai hadits mu'dhal, namun hadits yang diriwayatkan melalui Sa'id bin
Abu Ayyub adalah hadits yang bersambung (washalahu) dan bersandar
(asnadahu). Sehingga sanad yang diriwayatkan melalui Sa'id bin Abu
Ayyub lebih dari sekedar tsiqah (dapat dipercaya). Hadits dengan sanad ini
dapat diterima. Di samping itu, perawi Sa'id bin Abu Ayyub termasuk
perawi yang diakui di dalam ushulul hadits.
Sanad hadits ini shahih. Para perawinya dapat dipercaya (tsiqah).
Mereka adalah para perawi yang biasa meriwayatkan hadits Muslim. Oleh
karena itu, lebih dari seorang ahli hadits menilai hadits ini sebagai hadits
shahih. Imam As-Suyuthi menunjukkan keshahihan hadits ini dalam buku
Al-Jami' Ash-Shagir. Pensyarah buku Al-Jami' Ash-Shagir, Al-Manawi5
memperkuat pendapat itu. Al-Hakim juga menilai hadits ini sebagai hadits
shahih6. Al-Manawi berkata, "Az-Zain Al-Iraqi dan yang lainnya berkata,
'Sanad hadits ini shahih.'" Syaikh Al-Bani mencantumkan hadits ini di
dalam silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 5997.
Sepatah Kata Seputar Topik Hadits
Hadits ini mengandung satu kalimat berita. Menjelaskan mengenai
berita ghaib yang disampaikan oleh nabi Muhammad Saw. Beliau
menyampaikan berita ini bukan berasal dari hawa nafsunya. Dia
mengetahui berita ghaib ini hanya dari Allah Swt. Allah Swt berfirman,
ãΝÎ=≈tã
É=ø‹tóø9$#
Ÿξsù
ãÎγôàãƒ
4’n?tã
ÿ⎯ϵÎ7øŠxî
#‰ tnr&
∩⊄∉∪
ωÎ)
Ç⎯tΒ
4©|Ós?ö‘$#
⎯ÏΒ
5Αθß™§‘
…絯ΡÎ*sù
à7è=ó¡o„
.⎯ÏΒ
È⎦÷⎫t/
ϵ÷ƒy‰tƒ
ô⎯ÏΒuρ
⎯ϵÏù=yz
#Y‰|¹u‘
∩⊄∠∪
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali
kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya." (Jin (72):26-27)
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya, Kitab Al-
Malahim. Al-Malahim adalah bentuk jamak dari kata mulhamah. Al-
Malahim berarti Al-Ma'arik (peperangan) yang terjadi di masa akan datang
antara kaum muslimin dan musuh-musuhnya. Seperti hadits Rasulullah
yang membahas tentang peperangan kaum muslimin melawan Turki,
Romawi, Yahudi dan lain sebagainya.
5 Lihat Faidhul Qadir Syarah Al-Jami' Ash-Shagir (juz 2/282)
6
Bukan di dalam Al-Mustadrak, Al-Hakim menilai hadits ini shahih, padahal dia hanya
mendiamkannya (sakata 'alaih). Al-Bani berkata, "Semoga pernyataan Al-Hakim (yang
menshahihkan,pentj) terhapus dari hasil fotocopy kitab Al-Mustadrak." Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-
Shahihah, jilid dua hal. 151 hadits no. 59, cet. Al-Maktab Al-Islami, Beirut
7 ibid
Page 9
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 9
Sebagian berita ghaib yang disampaikan Nabi Saw telah terjadi,
sedangkan sebagian yang lain belum terjadi. Kita meyakini bahwa semua
berita ghaib itu akan terjadi, yaitu di waktu yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt. Tidak pernah sekalipun Muhammad Saw berdusta dan tidaklah
mungkin beliau didustai oleh Allah (karena berita ghaib pasti berasal dari
Allah).
Biasanya, topik Al-Malahim (peperangan) disebutkan bersama dua
topik lainnya, yaitu topik tentang fitnah dan tanda-tanda datangnya hari
kiamat. Terkadang semua topik ini dapat ditemukan dalam satu hadits.
Terkadang topik-topik ini ditemukan dalam hadits yang terpisah. Semuanya
membicarakan tentang kejadian akan datang yang belum terjadi (sewaktu
Rasulullah mengucapkannya).
Topik-topik mengenai fitnah, peperangan dan tanda-tanda hari kiamat
termasuk topik yang harus dibahas secara luas oleh para ulama. Sehingga
tidak disampaikan kepada mereka yang lari dari topik ini karena
pengingkarannya secara menyeluruh. Juga tidak disampaikan kepada
mereka yang telah meyakini topik-topik ini, namun meyakininya tanpa
pengkajian terlebih dahulu. Topik-topik ini juga tidak disampaikan kepada
mereka yang kerap melakukan takwil tidak pada tempatnya.
Tujuan Hadits
Hadits ini dapat menggugah harapan di dalam jiwa kaum muslimin.
Ternyata bara api umat ini tidak akan pernah padam. Agama ini tidak
pernah musnah. Setiap seratus tahun sekali, Allah akan senantiasa
mengirimkan seorang pembaharu umat ini.
Yang dimaksud bi ra'sil mi'ah (lafadz yang terdapat di dalam hadits)
bukan berarti tahun ke 100 atau tahun 101. Tetapi yang dimaksud adalah
akhir-akhir tahun menjelang 1 abad atau awal-awal tahun setelah 1 abad.
Oleh karenanya diungkapkan dengan kata ra'si. Namun dalam kenyataan,
kita tidak dapat memastikannya. Apakah pengertian ra'sil mi'ah terhitung
dari hijrah Nabi Saw ke Madinah atau terhitung sejak beliau wafat atau
terhitung sejak beliau diutus menjadi Rasul.
Yang terpenting adalah Allah tidak membiarkan umat ini tidur dan
terpecah belah, tanpa ada orang yang menyadarkannya dan
mempersatukannya.
Kita membutuhkan kepastian tentang makna ini, agar dapat
menghadapi gelombang keputusasaan yang amat tinggi. Agar kita dapat
menghadapi ungkapan bahwa Islam selalu terbelakang dan orang-orang
kafir selalu terdepan. Agar kita dapat menghadapi ungkapan bahwa tanda-
tanda kiamat kecil telah muncul dan akan tetap seperti ini hingga tanda-
tanda kiamat besar muncul atau hingga hari kiamat tiba. Jika hari kiamat
Page 10
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 10
tiba, tidak ada seorang pun yang dapat mengucapkan kata "Allah, Allah."
Hal ini sebagaimana terdapat di dalam hadits shahih8.
Ada sebagian orang yang memastikan makna hadits ini dengan hadits-
hadits yang dipahami secara tidak proporsional. Seperti hadits yang artinya,
"Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing
seperti ketika pertama kali muncul. Beruntunglah orang-orang yang
asing itu.9"
Mereka lupa bahwa Islam dianggap asing bukan berarti Islam lemah
secara mutlak. Mereka yang berpegang teguh pada Islam dan para da'inya
dianggap asing bukan berarti mereka lemah secara mutlak. Pengertian
hadits di atas adalah mereka yang berpegang teguh pada Islam adalah
mereka yang unggul. Mereka tidak larut dalam masyarakat yang rusak.
Mereka bagaikan tahi lalat di tengah-tengah manusia.
Di sebagian riwayat, Nabi Saw menjelaskan karakteristik orang-orang
asing (Al-Ghuraba') adalah "Mereka yang mengadakan perbaikan di saat
masyarakat merusak sunnahku.10" Sehingga pengertian Al-Ghuraba'
bukanlah orang-orang yang berputus asa dan bukan pula mereka yang
kerap membuat kerusakan di tengah masyarakat. Al-Ghuraba' adalah
mereka yang mengadakan perbaikan di saat masyarakat merusak kebiasaan
Islam. Mereka menghidupkan adab dan akhlak Islam.
Di dalam hadits ini tidak ada lafadz yang menunjukkan bahwa
pengertian asing itu mencakup secara umum, mencakup segala aspek dan
senantiasa ada di setiap masa. Jadi terkadang asing di suatu negri dan tidak
di negri yang lain. Asing di suatu kaum dan tidak asing di kaum yang lain.
Asing di suatu zaman dan tidak asing di masa yang lain, sebagaimana
pendapat Ibnul Qayyim11. Kemudian keadaan berubah, yang lemah
berubah menjadi kuat dan yang kalah menjadi menang.
8 Terdapat di dalam HR Muslim dari Anas r.a. yang artinya, "Hari kiamat tidak akan muncul
hingga di bumi ini tidak ada lagi yang mengucapkan Allah, Allah." Hadits no 234, dengan peneliti
Muhammad Fuad Abdul Baqi
9 HR Muslim yaitu hadits dari Abu Hurairah r.a. hadits no. 232, HR Tirmidzi yaitu hadits dari Ibnu
Mas'ud r.a. hadits no. 6231. Imam Tirmidzi berpendapat, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan
shahih gharib." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah hadits no. 3986. Imam Suyuthi (Al-Jami'
Ash-Shagir) menghubungkan hadits ini dengan Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a.. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Salman r.a., Sahl bin Sa'ad r.a. dan Ibnu Abbas r.a.. Hadits ini tidak
diriwayatkan oleh Bukhari. Imam Tirmidzi menyebutkan di dalam kitab "Al-'Ilal" bahwa dia bertanya
kepada imam Bukhari tentang hadits ini. Imam Bukhari menjawab, "Hadits ini dikategorikan sebagai
hadits hasan (Al-Faidh 2/322).
10 HR Tirmidzi hadits no. 2632 yaitu hadits yang diriwayatkan melalui Katsir bin Abdullah bin
Amru bin Auf Al-Hazni. Perawi ini merupakan perawi yang lemah, walaupun Tirmidzi menilai hadits
ini sebagai hadits hasan, bahkan dia terkadang menilainya sebagai hadits shahih. Adapun sanad hadits
yang diriwayatkan melalui Abdullah bin Amru berstatus marfu'. "Beruntunglah! Beruntunglah orang-
orang yang asing! Beruntunglah orang-orang yang asing! Seorang sahabat bertanya, "Siapa yang
dimaksud orang-orang asing ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Orang yang berbuat baik di tengah
orang-orang yang berbuat buruk. Orang-orang yang durhaka terhadap mereka (orang-orang asing)
lebih banyak daripada orang-orang yang mentaati mereka. (hadits no. 7072. Syaikh Syakir berpendapat
sanad hadits ini shahih).
11 Lihat Madarij As-Salikiin karya Ibnul Qayyim juz 3/196 dengan peneliti Abdul Hamid Al-Fiqi
Page 11
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 11
Ada pula sebagian orang yang menghubungkan hadits di atas12 dengan
hadits riwayat Bukhari yang diriwayatkan melalui Anas r.a., "Tidak akan
datang suatu zaman melainkan zaman sesudahnya lebih buruk dari yang
sebelumnya.13" Tidak selayaknya seseorang mengambil hadits ini secara
dzahirnya saja, secara mutlak atau secara umum semata.
Sebagian ulama memiliki takwil bagus terhadap hadits ini. Ibnu Hajar
di dalam syarahnya berkata, "Maksud hadits ini adalah khusus bagi para
sahabat yang mendengarnya. Sedangkan pemahaman Anas bin Malik
tentang hadits ini umum (bukan khusus bagi para sahabat saja)14." Yaitu
Nabi Saw –lewat hadits ini- ingin memberi petunjuk kepada para
sahabatnya yang mendengar hadits ini, agar mempersiapkan diri
menghadapi perubahan zaman. Sehingga realita kehidupan tidak dapat
memalingkan mereka dari Islam. Perubahan keadaan yang disaksikan tidak
membuat keimanan mereka terhadap Islam menjadi goyah.
Jika pemahamannya tidak seperti ini, maka tentu akan ada
pertentangan dengan realita sejarah yang ada. Zaman Umar bin Abdul Aziz
lebih baik dari zaman bani Umayyah sebelumnya.
Demikian pula akan bertentangan dengan realita sejarah di masa
Nuruddin Mahmud15 dan Shalahuddin Al-Ayyubi16. Di tangan mereka
12 mengenai kemunculan pembaharu setiap seratus tahun sekali
13 Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Kitabul Fitan dari Zubair bin Adiy, dia berkata,
"Kami menemui Anas bin Malik. Kami mengadukan segala perlakuan buruk Hajjaj (yang dimaksud
Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqfi). Anas menjawab, "Bersabarlah! Tidak akan datang suatu zaman melainkan
zaman sesudahnya lebih buruk dari yang sebelumnya, hingga kalian bertemu dengan Allah. Saya
mendengar hadits ini dari nabi kalian." Hadits ini no. 7068 riwayat Bukhari. Terdapat di dalam Al-Fath
juz 3 hal 19,20, cet. Ad-Dar As-Salafiyyah, dibawah pimpinan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Penomeran
dilakukan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi.
14 Al-Fath juz 13 hal. 21. Ibnu Hajar berkata, "Ibnu Hibban di dalam shahihnya berkesimpulan
bahwa hadits Anas r.a. bukan hadits umum terhadap hadits-hadits yang membicarakan tentang imam
Mahdi. Di dalam hadits-hadits itu dijelaskan bahwa imam Mahdi memenuhi bumi dengan keadilan,
setelah sebelumnya bumi dipenuhi dengan kemaksiatan.
15 Dia adalah Mahmud bin Zanki ('Imaduddin) yang dijuluki dengan julukan penguasa yang adil
(Al-Malik Al-'Adil). Dia juga dijuluki penguasa Syam, Pendeta Jazirah Arab dan Mesir. Dia adalah
penguasa yang paling adil, paling agung dan paling utama di masanya. Perjalanan hidupnya penuh
dengan kebaikan, keadilan dan keinginannya untuk menegakkan hukum Allah di dalam negri serta
berjihad memerangi musuh-musuh Islam di luar negri. Perjalanan hidupnya mirip dengan perjalanan
hidup Khulafaur Rasyidin. Dia memerangi tentara salib. Dia membangun sekolah, masjid jami dan
penginapan dalam jumlah banyak di pinggir jalan. Dia adalah orang pertama yang membangun sekolah
khusus jurusan hadits. Dia amat mencintai ilmu dan menghormati para ulama. Dia sering bertemu
dengan para ulama dan tidak pernah membantah pendapat para ulama. Dia memahami fiqih madzhab
Abu Hanifah, namun tidak fanatik. Dia mendengar hadits dari sekelompok perawi di Syuria Utara dan
Dimasyq. Sekelompok perawi meriwayatkan hadits darinya. Dia wafat tahun 569 H. Lihat "Al-'Alam"
karya Zarkali juz 8/46 kitab "Ar-Raudhatain" karya Abu Syamah dan Ibnul Atsir juz 11/151, "Al-
Bidayah wan Nihayah" juz 12/277-284 cet. Beirut. "Nuruddin Mahmud-Sirah Mujahid Shadiq" karya
Dr. Husain Al-Mu'nis, diterbitkan dan diedarkan oleh Ad-Dar As-Su'udiyyah lin nasyr wat tauzi', Jeddah
1404 H/1984 M
16 Dia adalah Abu Al-Madzfar Yusuf bin Ayyub bin Syaadzi dijuluki dengan julukan penguasa
yang menang (Al-Malik An-Nashir) dia merupakan salah seorang penguasa Islam yang terkenal. Dia
adalah sosok penguasa yang amat memperhatikan kesejahteraan negara, berbuat adil di tengah rakyat.
Dia pula yang telah mengalahkan tentara salib. Melalui tangannyalah Allah membebaskan Baitul
Maqdis setelah dikuasai selama 900 tahun lebih. Shalahuddin Al-Ayyubi mengalahkan tentara salib
dalam peperangan Hittin yang terkenal itu. Dia berkuasa di Mesir dan Syam. Dialah pendiri daulah Al-
Ayyubi. Dia tidak memperkaya diri dengan harta maupun tanah. Dia banyak membangun sekolah dan
rumah sakit. Wafat tahun 589 H. lihat "Wafiat Al-A'ayan karya Ibnu Khalkan juz 2/376 dan Ibnul Atsir
Page 12
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 12
berdualah, Allah membebaskan tanah Islam dari tentara Salib. Di tangan
mereka pula sunnah dapat hidup dan bid'ah dilenyapkan. Oleh karena itu,
masa mereka berdua lebih baik dari zaman-zaman sebelumnya.
Jika hadits Anas di atas dipahami berdasarkan dzahirnya seperti yang
dipahami kebanyakan orang, maka akan bertentangan dengan hadits-
hadits yang menunjukkan akan kemenangan dan tersebarnya Islam
sebelum hari kiamat tiba. Terlebih lagi ketika khalifah muncul atau ketika
penguasa yang shalih memerintah bumi ini dengan adil, dia yang dikenal
dengan sebutan Imam Mahdi17. Jika hadits Anas dipahami menurut
dzahirnya saja, maka itu akan bertentangan dengan hadits yang membahas
tentang turunnya Isa bin Maryam untuk memerintah dengan Islam dan
beliau hanya menerima agama Islam saja18.
Saya tidak dapat mengerti mengapa hadits-hadits seperti hadits Anas di
atas tersebar luas, sementara itu hadits-hadits yang mengandung harapan
dan kabar gembira bagi umat Islam seperti ditelan bumi. Misalnya hadits
yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi,
"Perumpamaan umatku seperti hujan yang tidak diketahui awal atau
akhirnya yang baik.19"
Selain itu hadits Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim yang berbunyi,
"Berilah kabar gembira umat ini dengan cahaya, agama, derajat yang
tinggi, kemenangan dan meneguhkan kedudukan di bumi ini.20"
Di dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda,
"Perkara ini (agama ini) akan mencapai seperti yang dicapai malam
dan siang. Allah tidak membiarkan sebuah rumah yang dimiliki
juz 12/37, Al-Bidayah wan Nihayah juz 13/2 dan hal-hal selanjutnya demikian pula bagian akhir juz
12, Syadzraat Adz-Dzahb juz 2/298 dan Al-'Alam karya Zarkali juz 9/291-293
17 Kalimat hadits-hadits di dalam As-Sunan membahas tentang Imam Mahdi. Tidak ada sesuatu
yang jelas mengenai imam Mahdi yang dibahas dalam Ash-Shahihain.
18 Lihat At-Tashrih bi maa tawatara fii nuzuul Al-Masih, karya Al-Allamah Anwar Al-Kasymiri,
peneliti Abdul Fatah Abu Ghuddah
19 Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas r.a. hadits no. 2873. Imam Tirmidzi berkata,
"Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan gharib. Imam As-Suyuthi (di dalam Al-Jami' Ash-Shagir)
menghubungkan hadits ini dengan imam Ahmad dari Anas r.a., juga dihubungkan dengan Imam
Ahmad dari Amar bin Yasir r.a. Hadits ini juga dihubungkan dengan Abu Ya'la dari Ali r.a.,
dihubungkan pula dengan Ath-Thabrani dari Abdullah bin Amru r.a. Ibnu Hajar di dalam Al-Fath
berkata, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan. Hadits ini juga diriwayatkan melalui jalur sanad
yang banyak, sehingga derajatnya dapat naik menjadi shahih." Al-Manawi berkata, "Ibnu Hibban
menilai hadits yang diriwayatkan melalui 'Amar sebagai hadits yang shahih." Lihat Faidhul Qadir juz
5/507
20 Penulis buku Al-Jami' Ash-Shagir menghubungkan hadits ini dengan Ahmad, Ibnu Hibban,
Hakim dan Baihaqi di dalam Asy-Sya'bu dari ayahnya. Al-Manawi menyebut di dalam Al-Faidh (juz
3/201) bahwa Al-Haisyami berpendapat tentang sanad Ahmad, "Para perawi hadits ini merupakan para
perawi hadits shahih. Imam Hakim menilai hadits ini sebagai hadits shahih dan Adz-Dzahabi
menyetujui pendapat ini di suatu tempat serta mencantumkan hadits ini di tempat yang lain. Hadits ini
shahih. Namun dengan dua sanad yang berbeda. Berdasarkan penjelasan sanad yang disebutkan Hakim
di Al-Mustadrak (4/311), imam Adz-Dzahabi menyetujui untuk menshahihkan hadits ini. Hanya saja
Adz-Dzahabi mencoba memberi kritikan di dalam (4/318). Lihat komentar kami atas hadits no. 15
yang terdapat di dalam buku kami (Al-Muntaqa minat targhib wat tarhib). Al-Mundziri menyebut
hadits ini dalam "At-Targhib" dan dia menyebutkan penilaian shahih dari Hakim, dan Al-Mundziri
sendiri menyetujuinya. Al-Bani menyebutkan hadits ini di dalam Shahih Al-Jami' 2825
Page 13
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 13
penduduk desa dan penduduk badui kecuali Allah memasukkan
agama ini ke dalamnya, baik dengan kemulian orang yang mulia
atau kehinaan orang yang hina. Dengan kemuliaan, Allah
memuliakan Islam dan dengan kehinaan Allah menghinakan
kekufuran.21"
Adapun munculnya tanda-tanda kiamat kecil, tidak berarti perjalanan
Islam telah selesai dan kiamat akan datang esok hari atau lusanya. Padahal
diutusnya Nabi Saw termasuk salah satu tanda kiamat kecil. Di dalam
hadits shahih terdapat keterangan, Rasulullah Saw bersabda, "Jarak saya
diutus (menjadi rasul) ke hari kiamat seperti ini22" Rasulullah
mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah.
Seorang Muslim Selalu Dituntut Berbuat Untuk Agama dan
Dunianya
Seorang muslim harus berbuat untuk dunianya hingga ajal
menjemputnya. Dia tidak boleh terlambat sedetikpun untuk memakmurkan
bumi ini. Rasulullah telah mengajarkan kepada tentang hal ini. Beliau Saw
bersabda,
"Jika hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian masih
terdapat sebuah pohon kurma kecil, maka sebisa mungkin tanamlah
pohon itu.23"
Mengapa kita diperintahkan untuk menanam, padahal hari kiamat
telah tiba atau sebentar lagi akan tiba? Tanaman kurma itu tidak akan
tumbuh hingga dapat dipetik buahnya, lalu mengapa harus ditanam?
Bukankah setelah hari kiamat, tidak ada lagi orang yang dapat menikmati
buah itu dan berkata, "Orang-orang yang hidup sebelum kami telah
menanam untuk kami, sehingga kami dapat menikmati hasilnya. Kami juga
akan menanam, sehingga orang-orang yang hidup setelah kami dapat
menikmatinya." Hari kiamat untuk seluruh alam ini. Ide yang terkandung
dalam hadits di atas adalah penghargaan terhadap suatu perbuatan.
Seorang mukmin harus melakukan sesuatu yang produktif, walaupun di
saat terakhirnya –selama dia masih mempunyai kemampuan untuk
memberi-.
21 HR Ibnu Hibban di dalam shahihnya (1631,16332), Al-Bani mencantumkan hadits ini di dalam
Ash-Shahih no. 3
22 HR Ahmad, Asy-Syaikhan, Tirmidzi dari Anas r.a., HR Ahmad dan Asy-Syaikhan dari Sahl bin
Sa'ad r.a. Hadits ini juga diriwayatkan melalui sahabat Jabir r.a., Buraidah r.a. dan sahabat Rasulullah
lainnya. As-Suyuthi berpendapat, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits mutawatir (Al-Faidh juz
3/202)." Lihat Al-Lu'lu' wal Marjan tentang kesepakatan Asy-Syaikhan tentang hadits ini. Buku ini
karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, cet. Isa Al-Halbi hadits no. 1862, 1863
23 HR Ahmad di dalam musnadnya. Diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad,
diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi, Abdu bin Humaid, Al-Bazar dan yang lainnya. Al-Haitsami berkata,
"Para perawi hadits ini dapat dipercaya dan tsabat. Lihat Faidhul Qadir 3/30,31. Al-Bani
mencantumkan hadits ini di dalam Ash-Shahih no. 9 dan juga di dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shagir
(hadits no. 1424)
Page 14
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 14
Jika untuk urusan dunia saja, seorang muslim dituntut sedemikian
rupa, lalu bagaimana dengan urusan agama? Apakah mungkin urusan
agama di sisi Allah lebih hina dibandingkan urusan dunia?!
Seorang mukmin dituntut berbuat untuk agamanya semaksimal
mungkin. Dia dituntut untuk menjadi seorang da'i, yang melakukan amar
ma'ruf dan nahi mungkar. Dia dituntut untuk menjadi pejuang di jalan
Allah, menjadi penentang keburukan dan kerusakan. Seorang mukmin juga
dituntut untuk saling tolong menolong sesama saudaranya seiman dalam
kebaikan dan ketakwaan. Nash-nash yang memerintahkan semua hal di
atas tidak dihapus (nasakh) dan tidak juga dikhususkan untuk zaman
tertentu. Tapi nash-nash itu kekal selamanya.
Inti yang Terkandung di Dalam Hadits
Makna hadits di atas harus jelas. Apa yang dimaksud dengan mujadid?
Siapa yang masuk kategori mujadid? Lalu apa yang dimaksud agama yang
diperbarui? Apa yang dimaksud dengan pembaharuan? Sejauh mana
cakupan pembaharuan dan apa saja yang mendukung suatu
pembaharuan?
Siapa yang Telah Melakukan Pembaharuan?
Siapa yang telah melakukan pembaharuan? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita perlu memperhatikan lafadz haditsnya dan hal itu
dapat diketahui setelah memahami lafadz man terlebih dahulu.
Kata man yang terdapat di dalam hadits di atas yaitu pada ungkapan
man yujaddidu dipahami oleh mayoritas ulama untuk satu orang. Oleh
karena itu, mereka menganggap mujadid adalah ungkapan untuk satu
orang. Seorang mujadid adalah orang pilihan, jenius di tengah-tengah
umat. Orang ini mendapat perhatian dari Allah agar menjadi seorang yang
memperbarui sesuatu yang telah dipelajarinya, menguatkan sesuatu yang
lemah dan meninggikan sesuatu yang rendah.
Berikut ini terdapat daftar para mujadid yang dimulai dari 100 tahun
pertama. Yang pertama adalah Umar bin Abdul Aziz (wafat pada tahun
101 H). 100 tahun yang kedua adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i
(Wafat pada tahun 204 H). Sedangkan mujadid pada 100 tahun yang
ketiga, banyak para ulama yang berbeda pendapat tentang siapa yang
berhak menyandang gelar sebagai mujadid. Yang berpendapat dia adalah
Abul Hasan Al-Asy'ari (wafat 324 H). Ada pula yang berpendapat dia
adalah Abul Abbas bin Suraij (wafat tahun 306 H). Adapula yang
berpendapat dia adalah Nasa’i, penulis Sunan Nasa’i (Wafat tahun 303 H).
Sedangkan mujadid di 100 tahun yang keempat adalah Al-Qadhi Abu
Bakar Al-Baqilani (Wafat tahun 403 H) dan Abu Hamid Al-Asfirayayni
(wafat tahun 406 H). Mujadid di 100 tahun yang kelima adalah Abu
Hamid Al-Ghazali (wafat tahun 505 H), 100 tahun yang keenam adalah
Al-Fakhrur Razi (wafat tahun 606 H) dan ada yang mengatakan di adalah
Ar-Rafi’i (wafat tahun 623 H).
Page 15
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 15
Mujadid di 100 tahun yang ketujuh adalah Ibnu Daqiq Al-Ied (wafat
tahun 703 H). Mujadid di 100 tahun yang kedelapan adalah Al-Hafidz
Zainuddin Al-’iraqi (wafat tahun 808 H) atau Sirajuddin Al-Balqini (wafat
tahun 805 H).
Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi (wafat tahun 911 H) menyusun daftar
para mujadid hingga di zamannya dalam sebuah syair. Dia berharap
bahwa dirinya adalah mujadid di abad ke 9 H. Dia juga mengklaim dirinya
sebagai seorang mujtahid mutlak. Banyak orang di masanya ada yang tidak
mengakui bahwa dirinya adalah seorang mujadid.
Imam As-Suyuthi memperkuat pendapat bahwa ungkapan man di
dalam hadits di atas merupakan ungkapan untuk satu orang, yaitu seorang
mujadid. Imam Manawi juga mengutip pendapat As-Suyuthi mengenai
nama-nama mujadid di atas. Al-Hafidz berpendapat bahwa pengertian
ungkapan man untuk jamak dan bukan untuk bentuk tunggal/satu orang.
Misalnya kita dapat mengatakan bahwa mujadid yang muncul di 100
tahun yang ketiga adalah Ibnu Sarij untuk bidang fikih, Al-Asy'ari dalam
bidang ushul dan An-Nasa’i dalam bidang hadits. Sedangkan pada 100
tahun yang keenam adalah Al-Fakhrur Razi di bidang ilmu kalam, Al-
Hafidz Abdul Ghani dalam bidang hadits24.
Ibnul Atsir di dalam Jami' Al-Ushul berkata, "Mereka telah menakwil
hadits di atas. Masing-masing orang mengaku bahwa mujadid itu berasal
dari madzhabnya. Mereka menempatkan hadits ini pada madzhabnya.
Ungkapan dengan kata man adalah ungkapan untuk satu orang atau
banyak orang. Hadits ini tidak membatasi bahwa mujadid itu dari kalangan
ahli fiqih. Seorang pemimpin (ulil amri) juga dapat berguna untuk seluruh
umat. Demikian pula dengan ahli hadits, para qari' dan orang-orang suka
memberi nasehat. Namun orang yang dianggap sebagai mujadid adalah
salah seorang yang memiliki kriteria di atas.
Mujadid 100 tahun pertama yang berasal dari kalangan Ulil Amri
adalah Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan mujadid dari kalangan ahli fiqih
adalah Muhammad Al-Baqir, Al-Qasim bin Muhammad, Salim bin
Abdullah, Al-Hasan, Ibnu Sirin dan yang lainnya. Sedangkan mujadid dari
kalangan Qari adalah Ibnu Katsir dan dari kalangan ahli hadits adalah Az-
Zuhri.
Mujadid 100 tahun kedua yang berasal dari kalangan Ulil Amri adalah
Al-Makmun. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Asy-Syafi’i, Al-Lu'lui
salah seorang sahabat Abu Hanifah, Asyhab salah seorang sahabat imam
Malik. Sedangkan dari kalangan qari' adalah Al-Hadhrami. Dari kalangan
ahli hadits adalah Ibnu Mu'in serta dari kalangan ahli zuhud adalah Al-
Karkhi.
Mujadid 100 tahun ketiga yang berasal dari kalangan Ulil Amri adalah
Al-Muqtadiri. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Ibnu Sirij Asy-Syafi'i,
Ath-Thahawi Al-Hanafi, Al-Khilal Al-Hambali. Sedangkan dari kalangan
24 Faidhul Qadir juz 1 hal 11
Page 16
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 16
Mutakallimin adalah Al-Asy'ari. Dari kalangan ahli hadits adalah An-
Nasa'i.
Mujadid 100 tahun keempat yang berasal dari kalangan Ulil Amri
adalah Al-Qadir. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Al-Asfarayayni
Asy-Syafi'i, Al-Khawarizmi Al-Hanafi, Abdul Wahhab Al-Maliki dan Al-
Husain Al-Hambali25. Sedangkan dari kalangan Al-Mutakallimin adalah
Al-Baqilani dan Ibnu Furk. Dari kalangan ahli hadits adalah Hakim serta
dari kalangan ahli zuhud adalah An-Nuri. Demikian pula abad-abad
berikutnya26.
Di dalam Al-Fath, Al-Hafidz menyebutkan sesuatu yang dapat
memalingkan pendapat sebagian orang. Mujadid yang muncul setiap
seabad tidak harus berjumlah seorang. Bahkan seperti yang diungkapkan
oleh imam An-Nawawi tentang hadits,
"Senantiasa akan ada sekelompok umatku yang selalu menang dalam
menjalankan perintah Allah."
Mujadid bisa dalam bentuk kelompok yang bermacam-macam. Mereka
terdiri dari orang-orang yang berani dalam peperangan, ahli fikih, ahli
hadits, ahli tafsir, yang kerap melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar.
Diantara mereka ada yang merupakan ahli zuhud, ahli ibadah.
Berkumpulnya mereka tidak harus dalam satu negri. Namun boleh dalam
satu daerah atau terpisah di beberapa daerah. Mereka boleh terpisah dalam
suatu negri. Mereka dapat terpisah dengan yang lainnya. Mereka boleh
meninggalkan suatu daerah, hingga tinggal satu kelompok saja.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Berkumpulnya berbagai sifat yang
dibutuhkan untuk diperbarui tidak hanya terbatas pada satu jenis kebaikan
saja. Semua sisi kebaikan tidak harus berada dalam satu orang saja. Hanya
saja hal itu terdapat di dalam diri Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah sosok
mujadid di abad pertama yang lengkap dengan semua sifat kebaikan dan
dia termasuk orang yang unggul dalam sifat-sifat tersebut. Kemudian Imam
Syafi’i, dia memiliki sifat-sifat dan berbagai keutamaan yang baik. Hanya
saja beliau tidak berjihad dan tidak memerintah dengan adil.
Al-Hafidz berkata, "Berdasarkan keterangan ini, maka barangsiapa
yang memiliki salah satu sifat seperti yang dijelaskan di atas dan berada di
penghujung abad, dia layak untuk disebut sebagai mujadid, baik dalam
jumlah banyak atau tidak27."
25 Al-Husain Khalf Al-Firaa
26 Jami' Al-Ushul karya Ibnul Atsir juz 11 hal. 320-324. Bila diperhatikan Ibnul Atsir menyebutkan
sebagian orang yang dianggap sebagai mujadid. Padahal mereka tidak sampai pada tingkat mujadid.
Misalnya para ulil Amri dari dinasti Abbasiyyah. Mereka ini banyak memiliki cacat. Maksud mengutip
pendapat Ibnul Atsir ini adalah bahwa pembaharu dalam 1 abad tidak hanya terdiri dari satu orang
saja.
27 Faidhul Qadir juz 1 hal. 11, Lihat Fathul Bari juz 12/295 dan Syarah Muslim karya imam An-
Nawawi juz 4/583,584 cet. Asy-Sya'bu, Kairo
Page 17
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 17
Diskusi Dan Tarjih
Pembahasan yang saya pilih adalah pendapat Ibnul Atsir, Adz-Dzahabi
dan yang lainnya tentang pengertian man. Kata man yang terdapat dalam
hadits merupakan ungkapan untuk jamak dan juga bisa digunakan untuk
bentuk tunggal.
Demikianlah kata man merupakan ungkapan untuk bentuk tunggal
dan bisa juga untuk bentuk jamak. Di dalam Al-Qur'an28,
∅tΒuρ
ö≅yϑ÷ètƒ
z⎯ÏΒ
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#
⎯ÏΒ
@Ÿ2sŒ
÷ρr&
4©s\Ρé&
uθèδuρ
Ö⎯ÏΒ÷σãΒ
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
tβθè=äzô‰tƒ
sπ¨Ψyfø9$#
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki
maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu
masuk ke dalam surga. " (An-Nisaa' (4):124)
Jika kita melihat ayat di atas terkadang mujadid itu hanya seseorang
yang dipersiapkan Allah untuk melakukan tugas menghidupkan dan
memperbarui, seperti Umar bin Abdul Aziz. Ada yang mengatakan,
"Mujadid itu adalah seseorang yang mempunyai cita-cita untuk
menghidupkan umat."
Terkadang yang melakukan aktifitas pembaharuan dalam bentuk
kelompok, yayasan atau gerakan –baik dalam bentuk pemikiran,
pendidikan dan perjuangan-. Para anggotanya senantiasa saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran. Mereka saling tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
Terkadang aktifitas pembaharuan dilakukan oleh beberapa orang atau
kelompok-kelompok yang tersebar. Semua pihak berada di posisi, bidang
dan keahliannya masing-masing. Ada yang mengkhususkan bidang ilmu
dan pemikiran. Ada pula yang mengkhususkan diri dalam bidang akhlak
dan pendidikan. Ada yang mengkonsentrasikan pada bidang pelayanan
masyarakat. Ada diantara mereka yang memusatkan perhatiannya pada
permasalahan hukum dan politik. Yang lainnya mengkhususkan diri
dengan perkara yang berkaitan dengan jihad dan perlawanan. Mereka
semua saling melengkapi. Tujuan dan prinsip mereka sama, walaupun
posisi dan tugas mereka berbeda.
Ada suatu perkara yang nampaknya perlu diperhatikan bagi mereka
yang berjuang di jalan Allah untuk meninggikan kalimatullah –baik secara
individu maupun kelompok-:
Perbedaan metode, langkah untuk kepentingan Islam dan berbagai
kelompok atau gerakan yang berjuang untuk Islam bukan merupakan
suatu penyakit. Kedua hal ini bukan merupakan perkara yang dicela oleh
28 Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis
Page 18
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 18
Allah dan orang-orang yang beriman. Dengan syarat perbedaan ini tidak
saling bertentangan atau bermusuhan. Artinya, perbedaan itu diarahkan
untuk saling melengkapi, bersinergi dan tolong menolong dalam berbagai
macam kegiatan. Satu sama lain saling melengkapi, saling memperkuat dan
dipersatukan untuk menyelesaikan permasalahan pokok/inti. Semuanya
sepakat dan seia sekata untuk menghadapi musuh bersama.
Adapun jika setiap pejuang Islam –baik secara perorangan atau
gerakan- hanya mementingkan dan menguatkan diri sendiri serta tidak
mempedulikan yang lainnya, bahkan melenyapkan pejuang Islam yang
lainnya, maka hal itu akan menyebabkan lemahnya kekuatan Islam secara
menyeluruh. Sehingga kekuatan Islam digrogoti dari dalam. Selain itu,
keadaan seperti ini membuka kesempatan kepada musuh-musuh Islam
untuk mengikis habis sampai ke akar-akarnya. Mereka menghadapi
kekuatan Islam tidak perlu bersusah payah, karena kekuatan Islam hancur
dengan sendirinya.
Arti Al-Ba'tsu/yab'atsu yang terdapat di dalam hadits di atas adalah,
“Mempersiapkan beberapa jalan yang sesuai, membuka peluang dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi munculnya gerakan
pembaharuan Islam dan gerakan membangkitkan umat. Semua itu berjalan
sesuai dengan sunatullah yang tidak akan berubah.”
Sehingga pengertian Al-Ba'tsu/yab'atsu bukanlah munculnya seorang
mujadid yang sakti dan diluar batas-batas sunatullah. Dia bukan seorang
mujadid yang turun dari langit secara tiba-tiba, bukan pula muncul secara
mendadak dari dalam bumi untuk merubah segala yang terdapat di dalam
diri manusia. Padahal mereka tidak dapat berubah kecuali mereka merubah
dirinya sendiri.
Inilah yang dapat kami pahami dari hadits di atas. Pemahaman ini
sejalan dengan hal-hal yang dikandung dalam hadits-hadits yang lain.
Hadits-hadits itu menjelaskan bahwa kemenangan Islam di akhir zaman
bergantung pada suatu kelompok yang berjuang di jalan yang haq, bukan
bergantung pada satu orang saja. Seperti yang terdapat di dalam hadits
berikut ini,
"Senantiasa akan ada sekelompok umatku yang selalu berada dalam
kebenaran. Orang-orang yang menentang tidak akan dapat
membahayakan mereka, hingga keputusan Allah datang dan mereka
masih tetap dalam kebenaran."
Hadits ini diriwayatkan melalui beberapa orang sahabat dengan lafadz
yang mirip29.
Bahkan pemahaman kami tidak saja sejalan dengan makna hadits di
atas, namun sejalan dengan firman Allah berikut ini,
29 Lihat kata pengantar Majalah Al-Markaz no.1
Page 19
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 19
ô⎯£ϑÏΒuρ
!$oΨø)n=yz
×π¨Βé&
tβρ߉öκu‰
Èd,ysø9$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
šχθä9ω÷ètƒ
∩⊇∇⊇∪
"Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula)
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araaf (7):181)
Ayat ini turun untuk kalian –wahai kaum muslimin-. Ada sekelompok
orang dari kalian yang memiliki sifat seperti yang digambarkan dalam ayat
di atas30. Dia (Ibnu Katsir) menujukkan sebuah firman Allah yang juga
terdapat di dalam surat yang sama,
⎯ÏΒuρ
ÏΘöθs%
#©y›θãΒ
×π¨Βé&
šχρ߉öκu‰
Èd,ptø:$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
tβθä9ω÷ètƒ
∩⊇∈®∪
"Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi
petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araaf (7):159)
Kedua ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah. Adapula ayat lain
yang sejenis, namun dalam bentuk perintah Allah, seperti firman Allah,
⎯ä3tFø9uρ
öΝä3ΨÏiΒ
×π¨Βé&
tβθããô‰tƒ
’n<Î)
Îösƒø:$#
tβρããΒù'tƒuρ
Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/
tβöθyγ÷Ζtƒuρ
Ç⎯tã
Ìs3Ψßϑø9$#
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
šχθßsÎ=øßϑø9$#
∩⊇⊃⊆∪
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali
Imran (3):104)
Ayat di atas diperkuat dengan ayat berikut ini,
(#θçΡuρ$yès?uρ
’n?tã
ÎhÉ9ø9$#
3“uθø)−G9$#uρ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa.” (Al-Maidah (5):2)
”Nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr (103):3)
¨βÎ)
©!$#
=Ïtä†
š⎥⎪Ï%©!$#
šχθè=ÏG≈s)ãƒ
’Îû
⎯Ï&Î#‹Î6y™
$y|¹
Οßγ¯Ρr(x.
Ö⎯≈uŠ÷Ψç/
ÒÉθß¹ö¨Β
30 Ibnu Katsir menyebutkan hal ini di dalam tafsirnya tentang Qatadah yang menyampaikan
kepada Nabi Saw, juz 2/269 cet. Al-Halbi
Page 20
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 20
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Shaaf (61):4)
Rasulullah Saw bersabda, "Tangan Allah bersama jama'ah.31"
Meskipun seseorang memiliki bakat dan kemampuan yang banyak,
tetap saja tenaga dan kekuatannya terbatas. Dia akan tetap seperti itu,
selama tidak ada orang-orang yang mendukung dan menolongnya. Seorang
diri sedikit, bersama orang-orang lain akan menjadi banyak. Seorang diri
lemah, berjamaah dan bersama-sama akan menjadi kuat.
Oleh karena itu Musa as –padahal dia sosok orang yang kuat dan dapat
dipercaya- ketika diberi tugas oleh Allah, berkata,
≅yèô_$#uρ
’Ík<
#\ƒÎ—uρ
ô⎯ÏiΒ
’Í?÷δr&
∩⊄®∪
tβρã≈yδ
©År&
∩⊂⊃∪
÷Šß‰ô©$#
ÿ⎯ϵÎ/
“Í‘ø—r&
∩⊂⊇∪
çµø.Îõ°r&uρ
þ’Îû
“ÌøΒr&
∩⊂⊄∪
ö’s1
y7ysÎm7|¡èΣ
#ZÏVx.
∩⊂⊂∪
x8tä.õ‹tΡuρ
#·ÏWx.
∩⊂⊆∪
y7¨ΡÎ)
|MΖä.
$uΖÎ/
#ZÅÁt/
∩⊂∈∪
"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu)
Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan
jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak
bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami."
(Thaha (20):29-35)
Allah memenuhi permintaan nabi Musa ini, sebagaimana terdapat di
dalam firman Allah berikut ini,
tΑ$s%
‘‰à±t⊥y™
x8y‰àÒtã
y7‹Åzr'Î/
ã≅yèøgwΥuρ
$yϑä3s9
$YΖ≈sÜù=ß™
"Allah berfirman, 'Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan
Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar.'" (Al-Qashash
(28):35)
Ayat-ayat di atas memberi pengertian kepada kita bahwa betapapun
kuatnya seseorang, dia membutuhkan pertolongan yang akan
membantunya.
31 HR Tirmidzi diriwayatkan melalui Ibnu Abbas r.a. dengan no. hadits 2167, juga diriwayatkan
melalui Ibnu Umar r.a. dengan no. hadits 2168. Kedua hadits ini dinilai sebagai hadits gharib. Adapun
hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dengan para perawi yang dapat dipercaya (tsiqat), seperti yang
diucapkan Al-Haitsami. Ibnu Hajar berkata, "Hadits ini memiliki penguat (syawahid) yang banyak
diantaranya hadits mauquf shahih." Oleh karenanya, As-Suyuthi menilai hadits ini sebagai hadits hasan.
Beliau mencantumkan hadits ini di dalam kitab "Al-Jami' Ash-Shagir". Lihat Faidhul Qadir juz 6/459.
Al-Bani mencantumkan hadits ini dalam Shahih Al-Jami' dengan no. hadits 8065, cet. kedua.
Page 21
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 21
Saya akan menjelaskan firman Allah yang ditujukan kepada
Muhammad Saw,
uθèδ
ü“Ï%©!$#
š‚y‰−ƒr&
⎯ÍνÎóÇuΖÎ/
š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/uρ
∩∉⊄∪
y#©9r&uρ
š⎥÷⎫t/
öΝÍκÍ5θè=è%
4
"Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan
para mu'min, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang
yang beriman)." (Al-Anfal (8):62-63)
Allah Swt telah memperkuat nabi-Nya dengan pertolongan dari-Nya
dan orang-orang beriman yang hatinya telah disatukan dalam tujuan dan
akidah yang satu. Dengan kata lain, Allah menolong nabi-Nya dengan
kelompok orang-orang beriman yang saling terikat.
Jika kita memahami hadits di atas dengan pemahaman seperti ini, maka
kita tidak perlu menunggu datangnya seorang mujadid, imam Mahdi yang
turun dari langit ke tengah-tengah kita.
Kita tidak perlu menunggu sampai ada seseorang yang mengaku
dirinya sebagai mujadid/pembaharu abad ini. Kemudian ada yang
mengakui dan ada pula yang menolak bahwa dirinya adalah seorang
mujadid. Sebagaimana yang terjadi atas diri As-Suyuthi, ketika dia
mengaku bahwa dirinya adalah seorang mujadid abad ke 9 H. Banyak
orang di masanya yang mengingkari bahwa dirinya adalah seorang
mujadid.
Kita tidak perlu menunggu sampai ada seseorang, kelompok Zaid atau
kelompok Amru sebagai kelompok pembaharu di abad ke 10 atau 14 H.
Sehingga orang-orang yang berada di dalam kelompok itu akan menerima
anggapan ini. Sedangkan pihak lain akan mengolok-oloknya.
Kita tidak perlu menunggu sampai setiap kelompok dicalonkan sebagai
mujadid. Sehingga orang yang mengerti hadits mencalonkan diri sebagai
seorang ahli hadits. Ulama ilmu kalam mencalonkan diri sebagai
Mutakalimin. Orang-orang yang mendalami ilmu fiqih hanya mau
dipanggil dengan sebutan ahli fiqih. Setiap kelompok mengajukan seorang
yang paling faqih di madzhabnya. Madzhab Syafi’i mengajukan imam
Syafi'i. Madzhab Hambali mengajukan Imam Ahmad bin Hambal. Orang-
orang yang amat konsern terhadap masalah politik, mengajukan seorang
calon khalifah atau amir. Sedangkan mereka yang memperhatikan masalah
Jihad mengajukan seorang panglima perang.
Jika tidak seperti pemahaman ini, kita dapat mengikut sertakan seluruh
umat dalam proses pembaharuan. Umatlah yang mengkategorikan siapa
yang layak menjadi mujadid dan umat pula yang membuat mereka menjadi
semakin cemerlang. Umat yang menggerakkan mereka, mempersiapkan
kondisi yang sesuai untuk kemunculan dan aktivitas mereka. Umat pula
yang membantu mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka dan
melenyapkan berbagai rintangan yang menghalangi. Umat pula yang
membekali mereka untuk menempuh perjalanan yang panjang hingga
memperoleh apa yang mereka inginkan. Umatlah yang memberikan setiap
Page 22
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 22
orang posisi dalam kafilah pembaharuan. Sehingga mereka dapat dikatakan
sebagai bagian dari Islam.
Dari sinilah muncul pertanyaan dalam diri setiap muslim:
Apa peranku dalam gerakan pembaharuan? Apa kewajibanku terhadap
gerakan pembaharuan?
Semua pertanyaan di atas merupakan pengganti pertanyaan, "Kapan
mujadid/pembaharu akan muncul?"
Kapan Terjadinya Pembaharuan
Namun kapan terjadinya pembaharuan?
Hadits di atas memberikan batasan waktu bagi pembaharuan adalah
'kepala/penghujung setiap seratus tahun sekali.' Kepala dari segala sesuatu
adalah bagian atasnya, sedangkan kepala dari tahun adalah awalnya.
Para pensyarah hadits bertanya-tanya tentang penghitungan pertama
dari 1 abad. Al-Manawi berkata, "Kemungkinan dihitung sejak kelahiran
Nabi Saw, bisa juga dihitung sejak diutusnya Muhammad sebagai
Rasulullah. Ada juga yang menyatakan bahwa penghitungan itu sejak
wafatnya Rasulullah." Namun Subki dan yang lainnya penghitungan 1 abad
dimulai dari peristiwa hijrah nabi Muhammad Saw.
Para pensyarah hadits ketika membicarakan tentang para
pembaharu/mujadid, mereka menganggap bahwa tanggal hijriah
merupakan dasar perhitungan. Pendapat ini merupakan pendapat yang
masuk diakal. Karena penanggalan hijriah merupakan penanggalan yang
Allah ilhamkan kepada kaum muslimin di masa pemerintahan Umar.
Mereka membuat perhitungan tanggal dimulai dari peristiwa hijrah, tidak
yang lain. Perhitungan tidak dimulai dari peristiwa kelahiran Rasulullah,
tidak dimulai dari peristiwa diutusnya Muhammad sebagai Rasul dan
bukan pula dihitung dari waktu wafatnya Nabi Saw.
Selain itu dapat dilihat, ketika para pensyarah menjadikan tahun
wafatnya pembaharu pada penghujung abad. Hal ini sebagaimana dapat
dilihat dari tahun wafat mereka yang ditetapkan sebagai pembaharu. Umar
bin Abdul Aziz wafat pada tahun 101 H. Asy-Syafi’i meninggal pada tahun
204 H, Ibnu Sirij wafat di tahun 306 H, Al-Baqilani pada tahun 403 H, Al-
Ghazali pada tahun 505 H, Ar-Razi pada tahun 606 H, Ibnu Daqiq Al-’ied
pada tahun 703 H dan Al-Iraqi pada tahun 808 H.
Para pensyarah tidak menyebut diantara mereka, seorang imam pun.
Mereka tidak menyebut nama Imam Ibnu Taimiyyah yang memimpin
gerakan pembaharuan dalam bidang pemikiran Islam dengan segala
aspeknya. Karena wafatnya jauh dari penghujung abad. Ibnu Taimiyyah
wafat di tahun 728 H.
Hadits di atas tidak berbunyi, "Allah mewafatkan seorang mujadid
(pembaharu) di penghujung abad." Tetapi hadits itu berbunyi, "Allah
mengutus seorang pembaharu di penghujung abad." Artinya, "Tugas
Page 23
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 23
pembaharu (mujadid) dimulai di penghujung abad dan bukan berakhir di
penghujung abad."
Saya menemukan Al-Allamah Al-Manawi menaruh perhatian terhadap
makna hadits ini. Dia berkata, "Ini merupakan peringatan yang perlu
menggunakan kecerdasan. Setiap orang yang berbicara tentang hadits ini
"Allah mengutus ………dan seterusnya hingga akhir hadits", memutuskan
berdasarkan bahwa orang yang diutus di penghujung abad, wafatnya juga
di penghujung abad. Anda memang ahlinya dalam mengambil kesimpulan
dengan segera. Al-Ba'tsu adalah Al-Irsal (mengutus/mengirim) yang terjadi
di penghujung abad, yaitu di awal abad. Arti mengutus ke dunia adalah
mempersiapkannya untuk menghadapi manusia agar dapat bermanfaat
bagi mereka. Memberinya kedudukan untuk menyebarkan hukum-hukum
Allah. Kemudian dia wafat dipenghujung abad juga. Coba renungkanlah
dengan obyektif!"
Al-Manawi berkata, "Saya melihat Ath-Thayyibi berpendapat, "Yang
dimaksud Al-Ba'tsu adalah setelah berlalunya 100 th. Hal ini merupakan
alam yang sudah dikenal."
Al-Kirmani berkata, "Orang yang berada dalam ketaatan pada Allah
selama seabad, juga termasuk orang yang membenarkan dan melaksanakan
perintah agama. Inilah yang dimaksud dengan orang yang menghabiskan
selama seabad dan dia masih hidup serta mengenal orang yang ada
diselilingnya."
Al-Manawi berkata, "Terkadang seorang pembaharu berada di
pertengahan abad bahkan terkadang lebih baik dari mereka yang diutus di
awal abad. Penyebutan secara khusus penghujung abad adalah karena
biasanya pada saat itu banyak ulama yang berpulang ke rahmatullah,
munculnya berbagai bid'ah dan bermunculan para dajjal32." Ini pendapat
yang dapat diterima akal.
Menurut saya (penulis), hadits ini memberi pengertian munculnya
abad baru berarti munculnya fajar dan harapan baru. Sehingga umat Islam
dapat menyambut kedatangan abad itu dengan harapan bahwa esok lebih
baik dari hari ini. Hati mereka penuh dengan niat yang membaja untuk
melakukan yang terbaik, berniat untuk merubah keadaan sekarang dengan
keadaan yang semestinya. Terlebih lagi di penghujung abad ini, umat Islam
harus mengoreksi diri dan meluruskan sikap-sikapnya yang menyimpang.
Mereka harus berusaha untuk mengambil pelajaran dari masa lalunya,
harus bangkit menjalani hidup saat ini dan selalu berusaha agar masa
depan menjadi lebih baik. Pendekatan diri mereka terhadap Allah hari ini
harus lebih baik dari kemarin dan esok hari harus lebih baik dari hari ini.
Hadits di atas tidak menutup kemungkinan hadirnya para pembaharu
di pertengahan atau di akhir abad. Ungkapan hadits itu adalah ungkapan
mengenai realita yang dapat disaksikan oleh orang-orang yang membaca
perjalanan sejarah umat ini. Diantara mereka yang pantas dikategorikan
32 Faidhul Qadir juz 1/12
Page 24
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 24
sebagai pembaharu yang muncul di pertengahan atau akhir abad adalah:
Ibnul Jauzi, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Asy-Syatibi, Ibnul Wazir, Ibnu
Hajar, Ad-Dahlawi, Asy-Syaukani dan lain sebagainya.
Siapa Yang Menjadi Obyek Pembaharuan?
Seperti yang dijelaskan di dalam hadits, yang menjadi obyek
pembaharuan adalah umat Islam, umat Muhammad. Al-Manawi berkata,
"Kata umat mengandung arti banyak orang, namun diungkapkan dengan
kata tunggal (yaitu kata ummat). Menggunakan lafadz bentuk tunggal,
namun mengandung arti jamak (banyak orang). Jama'ah atau komunitas
yang di tengah-tengah mereka diutus seorang nabi, mereka diseru untuk
menyembah Allah, maka mereka biasa disebut sebagai umat dakwah. Jika
semua atau sebagian yang beriman, maka mereka disebut dengan istilah
orang-orang beriman atau umat yang menerima dakwah (Ummatul
Ijabah). Itulah yang dimaksud hadits. Di samping itu diperkuat lagi dengan
ungkapan agamanya/agama umat (diiniha)33."
Kata Li-Hadzihil Ummati merupakan isyarat kepada ummat Islam, umat
yang menerima dakwah sepanjang abad itu atau generasi di abad itu.
Seolah-olah Nabi Saw mengundang mereka dihadapannya dan menunjuk
kepada mereka dengan sabdanya, "ummat ini."
Dia merupakan umat yang disebutkan di dalam Al-Qur'an, seperti
terdapat di dalam ayat berikut ini,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan." (Al-Baqarah (2):143)
öΝçGΖä.
uöyz
>π¨Βé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Ψ=Ï9
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia."
(Ali Imran (3):110)
Al-Qur'an dan Sunnah hanya mengenal sebutan umat untuk umat
Islam saja. Umat Islam adalah umat yang satu, walaupun berbeda suku,
bangsa, warna kulit dan negrinya.
¨βÎ)
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
öΝä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïm≡uρ
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu." (Al-Anbiya (21):92)
33 Faidhul Qadir juz 1/10
Page 25
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 25
¨βÎ)uρ
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
óΟä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
O$tΡr&uρ
öΝà6š/u‘
Èβθà)? $$sù
∩∈⊄∪
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku." (Al-Mukminun (23):52)
Oleh karena itu, kita tidak boleh mengungkapkan umat-umat Islam. Di
dalam Islam tidak terdapat umat-umat. Yang ada hanya umat yang satu.
Yang benar adalah menggunakan ungkapan negri-negri Islam. Karena
negri-negri Islam merupakan bagian dari umat Islam.
Pembaharuan secara mutlak dan keseluruhan meliputi seluruh umat
Islam dan berpengaruh secara merata. Pembaharuan secara sempurna
meliputi ilmu dan amal secara bersamaan. Menurut kami hal seperti ini
nampak pada pengaruh Umar bin Abdul Aziz, Asy-Syafi’i, Al-Ghazali dan
lainnya. Mereka semua termasuk para pembaharu yang berpengaruh
seluruh umat Islam. Walaupun terkadang pengaruh tersebut hanya pada
satu sisi kehidupan. Namun di lain sisi berpengaruh dalam berbagai aspek
kehidupan umat Islam.
Namun pembaharuan terkadang bersifat parsial, kadang kala pada sisi
kehidupan saja atau terkadang hanya meliputi satu daerah tertentu, bahkan
terkadang hanya berpengaruh pada satu kelompok saja. Akan tetapi bisa
jadi pengaruh pembaharuan meliputi berbagai aspek kehidupan, beberapa
kelompok bahkan terkadang berpengaruh pada beberapa negara.
Apa Agama Masyarakat Yang Menjadi Target Pembaharuan?
Seperti yang terdapat di dalam hadits, yang perlu diperbaharui adalah
agama. Namun apa yang dimaksud dengan agama yang terdapat di dalam
hadits di atas?
Kata Ad-Dien semakna dengan kata Al-Islam. Jika kata ini disebutkan,
maka mempunyai makna salah satu dari kedua makna berikut ini,
Pertama, bermakna metode illahi (Allah). Allah mengutus rasul-Nya,
menurunkan kitab-Nya demi menjelaskan metode illahi ini. Yang termasuk
ke dalam metode illahi adalah perkara akidah, ibadah, akhlak dan syari'at.
Metode Illahi ini berfungsi untuk mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah dan hubungan sesama manusia. Hal ini sebagaimana
diungkapkan Ibnu Khaldun, "Peraturan Allah adalah kompas bagi umat
manusia dengan memberikan pilihan pada mereka untuk kebaikan di
dunia dan akhirat."
Pada dasarnya, makna di atas adalah makna yang sudah fix, tidak
memerlukan perubahan dan tidak pula memerlukan adanya pembaharuan.
Kedua, bermakna keadaan yang dialami oleh manusia yang berkaitan
dengan makna pertama. Baik dari segi pemikiran, perasaan, perbuatan atau
akhlak. Sehingga dapat diungkapkan bahwa si fulan agamanya lemah, si A
agamanya kuat. Si fulanah Islamnya baik dan si anu Islamnya buruk.
Page 26
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 26
Pengertian dien/agama di atas dapat berubah-ubah, dapat bertambah
dan berkurang, melemah dan menguat, murni dan keruh, lurus dan
menyimpang tergantung pada pemahaman manusia terhadap agama. Kuat
atau lemahnya juga tergantung pada keimanan dan keterikatan seseorang
pada agama.
Makna agama seperti inilah yang perlu diperbaharui. Sehingga tidaklah
aneh bila kata dien/agama dalam hadits di atas bergandeng dengan kata
umat dan bukan bergandengan dengan kata Allah. Hal ini nampak pada
ungkapan Li yujaddida lahaa dienahaa. Sehingga pengertian pembaharuan
ditujukan pada agama umat dan bukan agama Allah.
Makna Pembaharuan
Oleh karena itu menurut kami, tidak beralasan penolakan sebagian
ulama untuk menggunakan istilah 'pembaharuan agama'. Mereka khawatir
istilah ini digunakan orang-orang sesat untuk ungkapan yang tidak
dibenarkan oleh Islam. Penggunaan istilah yang kami maksud di sini bukan
ditujukan untuk pengertian pembaharuan agama yang diturunkan Allah
(yaitu bukan pengertian agama dalam makna yang pertama). Ungkapan ini
telah biasa digunakan dan dibenarkan oleh hadits. Tidak perlu seorang
muslim merasa khawatir untuk menggunakan ungkapan ini. Yang
terpenting adalah kita harus memberikan batasan pengertiannya, sehingga
setiap orang atau setiap kelompok tidak menggunakan ungkapan ini
semaunya. Kalau begitu, apa arti pembaharuan di sini?!
Al-'Azizi di dalam syarah Al-Jami' Ash-Shagir mengutip dari Al-'Alqami
menjelaskan bahwa makna At-Tajdid (pembaharuan) adalah
menghidupkan kembali untuk mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah yang
selama ini telah dilupakan34. Sehingga pembaharuan ditujukan pada amal
perbuatan.
Imam Al-Manawi berkata dalam menjelaskan lafadz yujaddidu adalah
menjelaskan mana saja yang termasuk perbuatan sunnah dan perbuatan
bid'ah. Mengembangkan ilmu dan menolong orang-orang yang berilmu.
Kemudian meluruskan orang-orang yang gemar berbuat bid'ah35.
Pengertian pembaharuan di sini adalah ditujukan pada ilmu.
Di bagian lain, imam Al-Manawi berkata, "Pengertian memperbaharui
adalah menghidupkan kembali hukum-hukum syari'at Islam yang telah
dilupakan. Menghidupkan kembali rambu-rambu sunnah yang telah
hilang dan menghidupkan kembali ilmu-ilmu teori dan praktek36."
Ungkapan pembaharuan di atas meliputi ilmu dan amal. Pembaharuan
secara mutlak meliputi ilmu dan amal secara keseluruhan.
Saya (penulis) ingin memperingatkan disini tentang makna penting dari
pembaharuan. Pembaharuan terhadap sesuatu merupakan usaha
34 Juz 1 hal. 411 dari buku As-Siraj Al-Munir karya Al-'Azizi
35 Faidhul Qadir juz 2/281, 282
36 Al-Faidh juz 1 hal. 10
Page 27
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 27
mengembalikan sesuatu seperti ketika pertama kali muncul, sehingga
kemunculannya seolah-olah seperti baru. Hal itu dengan menguatkan
sesuatu yang telah lemah, memperbaiki yang telah rusak, menambal
sesuatu yang telah koyak, sehingga kembali seperti keadaan semula.
Sehingga pembaharuan bukanlah merubah tabi'at/ karakteristik yang
lama, bukan pula mengganti dengan sesuatu yang lain, baru dan
merupakan hasil kreativitas. Ini semua bukan termasuk dalam kategori
pembaharuan.
Sebagai contoh, ketika kita ingin merenovasi/memperbaharui suatu
bangunan kuno, maka kita harus menjaga keaslian, keorisinalan,
karakteristik dan kekhasan penting bangunan lama. Maka menjaga
kekhasan, memperbaiki segala yang rusak dan memperbaiki jalan masuk
serta memudahkan sarana untuk mencapai bangunan itu termasuk aktifitas
renovasi/pembaharuan. Sehingga pembaharuan terhadap sesuatu
bukanlah merubuhkannya dan mendirikan bangunan baru dengan model
yang baru.
Demikian pula halnya dengan memperbaharui urusan agama.
Memperbaharui urusan agama bukan berarti memunculkan sesuatu
dengan karakteristik baru. Namun memperbaharui urusan agama adalah
mengembalikannya seperti di masa Rasulullah, para sahabat dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Orang yang membaca fiqih para shahabat Rasulullah dan para tabi'in,
niscaya akan memahami bahwa mereka adalah manusia yang paling
paham terhadap semangat Islam dan tujuan-tujuan dari syari'at Islam.
Mereka amat berpegang teguh pada syari'at Islam. Selain itu, mereka juga
berijtihad mencari hukum pada perkara-perkara baru, namun dengan
tetap menjaga semangat persaudaraan sesama muslim. Masyarakat pada
saat itu mengetahui bahwa Allah menurunkan syari'at Islam untuk
kepentingan hamba-hamba-Nya. Dia menginginkan kemudahan bagi
hamba-hamba-Nya dan bukan menghendaki kesulitan mereka. Metode
mereka seperti yang diungkapkan oleh Ali r.a. (metode pertengahan).
Kunci pembaharuan agama adalah kesadaran dan pemahaman. Dalam
ungkapan Islam adalah fiqih. Yang saya maksud dengan fiqih di sini bukan
makna fiqih menurut istilah. Bukan dalam pengertian segala yang
berkaitan dengan pengetahuan hukum furu' seperti wudhu', shalat,
menyusui, menikah, thalaq saja. Namun yang saya maksud fiqih disini
adalah pemahaman seseorang terhadap Al-Qur'an dan Sunnah. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini,
ô‰s%
$uΖù=¢Ásù
ÏM≈tƒFψ$#
5Θöθs)Ï9
šχθßγs)øtƒ
∩®∇∪
"Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami
kepada orang-orang yang mengetahui." (Al-'An'am (6):98)
Page 28
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 28
Allah menjelaskan bahwa pemahaman seperti ini tidak dimiliki orang-
orang musyrik dan musuh-musuh Islam. Hal ini seperti yang dijelaskan
dalam ayat berikut ini,
"Kaum yang tidak mengerti." (Al-Anfal (8):65)
Allah menjelaskan tentang penduduk neraka dengan ungkapan seperti
ini,
öΝçλm;
Ò>θè=è%
ω
šχθßγs)øtƒ
$pκÍ5
"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah)." (Al-'Araf (7):179)
Allah berfirman,
Ÿωöθn=sù
txtΡ
⎯ÏΒ
Èe≅ä.
7πs%öÏù
öΝåκ÷]ÏiΒ
×πxÍ←!$sÛ
(#θßγ¤)xtGuŠÏj9
’Îû
Ç⎯ƒÏe$!$#
(#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ
óΟßγtΒöθs%
#sŒÎ)
(#þθãèy_u‘
öΝÍκös9Î)
óΟßγ¯=yès9
šχρâ‘x‹øts†
∩⊇⊄⊄∪
"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya." (At-Taubah (9):122)
Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka dia akan diberi
pemahaman dalam urusan agama.37"
Fiqih (pemahaman) di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Al-
Qur'an dan As-Sunnah adalah pemahaman tentang alam dan tentang
agama. Oleh karena itu, yang pertama adalah pemahaman mengenai Allah
dalam kaitannya dengan penciptaan. Yang kedua pemahaman mengenai
Allah dalam kaitannya dengan syari'at-Nya.
Yang dimaksud dengan pemahaman tentang alam adalah pemahaman
ayat-ayat Allah yang terdapat dalam jiwa manusia dan planet-planet.
Pemahaman tentang sunatullah-Nya yang tidak pernah berubah atas alam
dan manusia. Hal ini sebagaimana yagn ditunjukkan redaksi ayat-ayat Al-
Qur'an.
Yang dimaksud dengan pemahaman tentang dien/agama adalah
mengetahui, memahami setelah mempelajari Islam secara mendalam dari
sumbernya yang jernih. Yaitu dari orang-orang yang memiliki pemahaman
yang lurus dan bersih. Mempelajari dari orang-orang yang memperoleh
tuntunan dari generasi pertama yaitu generasi yang paling memahami
37 HR Muttafaq 'alaih, hadits yang diriwayatkan melalui Mu'awiyyah r.a.
Page 29
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 29
Islam dan generasi yang paling komitmen pada Islam. Mempelajari Islam
dari orang-orang yang tidak lalai pada keuniversalan, kemoderatan dan
kemudahan Islam. Orang-orang seperti ini mampu membedakan antara
perkara yang kulliyat (menyeluruh, global) dan juziyyat (parsial), dapat
membedakan antara hukum-hukum yang ushul (pokok) dan yang furu'
(cabang). Mereka juga mampu membedakan bagian ajaran Islam mana
yang tetap dan abadi (tsabat dan khulud) serta bagian mana yang elastis
dan dapat berubah (murunah dan taghayyur). Mereka dapat membedakan
tingkatan dan derajat perbuatan menurut syari'at Islam. Apakah perbuatan
itu baik (hasanah) atau buruk (sayyi'at). Mereka tahu bahwa rukun
berbeda dengan hal-hal yang fardhu. Mereka juga tahu bahwa fardhu
tidak sama dengan wajib. Kewajiban juga tidak sama dengan sunnah dan
rawatib. Rawatib juga berbeda dengan perbuatan mustahabbaat.
Di sisi lain, mereka juga mengetahui bahwa kekufuran tidak sama
dengan perbuatan maksiat, walaupun termasuk perbuatan dosa besar.
Mereka tahu bahwa dosa besar yang diharamkan tidak sama dengan dosa
kecil. Mereka juga memahami bahwa dosa kecil tidak sama dengan perkara
yang syubhat. Hal-hal yang haram tidak sama dengan hal-hal yang
makruh. Mereka dapat membedakan antara perkara makruh yang
diharamkan (tahriman) dan perkara makruh yang dibersihkan (tanzihan).
Setiap perbuatan ada tingkatannya dan setiap tingkatan ada status
hukumnya.
Mencampur adukkan dan menyamakan perbedaan antara derajat
perbuatan dan perbuatan itu sendiri merupakan perbuatan yang amat
bodoh dan membahayakan. Juga termasuk hal yang bodoh dan
membahayakan, jika menganggap sesuatu yang menyeluruh sebagai satu
bagian. Menggabungkan sesuatu yang telah dipisahkan dan dibedakan oleh
Allah juga termasuk perbuatan yang bodoh dan menyesatkan. Memisahkan
sesuatu yang telah digabungkan oleh Allah juga termasuk perbuatan yang
odoh dan amat berbahaya.
Di abad 15 H ini, kita membutuhkan pembaharuan dalam bidang
pemikiran yang bersifat budaya dan pendidikan (tajdid fikriy tsaqafi)
secara luas dan mendalam. Pembaharuan akan mengembalikan kehidupan
dan kegiatan ijtihad kembali bersemi. Ijtihad dilihat dari jenisnya dibagi
menjadi dua:
1. Ijtihad dalam pengertian memilih pendapat yang kuat secara murni
2. Ijtihad dalam pengertian kreasi yang membangun
Ijtihad itu adalah mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan
baru dan kontemporer. Solusi itu digali dari syari'at Islam. Ijtihad dapat
mendeteksi, mendiagnosa berbagai penyakit masyarakat disertai
kemampuan memberi resep yang diambil apotik Islam dan bukan dari
apotik barat yang sekularis atau apotik timur yang atheis.
Hal ini diwajibkan atas kelompok ilmiah yang bergerak dalam bidang
ini (ijtihad). Janganlah engkau membatasi sumber pendapat-pendapat
ijtihad. Selain itu, wajib atas fakultas syari'ah membuat metode, buku-buku
Page 30
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 30
dan kajiannya dalam bidang fiqih, ushul fiqih dan sejarahnya, terlebih lagi
fiqih Al-Qur'an dan Sunnah dalam studi komparasi ilmiah. Sehingga
fakultas syari'ah mampu untuk membentuk akal pemikiran yang merdeka
dan diharapkan dapat berijtihad di bidangnya. Hendaknya fakultas syari'ah
dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa cerdas dan menguatkan
tekad untuk tetap berada di jalan ini.
Pembaharuan mampu untuk mengembalikan Islam ke panggung dunia
dalam bahasa kekinian. Pembaharuan menyeru semua kaum dengan
bahasa mereka. Pembaharuan menyadari kekhasan masa kini, kekhasan
Islam dan kekhasan masing-masing kaum. Pembaharuan mampu
memahami pemahaman secara luas dan mendalam. Allah berfirman,
!$tΒuρ
$uΖù=y™ö‘r&
⎯ÏΒ
@Αθß™§‘
ωÎ)
Èβ$|¡Î=Î/
⎯ϵÏΒöθs%
š⎥Îi⎫t7ãŠÏ9
öΝçλm;
(
"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka." (Ibrahim (14):4)
Ayat ini tidak berarti kita bercakap-cakap bahasa Inggris terhadap
orang Inggris dan berbahasa Cina dengan orang Cina. Tidak itu saja. Tapi
harus tahu bagaimana kita dapat masuk dalam akal dan hati orang Inggris.
Bagaimana kita dapat masuk dalam akal dan hati orang Cina. Pendekatan
tertentu terkadang cocok untuk suatu negara, namun tidak cocok untuk
negara yang lain.
Ini berarti perlu adanya perkembangan sarana dan tekhnis dakwah.
Selain itu perlu pengembangan kemampuan para pengemban dakwah.
Perkembangan ini sesuai dengan tuntutan zaman dan pengarahan Islam.
Berbicara pada kaum/bangsa yang telah sampai ke bulan bukan
dengan bahasa kaum/bangsa yang tinggal di pedalaman. Masing-masing
mereka mempunyai bahasa. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bahasa
setiap bangsa, agar kita dapat berpikir seperti mereka dan dapat
menjelaskan kepada mereka.
Pembaharuan dapat mengembalikan pandangan mengenai ilmu-ilmu
tentang manusia dan masyarakat dari sudut pandang Islam yang benar,
yaitu sudut pandang yang bersandar pada filsafat Islam yang menyeluruh
dan yang bersandar pada pandangan Islam terhadap agama, kehidupan,
manusia, masyarakat dan sejarah. Semua itu dapat dimanfaatkan seluruh
sekolah yang berdiri dan dapat pula dimanfaatkan oleh berbagai hasil
penelitian serta analisanya. Semua itu dapat dilakukan tanpa harus
terpasung oleh satu filsafat atau seluruh filsafat.
Ini berarti, perguruan tinggi kita harus dapat melepaskan dari belenggu
pemikiran barat yang memiliki cabang dua yaitu Liberal dan Marx.
Perguruan tinggi kita harus kembali pada akar dan pokok ajaran Islam.
Semua perguruan kita harus mengambil segala sesuatu yang berasal dari
Islam. Semua perguruan tinggi hendaknya mampu untuk mencetak
generasi yang memiliki pemikiran yang merdeka. Perguruan tinggi
Page 31
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 31
seharusnya mampu memadukan antara keorisinalan Islam dan
kemoderanan zaman.
Hal ini merupakan kewajiban bagi seluruh perguruan tinggi di negri
Arab dan dunia Islam. Merupakan kewajiban perguruan tinggi Islam
khususnya, seperti Universitas Al-Azhar, Universitas Imam Muhammad bin
Su'ud, Universitas Islam Al-'Alamiyyah di Islamabad dan perguruan tinggi
lainnya.
Pembaharuan memberi kesempatan kepada umat Islam untuk unggul
ilmu alam dan matematika, memberi kesempatan kepada mereka untuk
unggul dalam penerapan tekhnologi di lapangan sipil dan militer.
Pembaharuan memberi kesempatan kepada umat mampu membuat
persenjataan, memberi kesempatan untuk mengeksplorasi hasil alam yang
tersebar. Sehingga tidak ada lagi kekurangan pangan dan kelemahan
persenjataan.
Ini semua menuntut adanya pengembangan metode pengajaran, sarana,
tujuan dan tekhnis pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman dan sesuai
dengan yang diwajibkan oleh Islam.
Jika para ahli pendidikan di Amerika Serikat menyerukan keharusan
pengembangan pendidikan yang disesuaikan tuntutan zaman. Karena
mereka berpendapat bahwa umat manusia berada dalam jurang bahaya.
Jika perjalanan dunia pendidikan mereka senantiasa disempurnakan,
lalu bagaimana keadaan kita saat ini?
Pembaharuan agama bukan dari segi pemikiran saja, sebagaimana
pemahaman mayoritas. Ketika mereka menyebut kata 'pembaharuan' dan
memperbincangkannya, maka hanya berputar pada perkara pembaharuan
ijtihad dan membangkitkan pemikiran muslim untuk menghadapi
perkembangan zaman.
Tidak diragukan lagi, pembaharuan pemikiran, menghidupkan ijtihad
dan merubah paradigma salah, muncul sebagai garis depan pembaharuan.
Ilmu harus ada terlebih dahulu, mendahului perbuatan dan pemikiran
mendahului gerakan.
Untuk melandasi pendapat ini cukuplah wahyu pertama yang turun
kepada Rasulullah Saw dijadikan dalil. Wahyu pertama yang turun kepada
beliau diawali dengan kata Iqra' (bacalah). Ya memang benar, membaca
adalah kunci dari ilmu, pemikiran dan pengamatan.
Namun yang namanya manusia tidak terdiri dari akal saja. Manusia
memiliki akal dan hati, tubuh dan ruh. Oleh karena itu pembaharuan
terhadap diri manusia adalah pembaharuan manusia secara keseluruhan.
Inilah yang menjadi perhatian terbesar bagi Islam. Islam memberikan
perhatiannya secara proporsional, menurut haknya masing-masing.
Para ulama yang mempunyai perhatian terhadap para pembaharu
dalam sejarah Islam sepakat bahwa Umar bin Abdul Aziz merupakan
Page 32
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 32
mujadid (pembaharu) di abad pertama hijriah (tahun 101 H), meskipun
masa pemerintahannya tidak lebih dari 30 bulan.
Pembaharuan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz bukan dalam
bidang pemikiran atau ilmu, sebagaimana pembaharuan yang dilakukan
imam Syafi’i dalam abad ke 2 H. Pembaharuan yang dilakukan Umar
adalah pembaharuan dalam amal perbuatan dan pemerintahan. Beliau
menilai batil tradisi dosa. Beliau menghidupkan berbagai kebiasan adil.
Selain itu, dia melenyapkan berbagai perbuatan dzalim, mengembalikan
hak kepada pemiliknya dan menolak berbagai ambisi serta keinginan
keluarganya. Dalam pemerintahannya, selalu disebarkan suasana
ketakwaan dan rasa takut kepada Allah. Oleh karena itu, para ulama
mengkategorikan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah kelima dari
Khulafaur Rasyidin yang empat.
Umar berhasil melakukan itu semua, tanpa sedikit pun rasa sombong,
berbangga hati dan membusungkan dada. Namun beliau selalu berharap
cemas sambil berdoa, "Ya Allah, Umar memang tidak layak memperoleh
rahmat-Mu, namun rahmat-Mu berhak memperoleh Umar!!."
Suatu ketika, seseorang merasa berhutang budi dengan Umar bin Abdul
Aziz, sehingga dia berucap, "Semoga Allah memberikanmu balasan
kebaikan dari Islam." Namun Umar menjawab, "Semoga Allah memberikan
kebaikan/kemajuan Islam lantaran diriku."
Beliau mengembalikan hak kepada pemiliknya. Beliau meletakkan
perkara pada tempatnya. Sehingga Islam yang telah merubah Umar
sedemikian rupa. Bukan Umar yang merubah Islam.
Pembaharuan Dari Segi Keimanan
Yang kami maksud dengan keimanan adalah akidah Islam dan
dasarnya yang berbentuk Tauhid. Unsur-unsur keimanan dibagi menjadi 3,
"Hendaknya kita tidak mencari tuhan selain Allah, tidak menjadikan
penolong selain Allah serta tidak mencari hukum selain hukum Allah."
Inilah makna syahadat Laa ilaaha Illa Allah.
Setelah tauhid, berlanjut pada keimanan terhadap risalah Islam, yaitu
bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Dia bukan tuhan, bukan pula anak
tuhan dan dia tidak berkedudukan sebagai tuhan. Beliau hanyalah hamba
Allah dan rasul-Nya. Allah menurunkan kitab-Nya kepada beliau. Beliau
menyampaikan semua yang diwahyukan padanya. Beliau tidak pernah
berkhianat dan tidak pernah menyembunyikan satu pun ayat Allah. Semua
yang diucapkannya tidak berangkat dari hawa nafsu.
÷βÎ)
uθèδ
ωÎ)
Ö©óruρ
4©yrθãƒ
∩⊆∪
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (An-Najm (53):4)
Page 33
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 33
Salah satu aspek akidah yang disampaikan Rasulullah adalah, keimanan
terhadap akhirat dan balasan perbuatan manusia di dunia. Kematian
bukanlah akhir segalanya. Di balik kehidupan yang fana ini terdapat
kehidupan lain yang kekal. Setiap jiwa akan wafat dan dibalas sesuai
dengan amal perbuatannya di dunia.
⎯yϑsù
ö≅yϑ÷ètƒ
tΑ$s)÷WÏΒ
>六sŒ
#\ø‹yz
…çνttƒ
∩∠∪
⎯tΒuρ
ö≅yϑ÷ètƒ
tΑ$s)÷WÏΒ
;六sŒ
#vx©
…çνttƒ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula." (Al-Zalzalah (99):7-8)
Urgensi Keimanan Dalam Kehidupan Kita
Keimanan dalam kehidupan kita sebagai muslim bukanlah suatu
perkara yang remeh. Sekali lagi tidak, keimanan adalah permata dan inti
keberadaan kita di dunia ini. Keimanan merupakan rahasia kelangsungan
hidup kita di dunia dan juga merupakan sumber risalah Islam. Kehidupan
kita tidak ada artinya tanpa keimanan dan tidak ada alasan yang mendasari
keberadaan kita di dunia.
Setiap orang memiliki kunci. Jika engkau mengetahui kunci itu dan
dapat menggunakannya, maka engkau dapat mengetahui potensi yang
dimiliki. Dengan kunci itu, engkau dapat menyalakan kandungan
potensimu. Kunci kepribadian manusia di dalam umat kita adalah
keimanan.
Dengan kunci itu, engkau dapat menggerakkan mobil di daratan, kapal
laut di lautan dan pesawat terbang di udara, sehingga engkau dapat
mempersingkat lamanya perjalanan. Demikian pula dengan keimanan,
keimanan dapat menggerakkan segala potensi umat. Sehingga dengan
segala potensi tersebut akan tercipta berbagai keajaiban dan
bermunculannya para tokoh yang membawa harum Islam.
Sementara itu ada sebagian orang menempuh cara lain untuk
menggerakkan umat. Mereka menyanyikan lagu mars untuk
menggerakkan umat. Mendengar lagu ini, umat tidak akan tergerak dan
bersemangat menyambut seruan lagu tersebut.
Mereka menyanyikan lagu-lagu nasionalis, sosialis dan demokrasi.
Namun mereka tidak menghasilkan apa pun juga. Yang ada hanyalah
kemunduran dan kerugian.
Namun ketika engkau memimpin umat ini dengan mushaf yang engkau
angkat ke angkasa atau engkau meneriakkan Allahu Akbar dan berkata,
"Wahai wangi surga bertiuplah ke arahku." Engkau mungkin akan terkejut,
sekelompok orang berjalan bersamamu dan di belakangmu terdapat jutaan
orang yang siap untuk gugur di jalan Allah.
Page 34
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 34
Keimanan ini terdapat di dalam fitrah umat ini. Keimanan seperti
sebuah bibit unggul di tanah yang subur. Kita wajib menjaganya,
menumbuhkannya dan memberi pupuk. Disamping itu, kita juga harus
menjaganya dari serangan hama dan serangga. Sehingga bibit itu dapat
tumbuh, berbunga, berbuah dan hasilnya dapat dimakan dengan izin Allah.
Kita Membutuhkan Pendidikan Keimanan
Oleh karenanya, kita butuh pada pendidikan keimanan yang benar.
Makna-makna ketuhanan yang pokok ditanamkan di dalam hati. Seperti,
rasa takut pada Allah, berharap pada-Nya, lemah lembut pada-Nya,
mencintai-Nya, ridha pada-Nya, tawakal pada-Nya, kembali pada-Nya, taat
pada perintah-Nya, menerima hukum-Nya dan hukum rasul-Nya.
Sebagaimana yang terdapat di dalam ayat berikut ini,
Ÿξsù
y7În/u‘uρ
Ÿω
šχθãΨÏΒ÷σãƒ
4©®Lym
x8θßϑÅj3ysãƒ
$yϑŠÏù
tyfx©
óΟßγoΨ÷t/
§ΝèO
Ÿω
(#ρ߉Ågs†
þ’Îû
öΝÎηÅ¡àΡr&
%[`tym
$£ϑÏiΒ
|MøŠŸÒs%
(#θßϑÏk=|¡ç„uρ
$VϑŠÎ=ó¡n@
∩∉∈∪
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya." (An-Nisaa' (4):65)
$yϑ¯ΡÎ)
tβ%x.
tΑöθs%
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
#sŒÎ)
(#þθããߊ
’n<Î)
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
u/ä3ósu‹Ï9
öΝßγoΨ÷t/
βr&
(#θä9θà)tƒ
$uΖ÷èÏϑy™
$uΖ÷èsÛr&uρ
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
tβθßsÎ=øßϑø9$#
∩∈⊇∪
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (An-Nuur
(24):51)
Dari unsur-unsur pendidikan ini muncul berbagai makna akhirat dan
segala yang berhubungan dengannya. Seperti, kematian, kuburan, hari
kebangkitan, hari berkumpul, hari perhitungan, hari ditunjukkannya
catatan amal, hari penimbangan amal, berjalan di atas sirat Al-Mustaqim,
surga dan neraka.
Dengan kata lain kita butuh pada suatu warna sufi ketuhanan yang
diungkapkan oleh sebagian orang dengan ungkapan, "Kejujuran bersama
kebenaran, akhlak dengan akhlak." Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan
firman Allah berikut ini,
Page 35
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 35
¨βÎ)
©!$#
yìtΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θs)? $#
t⎦⎪Ï%©!$#¨ρ
Νèδ
šχθãΖÅ¡øt’Χ
∩⊇⊄∇∪
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan." (An-Nahl (16):128)
Ayat di atas menggambarkan ruh/inti agama yang benar: "Takwa
kepada Allah dan berbuat baik kepada orang lain. Sehingga tashawwuf
yang sebenarnya adalah ketakwaan dan akhlak, sebelum segala sesuatu."
Ibnul Qayyim berkata, "Agama secara keseluruhan adalah akhlak.
Sehingga barangsiapa menambah akhlak dengan sesuatu yang lain, itu
berarti dia menambah-nambah agama, demikian pula dengan takwa."
Di dalam Madarij As-Salikin, Ibnul Qayyim mengutip dari sebagian
pelopor sufi mengenai definisi tashawwuf. Dia berpendapat, "Tashawwuf
itu adalah akhlak. Sehingga barangsiapa menambah akhlak dengan sesuatu
yang lain, itu berarti dia menambah-nambah tashawwuf38."
Inilah tashawwuf yang kami maksud: "Tashawwuf pendidikan, akhlak
Qur'an dan Sunnah." Tashawwuf-lah yang memberi makan keimanan,
melembutkan hati, menggerakkan hati, mengasah keinginan, mendidik
jiwa, menguatkan tingkah laku dalam naungan Al-Qur'an dan Sunnah
serta di bawah petunjuk Salafush Salih. Inilah tashawwuf yang kita idam-
idamkan dan yang kita serukan. Tashawwuflah yang melaksanakan tugas
pensucian (tazkiyyah) yang telah diisyaratkan Al-Qur'an dalam memberi
tugas-tugas kerasulan.
uθèδ
“Ï%©!$#
y]yèt/
’Îû
z⎯↵Íh‹ÏiΒW{$#
Zωθß™u‘
öΝåκ÷]ÏiΒ
(#θè=÷Ftƒ
öΝÍκön=tã
⎯ϵÏG≈tƒ#u™
öΝÍκÏj.t“ãƒuρ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka." (Al-Jumu'ah (62):2)
Tashawwuf adalah suatu tingkat ihsan dalam diri seorang muslim.
Ihsan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits nabi Saw berikut ini,
"Al-Ihsan adalah engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa
Dia melihat engkau." (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaa'i)
Namun ada juga tashawwuf yang negatif, seperti yang diungkapkan
oleh sebagian orang. Mereka mengatakan, "Berikanlah tugas penciptaan
kepada Allah Yang Maha Pencipta, berikanlah kerajaan kepada raja!"
Tashawwuf seperti ini mengabaikan perintah kepada yang ma'ruf dan
pencegahan terhadap yang mungkar. Tashawwuf seperti ini tertolak.
Mereka berkata, "Hamba-hamba Allah menegakkan yang diinginkannya."
Ungkapan ini adalah ungkapan yang benar, namun dengan maksud.
38 Madarij As-Salikin juz 2/307
Page 36
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 36
Contoh penyimpangan lain dari tashawwuf adalah, menghilangkan
kepribadian seorang pengikut dihadapan gurunya. Sebagaimana yang
mereka katakan, "Seorang murid bertanya kepada gurunya, "Mengapa?
Mengapa dia bahagia?" Lalu mereka berkata, "Seorang berada dihadapan
gurunya, seperti seonggok mayat dihadapan orang yang memandikannya."
Ini juga sesuatu yang ditolak.
Ada pula orang yang memahami tashawwuf dengan membedakan
antara hakikat dan syari'ah. Mereka berkata, "Barangsiapa memandang
makhluk dengan pandangan syari'ah, maka dia telah melampaui batas.
Barangsiapa memandang makhluk dengan pandangan hakikat, berarti dia
lengah terhadap makhluk." Kami tidak sepertinya.
Jika yang dimaksud tashawwuf adalah perdukunan dan memperjual
belikan agama pada orang-orang awam, maka hal itu merupakan hal yang
batil. Para dukun dapat membuat cerita-cerita bohong dan memberikan
orang-orang awam berbagai jampi.
Pendek kata, jika tashawwuf sebagai sarang cerita-cerita khurafat
dalam pemikiran, syirik dalam akidah, bid'ah dalam ibadah, lemah dalam
akhlak, negatif dalam tingkah laku serta tidak mempedulikan kehidupan,
maka kamilah orang yang pertama kali memerangi tashawwuf seperti ini.
Agama Islam akan mengalami pembaharuan yang sebenarnya dengan
dakwah mengajak kepada Islam. Islam yang dikandung dalam Al-Qur'an
dan dijelaskan oleh sunnah. Islam yang dipahami para sahabat dan para
pengikutnya yang mengikuti mereka dengan baik. Kami menyeru kepada
Islam yang murni tanpa ada kesyirikan, bersih tanpa ada noda. Kami
menyeru kepada Islam secara universal yang tidak terkotak-kotak. Kami
menyeru pada Islam secara proporsional, tidak dilebih-lebihkan dan juga
tidak dikurangi. Kami menyeru kepada Islam sebagai jalan yang lurus, yang
tidak menyimpang atau cendrung ke kanan dan ke kiri. Allah Swt
berfirman,
¨βr&uρ
#x‹≈yδ
‘ÏÛ≡uÅÀ
$VϑŠÉ)tGó¡ãΒ
çνθãèÎ7? $$sù
(
Ÿωuρ
(#θãèÎ7−Fs?
Ÿ≅ç6¡9$#
s−§xtGsù
öΝä3Î/
⎯tã
⎯Ï&Î#‹Î7y™
4
öΝä3Ï9≡sŒ
Νä38¢¹uρ
⎯ϵÎ/
öΝà6¯=yès9
tβθà)−Gs?
∩⊇∈⊂∪
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa." (Al-An'am (6):153)
2. Ijtihad Dan Pembaharuan: Antara Standar Menurut
Syari'at Islam dan Tuntutan Zaman
Dulu pernah terjadi dialog antara majalah Al-Ummah Al-Qathariyyah
dengan penulis, seputar permasalahan ijtihad dan pembaharuan:
Page 37
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 37
Ijtihad merupakan bagian dari agama Islam. Bahkan ijtihad merupakan
salah satu hal pokok yang menguatkan kedinamisan Islam dan
kemampuannya dalam memberikan solusi bagi berbagai permasalahan
hidup yang baru. Kapan gerakan ijtihad ini dimulai? Apakah pintu ijtihad
telah ditutup sebagaimana yang diklaim sebagian orang di masa-masa
tertentu? Siapa yang bertanggung jawab terhadap pernyataan ini? Apakah
benar daulah Utsmaniyyah?
Ijtihad telah dimulai sejak masa Nabi Saw. Hal ini nampak dalam
peristiwa 'Shalat Ashar di Bani Quraidzah'. Selain itu terdapat di dalam
hadits Mu'adz. Pada suatu ketika Nabi Saw mengutus Mu'adz ke Yaman.
Beliau bertanya, "Dengan apa engkau memutuskan perkara, jika engkau
dihadapkan suatu perkara?"
Muadz menjawab, "Dengan kitabullah."
Beliau kembali bertanya, "Jika tidak ditemukan dalam kitabullah?"
Muadz menjawab, "Dengan sunnah Rasulullah."
Beliau kembali bertanya, "Jika tidak ditemukan dalam sunnahku?"
Muadz menjawab, "Saya akan berijtihad menurut pendapatku."
Mendengar jawaban ini Nabi Saw menyetujuinya dan bahkan beliau
memujinya. Hadits ini merupakan hadits masyhur. Sejumlah imam menilai
sanad hadits ini baik (jayyid). Mereka adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnul
Qayyim, Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir dan lain sebagainya. Sejumlah sahabat
Rasulullah Saw melakukan ijtihad terhadap beberapa masalah, ketika
mereka tidak lagi bersama Rasulullah. Diantara mereka ada yang ijtihadnya
diakui dan sebagian yang lain ada yang melakukan ralat terhadap
pendapatnya yang terdahulu.
Di masa pasca Nabi Saw wafat, para sahabat melakukan ijtihad. Mereka
menghadapi berbagai permasalahan kehidupan yang baru yang
bermunculan di tengah masyarakat yang berperadaban. Para sahabat
menggali pendapat mereka dari nash-nash Islam dan petunjuk Islam secara
umum. Dengan ijtihad, mereka menemukan solusi untuk berbagai
permasalahan. Menemukan penawar untuk berbagai penyakit.
Ijtihad para sahabat dalam berbagai fakta kehidupan dan pemahaman
mereka terhadap Islam mengenai solusinya merupakan contoh yang benar
dari fiqih pokok Islam. Fiqih pokok Islam yang bersifat realistis, mudah
serta tetap memperhatikan syari'at untuk kepentingan manusia tanpa
melanggar nash-nash syari'at.
Jika melihat fiqih Khulafaur Rasyidin, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Aisyah
dan fiqih para sahabat lainnya, maka akan terlihat dengan jelas dan
meyakinkan bahwa para sahabat adalah generasi yang paling memahami
semangat Islam.
Contohnya adalah sikap Umar dan para sahabat (diantaranya Ali dan
Mu'adz) yang paling memahami fiqih. Umar dan dua orang sahabatnya ini
tidak setuju dengan pembagian tanah Irak diserahkan kepada orang-orang
Page 38
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 38
yang ikut serta dalam penaklukkan Irak. Para penakluk Irak ini
menganggap tanah Irak termasuk dalam kategori ghanimah (rampasan
perang), yaitu mendapat 4/5 rampasan perang. Allah berfirman,
(#þθßϑn=÷æ$#uρ
$yϑ¯Ρr&
ΝçGôϑÏΨxî
⎯ÏiΒ
&™ó©x«
¨βr'sù
¬!
…çµ|¡çΗè~
"Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah." (Al-'Anfal (8):41)
Umar dan dua orang sahabatnya ini berpendapat tanah Irak untuk
kepentingan generasi-generasi Islam yang akan datang. Beliau berkata
kepada mereka yang menuntut adanya pembagian tanah Irak sebagai
ghanimah, "Apakah kalian menghendaki generasi mendatang tidak
memiliki apapun juga?!"
Ali dan Muadz berkata pada Umar, "Putuskanlah perkara yang
memiliki maslahat masyarakat saat ini dan akan datang!"
Oleh karena itu, Umar memutuskan adanya kewajiban agar umat saling
tolong menolong di seluruh generasi dan di setiap pelosok.
Contoh yang lain adalah sikap Utsman r.a. mengenai unta yang hilang.
Di dalam hadits dijelaskan bahwa unta yang hilang tidak perlu dicari, dia
akan kembali ke pemiliknya. Rasulullah menjawab pertanyaan orang yang
menanyakan permasalahan ini, "Apa urusanmu dan urusannya (unta yang
hilang)? Unta itu mengenakan sepatunya dan dia memiliki kantung air. Dia
akan mendatangi kolam air dan akan makan daun-daunan hingga
akhirnya dia pulang menemui tuannya (pemiliknya). Demikianlah, unta
yang hilang akan dibiarkan saja seperti yang terjadi di masa pemerintahan
Abu Bakar dan Umar. Unta itu dibiarkan begitu saja, tidak ada seorang pun
yang mengambilnya hingga unta itu kembali ke pemiliknya." Namun ketika
Utsman memerintah, masyarakat telah berubah. Masyarakat mengambil
unta-unta yang tidak diketahui pemiliknya, sehingga sebagian unta yang
hilang tidak kembali ke pemiliknya. Oleh karena itu, Utsman menunjuk
seorang penggembala yang bertugas mengumpulkan unta-unta yang
hilang, kemudian mengumumkan ciri-cirinya. Jika pemilik unta itu tidak
datang untuk mengambilnya, maka unta itu dijual. Hasil penjualan itu
disimpan dan diberikan ketika pemiliknya datang.
Di masa pemerintahan Ali r.a. juga terdapat riwayat tentang ijtihad
beliau. Beliau berpendapat menjatuhkan denda bagi para perajin atau
pembuat (pedang misalnya), jika mereka menghilangkan pesanan kliennya.
Tangan mereka adalah amanah. Namun Ali r.a. berubah pendapat ketika
melihat adanya perubahan pada diri masyarakat, beliau berkata, "Para
pengrajin dapat memperbaikinya bila dalam keadaan seperti di atas."
Demikianlah keluasan dan kedinamisan fiqih para sahabat. Namun
tidak diragukan lagi, mereka tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
yang ada.
Page 39
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 39
Para tabi'in yang merupakan murid-murid para sahabat juga
mempunyai sikap yang sama. Mereka mendirikan sekolah-sekolah fiqih.
Sekolah ini mengajarkan dan memberi fatwa tentang berbagai macam
kejadian. Mereka mengarahkan segala peristiwa dengan hadits. Dari
sekolah-sekolah dan berbagai perguruan tinggi yang mereka bangun,
bermunculan imam-imam yang terkenal. Diantaranya adalah mereka
adalah, imam Abu Hanifah, imam Malik, Imam Syafi’i, Ahmad, Ats-Tsauri,
Al-Auza’i, Thabari, Daud Adz-Dzahiri dan masih banyak lainnya.
Para mujtahid di abad-abad pertama beraneka ragam. Pemahaman
mereka dalam mengambil kesimpulan hukum bermacam-macam. Hanya
saja mereka sepakat dalam hal sumber pokok hukum-hukum syari'at Islam,
yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Al-Qur'an adalah pokok sedangkan sunnah
adalah syarah dan penjelasnya. Pada masa-masa selanjutnya, muncullah
berbagai macam sumber hukum lainnya. Seperti, Al-Istihsab, Al-Istishlah,
Saddu Adz-Dzara’i, Ri'ayah Al-Urf, syari'at-syari'at umat sebelum kita serta
sumber lainnya yang masih diperselisihkan oleh para ahli fiqih. Ada yang
setuju, ada pula yang menentangnya.
Yang terpenting fiqih telah berkembang. Banyak permasalahan fiqih
yang terjadi telah disusun dalam bentuk berbagai buku. Berbagai kaedah
fiqih telah diletakkan. Berbagai metode pengambilan hukum –dengan
bantuan ilmu ushul (fiqih)- telah banyak disusun. Tidak ada umat lain
yang dapat menandingi umat ini.
Fiqih Islam senantiasa menjadi dasar putusan pengadilan (qadha'a) dan
fatwa dalam masyarakat Islam. Hal ini terus berlangsung hingga penjajah
menduduki negri-negri Islam. Penjajah menghapus syari'at Islam dari
kodifikasi UU dan pengadilan. Hanya sebagian kecil yang masih disisakan
yaitu hukum yang berkaitan dengan Al-Ahwal Asy-Syaksiyyah (perdata).
Tidaklah benar bila ada orang yang mengatakan, "Islam telah diabaikan
setelah masa Khulafaur Rasyidin. Tidak diragukan lagi selama lebih kurang
12 abad, UU dan UUD kaum muslimin bersumber dari syari'at Islam.
Meskipun di sana sini masih terdapat pemahaman dan penerapan Islam
yang buruk.
Tertutupnya Pintu Ijtihad
Adapun mengenai tertutupnya pintu ijtihad kami berpendapat sebagai
berikut:
Banyak orang menganggap daulah Utsmaniyyah sebagai penyebab
terjadinya berbagai kesalahan dan kekeliruan di berbagai bidang. Padahal
faktanya, dominasi taklid, fanatik madzhab dan lemahnya semangat
berijtihad telah ada sebelum kemunculan daulah Utsmaniyyah. Kemudian
perkara-perkara ini tersebar ke seluruh pelosok dunia Islam dengan cara
yang berbeda-beda. Meskipun setiap masa tertentu, dunia Islam nyaris
tidak mempunyai mujtahid hingga pada saat ketika Imam As-Suyuthi
(wafat 911 H) mengumumkan dirinya sebagai seorang mujtahid yang
mencapai tingkatan mujtahid mutlak. Dia berharap dirinya menjadi
Page 40
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 40
seorang pembaharu di abad 9 H, sebagaimana dipahami dalam
pembahasan hadits mengenai pembaharuan. Beliau menulis buku yang
berjudul Ar-Raddu 'alaa Man Akhlada ilaal Ardhi wa jahula anna Al-Ijtihad
fi kulli 'ashrin fardhun.
Pada abad 12 H, kami menemukan seorang pembaharu (mujadid) besar
yang bernama Ahmad bin Abdurrahim yang lebih dikenal dengan nama
Syah Waliyyullah Ad-Dahlawi (wafat 1176 H), dia adalah pengarang buku
Hujatullah Al-Balighah) dan buku-buku pokok lainnya. Di dalam abad 13
H, di Yaman muncul seorang mujtahid muthlak yang bernama Muhammad
bin Ali Asy-Syaukani (wafat 1250 H). Ijtihadnya dalam masalah furu' dan
ushul nampak jelas di dalam bukunya Nailul Authar, As-Sail Al-Jirar, Ad-
Dirari Al-Mudhiah, Irsyad Al-Fuhul ilaa tahqiq Al-Haqqi min ilmil Ushul
serta syarah Ad-Dirari Al-Mudhiah yang berjudul Ad-Durur Al-Bahiyyah.
Menurut kami, "Daulah Utsmaniyyah memperhatikan masalah jihad
melebihi perhatiannya kepada Ijtihad. Padahal kepemimpinan Islam
membutuhkan kedua hal ini secara bersamaan. Ijtihad dibutuhkan untuk
mengetahui hal yang baik dari dienul haq. Sedangkan jihad dibutuhkan
untuk melindungi Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Islam harus memiliki Kitab
petunjuk dan besi penolong." Beliau menyebutkan firman Allah Swt
ô‰s)s9
$uΖù=y™ö‘r&
$oΨn=ß™â‘
ÏM≈uΖÉit7ø9$$Î/
$uΖø9t“Ρr&uρ
ÞΟßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
šχ#u”Ïϑø9$#uρ
tΠθà)u‹Ï9
â¨$¨Ψ9$#
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
(
$uΖø9t“Ρr&uρ
y‰ƒÏ‰ptø:$#
ϵŠÏù
Ó¨ù't/
Ó‰ƒÏ‰x©
ßìÏ≈oΨtΒuρ
Ĩ$¨Ζ=Ï9
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia."
(Al-Hadid (57):25)
Perhatian daulah Utsmaniyyah terhadap besi (baca: militer) melebihi
perhatiannya terhadap pemikiran. Hingga daulah Utsmaniyyah dikejutkan
oleh kebangkitan barat modern.
Sebagian orang berpendapat bahwa gerakan ijtihad di zaman modern
ini, dimulai dari Jamaluddin Al-Afghani. Hanya saja murid-murid beliau -
secara bertahap- kembali membatasi diri dengan nash semata. Hingga
akhirnya, mereka menjadi orang-orang yang taklid, terlebih khusus
Muhammad Rasyid Ridha. Apakah usaha seperti ini dapat diletakkan dalam
kaca mata gerakan ijtihad?
Pendapat di atas menunjukkan bahwa orang yang mengatakan hal
ini tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang ijtihad, cakupan dan
syarat-syaratnya. Andaikan orang ini memiliki ilmu yang cukup, niscaya
dia akan mengetahui perjalanan ijtihad adalah perjalanan mendaki dan
Page 41
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 41
tidak akan menyampaikan pendapat seperti yang pernah diklaimnya.
Perjalanan ijtihad dimulai dari permasalahan secara umum dan garis besar.
Kemudian masuk dalam hal-hal yang khusus. Dimulai dengan tidak tentu
arah, kemudian merencanakan dan berjalan secara teratur. Syaikh
Muhammad Abduh adalah sosok yang memiliki pengetahuan syari'at yang
lebih terstruktur dibandingkan dengan gurunya Al-Afghani, karena dia
memiliki pengetahuan yang diperolehnya dari Al-Azhar secara mendalam.
Muhammad Rasyid Ridha juga merupakan sosok yang memiliki
pengetahuan syari'at yang lebih terstruktur dibandingkan dengan gurunya
Muhammad Abduh, karena dia memiliki kemampuan dan keluasaan
pemahaman terhadap buku-buku hadits dan atsar. Di samping itu, beliau
menghasilkan pengajar yang memiliki pemahaman salaf. Pengajar ini
dipelopori oleh Imam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim.
Muhammad Rasyid Ridha melakukan penyerangan yang kuat terhadap
kejumudan dan taklid melalui majalahnya Al-Manar. Beliau juga menulis
berbagai artikel reformasi (ishlah), fatwa ilmiah yang bersifat
pembaharuan, selama 1/3 abad lebih. Ijtihad dan fatwa-fatwa syaikh
Rasyid tersebar di seluruh dunia Islam. Ijtihad Rasyid lebih banyak diterima
ketimbang ijtihad gurunya (Afghan dan Abduh). Adapun ijtihad
Jamaluddin, hampir tidak pernah kita ketahui. Kepribadian Jamaluddin
adalah kepribadian pemimpin, pembangkit pemikiran, penggugah akal dan
penggerak perasaan, cita-cita dan keinginan. Jamaluddin bukanlah seorang
yang faqih yang konsekwen pada masalah ushul maupun qaidah.
Rasyid Ridha mengkritik sebagian pemikiran mengenai takwil Al-
Qur'an yang dilakukan oleh gurunya, Muhammad Abduh. Seperti
pendapatnya tentang kisah Adam, burung Ababil dan lain sebagainya.
Rasyid Ridha memaklumi bahwa peradaban barat begitu amat
menyilaukan. Oleh karenanya peradaban barat berusaha melenyapkan akal
sehat, berusaha menundukkan nash agar sesuai dengan pemahaman yang
baru. Orang-orang yang silau pada peradaban barat akan berusaha untuk
menyamakan ajaran Islam dengan budaya barat, walau dengan susah
payah.
Demi nilai-nilai keadilan, barangsiapa yang ingin meluruskan
seseorang, meluruskan pemikiran dan aktifitasnya, maka hendaknya kita
meletakkan orang tersebut pada masanya secara khusus. Masa dan lokasi
tempatnya dulu berada tidak sama dengan masa dan lokasi kita sekarang.
Sebagian hal yang pada saat ini jelas bagi kita, tidaklah demikian di
masanya. Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang adil atas
dirinya. Dia memberikan semua faktor yang merupakan haknya. Selain itu,
dia juga siap bersaksi di hadapan Allah.
Hukum melakukan ijtihad syar’i adalah fardhu kifayah di suatu saat,
namun dalam kesempatan lain, hukumnya menjadi fardhu 'ain. Ijtihad
memiliki arah, bidang dan syarat-syaratnya. Apakah mungkin cakupan
ijtihad dilakukan, sehingga berbagai perkara tidak saling campur aduk?
Atau agar sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan ijtihad tidak terjadi?
Page 42
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 42
Ijtihad adalah pengerahan kemampuan secara maksimal. Atau dengan
ungkapan lain pengerahan kemampuan secara maksimal untuk
memperoleh kesimpulan hukum syara' yang digali dari dalil-dalilnya
dengan jalan memperhatikan dan mengaktifkan berpikir. Hukum
melakukan ijtihad adalah fardhu kifayah bagi umat Islam secara
keseluruhan. Jika tidak terpenuhi jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan, maka seluruh umat ini berdosa. Hukum ijtihad dapat berubah
menjadi fardhu 'ain atas orang yang memiliki kecukupan ilmu dan
kemampuan untuk berijtihad. Jika di tengah-tengah kaum muslimin, tidak
terdapat seorang pun mujtahid, padahal dia mampu untuk menjadi
mujtahid, maka orang itu berdosa.
Ruang Lingkup Ijtihad Ada Dua
Ruang lingkup yang pertama adalah perkara yang tidak dibahas di
dalam nash. Allah memberi kesempatan kepada kita untuk memikirkannya.
Hal ini merupakan rahmat bagi kita, sehingga para mujtahid dapat mengisi
kekosongan ini dengan mewujudkan maksud Allah. Untuk mewujudkan
maksud itu, mereka menempuh metode ijtihad yang telah digariskan.
Seperti menggunakan metode qiyas, maslahah mursalah, istihsan, istishab
al-hal dan lain sebagainya. Sebagian permasalahan dibahas dalam banyak
nash, bahkan terkadang dibahas secara rinci. Seperti perkara yang
berkaitan dengan ibadah dan keluarga. Karena kedua perkara ini tidak
berubah mengikuti perubahan dan perkembangan zaman serta tempat.
Selain itu, kedua perkara di atas amat membutuhkan nash-nash yang tetap,
sehingga menutup kemungkinan timbulnya pertentangan. Di samping itu
adapula perkara yang dibahas hanya oleh beberapa nash saja, bahkan
terkadang dibahas secara umum dan global. Sehingga kaum muslimin
dibiarkan melakukan ijtihad untuk kepentingan mereka sendiri dalam
tuntunan secara ushul (pokok) yang kuliyyah (menyeluruh) sesuai dengan
tempat masyarakat, keadaan di masanya dan mereka tidak menemukan
nash secara rinci. Sebagaimana dalam perkara syura', sistem pemerintahan,
UU dan sebagainya.
Ruang lingkup yang kedua yang mencakup nash-nash yang dzanni –
baik dzanni tsubut (sumber nashnya) maupun dzanni dilalah (pengertian
nashnya). Sebagian besar hadits dapat masuk kategori dzanni tsubut.
Sebagian besar nash Al-Qur'an dan sunnah dapat masuk kategori dzanni
dilalah. Keberadaan nash seperti ini tidak menghalangi seorang mujtahid
untuk melakukan ijtihad, sebagaimana yang diduga sebagian orang.
Bahkan dengan 9/10 nash atau lebih, seorang mujtahid dapat melakukan
ijtihad dan menghasilkan berbagai sudut pandang. Bahkan Al-Qur'an dapat
dipahami dalam pemahaman yang berbeda-beda, ketika mengambil
kesimpulan suatu hukum. Jika anda mengambil suatu ayat, misalnya ayat
tentang bersuci yang terdapat di dalam surat Al-Maidah, kemudian engkau
membaca pengambilan kesimpulan hukum dari ayat itu (istinbath), maka
engkau akan melihat buktinya.
Di samping dua ruang lingkup di atas yang memberi peluang kepada
para mujtahid untuk melakukan ijtihad, terdapat juga sebuah ruang
Page 43
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 43
lingkup yang tertutup bagi para mujtahid untuk melakukan ijtihad.
Melakukan ijtihad di ruang lingkup ini tidak dibenarkan dan tidak
dibutuhkan. Ruang lingkup yang dimaksud adalah ruang lingkup qath'i
dalam syari'ah –baik qath'i tsubut maupun qath'i dilalah-. Seperti
kewajiban Fardhu yang asli seperti: shalat, zakat, puasa; selain itu hukum
haram yang pasti seperti: zina, meminum khamar, riba dan hukum-hukum
qath’i yang pokok; hadits-hadits tentang waris yang telah ditetapkan oleh
ayat Al-Qur'an yang jelas; hukum-hukum hudud dan qishash, masa iddah
bagi wanita yang telah ditalak suaminya atau ditinggal mati suaminya dan
hukum-hukum lainnya yang terdapat di dalam nash-nash qath'i –baik
qath'i tsubut maupun dilalah-.
Dalam ruang lingkup seperti di atas, seorang mujtahid tidak
diperkenankan untuk melakukan ijtihad. Dalam ruang lingkup seperti ini,
seorang pembahas/peneliti tidak boleh melontarkan pertanyaan sebagai
berikut:
Apakah boleh meminum atau memproduksi minuman keras demi
kepentingan pariwisata?
Apakah kita boleh tidak menunaikan puasa Ramadhan dengan maksud
untuk meningkatkan produksi?
Apakah kita boleh tidak menunaikan ibadah haji, karena ibadah haji
adalah ibadah yang amat berat?
Apakah kita menunda untuk membayar zakat hanya karena untuk
mencukupi pembayaran pajak?
Apakah boleh kita tidak melaksanakan hudud dan qishash karena
merasa kasihan pada pelaku kejahatan? Seolah-olah kita lebih pemurah
dari Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya.
ö≅è%
öΝçFΡr&u™
ãΝn=ôãr&
ÏΘr&
ª!$#
3
"Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?" (Al-Baqarah
(2):140)
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Kita berijtihad pada perkara-perkara yang dilarang untuk berijtihad.
Kita memaksakan untuk berijtihad pada saat yang tidak semestinya
berijtihad. Tidak memenuhi syarat-syarat ijtihad.
Inilah diantara penyebab mengapa sebagian ulama terdahulu
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Dengan maksud menutup
jalan bagi orang-orang yang tidak memahami ijtihad, sehingga mereka
terkadang mencampur adukkan antara perkara yang boleh berijtihad dan
perkara yang dilarang untuk dibahas dengan ijtihad. Padahal pintu ijtihad
senantiasa terbuka. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk
menutupnya, sejak Rasulullah Saw mengizinkan umatnya untuk melakukan
Page 44
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 44
ijtihad. Tidak boleh seorang maupun sekelompok ulama ketika menghadapi
suatu realita baru, mengatakan, "Kita tidak berhak melakukan ijtihad
terhadap perkara baru ini. Karena para pendahulu tidak pernah
mengatakan sedikit pun tentangnya."
Syari'at Islam pasti membahas berbagai perbuatan manusia –kapan saja
dan dimana saja-. Sehingga setiap kejadian dan realita kehidupan
mempunyai status hukumnya. Tidak seorang pun yang berbeda pendapat
mengenai hal ini.
Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi bagi orang yang ingin berijtihad.
Apa saja syaratnya? Apakah syarat-syarat itu berlaku bagi para mujtahid
secara umum atau ada perbedaan bagi mujtahid mutlak atau mujtahid juz'i
(hanya perkara-perkara tertentu)?
Di dalam Islam tidak ada orang-orang tertentu yang tidak mau
mengajarkan ijtihad atau mewariskan kemampuan berijtihad. Islam tidak
sama dengan kependetaan. Namun, dalam Islam terdapat orang yang
memiliki kemampuan khusus. Orang ini memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melakukan ijtihad. Dia lah orang yang
melakukan ijtihad ketika menghadapi perkara baru. Kemudian dia
mengeluarkan pendapatnya mengenai perkara baru itu, setelah semaksimal
mungkin melakukan ijtihad. Hasil dari ijtihadnya itu dapat benar, dapat
pula salah.
Syarat-syarat menjadi mujtahid adalah sudah diketahui dan dirinci di
dalam buku-buku ushul fiqh. Diantaranya: pengetahuan terhadap bahasa
Arab, Al-Qur'an, Sunnah, mengetahui mana saja perkara yang disepakati
secara meyakinkan. Seorang mujtahid juga harus memiliki pengetahuan
tentang ilmu ushul fiqih, qiyas dan istinbath. Dia pun harus mengetahui
maksud-maksud syari'at serta kaidahnya secara menyeluruh. Yang terakhir
ini merupakan syarat yang amat diperhatikan oleh Imam Syatibi. Beliau
menjadikan syarat ini menjadi salah satu sebab seseorang boleh melakukan
ijtihad. Di samping persyaratan di atas ini, seseorang yang ingin melakukan
ijtihad harus memiliki kemampuan istinbath (mengambil kesimpulan
tentang suatu hukum). Kemampuan ini berkembang karena kerap
mempelajari dan memahami masalah fiqih. Kemampuan istinbath ini
muncul, karena memiliki pengetahuan tentang perbedaan pendapat para
ahli fiqih dan cara berpikir mereka. Oleh karena itu, para ahli fiqih
berkata, "Barangsiapa yang tidak mengetahui perbedaan pendapat para ahli
fiqih, maka dia tidak pernah mencium wanginya fiqih."
Syarat lain yang menjadi perhatian Imam Ahmad, serta disebutkan oleh
Ibnul Qayyim di dalam bukunya yang berjudul 'Alam Al-Mauqi'in adalah
pengetahuan tentang masyarakat. Pengetahuan mengenai hal ini
merupakan pengetahuan yang penting. Hendaknya seorang mujtahid –
yang memberikan fatwa kepada masyarakat- tidak hidup di atas menara
gading atau tempat pertapaan yang terpisah dari masyarakat. Misalnya
mujtahid ini mengeluarkan hukum-hukum yang jauh dari realita.
Mujtahid ini menerapkan hukum-hukum zaman yang telah punah atas
zaman lain dan diterapkan atas masyarakat yang lain pula. Mujtahid ini
Page 45
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 45
tidak memperhatikan kaidah, "Fatwa berubah dengan perubahan zaman,
tempat, keadaan dan budaya sebagaimana yang disebutkan para peneliti."
Seorang mujtahid dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang kondisi masyarakatnya. Dia perlu memiliki pengetahuan mengenai
hal umum budaya di masanya. Sehingga dia tidak hidup di suatu lembah
sedang masyarakatnya hidup di lembah yang lain. Sehingga ketika dia
ditanya tentang sesuatu, terkadang dia tidak mengetahui latar belakang
topik yang ditanyakan. Dia juga tidak mengetahui apa penyebab
munculnya topik itu. Dia juga tidak mengetahui dasar filsafat, kejiwaan
dan sosialnya. Karena itu, dia menjadi bingung tidak dapat memberikan
pendapat, komentar atau penilaian terhadap pertanyaan.
Seorang mujtahid yang sebenarnya adalah mujtahid yang
memperhatikan nash dan dalil-dalil dengan cara pandang khusus.
Kemudian dia memperhatikan realita dan zaman dengan cara pandang
yang lain sehingga terdapat kesesuaian antara kewajiban dan realita. Dia
dapat memberikan status hukum yang berada dihadapannya, status hukum
yang sesuai dengan tempat, zaman dan keadaan yang ada.
Ibnu Qayyim berkata bahwa gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
pernah melewati serombongan pasukan Tartar yang sedang mabuk berat.
Sebagian sahabat beliau amat marah pada mereka. Sementara itu Ibnu
Taimiyyah hanya mengatakan, "Tinggalkanlah hal-hal yang memabukkan!
Allah telah mengharamkan minuman keras. Karena minuman keras dapat
menghalangi kalian mengingat Allah dan shalat. Bahkan minuman keras
dapat menjadi pemicu untuk menumpahkan darah!"
Sikap Ibnu Taimiyyah ini sesuai dengan kaidah yang telah diakui. Dia
hanya melakukan hal itu, karena takut muncul kemungkaran yang lebih
besar. Oleh karenanya, beliau memilih bahaya yang terringan diantara dua
bahaya yang ada atau memilih keburukan yang paling ringan diantara dua
keburukan yang ada.
Selain itu terdapat syarat lain untuk mujtahid. Syarat yang ditentukan
oleh Islam dan bersifat akhlak. Seorang mujtahid hendaknya adil. Dia takut
pada Allah, terutama ketika dia mengeluarkan sebuah kesimpulan hukum.
Ketika mengeluarkan fatwa, dia harus sadar bahwa posisinya pada saat itu
tidak ada bedanya dengan Rasulullah. Sehingga dia tidak boleh
memperturutkan hawa nafsunya, tidak boleh memperjual belikan agama
demi memperoleh dunia.
Jika Allah mensyaratkan adanya keadilan ketika bersaksi dalam perkara
muamalah sesama manusia, tentu demikian pulanya bagi orang yang
bersaksi terhadap dienullah. Karena seorang mujtahid pada hakekatnya
adalah menjelaskan bahwa Allah menghalalkan ini, mengharamkan itu,
mewajibkan atau memberikan keringanan pada masalah tertentu.
Syarat-syarat mengenai pengetahuan yang telah disebutkan di atas,
wajib ada pada diri seorang mujtahid mutlak. Mujtahid mutlak adalah dia
yang berijtihad pada seluruh bab fiqih dan berbagai permasalahannya.
Sedangkan mujtahid juz'i hanya dituntut mengetahui hal-hal yang
Page 46
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 46
berkaitan dengan permasalahannya saja (permasalahan yang sedang
dihadapinya). Tentu di samping itu, dia memiliki kemampuan keilmuan
ijtihad secara umum. Mengingat ijtihad terbagi-bagi. Itulah pendapat kuat
yang dianut oleh mayoritas ahli fiqih.
Seorang ahli ekonomi dapat melakukan ijtihad dalam masalah ekonomi.
Tapi dengan syarat, dia mengetahui nash-nash yang berkaitan dengan
ekonomi. Dia juga mengetahui berbagai hasil ijtihad yang berhubungan
dengan ekonomi. Dia juga harus memiliki pengetahuan tentang pokok-
pokok pengambilan kesimpulan hukum, kaedah ta'arudh dan tarjih
(kaedah kontradiktif dan pemilihan pendapat yang terkuat) serta berbagai
pengetahuan lainnya.
Beberapa tahun belakangan ini, telah sering berlangsung diskusi
seputar ijtihad. Namun ternyata hal ini menyebabkan munculnya beberapa
ijtihad yang menyimpang. Selama keadaannya seperti ini, maka perlu
diletakkan adanya aturan dan ketentuan. Aturan dan ketentuan ini
berfungsi mengawasi umat dalam berijtihad sehingga kaum muslimin
dapat mengetahui pengarahan dan rambu-rambunya. Apa aturan dan
ketentuannya menurut anda?
Ketentuan dan aturan yang harus tetap diperhatikan dalam melakukan
ijtihad, dapat saya simpulkan dalam beberapa point berikut ini:
1. Menjauhi ruang lingkup yang qath'i. Sehingga bidang ijtihad
adalah selama dalil hukumnya dzanni, maka kita tidak boleh
terpengaruh oleh orang-orang yang suka mempermainkan nash.
Mereka ini adalah orang yang ingin merubah nash yang qath’i
menjadi dzanni, dari yang muhkam menjadi mutasyabih. Orang-
orang seperti ini tidak bisa dijadikan sandaran.
2. Kita tidak boleh merubah nash yang qath’i menjadi dzanni. Kita
juga tidak boleh merubah nash yang dzanni menjadi nash yang
qath'i. Kita menyangka perkara itu ijma' (telah sepakat dan tetap)
padahal mengandung perbedaan pendapat. Kita tidak boleh
menyatakan ijma' dihadapan seorang mujtahid. Peristiwa seperti ini
pernah terjadi ketika orang-orang menilai ijtihad Ibnu Taimiyyah
terhadap permasalahan yang sedang dipahaminya merupakan
permasalahan yang berstatus ijma' (sehingga tidak perlu lagi
melakukan ijtihad pada permasalahan tersebut). Padahal Imam
Ahmad mengatakan, "Barangsiapa mengklaim suatu perkara
sebagai perkara yang ijma', maka dia telah berdusta. Barangkali
ada orang yang berbeda pendapat tentang perkara tersebut, namun
dia tidak mengetahuinya."
3. Takutlah seperti yang saya (penulis) rasakan. Yaitu takut
munculnya sikap mengalah dihadapan peradaban penjajah.
Takutlah pada sikap menerima realita yang terjadi di masyarakat
kita saat ini. Yaitu realita yang bukan diciptakan oleh Islam dan
bukan pula oleh kaum muslimin. Realita itu merupakan rekayasa
penjajah yang berkuasa. Penjajah menciptakan, menyebarkan dan
Page 47
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 47
menancapkan realita ini secara paksa dan penuh dengan makar.
Sehingga kebatilan tegak di tengah kelalaian kaum muslimin
sebagai pengemban risalah yang haq.
4. Oleh karenanya kita harus menolak ijtihad jenis ini –jika memang
ingin dikatakan ijtihad-. Karena ijtihad ini merupakan pesanan
penguasa untuk memperoleh legalitas dan justifikasi realita yang
ada. Ijtihad seperti ini pada hakekatnya bukanlah ijtihad, karena
dia mengikuti kesimpulan dan pemahaman orang lain. Seperti
ijtihad orang-orang yang berusaha melarang thalaq dan ber-
poligami atau ijtihad orang-orang yang berusaha memerangi
kepemilikan pribadi dan yang berusaha melegalkan faedah riba
dan lain sebagainya.
Seorang mujtahid harus menanggalkan rasa takut dengan segala
jenisnya. Terutama ketakutan terhadap para penguasa yang selalu
membutuhkan fatwa-fatwa instant yang melegalkan segala perbuatannya.
Seorang mujtahid juga harus melepaskan rasa takut pada para penguasa
yang jumud dan senantiasa mengikuti para ulama yang mengadakan
penyerangan terhadap semua jenis ijtihad yang baru. Para ulama seperti
inilah yang menjadi aktor intelektual dibalik penangkapan Ibnu Taimiyyah
dan berbagai ujian lainnya yang menimpa beliau. Ujian terhadap Ibnu
Taimiyyah ini berasal dari mereka dan bukan berasal dari para penguasa.
Seorang mujtahid juga harus menghilangkan rasa takut dari para penguasa
yang bodoh. Karena para penguasa seperti ini dapat saja disetir oleh orang-
orang tertentu untuk menentang pendapat seorang mujtahid.
Kita harus lapang dada terhadap ijtihad, sekalipun bertentangan
dengan pendapat yang kita anut selama ini. Kita harus mengantisipasi
kesalahan yang dilakukan seorang mujtahid. Kita tidak dibenarkan
menutup diri dari pendapat mujtahid yang lain. Karena seorang mujtahid
juga manusia dan tidak maksum. Terkadang pendapat yang kita perkirakan
salah, benar dimatanya. Barangkali suatu pendapat yang ditolak oleh suatu
masyarakat di suatu hari, dapat berubah menjadi pendapat yang diterima
dan diterima dengan lapang dada. Dalam Islam tidak ada kekuasaan ke-
Pausan yang berpendirian, "Pendapat ini benar, maka perlakukan dengan
benar. Sehingga pendapat yang benar ini harus tetap ada. Sedangkan
pendapat itu salah, maka lenyapkan pendapat itu dari muka bumi.
Sehingga pendapat seperti ini tidak layak ada.39"
Banyak sekali permasalahan saat ini yang bermunculan. Sehingga kaum
muslimin membutuhkan fiqih baru yang mampu memberikan solusi bagi
permasalahan mereka. Apakah permasalahan-permasalahan ini
merupakan permasalahan yang mendesak dan penting? Bagaimana
perkara-perkara itu dipandang dalam bingkai aktifitas ijtihad?
Dengan melihat perubahan berbagai perkara kehidupan yang amat
berbeda dengan yang pernah ada di masa lalu, serta perkembangan
39 Lihat: Pasal (Ma'alim wa dhawabith li ijtihad mu'ashir qawiim) yang merupakan bagian dari
buku kami yang berjudul "Al-Ijtihad fisy Syari'atil Islamiyyah) cet. Darul Qalam di Kuwait
Page 48
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 48
pemikiran, tingkah laku dan interaksi masyarakat yang amat pesat, maka di
masa sekarang ini kita amat membutuhkan adanya ijtihad. Terlebih lagi
setelah revolusi biologi, tekhnologi yang dapat disaksikan di dunia. Dampak
dari ini semua, muncullah berbagai permasalahan yang baru. Seperti: Bayi
tabung, menanam janin, bank janin yang beku, mengetahui jenis kelamin
bayi yang masih berada dalam kandungan, transplantasi anggota tubuh,
transfusi darah, hubungan international, sistem keuangan dan ekonomi
yang sebelumnya tidak pernah diketahui sama sekali atau hanya diketahui
segelintir orang dalam bentuknya yang amat sederhana.
Semua ini dan yang semisal dengannya menuntut adanya ijtihad baru.
Ijtihad ini biasa dikenal dengan sebutan ijtihad membangun (Al-Ijtihad Al-
Insya'iyyah). Dengan ijtihad ini, seorang mujtahid dapat mengeluarkan
hukum baru, jika tidak ada ahli fiqih sebelumnya yang membahas perkara
baru yang muncul atau tidak ada seorang pun yang membahasnya. Seperti
zakat gedung, pabrik, saham, gaji, anggapan emas saja sebagai ukuran
mata uang, mewajibkan zakat tanah sewaan bagi pemilik dan penyewa,
penyewa tanah membayar zakat pertanian dan buah-buahan yang diambil
dari uang ganti sewa. Karena hal itu dianggap seperti hutang. Seorang
pemilik tanah menzakatkan biaya sewa.
Selain itu terdapat ijtihad lain yang saya beri nama ‘ijtihad Pilihan'.
Ijtihad ini adalah memilih pendapat terkuat yang digali dari khazanah fiqih
kita yang agung40. Menurut kami, hal ini termasuk lebih mendekatkan
terwujudnya perpaduan syari'at dan kepentingan manusia serta lebih sesuai
dengan tuntutan zaman. Terkadang 'ijtihad pilihan' masuk dalam
pembahasan madzhab fiqih yang empat. Misalnya, menilai pendapat
madzhab Abu Hanifah tentang kewajiban zakat atas segala hasil bumi,
lebih kuat dibandingkan dengan pendapat lainnya. Menilai pendapat
madzhab Imam Syafi'i tentang pemberian kepada orang fakir disesuaikan
dengan usianya, merupakan pendapat yang lebih kuat dibandingkan
dengan yang lain. Menilai pendapat madzhab Malik mengenai penetapan
memberikan zakat yang diberikan kepada muallaf merupakan pendapat
yang kuat dibandingkan dengan pendapat yang lain.
Terkadang 'ijtihad pilihan' di luar pembahasan madzhab fiqih yang
empat. Para imam yang empat bukanlah ahli fiqih satu-satunya dalam
Islam. Selain mereka masih ada lagi para ahli fiqih yang semasa dengan
mereka. Terkadang pendapat mereka lebih unggul daripada pendapat para
imam yang empat. Para imam yang empat ini juga memiliki guru dan guru
mereka juga berguru kepada orang lain yang tidak lain adalah para ahli
fiqih dari kalangan tabi'in dan sahabat Rasulullah Saw. Para tabi'in dan
sahabat tentu lebih utama dari para imam yang empat.
Tidak ada halangan untuk mengadopsi madzhab/pendapat salah
seorang sahabat, jika menurut kita pendapat sahabat itu kuat dan sesuai
dengan syari'at. Seperti mengadopsi madzhab Umar r.a. mengenai perlunya
40 Lihat buku kami yang berjudul, "Syari'atul Islam" – Kaifa Nakhtaru min turatsina al-fiqhiy hal.
110 cet. Al-Kutub Al-Islami, Beirut
Page 49
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 49
mempersulit nikah dengan wanita Ahli Kitab, karena dikhawatirkan
mereka mendominasi wanita muslimin dan keturunannya atau
dikhawatirkan memenuhi syarat menjaga kehormatan seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah berikut ini,
àM≈oΨ|ÁósçRùQ$#uρ
z⎯ÏΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θè?ρé&
|=≈tGÅ3ø9$#
"Wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang
yang diberi Al Kitab." (Al-Maidah (5):5)
Yaitu menjaga kehormatan mereka.
Kita boleh mengadopsi pendapat madzhab 'Atha' mengenai kewajiban
memberikan kompensasi kepada wanita yang dithalaq. Kita boleh
mengadopsi pendapat sebagian ulama salaf mengenai tidak jatuhnya talak,
ketika diucapkan dalam keadaan marah. Mereka berpendapat seperti ini
berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya, "Tidak ada talak, ketika suami
membanting pintu (marah)."
Kita juga boleh mengadopsi pendapat sebagian ulama salaf tentang
dapat dikategorikan jatuh talak tiga, walau hanya diucapkan sekali saja
atau dalam satu majlis.
Kita juga boleh mengadopsi fatwa Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim dan
ulama lainnya tentang tidak jatuh talak, jika istri sedang haidh atau ketika
sedang memanggul sesuatu atau menolak sesuatu. Sehingga keadaan
seperti ini diperlakukan dengan perlakuan terhadap orang yang
bersumpah. Di dalam sumpah terdapat kafarah sumpah.
Kita juga boleh mengadopsi pendapat madzhab sebagian ulama salaf
mengenai wajib memberikan wasiat bagi orang yang tidak mempunyai
karib kerabat yang berhak menerima warisan. Berdasarkan ketentuan ini
pemerintahan Mesir dan yang lainnya mencantumkan dalam UU 'Wasiat
Yang Wajib'. Wajib berwasiat untuk para cucu, jika bapak dan ibu wafat
(kakek dan nenek si cucu), ketika kedua orang tua (para cucu) masih
hidup. Sehingga bagian cucu seperti bagian kedua orang tuanya dengan
syarat tidak lebih dari 1/3 bagian waris dan melalui jalur wasiat, bukan
pewarisan.
Syaikh Abdullah bin Zaid Ali Mahmud, Jaksa Agung Pengadilan
Syar'iyyah dan Urusan Agama, negara Qathar menilai kuat pendapat 'Atha
dan Thawus –dari kalangan tabi'in- mengenai kebolehan melempar jumrah
sebelum musim haji habis, sebagai usaha mempermudah jama'ah haji dan
menghilangkan kesulitan dalam menjalankan ibadah haji. Sebagaimana
diketahui orang yang akan melempar jumrah akan berdesak-desakkan
dengan jamaah haji lainnya, terkadang dapat membawa kepada kematian,
karena terinjak-injak oleh jamaah haji lainnya.
Ijtihad yang kita butuhkan sekarang adalah ‘ijtihad bersama/kolektif'
yang dilakukan oleh sekelompok ahli fiqih dunia yang menghimpun
berbagai kemampuan keilmuan yang tinggi. Setelah mempelajari dan
Page 50
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 50
mendalami, hukum-hukum dapat dikeluarkan tanpa rasa takut dan tanpa
ada tekanan dari penguasa atau masyarakat awam.
Selain itu, saya menegaskan bahwa kita tetap membutuhkan upaya
ijtihad secara perorangan yang dapat menerangi jalan dihadapan ijtihad
bersama/kolektif dengan cara mempelajari permasalahan dengan teliti.
Terkadang, sebagian da'i Islam mengklaim bahwa diri mereka adalah
pendukung kejumudan dan menentang berbagai upaya pembaharuan.
Apakah keadaan ini berkaitan dengan fakta yang ada atau keadaan ini
merupakan rekayasa tersembunyi dari orang-orang tertentu?
Apakah kita berhak membahas para da'i ini terkait dengan perkara
pembaharuan?
Sehubungan dengan perkara pembaharuan, manusia dibagi menjadi 3
macam,
Pertama, mereka yang anti pembaharuan. Mereka ingin melestarikan
segala bentuk yang lama. Mereka kerap mendengung-dengungkan slogan
seperti, "Generasi pertama tidak pernah meninggalkan apapun juga pada
generasi terakhir atau tidak mungkin ada sesuatu yang lebih baru dari yang
telah lalu."
Dengan kejumudannya, mereka menantang segala bentuk
pembaharuan. Baik pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
pemikiran, adab, kehidupan, lalu apa urusanmu dengan pembaharuan
agama?! Pembaharuan dalam agama dianggap sebagai perbuatan bid'ah.
Dalam bidang keagamaan, saya menemukan dua jenis kelompok yang
memiliki sikap untuk 'membekukan Islam'. Pembicaraan tentang mereka,
sebagiannya telah saya tulis di dalam majalah Al-Ummah, ketika
membicarakan tentang abad ke 15 H. Yang pertama adalah kelompok yang
taklid pada madzhab atau tepatnya fanatik pada suatu madzhab. Mereka
adalah orang-orang yang menolak segala bentuk pelanggaran atau yang
dianggap mengganggu madzhab mereka. Mereka juga tidak mengakui
adanya hak seseorang atau kelompok untuk berijtihad di masa sekarang ini,
kecuali dalam koridor yang telah ditetapkan madzhab mereka saja. Bahkan
dalam batas-batas ulama madzhab yang diberi kebebasan oleh para
generasi terakhir. Ketika kelompok ini memberi fatwa, maka tidak boleh
ada seorang pun yang melanggar pendapat pemberi fatwa termasuk
pendapat lain yang merupakan bagian madzhab itu.
Kelompok yang kedua adalah kelompok yang saya beri nama dengan
istilah 'Ad-Dzahiriah Al-Judud'. Kelompok ini merupakan kelompok yang
hanya memperhatikan nash-nash secara harfiah atau dzahirnya saja.
Mereka tidak ingin memperhatikan nash hingga sisi maksud syari'at
(maqasid). Mereka tidak memahami sisi parsial (juz'i) dari nash secara
umum (kulliyaat). Tidak mengherankan jika engkau menyaksikan mereka
melancarkan beberapa peperangan yang sengit hanya demi permasalahan
yang sepele dalam agama. Mereka adalah orang-orang ikhlas menjalankan
ajaran Islam. Namun mereka seperti seorang ibu yang menyebabkan
Page 51
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 51
kematian anaknya. Si ibu mengurung dan menjaga anaknya agar tidak
terpengaruh oleh lingkungan luar. Dia takut anaknya terkena sengatan
sinar matahari dan tiupan angin.
Kedua, mereka yang amat berlebihan dalam hal pembaharuan. Mereka
ingin melenyapkan segala hal yang berbau masa lampau. Padahal masa
lampau itu merupakan dasar identitas sebuah masyarakat, alasan
keberadaan masyarakat itu dan rahasia kelanggengan masyarakat tersebut.
Seolah-olah mereka ingin menghapus 'hari kemarin', ingin menghilangkan
'fi'il madhi' dari bahasa Arab dan ingin menghapus 'sejarah' dari tatanan
ilmu manusia.
Tajdid (pembaharuan) mereka pada hakekatnya adalah menciptakan
hal yang aneh. Kemunculan yang aneh menurut mereka adalah sesuatu
yang baru. Mereka mengklaim bahwa mereka telah mengambil hal-hal
yang baik dan buruk, hal-hal yang manis dan yang pahit. Ar-Raf'i -semoga
Allah memberi rahmat kepadanya- telah mengejek mereka dengan
ucapannya, "Mereka ingin memperbaharui agama Islam, bahasa, matahari
dan bulan."
Penyair Islam Muhammad Iqbal berkata menanggapi sikap kelompok di
atas, "Ka'bah tidak dapat diperbarui dengan mencabut batu yang ada di
sana dari keempat sudutnya."
Amir Syakib Arsalan di dalam bukunya 'Limadza Ta'akhkhara Al-
Muslimun?' berkata, "Agama ini lenyap karena kejumudan dan keingkaran.
Di satu sisi manusia menjauhi agama Islam karena kejumudannya. Di sisi
lain mereka sesat karena keingkarannya.
Jenis yang ketiga adalah jenis pertengahan, antara jenis pertama dan
jenis kedua. Mereka mengambil hikmah darimana saja asalnya. Mereka
menerima pembaharuan, bahkan menyeru kepada pembaharuan dengan
tetap berada di bawah naungan keorisinalan Islam. Mereka membedakan
mana yang boleh diambil dan mana yang tidak. Mereka membedakan
antara yang sesuai dan yang tidak sesuai.
Inilah sikap para da'i yang sesungguhnya. Slogan mereka adalah
memadukan antara yang lama dan baru. Membuka diri pada dunia tanpa
instan. Tetap dalam tujuan, dinamis dalam sarana untuk mencapai tujuan.
Teguh dalam perkara prinsip, namun tidak demikian dalam perkara furu'
(cabang).
Antara ijtihad dan pembaharuan seperti pemahaman kontemporer yang
berhubungan. Jika Islam menganggap ijtihad sebagai sebuah cara untuk
memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Sunnah,
apakah Islam juga menerima pembaharuan sebagaimana Islam menerima
ijtihad?
Atau pembaharuan termasuk jenis yang bertentangan dengan tabi'at
Islam yang datang mengatur kehidupan dengan berbagai dasarnya, nilai,
pemahaman serta hukum-hukumnya atau ijtihad dan pembaharuan
mempunyai tempat tersendiri dalam Islam?
Page 52
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 52
Saya terkejut dengan ungkapan seorang ilmuwan terhormat yang tidak
menyetujui adanya hubungan antara pembaharuan dengan Islam, ketika
diwawancarai salah seorang wartawan. Dia menganggap bahwa Islam
adalah sesuatu yang fix, tidak perlu diperbaharui dan tidak akan
berkembang. Saya khawatir dia memberikan pemahaman pada masyarakat
lewat ungkapan kata 'Pembaharuan agama'. Karena dia menggartikan
ungkapan kata ini dengan arti merubah agama dengan menghapusnya atau
memberikan tambahan. Untuk itulah, dia menutup semua jenis
pembaharuan dalam agama dengan mengingkari secara mutlak adanya
pembaharuan.
Padahal yang sebenarnya adalah hadits nabi Saw telah menjelaskan
perkara ini. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Hakim,
Baihaqi dan yang lainnya dengan sanad yang shahih. Hadits itu artinya,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim seseorang yang
menjadi seorang pembaharu dalam agamanya (Islam).41" Setelah sabda
Rasulullah ini, tidak ada lagi ucapan beliau. Setelah hukum yang
disampaikan beliau dalam hadits ini, tidak ada keterangan hukum yang
lain.
Banyak ulama yang ikhlas mengingkari segala sesuatu yang permanen,
dengan alasan karena masyarakat menyalah gunakannya. Ini berarti para
ulama tersebut mengatasi kesalahan dengan kesalahan yang lain. Padahal
metode yang benar adalah menetapkan yang permanen dengan disertai
penanaman penafsiran yang benar serta menjelaskan semua pemahaman
dan penafsiran serta penerapan yang tidak benar.
Pembaharuan agama adalah sesuatu yang permanen, fix menurut nash.
Namun pembaharuan tidak sama dengan ijtihad. Ijtihad merupakan salah
satu cabang dari pembaharuan. Ijtihad merupakan salah satu bentuk dari
pembaharuan. Sehingga ijtihad adalah pembaharuan dari sisi pemikiran
dan ilmu. Sedangkan pembaharuan mencakup sisi pemikiran, ruhani dan
sisi praktis. Kesemua sisi ini merupakan sisi yang terangkum dalam Islam.
Karena Islam adalah ilmu, keimanan dan amal.
Saat ini, umat Islam amat membutuhkan orang yang mampu untuk
memperbarui dan menyegarkan kembali keimanan mereka. Membutuhkan
orang yang mampu untuk memperbarui berbagai karunia yang dimiliki
mereka. Membutuhkan orang yang memperbarui rambu-rambu
kepribadian mereka, orang yang bergerak untuk membangun generasi
muslim yang tampil dihadapan dunia seperti yang dilakukan oleh generasi
para sahabat Rasulullah sebelumnya. Generasi seperti ini kami namakan
dengan 'Generasi Penolong Islam yang diharapkan'. Pembaharuan ini
dimulai dari sekelompok orang yang memenuhi dan melaksanakan janji
yang pernah mereka ikrarkan di hadapan Allah. Diantara mereka ada yang
telah memperoleh balasannya dan ada pula yang masih terus berjuang
sambil berharap datangnya balasan dari Allah. Misalnya, Hasan Al-Banna,
Abdul Hamid bin Badis, Abul 'Ala Al-Maududi dan generasi penerus
41 Shahih, lihat buku "Shahih Al-Jami' Ash-Shagir" no. hadits 1874 cet. kedua
Page 53
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 53
mereka yang meneruskan perjuangan, menyempurnakan perjalanan
hingga Allah menyempurnakan sinar-Nya.
Di dalam hadits,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim
seseorang yang menjadi seorang pembaharu dalam agamanya
(Islam)."
Perkara terpenting di dalam hadits ini adalah arti dari kata 'man'
(seseorang). Apakah kaum muslimin harus senantiasa melakukan
pengamatan -di setiap awal dan akhir abad hijriah- terhadap seseorang
pembaharu yang senantiasa memikirkan kaum muslimin? Dalam naungan
pemahaman Islam terhadap peran jama'ah dalam kehidupan individu
nampak bahwa pemahaman hadits ini memberikan kaum muslimin tugas-
tugas dalam bingkai pembaharuan perkara agama Islam.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya, oleh
Hakim di dalam Al-Mustadrak, oleh Baihaqi di dalam Ma'rifah As-Sunan
wal Aatsar, oleh Thabrani di dalam Al-Ausath. Hadits ini memberikan
harapan yang kuat bagi umat Islam. Berita tentang akan datangnya seorang
pembaharu mengusir segala bentuk keputusasaan. Hadits ini
membangkitkan semangat dan harapan dalam diri umat bahwa Allah tidak
meninggalkannya menjadi santapan musuh-musuhnya. Allah tidak
membiarkan umatnya tercekik oleh asap, tidak membiarkannya dicabik-
cabik oleh cakar. Allah menyiapkan -antara awal dan akhir setiap abad
hijriah- seseorang yang mampu menyatukan umat ini dari pecah belahnya.
Seseorang yang mampu menghidupkan umat dari matinya,
membangkitkan umat dari tidur panjangnya. Inilah sebagian arti dari
pembaharuan. Orang ini memperbaharui umat ini dengan Islam dan
memperbaharui agama ini dengan umatnya.
Sebagian besar pensyarah hadits ini (sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya) bahwa yang dimaksud dengan 'man yujadid Ad-Dien' adalah
seseorang. Seseorang yang telah dianugerahi Allah dengan berbagai
karunia ilmu, akhlak dan amal salih. Semua ini dapat menggugah para
pemuda Islam, mengembalikan semangat, dinamis dan kekuatan mereka.
Semua ini dicapai lewat jalan ilmu yang bermanfaat, amal shalih dan jihad
besar. Inilah yang menjadikan para pensyarah hadits memberikan batasan
bahwa para pembaharu muncul di penghujung tiap abad hijriah. Mereka
sepakat pada suatu waktu, namun berbeda pendapat di waktu yang lain.
Mereka sepakat pada sosok Umar bin Abdul Aziz sebagai sosok pembaharu
yang muncul di abad pertama hijriah. Mereka juga sepakat bahwa Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i sebagai pembaharu di abad kedua hijriah.
Mereka juga sepakat bahwa pembaharu di abad kelima hijriah adalah Abu
Hamid Al-Ghazali dan pembaharu di abad keenam hijriah adalah Ibnu
Daqiq Al-'Aid. Namun mereka berbeda pendapat mengenai pembaharu-
pembaharu lainnya dengan perbedaan yang amat tajam.
Saya berpendapat bahwa kata 'man' yang terdapat di dalam hadits ini,
sebagaimana pemahaman bahasa Arab memberikan pengertian umum
Page 54
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 54
yang menunjukkan kepada semua orang. Kata ini bisa memberikan
pengertian untuk satu orang atau sekelompok orang. Sehingga pengertian
orang yang memperbaharui agama di setiap penghujung abad tidak selalu
tampil dalam sosok individu tertentu, tetapi bisa jadi sekelompok orang.
Diantara mereka terkadang ada yang menjadi ulama, ada yang menjadi
penguasa, ada yang menjadi panglima dan ada pula yang menjadi
pendidik. Terkadang mereka berada di dalam satu negara, namun mereka
bisa juga terdapat di beberapa negara. Terkadang dia bergerak seorang diri
di bidangnya, namun terkadang mereka bekerja sama, saling tolong
menolong sehingga menyerupai sebuah kelompok yang bergerak. Sebagian
mereka terkadang melakukan pembaharuan di bidang dakwah dan
pendidikan. Namun sebagian lain melakukan pembaharuan di bidang fiqih.
Sekelompok orang bergerak di bidang pendidikan, yang lainnya bergerak di
bidang perbaikan sosial, kelompok yang lain bergerak di bidang ekonomi,
sementara itu kelompok yang lain bergerak di bidang politik. Banyaknya
bidang yang dilakukan, beraneka ragamnya kegiatan yang dilakukan
bukan sesuatu yang menjadi masalah. Dengan catatan, perbedaan yang
bermacam-macam dan bukan perbedaan yang saling bertentangan dan
bermusuhan. Perbedaan ini saling menyempurnakan, saling mengisi dan
saling tolong menolong, saling menguatkan dan bukan saling menghalangi
satu sama lain. Jika kaum muslimin saling menghalangi dan bermusuhan
itu berarti akan menyebabkan kelemahan bagi mereka dan memperkuat
kekuatan musuh.
Jika mengkaitkan pembaharuan hanya pada satu orang saja, hal ini
menyebabkan masyarakat hidup hanya mengharapkan kedatangannya.
Inilah rahasia mengapa sekelompok orang hanya mengharapkan
kedatangan imam Mahdi. Menurut saya, pembaharuan hendaknya
dikaitkan dengan sebuah kelompok, yayasan atau gerakan. Sehingga setiap
muslim ingin menjadi bagian dari kelompok itu dalam kedudukannya
sebagai pembaharu. Setiap muslim akan menyumbang semua kemampuan
dan kekuatannya. Sehingga pertanyaannya bukan kapan pembaharu agama
itu akan muncul? Tapi, apa yang telah saya lakukan untuk memperbaharui
agama?
Di dalam dunia Islam, ikatan antara pembaharuan dan para
pembaharu memiliki arahan yang bermacam-macam. Berbagai klaim dari
kaum sekularis dan atheis bermunculan. Semuanya itu ditujukan untuk
menjadikan kaum muslimin lepas dari hakikat agamanya. Apakah ini
sebuah pembaharuan? Apakah mereka (para sekularis dan atheis) termasuk
para pembaharu?
Para musuh Islam mengganti penggunaan kata pembaharu (mujadid)
dengan kata pemecah belah (mubadid). Karena mereka tidak mengkaitkan
para pembaharu dengan pembaharuan yang sesungguhnya. Sehingga yang
dimaksud dengan pembaharuan adalah sesuatu yang berarti kembali
kepada sesuatu seperti ketika pertama kali baru muncul. Memperbaiki
segala yang perlu diperbaiki, dengan tetap menjaga keorisinalannya dan
kekhasannya. Inilah seperti yang kami katakan sebelumnya. Jika ingin
merenovasi istana atau bangunan kuno, maka kita tidak diizinkan untuk
Page 55
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 55
merubah ciri-ciri khas dan bentuk aslinya. Namun kita harus senantiasa
berusaha untuk mengembalikan seperti ketika pertama kali dibangun.
Adapun jika membongkar dan merubuhkan bangunan itu dan mendirikan
bangunan baru dengan gaya arsitek modern, maka ini bukanlah
pembaharuan.
Para musuh Islam tak ada bedanya dengan seseorang ingin
merubuhkan sebuah masjid Jami' yang merupakan sebuah bangunan kuno,
kemudian dia membangun sebuah gereja dengan gaya arsitek modern dan
di gereja itu di tulis pula kata Jami' (sebutan yang biasanya melekat pada
kata masjid).
Yang menyematkan nama para musuh Islam sebagai para pembaharu
adalah penjajah, murid-muridnya serta kaki tangannya yang berasal dari
para orientalis dan para misionaris. Padahal nama mereka sebenarnya
adalah Ubaid Al-Fikri Al-Gharbi alias budak pemikiran barat. Sehingga
mereka tidak pantas diberi status sebagai murid-murid pemikiran barat.
Sebab yang namanya murid, berdiskusi dengan gurunya, terkadang
menentangnya, dalam kesempatan lain terkadang membantahnya. Adapun
sikap mereka terhadap pemikiran barat tidaklah demikian, sikap mereka
adalah tunduk patuh dengan penuh pengabdian. Bukankah sikap ini
merupakan sikap seorang hamba atau seorang budak? Sehingga semua
yang diyakini barat dianggapnya sebagai suatu yang hak. Semua yang
diucapkan barat adalah benar dan semua yang dilakukannya dianggap
indah! Sama saja apakah mereka berasal dari aliran kiri atau kanan,
keduanya sama-sama budak. Sumber mereka adalah satu. Mereka tidak
ubahnya seperti ranting dari pohon yang dilaknat Al-Qur'an, Taurat dan
Injil. Yaitu pohon buruk yang mencabut ruh dari tubuh manusia,
menghilangkan keimanan dari kehidupan ini serta mencabut hidayah Allah
dari masyarakat. Kedok mereka yang mengaku sebagai para pembaharu
telah dibongkar oleh Alm. Prof Dr. Muhammad Al-Bahi di dalam bukunya
yang berjudul Al-Fikri Al-Islami Al-Hadits wa shillatuhu bil isti'mar Al-
Gharbi42.
Mujadid (pembaharu) sejati adalah orang yang memperbaharui agama
Islam, dengan agama dan untuk agama. Adapun orang yang ingin
memperbaharui agama Islam dari luar, yaitu dengan pemahaman import
dan pemikiran dalam negri, dia sebenarnya melakukan pembaharuan
untuk kepentingan barat atau timur. Orang seperti ini amat jauh dari
pembaharuan yang sebenarnya.
3. Islam Dan Kemajuan
Bukanlah merupakan perkara yang aneh, jika kehidupan manusia di
atas bumi ini selalu berubah dan berkembang dari satu keadaan ke keadaan
42 Untuk menambah pengetahuan tentang topik ini baca pula pasal yang berjudul "Ashalah laa
Raj'iyyah, wa tahdits laa taghriib" dalam buku kami yang berjudul "Bayyinaat Al-Hallu Al-Islami wa
Syubhaat Al-Ilmaniyiin wal Mutagharribiin" diterbitkan oleh Muassasah Ar-Risalah, Beirut
Page 56
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 56
lainnya. Sebagian orang mengalami kemajuan di beberapa bidang, itu
berarti mereka telah mengalami perkembangan.
Bidang yang paling banyak mengalami perkembangan adalah segala
sesuatu yang biasa digunakan oleh manusia. Makanan, pakaian,
kendaraan, rumah, senjata, berbagai peralatan dan sebagainya.
Berikut ini kami akan memberikan contoh yang amat jelas.
Dulu, manusia berjalan kaki untuk mencapai tujuannya. Kemudian dia
berhasil menjinakkan beberapa hewan tunggangan. Seperti, unta, kuda dan
keledai. Hewan-hewan ini digunakan sebagai kendaraan manusia dan
membawa segala perbekalan yang dibutuhkannya. Kemudian manusia
membuat kapal layar yaitu kapal yang digerakkan oleh angin dan berlayar
di lautan. Selanjutnya manusia membuat gerobak yang ditarik dengan
hewan tunggangan. Ini terus berlangsung hingga ribuan tahun. Kemudian
muncullah kendaraan lain yang bernama kereta yang digerakkan oleh
mesin uap atau mesin penggerak lainnya. Setelah itu terciptalah pesawat
terbang, sehingga dunia seperti sebuah desa kecil. Yang terakhir pesawat
dan kendaraan ruang angkasa yang dapat mengantarkan manusia ke
bulan.
Allah Swt mengisyaratkan sarana-sarana yang digunakan manusia
dalam ayat berikut ini,
Ÿ≅ø‹sƒø:$#uρ
tΑ$tóÎ7ø9$#uρ
uÏϑysø9$#uρ
$yδθç6Ÿ2÷tIÏ9
ZπuΖƒÎ—uρ
4
ß,è=øƒs†uρ
$tΒ
Ÿω
tβθßϑn=÷ès?
∩∇∪
"Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya." (An-Nahl
(16):8)
Selain perkembangan yang bersifat fisik seperti di atas, terdapat pula
perkembangan dalam bidang pemikiran, adat, kebiasaan dan akhlak.
Perkembangan dalam bidang ini terkadang patut dipuji, namun terkadang
tidak. Karena perkembangan bidang ini tidak selamanya untuk
kemaslahatan manusia. Terkadang dapat meningkatkan derajat manusia,
hingga nyaris mendekati derajat malaikat. Namun terkadang menurunkan
derajat manusia menjadi rendah, bahkan lebih rendah dari derajat
binatang.
Lalu pertanyaannya adalah, "Bagaimana sikap Islam terhadap
perkembangan? Apakah Islam menerimanya atau menolak serta
memeranginya?
Sikap Manusia Terhadap Perkembangan/Kemajuan
Sikap Islam terhadap perkara ini amatlah agung. Oleh karenanya sudah
selayaknya kami menjelaskan terlebih dahulu sikap manusia terhadap
perkembangan:
Page 57
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 57
1. Sikap Penolakan Manusia Secara Mutlak
Yaitu penolakkan secara mutlak terhadap segala perubahan dan
pembaharuan. Penolakkan terhadap segala aspek kehidupan, baik sisi
keilmuan, perbuatan maupun dalam bentuk makna. Mereka melestarikan
tradisi kuno dan memerangi segala bentuk yang baru tidak peduli sumber
dan apapun bentuknya.
Itulah yang terjadi pada gereja barat pada abad pertengahan masehi.
Gereja barat pada saat itu mengadopsi berbagai pemikiran dan teori, seperti
geografi, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Selain itu, pihak
gereja menambah sisi spritual dalam pemikiran dan teori tersebut, sehingga
dianggap sebagai bagian dari agama Nasrani. Seperti pemikiran dan tradisi
yang mereka anut selalu diwarnai dengan warna agama. Tidak boleh
seorang pun yang menentang pemikiran dan tradisi itu. Menurut mereka,
pembahasan atau penelitian secara bebas hingga penentangan pemikiran
harus dihentikan. Maka celakalah orang yang mengadakan pembaharuan!
Ustadz Imam Muhammad Abduh menyebutkan dalam bukunya yang
berjudul "Al-Islam wan Nashraniyyah ma'al ilmi wal madaniyyah"
mengenai sikap gereja dan para tokoh yang menimbulkan keanehan dan
kebingungan.
Dirumanis berkata, "Lengkungan pelangi bukanlah busur panah yang
berada di tangan Allah untuk menghukum hamba-Nya. Namun pelangi
adalah refleksi cahaya matahari pada titik-titik air." Karena pendapatnya
ini, Dirumanis dibawa ke Roma, dipenjara hingga meninggal dunia. Mayat
dan semua hasil karyanya dilemparkan ke dalam api!
Balaj berpendapat tentang kematian. Dia berpendapat bahwa kematian
telah ada sebelum Adam diciptakan. Dia berkata, "Hewan-hewan telah
mengalami kematian sebelum nabi Adam melakukan kesalahan karena
memakan buah khuldi." Pendapat ini menimbulkan keributan. Polemik dan
perselisihan ini berakhir dengan keluarnya keputusan kaisar agar
menghukum mati setiap orang yang memiliki keyakinan ini.
Pendapat bahwa bumi itu bulat telah menimbulkan keguncangan yang
amat sangat pada diri ilmuwan Nasrani. Padahal kaum muslimin telah
mengetahui hal ini sejak awal pemerintahan khilafah dinasti Abbasiyyah.
Pendapat dan pemahaman ini tidak menggoyahkan keyakinan ilmuwan
Nasrani. Bahkan keterangan ini tercantum dalam buku-buku tafsir dan
tauhid.
Sebagian orang Amerika berhasil menemukan cara untuk membius
wanita ketika melahirkan, sehingga wanita tidak merasa sakit saat
melahirkan. Penemuan ini menimbulkan kemarahan para pendeta. Karena
mereka beranggapan bahwa merekalah yang berhak membebaskan wanita
dari kutukan dan hukuman abadi yang dicatat di dalam Taurat bagian kitab
penciptaan (perjanjian lama) dan bagian Injil yang ketiga. Di dalamnya
terdapat keterangan, "Allah berfirman kepada wanita, "Perbanyaklah beban
kehamilanmu. Karena rasa sakit dapat mempermudah kelahiran anak."
Page 58
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 58
Di kota Konstantinopel, kaum muslimin telah menemukan metode
kedokteran dengan cara penyuntikan di bawah kulit. Kemudian seorang
wanita yang bernama Marie Monaco membawa metode ini sampai di Eropa
pada tahun 1721 M. Para pendeta bangkit dan menentang penggunaan alat
suntik itu. Peristiwa seperti ini kembali terulang ketika penyuntikan
diperlukan untuk pengobatan penyakit cacar. Para pendeta menentang
penggunaan alat suntik untuk pengobatan.
Biro penyelidik dibentuk di Eropa untuk menentang berbagai ilmu dan
pemikiran bebas. Biro ini dibentuk, karena takut pada kemunculan
pemikiran yang dibawa oleh murid-murid Ibnu Rusyd –baik murid secara
langsung atau tidak langsung-. Khususnya biro penyelidik di Perancis dan
Italia selatan. Orang yang mengusulkan untuk mendirikan biro ini adalah
pendeta Turkamanda.
Biro aneh ini benar-benar melakukan tugasnya. Dalam 18 tahun,
semenjak tahun 1481 M hingga 1499 M telah menjatuhkan hukuman atas
10.220 orang agar dibakar hidup-hidup. Mereka benar-benar dibakar.
Sebanyak 61.860 orang dihukum gantung setelah sebelumnya difitnah
terlebih dahulu. Sebanyak 97.023 dijatuhi hukuman dengan bentuk
hukuman yang bermacam-macam. Mahkamah ini juga membakar semua
Taurat yang berbahasa Ibrani.
Itulah sikap gereja, namun arus perkembangan dan kemajuan lebih
kuat. Sehingga percikan api berpindah dari timur Muslim menuju ke barat
Nasrani. Kobaran api semakin meluas dan meninggi hingga akhirnya
menjadi kobaran api yang besar, sehingga tidak dapat dihalangi oleh apa
pun juga. Sekelompok orang dalam jumlah yang banyak bangkit
menyerang gereja. Gereja yang bodoh melawan ilmu, khurafat melawan
pemikiran. Gereja bersama para raja dan orang-orang pandai melawan
rakyat. Rakyat berteriak, "Gantunglah raja terakhir dengan usus pendeta
terakhir."
2. Sikap Ketundukan Mutlak Terhadap Perkembangan/ Kemajuan Zaman
Sikap kedua ini bertolak belakang dengan sikap yang terdahulu. Sikap
kedua adalah ketundukan secara mutlak kepada perkembangan/ kemajuan
zaman. Sikap mereka terhadap segala perubahan dan hal yang baru adalah
taklid buta. Mereka tidak lagi membedakan antara yang boleh dengan yang
tidak boleh, antara yang pantas dan yang tidak pantas. Sikap ini
dipengaruhi oleh pemikiran barat yang berpendapat bahwa semua hal
yang mutakhir lebih baik dari yang terdahulu. Lebih dari itu mereka tidak
pernah merasa puas pada kemajuan (tekhnologi, misalnya). Namun mereka
kebablasan. Mereka menyeru untuk mengembangkan segala sesuatu,
merubah semua nilai, merubah berbagai kebaikan, tradisi dan perundang-
undangan. Menurut mereka kehidupan ini harus dibalik hingga 180
derajat.
Di dalam masyarakat kita masih terdapat dua kelompok yang bersikap
seperti di atas, Pertama, kelompok yang merupakan pengikut barat.
Peradaban barat telah membuat kelompok ini merasa terkagum-kagum.
Page 59
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 59
Oleh karenanya, mereka membenarkan segala hal yang berasal dari
peradaban barat. Mereka berantusias sekali terhadap segala yang terdapat
di dalam peradaban barat, bahkan mereka mempropagandakan peradaban
ini atas nama perkembangan, pembaharuan dan kemajuan zaman. Padahal
peradaban barat kosong dari nilai-nilai kemanusiaan, rusak, atheis dan
permisifisme (serba boleh). Saat ini, orang-orang barat sendiri mulai
mengkaji ulang sikap mereka, mengkritik peradaban mereka dan merubah
pemahaman mereka terhadap berbagai perkara.
Mereka inilah yang diolok-olok oleh sastrawan Arab dan Islam yang
bernama Mushtafa Shadiq Ar-Rafi'i. Beliau berkata, "Mereka ingin
memperbaharui agama, bahasa, matahari dan bulan!!"
Kelompok yang kedua adalah para penganut paham Marxis. Mereka
berpendapat bahwa perkembangan adalah sesuatu yang pasti. Mereka
menyeru bahwa perkembangan/kemajuan zaman lebih utama dari
keadaan sebelumnya.
Mereka selalu membicarakan sisi kehidupan manusia yang
berkembang. Namun mereka lalai membicarakan sisi kehidupan manusia
yang tetap/tidak dapat berubah.
Tidak diragukan lagi bahwa kehidupan manusia banyak menghadapi
perubahan dan perkembangan. Namun perubahan yang terjadi hanya
terkait pada segala hal yang berada di sekeliling manusia dan lebih banyak
dari perubahan dan perkembangan manusia itu sendiri. Adapun zat
manusia tidak pernah berubah, itu-itu saja.
Nabi Adam digoda syetan secara bertahap melalui gharizatul baqa'
(naluri cinta) pada kekekalan, hingga akhirnya beliau memakan buah
khuldi. Anak cucu Adam juga tidak berbeda dengan nabi Adam sendiri,
naluri terkadang mendorongnya untuk melakukan perbuatan maksiat.
Anak nabi Adam yang dengki pada saudaranya, tega membunuhnya
dengan batu. Kemudian dia bingung mengubur mayat saudaranya hingga
seekor burung gagak memberi contoh cara mengubur sebuah mayat.
Sampai saat ini, manusia masih memiliki perasaan dengki dan mungkin
melakukan pembunuhan lantaran perasaan dengki itu. Begitulah manusia
pada dasarnya tidak pernah berubah, walaupun alat atau sarana untuk
membunuh telah mengalami perkembangan dan beraneka ragam jenis dan
bentuknya. Selain itu dengan tekhnologi muktahir, manusia sudah mampu
mencairkan mayat seseorang dengan zat asam atau zat kimia yang telah
diuraikan hingga tidak sedikitpun meninggalkan bekas!!
Kendali akhlaklah yang menjadikan nabi Adam menyesal, bertaubat
dan memohon ampun kepada Allah, setelah beliau melakukan perbuatan
dosa. Dia berdoa,
Ÿω$s%
$uΖ−/u‘
!$oΨ÷Ηs>sß
$uΖ|¡àΡr&
βÎ)uρ
óΟ©9
öÏøós?
$uΖs9
$oΨôϑymös?uρ
¨⎦sðθä3uΖs9
z⎯ÏΒ
z⎯ƒÎÅ£≈y‚ø9$#
Page 60
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 60
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-'Araf
(7):23)
Kendali ini juga nampak pada anak nabi Adam yang baik ketika
berkata kepada saudaranya,
.⎦È⌡s9
|MÜ|¡o0
¥’n<Î)
x8y‰tƒ
©Í_n=çFø)tGÏ9
!$tΒ
O$tΡr&
7ÝÅ™$t6Î/
y“ωtƒ
y7ø‹s9Î)
y7n=çFø%L{
(
þ’ÎoΤÎ)
Ú’%s{r&
©!$#
¡>u‘
t⎦⎫Ïϑn=≈yèø9$#
∩⊄∇∪
"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam." (Al-Maidah (5):28)
Kendali ini juga nampak pada diri anak nabi Adam yang telah
melakukan pembunuhan. Dia menyesal telah melakukan pembunuhan.
Kendali ini sen antiasa ada di dalam fitrah manusia, walaupun manusia
telah berhasil menginjakkan kakinya di bulan.
Dorongan fitrah yang terdapat di dalam diri manusia tidak pernah
berubah, walaupun cara pemuasannya mengalami perubahan. Dulu
manusia memakan makanan yang mentah sebagaimana yang dilakukan
oleh hewan dan burung-burung. Kemudian manusia mengetahui cara
memasak makanan di atas api yang bahan bakarnya adalah kayu bakar
atau batu bara. Bersama berjalannya waktu, cara memasak yang dilakukan
manusia terus mengalami perubahan. Yang tadinya menggunakan kayu
bakar, kini memasak dengan kompor minyak tanah, gas dan kompor listrik.
Namun tetap saja manusia makan dan minum. Tetap saja manusia
merasakan lapar dan kenyang, merasakan haus dan puas. Perut akan
merasa tegang, bila sedang lapar dan haus. Namun jika perut sudah
kenyang, maka kita akan merasakan lega dan tenang.
Nilai-nilai agamis dan akhlak dasar berasal dari perasaan
membutuhkan kepada Allah, memohon perlindungan kepada Allah ketika
sedang mengalami kesulitan dan menyesali perbuatan dosa. (Nilai-nilai ini
biasa disebut dengan gharizah tadayyun/naluri keagamaan). Manusia
mencintai kejujuran, sifat amanah, keutamaan dan membenci sifat hina,
berbohong dan khianat. Semua nilai dan sifat ini senantiasa ada di dalam
kehidupan manusia. Walaupun pada sebagian manusia, sifat ini tertutup.
Perkembangan yang ada di dunia ini adalah perkembangan yang
melingkupi dan berada di sekitar manusia dan bukan dalam diri manusia.
Perkembangan terjadi pada segala sesuatu yang digunakan atau yang dapat
membantu manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan bukan terjadi
dalam diri manusia.
Page 61
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 61
Memang benar, pengetahuan manusia terhadap alam ini dan segala
yang ada di dalamnya telah mengalami perubahan dan kemajuan. Namun
hakikat manusia tidak mengalami perubahan.
3. Sikap Seimbang Merupakan Sikap Islam
Sikap ketiga ini merupakan sikap seimbang. Sikap yang dapat
membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang pantas dan tidak
pantas. Sikap ini merupakan sikap yang adil. Tidak anti terhadap
perkembangan dan kemajuan zaman, namun juga tidak berlebihan dalam
hal tersebut. Sikap ketiga ini adalah menghadapi perkembangan dengan
penuh hikmah, bahkan dengan benar. Tidak itu saja, sikap ini mendorong
seorang muslim untuk memperoleh kemajuan/perkembangan yang
bermanfaat, menciptakan kemajuan/perkembangan serta menikmatinya.
Itulah sikap Islam yang benar, sikap yang memadukan antara sesuatu
yang tidak dapat berubah dan sesuatu yang dinamis/elastis, termasuk
dalam perkara hukum dan ajarannya.
Tetap dan istiqamah dalam tujuan, namun elastis dalam penggunaan
sarana dan peralatan.
Tetap dan istiqamah dalam perkara yang ushul (pokok) dan kulliyaat
(meyeluruh), namun elastis dalam perkara yang furu' (cabang) dan juz'i
(parsial).
Tetap dan istiqamah dalam perkara akhlak dan akidah, namun elastis
dalam perkara dunia dan materi.
Perkara-perkara yang tetap ini dapat ditemukan dalam nash-nash yang
muhkamah, nash-nash yang qath'i dari segi sumbernya serta
pengertiannya. Sedangkan perkara yang dinamis/elastis dapat ditemukan
dalam nash-nash yang dzanni (tidak pasti) dari segi sumber serta
pengertiannya. Selain itu perkara yang dinamis/elastis juga terdapat dalam
ruang yang nash-nashnya –baik Al-Qur'an dan Sunnah- membiarkan para
mujtahid melakukan ijtihad, sebagai sebuah rahmat dan kemudahan bagi
kita.
Perkara yang tetap ini terdapat dalam perkara akidah yang pokok,
hukum-hukum fardhu yang dasar, berbagai keutamaan pokok, hukum-
hukum haram yang pokok, perkara syari'at yang menyeluruh serta
perkara-perkara lainnya. Yaitu perkara-perkara yang tidak pernah
menimbulkan perbedaan pendapat di zaman, lingkungan dan keadaan apa
pun juga. Sedangkan perkara yang elastis ini terdapat dalam hukum-
hukum furu', juz’i yang meluas lantaran banyak sudut pandang dan ijtihad
terhadap hukum-hukum tersebut. Allah tidak memberikan batasan yang
pasti tentang pengertian hukum-hukum itu. Barangsiapa yang berijtihad
dan hasil ijtihadnya benar, maka dia memperoleh dua pahala. Barangsiapa
yang berijtihad, namun hasil ijtihadnya salah, maka dia hanya memperoleh
1 pahala saja. Inilah pengertian yang diucapkan oleh para ahli fiqih kita,
"Fatwa tentang hukum-hukum ini dapat berubah karena perubahan
tempat, zaman, adat istiadat dan keadaan."
Page 62
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 62
Selain itu, kita juga menemukan perkara yang elastis, dinamis pada
perkara-perkara dunia. Yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan
tekhnik, keahlian dan iptek. Singkat kata, perkara yang berkaitan dengan
sarana serta hal-hal tekhnis. Inilah yang dimaksud dengan sabda
Rasulullah Saw yang artinya,
"Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.43"
Perkara tekhnik, keahlian dan iptek merupakan perkara yang harus
dikuasai oleh kaum muslimin. Bahkan kaum muslimin harus unggul dalam
perkara ini. Tidak masalah bagi kaum muslimin untuk mengambil
keahlian, tekhnologi tertentu dari non muslim atau dari siapa saja, jika
kaum muslimin tidak memiliki tekhnologi itu.
Di saat-saat pertama Rasulullah berada di Madinah, beliau berkhutbah
dengan bersandarkan pada sebuah pelepah kurma. Namun ketika jumlah
kaum muslimin bertambah banyak dan kekuasaan beliau semakin stabil,
Rasulullah memanggil tukang kayu berkebangsaan Romawi. Tukang kayu
ini membuat sebuah mimbar 3 tingkat untuk Rasulullah. Setelah mimbar
itu selesai, beliau berkhutbah di atasnya dan beliau tidak mengatakan,
"Mimbar ini buatan orang Romawi, oleh karenanya saya tidak
menggunakannya." Sekali lagi, beliau tidak mengatakan seperti itu.
Dalam perang Ahzab, Salman Al-Farisi r.a. mengusulkan untuk
menggali parit sepanjang kota Madinah, sehingga parit itu dapat
melindungi kota Madinah dari serangan kaum musyrikin. Rasulullah
kagum pada pendapat Salman dan beliau melaksanakan. Beliau tidak
mengatakan, "Ini merupakan salah satu tekhnis berperang bangsa Majusi,
oleh karenanya kami tidak akan mengikutinya." Sekali lagi, Rasulullah tidak
mengatakan seperti ini.
Demikian pula masa para sahabat setelah Rasulullah wafat. Mereka
membuat berbagai sistem dan tindakan yang sebelumnya tidak pernah ada
di masa Rasulullah. Mereka membentuk dewan-dewan, menghimpun Al-
Qur'an dalam beberapa mushaf, kemudian mushaf-mushaf itu dibagikan ke
berbagai daerah. Selain itu, mereka menunjuk orang-orang tertentu untuk
tugas khusus dalam bidang pengadilan. Mereka juga memasukkan sistem
surat menyurat, pendek kata segala yang bermanfaat dan baik diambil,
dipelajari dan digunakan. Sunnah, inisiatif para Khulafaur Rasyidin
dianggap sebagai bagian dari agama dan dipegang dengan erat?!
Allah menjamin agama Islam sebagai agama terakhir untuk seluruh
manusia. Setelah sebelumnya mengalami masa sulit dan berhak menjadi
sebuah risalah umum untuk seluruh manusia serta menjadi risalah yang
kekal hingga akhir zaman, maka tidaklah aneh jika Allah memberikan
keluasaan, kemudahan, elatisitas yang siap menghadapi perkembangan dan
kemajuan zaman. Allah menjadikan agama menjadi siap dan layak untuk
setiap lingkungan, setiap umat dan setiap generasi. Bukan itu saja, Allah –di
dalam ajaran-Nya- menggariskan beberapa nilai, pemikiran, pemikiran-
43 HR Muslim, Shahih Al-Jami' no. hadits 1482, cet. ketiga, cet. Al-Maktab Al-Islami
Page 63
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 63
pemikiran pokok, akhlak dan hukum-hukum yang mendorong
terwujudnya pertumbuhan, gerak untuk mencapai posisi yang tertinggi.
Islam memadukan antara agama dan dunia, ilmu dan keimanan, menjadi
orang kota yang berakhlak.
Islam tidak menolak semua bentuk kemajuan, jika di dalamnya terdapat
ilmu, hikmah, kebenaran dan kebaikan. Namun, Islam menolak segala
bentuk kemajuan, jika di dalamnya terdapat kecendrungan kerusakan,
penyimpangan dan kehinaan. Semua perkara dikembalikan kepada Al-
Qur'an yang diturunkan Allah dengan kebenaran dan standar ukuran.
Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya kebingungan dan sia-sia. Akan
tetapi Allah memberikan umat manusia ukuran/standar yang dapat
dijadikan sebagai barometer segala sesuatu dalam kehidupan mereka.
Islam menolak sikap jumud dan menyeru kepada sikap bergerak dan
dinamis. Bergerak perlahan dan terus menerus. Islam menghendaki gerak
yang memiliki tujuan dan cerdas. Bukan gerak tanpa arah dan merusak.
Islam menghendaki adanya gerak seperti bergeraknya sungai pada
jalurnya. Bukan geraknya aliran darah yang tidak memiliki jalur dan
batasan-batasan. Sungai dan aliran adalah dua hal yang mengalir dan
bergerak. Namun sungai menyebar untuk kehidupan, menumbuhkan
tanaman dan keberkahan bagi tempat yang dilaluinya. Sedangkan aliran
biasanya identik dengan aliran darah dan kerusakan.
Islam menginginkan manusia aktif dan berbuat, namun dengan syarat
geraknya harus memiliki tujuan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan nan
mulia. Dia bergerak seputar daerah yang aman, tidak mencelakakan diri
dan tidak pula mencelakakan orang lain. Hal ini sebagaimana yang
diucapkan oleh Asy-Syahid Sayyid Quthb, "Gerak itu di dalam bingkai yang
tetap dan disekitar poros yang tetap."
Islam menerima kemajuan dan perkembangan yang cerdas dan baik.
Kemajuan yang diatur oleh nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keutamaan.
Kemajuan yang diatur oleh keseimbangan keadilan. Karena keadilan itulah
Allah menurunkan kitab-Nya dan rasul-Nya. Adapun kemajuan yang
bergerak tanpa arah seperti adanya kestatisan dan kebodohan, merupakan
dua hal yang ditolak oleh Islam.
Kapan Masyarakat Islam Menghadapi Bahaya
Masyarakat Islam menghadapi hal genting dan berbahaya, disebabkan
salah satu dari dua perkara berikut ini,
Pertama, Bersikap jumud pada perkara yang dapat berubah,
berkembang dan bergerak. Sehingga kehidupan ini mandul seperti air yang
tergenang tidak bergerak dan menjadi tempat bersarangnya bakteri dan
mikroba.
Kenyataan ini terjadi di saat kemunduran dan jauh dari petunjuk Islam
yang benar. Kita dapat melihat dalam masalah fikih misalnya, kaum
muslimin tidak lagi mampu berijtihad. Karena pintu ijtihad telah ditutup
katanya. Kreatifitas dalam ilmu pengetahuan mengalami kemandekan,
Page 64
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 64
demikian pula dalam hal adab. Kreatifitas dalam bidang perindustrian
mengalami stagnan, demikian pula keahlian dalam berperang dan bidang-
bidang lainnya. Kehidupan dipenuhi dengan kejumudan dan taklid di
segala bidang. Orang-orang terdahulu tidak meninggalkan apa pun untuk
generasi selanjutnya. Tidak ada kemampuan yang melebihi generasi
sebelumnya! Jika keadaannya seperti ini, masyarakat lain yang tertidur
akan mulai bangkit dan berkembang, terus berkembang dan maju. Tidak
lama kemudian para tentara penjajah mulai bergerak. Sementara itu kaum
muslimin masih asyik dan hanyut dalam kelalaian.
Kedua, Menginginkan perubahan, perkembangan pada hal-hal yang
seharusnya tetap, fix dan statis. Di zaman sekarang, kita sudah sering
melihat dan mendengar sekelompok putra putri muslim ingin melenyapkan
identitas Islam dari umat ini. Ingin menghilangkan kemuliaan umat ini dari
seluruh khazanah Islam, dengan mengatas namakan perkembangan dan
kemajuan zaman. Mereka ingin menyebarkan paham atheis dalam perkara
akidah, ingin membuat merasa asing terhadap syari'ah dan menjauhkan
dari berbagai keutamaan. Semua itu dipropagandakan dengan mengatas
namakan perkembangan.
Mereka ingin melenyapkan agama ini dan dalam yang waktu
bersamaan mereka mengadopsi berbagai keyakinan, pemikiran, nilai,
keseimbangan, sistem, tradisi dan akhlak yang berasal dari timur dan barat.
Allah menurunkan agama ini agar manusia tidak tergelincir di dalam
menjalankan kehidupan. Oleh karena itu, Allah mewajibkan agar agama
ini menjadi standar tetap yang dijadikan rujukan ketika berbeda pendapat
dan menyimpang dari jalannya. Adapun jika agama ini harus tunduk dan
mengikuti perubahan kehidupan, agama akan lurus jika kehidupan lurus
dan akan bengkok jika kehidupan bengkok. Maka hal itu akan
menghilangkan peran agama dalam kehidupan manusia. Yang benar
adalah agama mengarahkan dan menilai kehidupan dan bukan kehidupan
mengarahkan dan menilai agama. Agama yang menundukkan kehidupan
berdasarkan tuntunan dan petunjuknya dan bukan kehidupan
menundukkan agama ini mengikuti kenyataan dan kerendahannya.
Dari sini, kami bertanya kepada mereka yang menuntut agar Islam
berkembang, "Mengapa kalian tidak menuntut agar perkembangan ini
tunduk mengikuti Islam?!!"
Islam adalah pengatur, sedangkan perkembangan hidup berposisi
sebagai sesuatu yang diatur.
Mereka yang Mendewa-Dewakan Kemajuan Zaman Tidak Memiliki
Sikap Tertentu
Mereka yang mendewa-dewakan kemajuan zaman tidak memiliki sikap
tertentu. Mereka tidak menginginkan kemunduran. Jika mereka menerima
Islam, mereka menginginkan Islam yang berasal dari tangan dan pikiran
sendiri.
Page 65
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 65
Mereka berpendapat, "Kami tidak menerima pendapat para imam, ahli
fiqih, pensyarah hadits dan para penafsir Al-Qur'an. Karena pendapat
mereka adalah pendapat manusia yang tidak ada bedanya dengan kami.
Kami hanya menerima wahyu Allah semata."
Andaikan saja saya menerima pendapat mereka, niscaya mereka akan
berkata, "Kami mengambil sebagian wahyu dan tidak mengambil sebagian
lainnya. Kami mengambil Al-Qur'an dan tidak mengambil Sunnah. Karena
di dalam sunnah terdapat hadits yang lemah, palsu (maudhu'), ditolak
(mardud). Kami hanya mengambil hadits mutawatir dan tidak mengambil
hadits ahad."
Dengan beraninya mereka berkata, "Al-Qur'an mengatasi berbagai
keadaan yang ada di jazirah Arab dan berbagai masyarakat Badui secara
terbatas, oleh karenanya kami juga boleh mengambil sebagian Al-Qur'an
yang sesuai dengan kondisi kami dan meninggalkan bagian Al-Qur'an yang
lain karena tidak sesuai dengan kondisi kami!"
$yϑ¯ΡÎ)
tЧym
ãΝà6ø‹n=tæ
sπtGøŠyϑø9$#
tΠ¤$!$#uρ
zΝóss9uρ
̓̓ΨÏ‚ø9$#
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi." (Al-Baqarah (2):173)
Babi adalah binatang yang najis. Mereka berkata, "Al-Qur'an
mengatakan demikian tentang babi karena makanannya pada saat itu
adalah kotor. Sedangkan babi sekarang tidaklah demikian!!"
Jika Al-Qur'an membicarakan tentang warisan,
"Bagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan." (An-Nisaa' (4):11)
Mereka akan berkata, "Ketentuan terjadi ketika para wanita belum
menjadi wanita karir, belum bekerja. Adapun saat ini, wanita memiliki
kepribadian sendiri, memiliki pendapatan sendiri. Oleh karena itu wanita
harus memperoleh bagian waris seperti bagian yang diperoleh oleh kaum
pria. Tidak boleh kita membeda-bedakan bagian kedua jenis kelamin ini!!"
Jika Allah berfirman,
$yϑ¯ΡÎ)
ãôϑsƒø:$#
çÅ£øŠyϑø9$#uρ
Ü>$|ÁΡF{$#uρ
ãΝ≈s9ø—F{$#uρ
Ó§ô_Í‘
ô⎯ÏiΒ
È≅yϑtã
Ç⎯≈sÜø‹¤±9$#
çνθç7Ï⊥tGô_$$sù
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah." (Al-Maidah (5):90)
Page 66
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 66
Niscaya mereka akan berkata, "Al-Qur'an mengharamkan hal di atas,
karena diturunkan di daerah tropis. Seandainya Al-Qur'an diturunkan di
daerah dingin, niscaya ketentuannya akan berbeda."
Ucapan di atas menunjukkan bahwa mereka mengatakan Allah tidak
mengetahui pada keadaan-keadaan hamba-Nya. Dia hanya mengetahui
sesuatu yang nampak saja. Mereka beranggapan bahwa Allah tidak
mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari dan masa yang akan datang.
Ucapan mereka ini merupakan ucapan orang-orang yang sombong.
Solusi yang sebenarnya adalah, "Hendaknya kita memahami dengan
baik, perkara kehidupan apa saja yang harus mengalami perkembangan.
Jika telah memahaminya dengan baik, maka kita dapat mengerahkan segala
daya upaya untuk mengadakan perkembangan dan perbaikan dengan akal
pikiran orang-orang bijaksana yang berani. Dalam hal ini, Islam
mendorong kita untuk menggunakan kekuatan pemikiran dan usaha
sendiri. Islam mendorong kita agar menggunakan ijtihad dan jihad yang
telah disyari'atkan kepada kita. Hendaknya kita memanfaatkan
ilmu/hikmah yang berhasil kita peroleh, darimana pun asal ilmu itu. Kita
hendaknya juga memahami perkara yang tetap dijaga sebagaimana
mestinya. Seperti nilai-nilai, akidah, pemahaman, akhlak adab dan syari'at.
Dengan sikap bijaksana ini, kita dapat menghadapi dan mengarahkan
perkembangan. Kita dapat hidup di zaman modern dan tetap berpegang
teguh pada putusan Allah, sehingga kita dapat memperoleh dua
keuntungan. Memperoleh keuntungan dunia dan tidak merugikan agama.
Memperoleh keridhaan Allah dan kekaguman terhadap akal manusia.
4. Kedudukan Manusia Dalam Islam
Buku berjudul Hadharah Al-Islam, merupakan karya seorang orientalis
yang bernama An-Nimsawi juz 1 Fun Jarwi Nibawum. Buku ini
diterjemahkan oleh ustadz Abdul Aziz Taufik Juwaid yang dicetak oleh Al-
Alfu Kitab. Buku terjemahan ini mendapat penghargaan “Komite Budaya
Umum” di kementrian Pendidikan dan Pengajaran.
Di dalam buku ini banyak terdapat kekeliruan mengenai Islam, baik
dari sisi akidah, syari’at, peradaban dan sejarahnya. Banyak sekali orientalis
yang tidak beriman kepada Islam sebagai sebuah ajaran (dien), tidak
beriman kepada Al-Qur’an sebagai sebuah wahyu dan tidak beriman
kepada Muhammad sebagai seorang rasul, oleh karenanya Islam dan
khasanahnya ditafsirkan menurut keyakinan mereka.
Ustadz Abdul Aziz yang menterjemahkan buku ini, memberikan
komentar atas sebagian dari kekeliruan tersebut. Namun dia,
Pertama, tidak memahami permasalahan
Kedua, tidak memberikan komentar pada tempatnya
Ketiga, komentar dan pemikiran yang dikomentarinya tidak terdapat di
dalam satu buku. Karena dia memberikan komentar itu dalam buku yang
Page 67
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 67
terpisah (sehingga pembaca tidak dapat melihat, memeriksa serta
memahami pemikiran penulis secara langsung –baik dilihat dari buku asli
maupun buku terjemahannya).
Sekarang posisi saya bukan sebagai pengkritik buku ini secara
keseluruhan. Saya hanya ingin memberikan komentar terhadap pemikiran
penulis yang tidak dikomentari oleh Abdul Aziz Taufik (penerjemah buku
tersebut).
Penulis itu berkata di dalam pasal 'Al-Insan Al-Kamil' hal. 283, "Sejak
awal, Islam hanya sedikit mengenal manusia. Al-Qur'an cendrung merasa
cukup menjelaskan tentang manusia dari sisi asal muasalnya yang
menghinakan. Al-Qur'an menggambarkan seseorang dan pembentukannya
secara rinci, sebagaimana yang terdapat di dalam ayat berikut ini,
ô‰s)s9uρ
$oΨø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
⎯ÏΒ
7's#≈n=ß™
⎯ÏiΒ
&⎦⎫ÏÛ
∩⊇⊄∪
§ΝèO
çµ≈oΨù=yèy_
ZπxôÜçΡ
’Îû
9‘#ts%
&⎦⎫Å3¨Β
∩⊇⊂∪
¢ΟèO
$uΖø)n=yz
sπxôÜ‘Ζ9$#
Zπs)n=tæ
$uΖø)n=y‚sù
sπs)n=yèø9$#
ZπtóôÒãΒ
$uΖø)n=y‚sù
sπtóôÒßϑø9$#
$Vϑ≈sàÏã
$tΡöθ|¡s3sù
zΟ≈sàÏèø9$#
$Vϑøtm:
¢ΟèO
çµ≈tΡù't±Σr&
$) ù=yz
tyz#u™
4
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain." (Al-Mu'minin (23):12-14)
Pada mulanya manusia tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
Dia bukan sosok yang terbuat dari materi yang hina saja. Tetapi manusia
itu lemah, tidak dapat merasa ketika muncul dalam kehidupan ini. Dia
tidak dapat menjaga dirinya sendiri dari ancaman bahaya -baik dalam
bentuk penyakit atau rasa sakit-, kecuali yang dikehendaki Allah. Manusia
sendiri yang menanggung rasa lapar, haus, baik dikehendakinya atau tidak
dikehendakinya. Manusia ingin mengetahui, namun dia tidak mengetahui
dirinya sendiri. Dia ingin mengingat, namun lupa. Dia pasti mengatur
berbagai rencana, namun dia tidak akan mencapai ketenangan hidup."
Imam Al-Ghazali memperhatikan ucapan orientalis ini dan beliau
memberi komentar, "Tidak ada yang dapat melarangnya, kecuali kematian.
Kematian yang datang menemuinya. Kematian yang mengantarkannya
pada bau busuk."
Jika memperhatikan sumber-sumber Islam secara sekilas saja, niscaya
dapat membantah klaim penulis di atas. Yaitu ungkapannya yang berbunyi
‘islam hanya sedikit mengenal manusia'. Padahal Islam menyanggah
kesimpulan penulis yang lemah itu.
Page 68
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 68
Dalam point ini, penulis mensandarkan pendapatnya pada kata-kata
yang diucapkan oleh imam Al-Ghazali dalam buku Ihya', bab Al-Kibar.
Kata-kata yang diucapkan Al-Ghazali ini dan yang semisalnya, tidak layak
dijadikan sandaran sebuah pernyataan prinsip penting yang berkaitan
dengan kedudukan manusia dalam Islam. Padahal Al-Ghazali
mengucapkan kata-kata itu untuk menjelaskan bagaimana caranya untuk
mengatasi sikap sombong dan ditujukan pada orang-orang sombong.
Imam Ghazali ingin memperingatkan orang yang sombong dengan
hari-harinya di masa lalu. Di mana dirinya masih dalam bentuk janin di
dalam kandungan ibunya. Bahkan pada saat itu dia adalah sesuatu yang
belum dapat dikenali dan dikatakan. Semua ini diucapkan imam Ghazali,
agar orang yang sombong itu mengetahui bahwa dia tidak dapat berdiri
sendiri. Dia membutuhkan tuhannya, Allah.
ö≅yδ
4’tAr&
’n?tã
Ç⎯≈|¡ΣM}$#
×⎦⎫Ïm
z⎯ÏiΒ
Ì÷δ¤$!$#
öΝs9
⎯ä3tƒ
$\↔ø‹x©
#·‘θä.õ‹¨Β
∩⊇∪
$¯ΡÎ)
$oΨø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
⎯ÏΒ
>πxôÜœΡ
8l$t±øΒr&
ϵ‹Î=tGö6¯Ρ
çµ≈oΨù=yèyfsù
$Jè‹Ïϑy™
#·ÅÁt/
∩⊄∪
$¯ΡÎ)
çµ≈uΖ÷ƒy‰yδ
Ÿ≅‹Î6¡¡9$#
$¨ΒÎ)
#[Ï.$x©
$¨ΒÎ)uρ
#·‘θàx.
∩⊂∪
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al-Insan (76):1-3)
Setelah menyebutkan ayat di atas,44 Imam Ghazali berkata, "Artinya,
Allah menghidupkan manusia, setelah sebelumnya dalam keadaan tidak
bernyawa/mati. Yang pertama dari sari pati tanah. Setelah itu berubah
menjadi setetes air mani. Dari tidak dapat mendengar, Allah memberikan
pendengaran kepada manusia. Dari tidak mampu melihat, Allah
memberikan manusia penglihatan. Allah memberikan manusia kekuatan,
setelah sebelumnya dalam keadaan lemah. Manusia jadi memiliki ilmu,
setelah sebelumnya dalam keadaan bodoh. Allah memberi manusia ilmu.
Dia menciptakan berbagai macam anggota tubuh manusia yang
mengagumkan. Allah juga memberikan kekayaan pada manusia, setelah
sebelumnya dalam keadaan miskin. Manusia sebelumnya merasakan lapar,
kemudian Allah mengenyangkannya. Allah memberikan manusia pakaian,
setelah sebelumnya dalam keadaan telanjang. Allah memberikan petunjuk
kepada manusia, setelah sebelumnya dalam keadaan sesat. Lihatlah!
Bagaimana Allah mengatur dan membentuknya, bagaimana Allah
44 Hal. 309, pasal Al-Kibar ma'a Al-Muhlikaat, cet. Musthafa Al-Babi Al-Halbi tahun 1346
Page 69
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 69
memudahkan jalan, bagaimana Allah menghilangkan kedzaliman manusia
dan bagaimana Allah memperlihatkan kebodohan manusia.
óΟs9uρr&
ttƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
7πxõÜœΡ
#sŒÎ*sù
uθèδ
ÒΟ‹ÅÁyz
×⎦⎫Î7•Β
∩∠∠∪
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata!" (Yaasin (36):77)
ô⎯ÏΒuρ
ÿ⎯ϵÏG≈tƒ#u™
÷βr&
Νä3s)n=s{
⎯ÏiΒ
5>#tè?
¢ΟèO
!#sŒÎ)
ΟçFΡr&
Öt±o0
šχρçųtFΖs?
∩⊄⊃∪
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak." (Ar-Ruum (30):20)
Lihatlah berbagai nikmat Allah atas manusia. Bagaimana Allah
mengangkat manusia (yang masih berbentuk) sesuatu yang penuh
kehinaan, kerendahan dan kekotoran menjadi makhluk yang memiliki
derajat yang tinggi, mulia dan menjadi manusia sempurna, padahal
sebelumnya tidak pernah ada di dunia. Allah menjadikan manusia hidup
yang sebelumnya mati, menjadikan manusia dapat berbicara yang
sebelumnya tidak dapat berbicara, menjadikan manusia dapat melihat yang
sebelumnya tidak dapat melihat, menjadikan manusia kuat yang
sebelumnya lemah, menjadikan manusia pandai yang sebelumnya bodoh,
menjadikan manusia memperoleh petunjuk yang sebelumnya berada dalam
kesesatan, menjadikan manusia mampu yang sebelumnya lemah,
menjadikan manusia kaya yang sebelumnya miskin. Dulu, manusia secara
zat bukanlah apa-apa, yaitu sesuatu yang lebih hina dari sesuatu yang tidak
ada, kemudian Allah menjadikannya sebegai sesuatu yang hidup, menjadi
makhluk yang sempurna.
Inilah yang diucapkan imam Al-Ghazali tentang manusia. Beliau
mengingatkan manusia akan asal usulnya, sehingga dengan demikian sifat
sombong akan hilang dari dirinya. Orang-orang yang menyombongkan
diri akan kembali sadar. Imam Al-Ghazali tidak pernah menulis seperti
yang diungkapkan penulis orientalis di atas.
Andaikan penulis orientalis itu adil, tentu dia juga membahas ucapaan
imam Al-Ghazali di bagian-bagian lainnya. Seperti kedudukan manusia di
alam, nilai manusia dan kekhasan ruhaninya yang tinggi di sisi Allah.
Cukuplah ucapan imam Al-Ghazali di dalam pasal 'Mahabbah' dari buku
Ihyanya. Imam Al-Ghazali berkata, setelah menyebutkan bahwa salah satu
sebab cinta adalah kesesuaian dan kesamaan. Karena sesuatu menarik
sesuatu yang mirip dengannya. Suatu bentuk akan cendrung pada bentuk
yang mirip dengannya, beliau berkata, "Kesesuaian dan persamaan ini pula
harus ada antara kecintaan Allah dengan batin manusia. Bukan kesesuaian
dan kemiripan dalam segi bentuk atau penampilan. Namun kesesuaian ini
Page 70
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 70
kembali pada batin manusia. Sebagian makna di atas dapat disebutkan,
sedangkan sebagian yang lain tidak boleh ditulis."
Hal yang boleh disebutkan dalam buku-buku adalah kedekatan seorang
hamba pada tuhan-Nya dari segi sifat yang diperintahkan untuk diteladani
dan dijadikan sebagai bagian dari akhlak. Oleh karenanya, berakhlaklah
dengan akhlak-akhlak Allah. Berusahalah mengikuti sifat-sifat terpuji
Allah, seperti, mengetahui, berbuat baik, lemah lembut, pemurah dalam
berbuat baik dan memberikan rahmat terhadap makhluk yang lain. Selain
itu menasehati orang lain, memberi petunjuk kepada jalan yang benar,
mencegah mereka dari jalan kebatilan serta sifat-sifat Allah lainnya. Jika
berakhlak dengan sifat-sifat Allah ini, maka hal itu dapat mendekatkan diri
kepada Allah. Bukan dalam arti tuntutan mendekati tempat namun
mendekati diri dengan sifat-sifat Allah.
Adapun hal yang tidak boleh ditulis oleh manusia dalam buku-buku,
sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah berikut ini,
štΡθè=t↔ó¡o„uρ
Ç⎯tã
Çyρ”9$#
(
È≅è%
ßyρ”9$#
ô⎯ÏΒ
ÌøΒr&
’În1u‘
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku." (Al-Isra' (17):85)
Allah Swt menjelaskan hal itu sebagai berikut,
"Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan) Ku." (Shaad (38):72)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud
kepada nabi Adam as. Firman Allah berikut ini mengisyaratkan hal itu,
ß$¯ΡÎ)
y7≈oΨù=yèy_
Zπx‹Î=yz
’Îû
ÇÚö‘F{$#
"Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi." (Shaad (38):26)
Rasulullah Saw bersabda, "Allah menciptakan Adam dalam bentuk-
Nya." Sehingga orang-orang yang berpikir pendek berpendapat yang ada
hanyalah gambaran fisik saja, yang dapat ditangkap oleh indra manusia.
Mereka menyamakan Allah dan menvisualkan-Nya dengan bentuk yang
diperkirakan oleh orang-orang jahiliyyah yang sombong.
Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah terhadap Musa as,
"Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku?" Nabi Musa bertanya,
"Ya Allah! Bagaimana itu bisa terjadi?!" Allah berfirman, "Seorang hamba-
Ku si Fulan sedang sakit, namun engkau tidak menjenguknya. Seandainya
engkau menjenguknya, maka engkau akan menemukan-Ku di sisinya.45"
45 Lihat "Shahih Al-Jami' Ash-Shagir" 1916
Page 71
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 71
Kesesuaian ini hanya akan nampak dengan ketekunan melaksanakan
amal-amal sunnah, dengan syarat pelaksanaan kewajiban dapat ditunaikan
sebagaimana mestinya. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam hadits
qudsi, "Seorang hamba senantiasa mendekatkan diri dengan amalan
sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku
adalah pendengarannya, Aku adalah penglihatannya………dan
seterusnya."
Ayat yang digunakan penulis orientalis di atas, yaitu ayat yang
menjelaskan tentang fase-fase penciptaan manusia. Mulai dari setetes air
mani, gumpalan darah, segumpal daging dan seterusnya. Ayat ini tidak
diarahkan untuk menjelaskan kepada manusia dengan asal usul tubuh
manusia yang hina (sebagaimana dituduhkan penulis orientalis itu). Ayat
itu hanya mengarahkan sebagaimana ayat-ayat sejenis yang membantah
kaum yang mengingkari hari akhirat, kebangkitan setelah kematian. Ayat
di atas dan ayat-ayat sejenisnya mencoba membantah keyakinan suatu
kaum yang tidak percaya bahwa manusia akan dihidupkan kembali setelah
rusak dimakan tanah. Di saat munculnya keyakinan seperti ini, ayat-ayat
datang untuk memalingkan sudut pandang mereka yang berkeyakinan
menyimpang. Ayat-ayat itu menjelaskan bahwa manusia akan dibangkitkan
dalam keadaan utuh, seperti ketika masih hidup di dunia. Ayat-ayat ini
mencoba memperingatkan akal yang sesat mengenai kekuasaan Allah.
Allah telah menciptakan manusia dari keadaan lemah. Kemudian manusia
menjadi kuat, karena kekuasaan-Nya. Ada baiknya kami bacakan firman
Allah berikut ini, “Manusia bertanya, ‘Apakah setelah mati, saya akan
dibangkitkan dalam keadaan hidup?'"
Ÿωuρr&
ãà2õ‹tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
ã≅ö6s%
óΟs9uρ
à7tƒ
$\↔ø‹x©
∩∉∠∪
"Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami
telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?"
(Maryam (19):67)
óΟs9uρr&
ttƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
7πxõÜœΡ
#sŒÎ*sù
uθèδ
ÒΟ‹ÅÁyz
×⎦⎫Î7•Β
∩∠∠∪
z>uŸÑuρ
$oΨs9
WξsWtΒ
z©Å¤tΡuρ
…çµs)ù=yz
(
tΑ$s%
⎯tΒ
Ä©÷∏ãƒ
zΝ≈sàÏèø9$#
}‘Éδuρ
ÒΟŠÏΒu‘
∩∠∇∪
ö≅è%
$pκÍ‹ósãƒ
ü“Ï%©!$#
!$yδr't±Σr&
tΑ¨ρr&
;ο§tΒ
(
uθèδuρ
Èe≅ä3Î/
@,ù=yz
íΟŠÎ=tæ
∩∠®∪
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami;
dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya
Page 72
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 72
kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk." (Yaasin (36): 77-79)
Apakah ayat yang proporsional ini dipahami sebagai ayat yang
menghina manusia? Sementara itu Islam hanya mengakui bagian kecil dari
manusia?
Al-Qur’an memberi perhatian yang cukup dengan membicarakan
mengenai manusia di puluhan ayat dan puluhan surat. Cukup kiranya,
saya tunjukkan wahyu pertama -lima ayat- yang diterima Rasulullah
sebagai contoh. Di dalam wahyu pertama itu, Allah tidak lupa untuk
menyebut mengenai manusia, hubungan manusia dengan Tuhan-nya;
yaitu hubungan penciptaan, keberadaan, pengajaran dan pemberian
hidayah. Kata Rabb saja, mengandung arti mengajarkan, mengatur,
mengawasi dan meningkat derajat manusia dalam tingkatan-tingkatan
kesempurnaan.
ù&tø%$#
ÉΟó™$$Î/
y7În/u‘
“Ï%©!$#
t,n=y{
∩⊇∪
t,n=y{
z⎯≈|¡ΣM}$#
ô⎯ÏΒ
@,n=tã
∩⊄∪
ù&tø%$#
y7š/u‘uρ
ãΠtø.F{$#
∩⊂∪
“Ï%©!$#
zΟ¯=tæ
ÉΟn=s)ø9$$Î/
∩⊆∪
zΟ¯=tæ
z⎯≈|¡ΣM}$#
$tΒ
óΟs9
÷Λs>÷ètƒ
∩∈∪
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq (96):1-5)
Al-Qur'an di dalam ayat-ayatnya banyak menjelaskan tentang
hubungan manusia dengan Allah, hubungan yang dekat dengan yang
Maha Dekat. Penjelasan Al-Qur'an ini menghancurkan semua mitos dan
perantara yang diajarkan berbagai macam agama. Allah berfirman,
ô‰s)s9uρ
$uΖø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
ÞΟn=÷ètΡuρ
$tΒ
â¨Èθó™uθè?
⎯ϵÎ/
…çµÝ¡øtΡ
(
ß⎯øtwΥuρ
Ü>tø%r&
ϵø‹s9Î)
ô⎯ÏΒ
È≅ö7ym
ωƒÍ‘uθø9$#
∩⊇∉∪
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat lehernya." (Qaf (50):16)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat." (Al-Baqarah
(2):186)
"Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah." (Al-
Baqarah (2):115)
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (Al-Hadid
(57):4)
Page 73
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 73
Al-Qur'an menjelaskan mengenai kedudukan manusia di sisi dunia ruh
yang tinggi. Kedudukan itu merupakan kedudukan yang mendekati
kedudukan malaikat. Jiwa manusia ingin menggapai kedudukan malaikat,
namun tidak mampu. Kedudukan manusia adalah kedudukan wakil Allah
(Khalifah Allah) di muka bumi.
øŒÎ)uρ
tΑ$s%
š•/u‘
Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9
’ÎoΤÎ)
×≅Ïã%y`
’Îû
ÇÚö‘F{$#
Zπx‹Î=yz
(
(#þθä9$s%
ã≅yèøgrBr&
$pκÏù
⎯tΒ
߉šøãƒ
$pκÏù
à7Ïó¡o„uρ
u™!$tΒÏe$!$#
ß⎯øtwΥuρ
ßxÎm7|¡çΡ
x8ωôϑpt¿2
â¨Ïd‰s)çΡuρ
y7s9
(
tΑ$s%
þ’ÎoΤÎ)
ãΝn=ôãr&
$tΒ
Ÿω
tβθßϑn=÷ès?
∩⊂⊃∪
"Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-
Baqarah (2):30)
Kedudukan manusia adalah kedudukan hamba yang memperoleh
pengetahuan dari Allah, setelah Dia mengajarkan nabi Adam seluruh
nama-nama. Kemudian Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud
kepadanya sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan terhadapnya.
øŒÎ)
tΑ$s%
y7•/u‘
Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9
’ÎoΤÎ)
7,Î=≈yz
#Z|³o0
⎯ÏiΒ
&⎦⎫ÏÛ
∩∠⊇∪
#sŒÎ*sù
…çµçG÷ƒ§θy™
àM÷‚xtΡuρ
ϵŠÏù
⎯ÏΒ
©Çrρ•‘
(#θãès)sù
…çµs9
t⎦⎪ωÉf≈y™
∩∠⊄∪
y‰yf|¡sù
èπs3Íׯ≈n=yϑø9$#
öΝßγ=à2
tβθãèuΗødr&
∩∠⊂∪
HωÎ)
}§ŠÎ=ö/Î)
uy9õ3tFó™$#
tβ%x.uρ
z⎯ÏΒ
t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$#
∩∠⊆∪
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya
roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya.
kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk
orang-orang yang kafir." (Shaad (38):71-74)
Sedangkan hukuman bagi iblis yang menolak untuk mentaati perintah
Allah agar menghormati dan bersujud pada manusia adalah mendapat
laknat dan diusir selamanya dari surga.
tΑ$s%
ólã÷z$$sù
$pκ÷]ÏΒ
y7¯ΡÎ*sù
×Λ⎧Å_u‘
∩∠∠∪
¨βÎ)uρ
y7ø‹n=tã
û©ÉLuΖ÷ès9
4’n<Î)
ÏΘöθtƒ
È⎦⎪Ïd‰9$#
∩∠∇∪
Page 74
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 74
Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya
kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap
atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad (38):77-78)
Al-Qur'an menjelaskan bahwa kedudukan manusia di muka bumi yang
luas ini adalah sebagai tuan. Dia yang mengatur segalanya. Allah telah
menundukkan segala yang ada di langit dan di bumi untuk manusia.
ª!$#
“Ï%©!$#
t,n=y{
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$#
uÚö‘F{$#uρ
tΑt“Ρr&uρ
š∅ÏΒ
Ï™!$yϑ¡¡9$#
[™!$tΒ
ylt÷zr'sù
⎯ϵÎ/
z⎯ÏΒ
ÏN≡tyϑV 9$#
$]%ø—Í‘
öΝä3©9
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
šù=àø9$#
y“ÌôftGÏ9
’Îû
Ìóst7ø9$#
⎯ÍνÌøΒr'Î/
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
t≈yγ÷ΡF{$#
∩⊂⊄∪
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
}§ôϑ¤±9$#
tyϑs)ø9$#uρ
È⎦÷⎫t7Í←!#yŠ
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
Ÿ≅ø‹©9$#
u‘$pκ] 9$#uρ
∩⊂⊂∪
Νä39s?#u™uρ
⎯ÏiΒ
Èe≅à2
$tΒ
çνθßϑçGø9r'y™
4
βÎ)uρ
(#ρ‘‰ãès?
|Myϑ÷èÏΡ
«!$#
Ÿω
!$yδθÝÁøtéB
3
χÎ)
z⎯≈|¡ΣM}$#
×Πθè=sàs9
Ö‘$¤Ÿ2
∩⊂⊆∪
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan
itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)." (Ibrahim (14):32-34)
Apa yang menempatkan manusia memperoleh kedudukan terhormat
ini di muka bumi. Padahal banyak makhluk lain yang memiliki fisik yang
besar? Karena manusia memiliki kesiapan untuk mengemban amanah
besar ini dan tanggung jawab. Pembebanan tanggung jawab ini
digambarkan oleh Al-Qur'an dengan gambaran yang indah sekali.
$¯ΡÎ)
$oΨôÊttã
sπtΡ$tΒF{$#
’n?tã
ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$#
ÇÚö‘F{$#uρ
ÉΑ$t6Éfø9$#uρ
š⎥÷⎫t/r'sù
βr&
$pκs]ù=Ïϑøts†
z⎯ø)xô©r&uρ
$pκ÷]ÏΒ
$yγn=uΗxquρ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
(
…絯ΡÎ)
tβ%x.
$YΒθè=sß
Zωθßγy_
∩∠⊄∪
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
Page 75
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 75
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh." (Al-Ahzab (33):72)
"Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri." (Qiyamah
(75):14)
Ç⎯¨Β
3“y‰tF÷δ$#
$yϑ¯ΡÎ*sù
“ωtGöκu‰
⎯ϵšøuΖÏ9
(
⎯tΒuρ
≅ |Ê
$yϑ¯ΡÎ*sù
‘≅ÅÒtƒ
$pκön=tæ
4
Ÿωuρ
â‘Ì“s?
×οu‘Η#uρ
u‘ø—Íρ
3“t÷zé&
3
$tΒuρ
$¨Ζä.
t⎦⎫Î/Éj‹yèãΒ
4©®Lym
y]yèö6tΡ
Zωθß™u‘
∩⊇∈∪
"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri." (Al-Isra' (17):15)
Penjelasan di atas merupakan sebagaian yang disebutkan Al-Qur'an
mengenai kedudukan manusia. Dua seruan langsung dari Allah Swt –
berikut ini- terhadap manusia, merupakan bentuk penghormatan terhadap
manusia.
$pκš‰r'¯≈tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$tΒ
x8¡xî
y7În/tÎ/
ÉΟƒÌx6ø9$#
∩∉∪
“Ï%©!$#
y7s)n=yz
y71§θ|¡sù
y7s9y‰yèsù
∩∠∪
þ’Îû
Äd“r&
;οu‘θß¹
$¨Β
u™!$x©
št7©.u‘
∩∇∪
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah
menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja
yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu." (Al-Infithar (82):6-
8)
$y㕃r'¯≈tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
y7¨ΡÎ)
îyÏŠ%x.
4’n<Î)
y7În/u‘
%[nô‰x.
ϵŠÉ)≈n=ßϑsù
∩∉∪
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-
sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya."
(Al-Insyiqaq (84):6)
Page 76
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 76
Pembicaraan Tentang Pemikiran
dan Arus Baru
1. Harus Ada Standar yang Dijadikan Tempat Merujuk
Suatu ketika saya berbicara dengan salah seorang teman mengenai
pentingnya kembali pada Islam. Baik dari sisi akidah, syari'at, nilai-nilai,
akhlak, budaya maupun peradaban, agar kita dapat hidup bahagia di dunia
dan akhirat.
Teman saya berkata, "Sahabatku, sebenarnya kami dalam keadaan
bingung. Bingung menghadapi berbagai seruan dan ideologi yang
bermacam-macam. Yang satu mengajak ke kanan, sementara itu yang lain
mengajak ke kiri. Di sini mengajak ke timur, sementara itu di sana
mengajak ke barat. Engkau mengajak kembali pada Islam. Sementara itu
yang lain menyeru paham nasionalis, sedangkan yang lain menyeru paham
sosialis."
Teman saya melanjutkan penjelasannya, "Diantara para da'i Islam
terdapat yang kaku dan terdapat pula yang penuh toleran. Di tengah-
tengah propagandis paham nasionalis terdapat mereka yang lapang dada,
namun ada pula yang sebaliknya. Demikian pula dengan para propagandis
paham sosialis, ada yang berlebihan, namun ada pula yang proporsional."
Seolah tidak memiliki rem dalam bicara, teman saya melanjutkan
ucapannya, "Setiap mereka mempromosikan barang dagangannya dengan
cara yang sebaik-baiknya. Mereka tidak ingin terlihat ada cacat sedikitpun.
Sedangkan para pembaca merasa heran ketika membaca buku-buku,
disertasi dan berbagai makalah. Para pendengar juga merasa heran ketika
mendengar seminar, pembicaraan dan diskusi. Oleh karenanya tolong
jelaskan pada saya, "Apa yang harus masyarakat lakukan terhadap ideologi
dan pemikiran-pemikiran itu? Apa yang harus masyarakat lakukan
terhadap arus kanan dan kiri?"
Saya mencoba menanggapinya, "Apa yang akan dilakukan masyarakat,
jika mereka berbeda pendapat tentang panjang suatu kain, berbeda
pendapat mengenai berat kembang gula atau berapa banyak ukuran
gandum yang akan dibeli, misalnya?"
Teman saya menjawab, "Mereka akan merujuk pada ukuran,
timbangan yang telah disepakati. Seperti meter untuk ukuran jarak dan
panjang. Kilogram dan kati untuk ukuran berat. Liter untuk ukuran isi dan
seterusnya. Jika semuanya telah diukur menurut ukurannya masing-
masing, maka perbedaan pendapat mengenai panjang, berat serta isi akan
usai."
Page 77
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 77
Saya melanjutkan penjelasan, "Inilah yang harus kita lakukan terhadap
perkara-perkara immateri, maknawi. Kita harus mempunyai ukuran atau
standar yang dijadikan rujukan bagi pemikiran, pendapat dan nilai-nilai
yang diperdebatkan. Sehingga semua perkara dan kata-kata kita menjadi
sama."
"Namun masalahnya, siapa yang membuat ukuran dan standar ini?
Standar yang berfungsi menimbang ucapan dan pendapat. Standar yang
mengukur ucapan dan keyakinan. Sehingga dengan demikian akan
diketahui mana yang benar dan salah, mana yang merupakan penuntun
dan mana pula yang dapat menyesatkan. Siapa yang memiliki kemampuan
untuk membuat ukuran ini? Siapa yang akan menyetujuinya, jika dia
berhasil membuat ukuran atau sebuah standar?" teman saya bertanya.
Saya menjawab, "Kita sebagai muslim sudah memiliki ukuran dan
standar itu. Ukuran itu ada di tangan kita. Ukuran/standar itu bukan
merupakan karya manusia. Karena manusia amat lemah untuk membuat
ukuran itu. Ukuran menurut Islam adalah ukuran yang turun dari langit
menuju bumi, ukuran yang berasal dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Allah berfirman,
!9#
4
ë=≈tGÏ.
ôMyϑÅ3ômé&
…çµçG≈tƒ#u™
§ΝèO
ôMn=Å_Áèù
⎯ÏΒ
÷βà$©!
AΟŠÅ3ym
AÎ7yz
∩⊇∪
"Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari
sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Hud (11):1)
Rasulullah bersabda,
"Saya tinggalkan kalian (dua perkara). Selama kalian berpegang
teguh padanya, maka kalian tidak akan tersesat. Yaitu Kitabullah dan
Sunnahku."
Bahkan ini merupakan salah satu tugas para rasul yang mendasar, yaitu
membuat standar atau ukuran untuk manusia. Sehingga dengan demikian
jika terjadi perbedaan pendapat dan penyimpangan, semuanya dapat
merujuk kepada standar dan ukuran tersebut. Di dalam Al-Qur'an terdapat
keterangan sebagai berikut,
tβ%x.
â¨$¨Ζ9$#
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
y]yèt7sù
ª!$#
z⎯↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$#
š⎥⎪ÌÏe±u;ãΒ
t⎦⎪Í‘É‹ΨãΒuρ
tΑt“Ρr&uρ
ãΝßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zΝä3ósuŠÏ9
t⎦÷⎫t/
Ĩ$¨Ζ9$#
$yϑŠÏù
(#θàn=tF÷z$#
ϵŠÏù
4
$tΒuρ
y#n=tG÷z$#
ϵŠÏù
ωÎ)
t⎦⎪Ï%©!$#
çνθè?ρé&
.⎯ÏΒ
ω÷èt/
$tΒ
ÞΟßγø?u™!%y`
àM≈oΨÉit6ø9$#
$JŠøót/
óΟßγoΨ÷t/
(
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
Page 78
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 78
dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan." (Al-Baqarah (2):213)
ô‰s)s9
$uΖù=y™ö‘r&
$oΨn=ß™â‘
ÏM≈uΖÉit7ø9$$Î/
$uΖø9t“Ρr&uρ
ÞΟßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
šχ#u”Ïϑø9$#uρ
tΠθà)u‹Ï9
â¨$¨Ψ9$#
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
(
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan." (Hadid (57):25)
Namun anehnya, kita tidak merujuk pada ukuran/standar yang berasal
dari langit itu, tidak merujuk pada Islam. Padahal Allah telah memuliakan
kita dengan Islam. Dia meridhai Islam menjadi agama kita. Kita cendrung
mencampakkan Islam ke belakang punggung kita. Kita mencoba mencari
fatwa dan hukum selain dari Islam. "Barangsiapa yang mencari petunjuk
selain dari petunjuk Allah, maka Allah akan menyesatkannya."
Dengan sedikit heran, teman saya bertanya, "Apakah semua pemikiran
dan pendapat kita harus merujuk pada Islam dan Al-Qur'an."
Saya menjawab, "Memang benar. Agama Islammu menuntut untuk
kembali pada Allah dan rasul-Nya. Inilah makna syahadat Laa ilaaha illa
Allah, Muhammad Rasulullah. Jika engkau ridha Allah menjadi tuhanmu,
Muhammad sebagai rasul dan Al-Qur'an sebagai imammu, maka engkau
harus selalu merujuk pada Allah, rasul dan kitab-Nya. Setiap engkau
menghadapi suatu masalah, engkau berbeda pendapat dengan sekelompok
masyarakat, maka engkau harus merujuk pada Allah dan rasul-Nya dan
tidak dibenarkan kepada yang lain.
$tΒuρ
tβ%x.
9⎯ÏΒ÷σßϑÏ9
Ÿωuρ
>πuΖÏΒ÷σãΒ
#sŒÎ)
©|Ós%
ª!$#
ÿ…ã&è!θß™u‘uρ
#·øΒr&
βr&
tβθä3tƒ
ãΝßγs9
äοuzσø:$#
ô⎯ÏΒ
öΝÏδÌøΒr&
3
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka." (Al-Ahzab (33):36)
Ÿξsù
y7În/u‘uρ
Ÿω
šχθãΨÏΒ÷σãƒ
4©®Lym
x8θßϑÅj3ysãƒ
$yϑŠÏù
tyfx©
óΟßγoΨ÷t/
§ΝèO
Ÿω
(#ρ߉Ågs†
þ’Îû
öΝÎηÅ¡àΡr&
%[`tym
$£ϑÏiΒ
|MøŠŸÒs%
(#θßϑÏk=|¡ç„uρ
$VϑŠÎ=ó¡n@
∩∉∈∪
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
Page 79
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 79
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya." (An-Nisaa' (4):65)
Teman saya kembali bertanya, "Apakah pengertian merujuk kepada
Allah, berlaku untuk semua perkara kehidupan kita. Termasuk urusan
sosial, politik dan ekonomi?
Tidak menjadi masalah jika kita merujuk kepada Allah dalam perkara
agama, seperti akidah, ibadah dan akhlak. Adapun perkara kehidupan yang
senantiasa berubah dan berkembang, mengapa tidak merujuk pada akal
manusia atau mencari dari pengalaman orang lain?"
Saya menjawab, "Pengklasifikasian perkara yang merujuk kepada Allah
menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan perkara agama dan non
agama merupakan pengklasifikasian yang menyesatkan dan tidak
berdasarkan dasar yang benar. Apakah engkau menginginkan kita mentaati
Allah, ketika Dia berfirman, "Dirikanlah shalat." (Muzammil (73):20),
karena shalat termasuk urusan agama. Adapun jika Allah berfirman,
"tunaikanlah zakat." (Muzammil (73):20), kita akan mengatakan, "Maaf
Allah, perintah ini termasuk perkara keuangan dan dunia, oleh karenanya
biarkanlah kami mengaturnya sendiri tanpa petunjuk dan wahyu-Mu."
"Jika Allah berfirman, "bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan
mohonlah ampun kepada-Nya." (Fushilat (41):6), maka kita akan
menjawab, "Kami mendengar dan mentaati. Namun jika Allah berfirman,
"sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan." (Al-Maidah (5):90), maka kita akan mengatakan, 'Kami
mendengar, namun kami melanggarnya. Mengharamkan minuman keras
akan membahayakan kegiatan pariwisata, menghalangi kebebasan
individu, oleh karenanya biarkanlah kami bebas mengkonsumsinya."
Jika Allah berfirman, "Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
(Al-Baqarah (2):281), maka kita akan mengatakan ini adalah nasihat yang
baik. Namun jika Allah berfirman, "bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (Al-
Baqarah (2):278-279), maka kita akan mengatakan, 'Adapun ini tidak! Di
zaman sekarang, kita membutuhkan riba. Roda perekonomian hanya dapat
berputar dengan bunga riba."
Jika Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah (2):183), maka kita akan menjawab,
'Kami mendengar dan taat.'" Adapun jika kita membaca sebuah ayat yang
terdapat di dalam surat yang sama dan dalam bentuk ungkapan yang sama,
Page 80
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 80
seperti ayat berikut ini, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh." (Al-
Baqarah (2):178), maka kita akan menjawab, 'Kami tidak mendengar dan
tidak mentaatinya.'" Karena perkara sanksi hukum merupakan hak kami
dan bukan merupakan hak Engkau, ya Allah, oleh karenanya biarkanlah
kami yang memutuskannya. Kami lebih mengetahui dari-Mu, mengenai
kemaslahatan kami!!'
"Tidak wahai saudaraku! Semua yang diturunkan Allah adalah agama
yang harus diikuti, dijaga dan diterapkan. Mengabaikan sebagian yang
diturunkan Allah, berbahaya secara keseluruhan. Keadaan ini seperti
sebuah resep seorang dokter ahli kepada pasiennya. Resep ini merupakan
kumpulan obat yang saling melengkapi. Sehingga jika salah satu obat
dihapus dari resep, maka obat-obat yang lain akan berbahaya, lebih banyak
bahayanya daripada manfaatnya. Oleh karena itu, Allah memperingatkan
orang yang meninggalkan sebagian yang diturunkan Allah, seperti kitab
suci dan hikmah. Allah memperingatkan orang yang terpedaya oleh Ahli
Kitab, orang-orang kafir dan musyrikin. Allah berfirman,
Èβr&uρ
Νä3ôm$#
ΝæηuΖ÷t/
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
Ÿωuρ
ôìÎ7®Ks?
öΝèδu™!#uθ÷δr&
öΝèδö‘x‹÷n$#uρ
βr&
š‚θãΖÏFøtƒ
.⎯tã
ÇÙ÷èt/
!$tΒ
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7ø‹s9Î)
(
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu." (Al-Maidah (5):49)
Allah juga memperingatkan fitnah yang timbul karena mengimani
sebagian hukum-hukum yang diturunkan Allah. Allah mencela kaum
munafik yang murtad, setelah petunjuk Allah jelas bagi mereka. Allah
menjelaskan tentang murka dan laknatnya,
šÏ9≡sŒ
óΟßγ¯Ρr'Î/
(#θä9$s%
š⎥⎪Ï%©#Ï9
(#θèδÌx.
$tΒ
š^“ tΡ
ª!$#
öΝà6ãè‹ÏÜãΖy™
’Îû
ÇÙ÷èt/
ÌøΒF{$#
(
ª!$#uρ
ÞΟn=÷ètƒ
óΟèδu‘#uó Î)
∩⊄∉∪
"Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang
munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa
yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi
kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia
mereka." (Muhammad (47):26)
Teman saya berkata, "Ucapanmu benar. Namun tidak semua orang
beragama Islam. Sebab jika muslim, maka dia harus merujuk pada segala
yang diturunkan Allah. Adapun jika dia non muslim, bagaimana??"
Page 81
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 81
Saya menjawab, "Adapun mengenai non muslim, ada pembicaraan
khusus tentang mereka. Namun saat ini, saya berbicara bersama orang-
orang yang meridhai Islam sebagai agamanya dan masih mengaku sebagai
seorang muslim. Saya berbicara bersama orang-orang yang membaca dan
mendengar firman Allah,
"Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya
(terserah) kepada Allah." (Asy-Syura (42):10)
βÎ*sù
÷Λä⎢ôãt“≈uΖs?
’Îû
&™ó©x«
çνρ–Šãsù
’n<Î)
«!$#
ÉΑθß™§9$#uρ
βÎ)
÷Λä⎢Ψä.
tβθãΖÏΒ÷σè?
«!$$Î/
ÏΘöθu‹ø9$#uρ
ÌÅzFψ$#
4
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian."
(An-Nisaa' (4):59)
Saya berbicara bersama mereka yang membaca ayat-ayat berikut ini,
⎯tΒuρ
óΟ©9
Οä3øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
tβρãÏ≈s3ø9$#
∩⊆⊆∪
"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Al-Maidah
(5):44)
⎯tΒuρ
óΟ©9
Νà6øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
tβθßϑÎ=≈©à9$#
∩⊆∈∪
"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim."
(Al-Maidah (5):45)
⎯tΒuρ
óΟ©9
Νà6øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
šχθà)Å¡≈xø9$#
∩⊆∠∪
"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik."
(Al-Maidah (5):47)
"Perlu engkau ketahui, wahai temanku bahwa 3 ayat di atas bukan saja
berkaitan dengan para penguasa dan hakim saja. Ayat-ayat ini mencakup
semua orang yang memutuskan pemikiran dan tingkah lakunya
berdasarkan madzhab yang bukan Islam atau berdasarkan kitab suci selain
Al-Qur'an atau memutuskan berdasarkan arahan yang bukan berasal dari
Rasulullah."
Jika sudah demikian, maka kriteria orang di atas adalah salah satu dari
3 kriteria yang dijelaskan di atas atau kesemuanya, kafir, dzalim dan fasik.
Page 82
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 82
Aliran, Kepercayaan Atau Agama yang Baru?
Teman saya berkata, "Kami ridha Islam sebagai ukuran dan standar
pemikiran dan nilai-nilai kami, ridha Al-Qur'an sebagai hukum untuk
semua urusan kami. Lalu bagaimana pendapat Islam mengenai aliran-
aliran dan seruan ideologi modern yang para propagandisnya bermunculan
di saat ini. Seruan ideologi modern ini membawa suara pembaharuan,
pembebasan, kebangkitan, kemajuan dan revolusi? Apakah Islam dapat
menerima ideologi-ideologi seperti ini? Apakah antara Islam dan ideologi-
ideologi itu ada ikatan hidup berdampingan secara damai? Atau Islam
menolak, mengikari ideologi-ideologi itu dan tidak ingin hidup
berdampingan dengannya? Apakah boleh kaum muslimin -baik secara
kelompok maupun perorangan- menganut salah satu aliran itu,
mengadopsi ajarannya dan menjadikan dirinya sebagai propagandisnya?
Terlebih khusus apa yang dikenal sekarang dengan nama 'Revolusi sosialis'."
Saya menjawab, "Saya telah bertanya tentang perkara penting yang
harus diketahui oleh setiap muslim. Setiap muslim harus dapat menentukan
sikapnya. Wajib atas setiap intelektual muslim menjelaskan hukum Allah
dan rasul-Nya, dengan penjelasan yang tidak mutar-mutar atau penjelasan
yang mencari muka.
Sekarang, saya tidak akan membahas mengenai aliran-aliran,
pemikiran, teori-teori, kaidah-kaidahnya yang benar atau salah. Diskusi
mengenai aliran dan pemikirannya satu persatu memerlukan waktu
khusus. Namun saya akan mendiskusikan inti pemikiran dari semua aliran-
aliran itu."
Aliran dan ideologi-ideologi ini pada hakekatnya adalah agama-agama
baru. Yaitu agama-agama yang mengingkari inti dari agama itu sendiri,
namun tetap mengambil bentuknya. Aliran dan ideologi-ideologi ini
menghina hal-hal ghaib yang dijelaskan oleh agama. Ideologi-ideologi ini
juga mengolok-olok jalan pikiran orang-orang yang beragama. Namun
dalam waktu yang bersamaan mengadopsi kekhasan yang terdapat di
dalam agama!
Apa saja yang termasuk kekhasan agama?
Adanya revolusi pemikiran, nilai-nilai jahiliah lama dan melepaskan
diri dari ini semua.
Kekhasan agama lainnya adalah keimanan terhadap semua pemikiran
dan tidak ada tempat untuk mendiskusikan kebenaran pemikiran itu.
Mengimani seluruh nilai-nilai dan tidak dibenarkan meragukan
keadilannya. Ikhlas menjalankan pemikiran-pemikiran itu. Loyal dan
mengagungkan serta tidak dibenarkan munafik. Pengorbanan dan tidak
dibenarkan memiliki perasaan enggan. Memiliki pendirian yang kokoh dan
tidak dibenarkan memiliki keraguan.
Kekhasan di atas merupakan kekhasan penting dalam agama. Kekhasan
inilah yang diinginkan berbagai macam agama atas para pemeluknya.
Page 83
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 83
Kekhasaan ini pula yang diinginkan ideologi sekularisme revolusioner atas
para pendukungnya.
Semua ideologi menganggap agama sebagai suatu hal yang jahiliyyah,
sehingga harus dilenyapkan –baik dalam bentuk pemikiran dan nilai-nilai-.
Perkara-perkara fanatik yang harus dilanggar dan diukur dengan
timbangan pemikiran yang baru. Agama tidak akan sejalan dengan
pemikiran itu, sebelum agama mengikuti ideologi-ideologi tersebut dan
berusaha mencapai maksud-maksud ideologi. Agama tidak akan dapat
dilenyapkan dengan penghapus saja.
Ideologi-ideologi tidak ingin mengambil satu bagian kehidupan dan
masyarakat saja, untuk memperbaiki dan mengembangkannya. Ideologi
memiliki karakteristik universal, mutlak dan menyeluruh, persis seperti
karakteristik agama. Oleh karena itu, ideologi ingin mengadakan
perubahan secara mendasar dan revolusioner serta menghancurkan yang
lama. Membenahi berbagai pemahaman, membuat nilai-nilai baru untuk
masyarakat, membuat akhlak, pemahaman dan sistem baru.
Salah seorang pelajar dan pendukung ideologi-ideologi ini berkata
dengan lantang, "Demikianlah ideologi-ideologi revolusioner mendapatkan
dirinya sendiri berguncang. Jika ideologi itu menginginkan terwujudnya
gerakan revolusioner yang saling melengkapi, maka ideologi akan
melakukan perubahan masyarakat sampai ke akar-akarnya. Sehingga
anggota masyarakat dengan suka rela menghancurkan dasar-dasar dan
tradisi mereka. Ideologi juga akan mengkritik –secara prinsip dan
mendasar- berbagai tingkatan sosial. Ideologi juga akan membantu setiap
gerakan atau sikap yang mendukung tercapainya tujuan. Ideologi akan
mendukung semua bentuk perubahan yang membawa ke arah lepasnya
akar tradisi, sistem dan nilai-nilai tradisi. Ketika ideologi sampai pada
puncak kekuasaan dan kendali kekuasaan telah diterima, maka idelogi
akan menggunakan seluruh sarana politik, seluruh sarana teknologi dan
ilmu pengetahuan yang tersedia. Semuanya dilakukan untuk
menghancurkan tingkatan sistem dan hubungan sosial dengan perusakan
secara umum. Karena seseorang dapat berubah memiliki paham ideologi
baru, sehingga menjadi seorang revolusioner, jika dia menghancurkan
ikatannya dengan berbagai nilai, sistem yang pernah dianutnya. Dari buku
"Al-Idiyulujiyyah Al-Inkilabiyyah" karya Dr. Nadim Al-Baithar.
Sebagian peneliti memberi nama ideologi-ideologi ini dengan nama
'Agama-agama sekularis', 'agama-agama atheis' dan 'sekularisme yang
agamis'. Diantaranya ada yang dicetuskan oleh Julian Hakesli di dalam
bukunya yang berjudul 'Diin bi ghairi wahyin'.
Para propagandis aliran-aliran dengan lantang meneriakkan berbagai
pemikirannya dengan istilah akidah/keyakinan. Oleh karenanya mereka
menyebutkan dengan istilah akidah/keyakinan sosialis, akidah/keyakinan
komunis, akidah/keyakinan Nazi, akidah/keyakinan Ba'tsiyyah dan
akidah/keyakinan nasionalisme. Ungkapan akidah/keyakinan biasanya
melekat pada pemahaman sebuah agama. Sehingga bisa saja kita
Page 84
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 84
mengatakan, "Agama sosialis, agama ba'tsi, agama nasionalisme dan lain
sebagainya."
Diantara para penulis terdapat penulis yang berusaha menafsirkan
akidah-akidah ini dengan tafsiran yang disukai mayoritas bangsa-bangsa
agamis. Sosialisme misalnya, menurut orang ini hanyalah sebuah
aliran/madzhab ekonomi yang terkait dengan filsafat manusia. Filsafat ini
mengharuskan adanya campur tangan negara dalam mengatur hubungan
sosial dan ekonomi dalam bentuk tertentu. Namun para penulis sosialisme
dengan terus terang tidak menyetujui adanya penyelarasan. Mereka
menggambarkan sosialisme adalah akidah yang universal yang semua
urusan manusia dan kehidupan tersusun rapi secara alami dan praktis.
Dr. Munif Ar-Razaz yang dicalonkan sebagai sekretaris partai Ba’ats Al-
Isytirakiy Al-‘Arabi untuk periode beberapa tahun, di dalam bukunya
Dirasaat Fil Isytirakiyyah yang terbit tahun 1960, dia berkata, “Pemahaman
bahwa sosialis merupakan sistem ekonomi semata adalah pemahaman yang
keliru. Ideologi Sosialis memang memberikan berbagai solusi
perekonomian untuk permasalahan yang banyak. Namun seluruh solusi itu
hanyalah salah satu sisi dari ideologi Sosialis. Pemahaman bahwa sosialis
hanya satu sisi ini saja merupakan pemahaman yang keliru. Pemahaman
ini hanya berasal dari orang-orang bodoh saja. Mereka yang memiliki
pemahaman ini tidak mengetahui berbagai dasar yang melandasi
pemahaman sosialis. Mereka tidak mempelajari cita-cita ideologi sosialis
yang amat jauh ke depan.
Sosialis adalah aturan hidup dan bukan aturan mengenai ekonomi saja.
Sosialis mencakup sistem perekonomian, politik, pendidikan dan
pengajaran, sosial, kesehatan, akhlak, adab, ilmu dan sejarah. Pendek kata
mencakup semua aspek kehidupan dari yang besar hingga yang kecil.
Hendaknya para pembaca memiliki pemahaman yang menyeluruh
mengenai sosialis, sebagaimana yang saya sebutkan."
Penulis menegaskan bahwa keuniversalan ini tidak hanya terdapat pada
ideologi/paham sosialis saja, namun juga terdapat pada aliran pemahaman
sosial kemasyarakatan lainnya.
Penulis membenarkan bahwa keuniversalan aliran pemahaman sosial
kemasyarakatan, luas cakupannya yang mencapai ke seluruh bidang dan
kemampuannya menciptakan solusi untuk mengatasi seluruh
permasalahan karena:
Pandangan universal ini merupakan satu aliran yang tidak mengenal
pengklasifikasian yang merupakan kreasi akal kita. Pengklasifikasian ini
dibuat akal kita untuk memudahkan memahami hakikat kehidupan.
Kemudian akal kita lupa bahwa dirinya lah yang melakukan
pengklasifikasian ini. Akal kita menyangka kehidupan ini telah
diklasifikasikan sedemikian rupa sejak awal. Padahal kehidupan ini tidak
mengenal sesuatu yang namanya ekonomi dan terpisah dengan sesuatu
yang lain yang namanya sosial, politik. Kehidupan ini adalah sesuatu yang
saling melengkapi dan saling berkait. Namun akal kita yang lemah
Page 85
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 85
cendrung melakukan analisa dan pengkajian. Akal tidak akan mampu
melakukan analisa dan pengkajian, jika kehidupan dianggap seperti
sesuatu yang ada dengan sendirinya. Sehingga akal memaksakan diri untuk
membagi kehidupan ini dalam beberapa sisi, warna, dan jenis hubungan.
Sehingga sebagian ada yang dinamakan dengan ekonomi, sebagian yang
dinamakan politik, sosial, akhlak, agama, sejarah, adab, ilmu hingga akhir
rangkaian dan bila kesemuanya digabungkan maka itulah yang dinamakan
kehidupan. Sebagaimana sungai, dia merupakan sesuatu yang terpadu
menyatu dan senantiasa demikian. Demikian pula masyarakat –baik besar
maupun kecil-, umat atau keluarga, pemerintah atau partai politik.
Sehingga kedudukan masyarakat manapun dihadapan kebebasan politik
akan menentukan sikapnya terhadap ekonomi, terhadap sistem-sistem
ekonomi. Selain itu, masyarakat akan menentukan sikapnya terhadap
kebebasan politik, penjajahan, akhlak, pengajaran, adab, sejarah hingga
rangkaian terakhir kehidupan yang tidak pernah berakhir.
Penulis menyimpulkan demikian dan menegaskan keuniversalan
ideologi sosialisme ini dengan ucapannya,
"Dengan gambaran di atas, maka kata sosialisme tidak terbatas pada
perubahan keadaan ekonomi tertentu saja. Kata sosialisme adalah
ungkapan tentang suatu jenis kehidupan secara sempurna dengan seluruh
aspeknya. Sosialisme dengan pengertian ini berarti bukan keadaan ekonomi
tertentu. Sosialisme juga bukan berarti usaha untuk membentuk keadaan
ekonomi tertentu saja. Sosialisme adalah sebuah pemahaman yang
mencakup seluruh aspek kehidupan. Ketika saya mengatakan bahwa saya
adalah seorang sosialis, itu berarti saya menentukan sikap bukan dari sisi
hubungan ekonomi saja, namun saya menentukan sikap pada seluruh
aspek kehidupan.
Buku Ad-Dakwah Al-Isytirakiyyah juga menjelaskan metode seperti di
atas. Di Mesir pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasser, mereka
memproklamirkan bahwa Sosialisme merupakan akidah universal yang
mengatur kehidupan secara menyeluruh. Pemikirannya, tingkah laku dan
filsafatnya mengacu pada Dialektika Materialisme (Al-Wujud dan At-
Tarikh).
Kamaluddin diangkat menjadi Pimpinan Propagandis dan Pemikiran di
dalam Persatuan Sosialis Arab. Kata-katanya pada saat itu dianggap seperti
Fatwa Resmi karena kapasitas tanggung jawabnya.
Kamaluddin di dalam tulisannya yang dimuat dalam harian Al-Akhbar
tanggal 18/3/1962 berkata, "Ideologi Sosialisme bukan suatu sistem
tertentu. Sosialisme bukan hanya sistem ekonomi, sistem sosial atau sistem
politik saja. Sosialisme dalam pandangan saya adalah ungkapan tentang
sebuah filsafat yang menghimpun aspek-aspek kehidupan secara
menyeluruh. Merupakan suatu kekeliruan, jika kita mengambil Sosialisme
dengan anggapan bahwa dia adalah sistem ekonomi atau sistem politik atau
sistem sosial. Berpadunya semua sistem ini yang menyempurnakan bagian
lain dari sosialisme, menegakkan ide sosialisme atau menegakkan sistem
sosialisme."
Page 86
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 86
Dr. Jamal Sa'id di dalam bukunya yang berjudul Al-Isytirakiyyah Al-
Arabiyyah wa Makaanuha fin Nudzum Al-Isytirakiyyah menegaskan
bahwa Sosialisme –yaitu sosialisme Arab- menjadi berbeda karena gerakan
ekonominya saja. Namun sosialisme dibedakan sebagai sebuah sistem dan
pandangan hidup yang bertujuan menciptakan masyarakat baru. Sosialisme
bukan saja mengalihkan kepemilikan sarana produksi perorangan menjadi
kepemilikan negara atau masyarakat. Sosialisme bukan saja penguasaan
ekonomi rakyat dan pengarahannya untuk kepentingan bersama.
Sosialisme bukannya reformasi dalam tataran sosial dan ekonomi saja,
namun sosialisme juga merambah hingga ke tataran solusi secara teoritis
dan praktis terhadap berbagai permasalahan perorangan maupun
masyarakat secara umum. Sosialisme bermaksud membangun sebuah
masyarakat yang seluruh kebutuhannya terpenuhi, masyarakat yang
berkecukupan dan adil, masyarakat yang bekerja, memiliki kesamaan
dalam kesempatan serta masyarakat yang berproduksi dan melayani."
Sebagian penulis Arab memberikan pengertian tentang sisi yang
menjadikan "Sosialisme sebuah pandangan hidup" "Tekhnik kehidupan"
atau "Filsafah yang menghimpun seluruh aspek kehidupan", mereka
berkata, "Sosialisme membahas kehidupan manusia secara menyeluruh.
Karena sosialisme adalah filsafat yang sempurna dihadapan problem alam
dan problem semua yang ada di dunia."
Ada yang mengatakan bahwa Sosialisme Arab merupakan teori revolusi
yang sempurna. Sosialisme juga tidak membatasi hubungan manusia
dengan masyarakat saja. Namun sosialisme juga membahas kehidupan
manusia secara sempurna. Sosialisme adalah filsafat sempurna dalam
menghadapi problem alam dan semua yang ada di dunia. Manusia hidup
tidak hanya dengan roti saja. Tidak cukup hanya dengan solusi problem
kehidupan manusia dengan manusia lainnya. Namun manusia harus juga
mempelajari dan mencari solusi problem eksistensi dirinya di dunia dan
mengetahui akhir perjalanannya. Teori Sosialisme tidak saja memberikan
solusi mengenai kebutuhan pokok atau solusi problem kebebasan, namun
memberikan solusi terhadap permasalahan eksistensi secara umum.46"
Teman saya berkata, "Namun, bukankah kita sendiri mendengar segala
yang mereka teriakkan. Mereka menghormati agama, paling tidak mereka
tidak memusuhi agama. Bagaimana kita memahami ini sedangkan mereka
menganut/memeluk pemikiran atau akidah yang mencakup kehidupan
secara menyeluruh, sebagaimana keuniversalan agama?"
Saya menjawab, "Memang benar, sebagian penganut akidah dan
ideologi-ideologi ini tidak menentang dan tidak menolak keberadaan
agama. Namun agama apa yang tidak mereka tolak dan tentang? Yaitu
agama yang bukan merupakan wahyu Allah untuk mengatur hamba-
hamba-Nya. Dihadapan agama ini, mereka akan mengatakan, "Kami
mendengar dan kami mentaati." Mereka tidak selalu mengatakan seperti
46 Keterangan ini dikutip ustadz Muhammad 'Ashfur dari harian dan majalah-majalah yang terbit
di Mesir
Page 87
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 87
itu. Karena agama menurut mereka adalah 'Peninggalan aspek ruhani dari
masa lalu' atau 'Tradisi-tradisi' atau ‘idealisme tertinggi' umat serta
ungkapan-ungkapan lainnya yang tidak sedikitpun mengandung
kebenaran. Agama yang mereka akui adalah agama yang cendrung kepada
mereka. Agama menurut mereka adalah agama yang berjalan di atas
kendaraan mereka, agama yang propagandisnya memuji mereka, agama
yang melayani akidah dan pemikiran mereka. Ini semua menunjukkan
kemunafikan mereka. Permusuhan mereka terhadap agama akan terlihat,
ketika agama bertentangan dengan salah satu prinsip dan solusi mereka.
Mereka menginjak-injak agama, menyatakan perang terhadap agama dan
para propagandisnya. Terkadang mereka menyerang dengan cara
memfitnah, mencela dan menyesatkan. Terkadang mereka menyerang
dengan mengadakan pembunuhan, penyiksaan dan pengusiran. Mereka
menginginkan agama menjadi jinak berfungsi sebagai pelayan yang patuh.
Sehingga agama bukan sesuatu yang yang dipatuhi. Mereka menjauhi
agama yang hak, sejauh antara langit dan bumi.
Pemikiran mereka tentang eksistensi manusia di bumi bukan pemikiran
yang berasal dari agama. Pandangan mereka tentang kehidupan bukan
pandangan yang diambil dari agama. Sisi kemanusiaan mereka bukan sisi
kemanusiaan yang agamis. Idealisme tertinggi mereka bukan idealisme
yang berasal dari agama. Tuhan yang disembah mereka pada hakekatnya
adalah materi. Surga mereka adalah kemewahan dan kenyamanan hidup di
dunia. Akhlak mereka adalah memanfaatkan segala hal yang bermanfaat.
Sesuatu yang berharga dalam agama adalah takwa kepada Allah, takut
pada-Nya, bertawakkal, khusyu', kembali pada-Nya, merendahkan diri
dihadapan-Nya, mengharapkan surga dan takut pada siksa-Nya. Semua hal
ini, dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang tidak pernah
mendapatkan tempat.
Ideologi-ideologi ini tidak mungkin meridhai mereka yang telah
dianugerahi sifat-sifat orang bertakwa,
š⎥⎪Ï%©!$#
tβθä9θà)tƒ
!$oΨ−/u‘
!$oΨ¯ΡÎ)
$¨ΨtΒ#u™
öÏøî$$sù
$uΖs9
$oΨt/θçΡèŒ
$uΖÏ%uρ
z>#x‹tã
Í‘$¨Ζ9$#
∩⊇∉∪
t⎦⎪ÎÉ9≈¢Á9$#
š⎥⎫Ï%ω≈¢Á9$#uρ
š⎥⎫ÏFÏΖ≈s)ø9$#uρ
š⎥⎫É)ÏΨßϑø9$#uρ
š⎥⎪ÌÏøótGó¡ßϑø9$#uρ
Í‘$ysó™F{$$Î/
∩⊇∠∪
"(Yaitu) orang-orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar,
yang benar, yang tetap ta`at, yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran
(3):16-17)
Page 88
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 88
z⎯ƒÏ%©!$#uρ
šχθçG‹Î6tƒ
óΟÎγÎn/tÏ9
#Y‰¤fß™
$Vϑ≈uŠÏ%uρ
∩∉⊆∪
š⎥⎪Ï%©!$#uρ
tβθä9θà)tƒ
$uΖ−/u‘
ô∃ÎñÀ$#
$¨Ψtã
z>#x‹tã
tΛ©⎝yγy_
(
χÎ)
$yγt/#x‹tã
tβ%x.
$·Β#txî
∩∉∈∪
$yγ¯ΡÎ)
ôNu™!$y™
#vs)tGó¡ãΒ
$YΒ$s)ãΒuρ
∩∉∉∪
"Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan
kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu
adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya Jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (Al-Furqan
(25):64-66)
Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang engkau dengar atau baca
mengenai keimanan mereka atau tidak adanya permusuhan mereka
terhadap agama, karena mereka mengatakan demikian untuk mengambil
hati orang-orang yang agamis sambil menunggu datangnya kesempatan
untuk mencekik agama hingga mati.
Ini adalah sikap ideologi revolusioner terhadap agama. Saya akan
memberikan contoh mengenai peristiwa yang terjadi di Jerman dan Italia,
antara Nazi, Fasis dan agama Nasrani. Sehingga diharapkan anda dapat
mengetahui apa yang sedang terjadi dan yang mungkin akan terjadi di
negri kita antara Islam dan seruan revolusi baru.
Nazi dan Fasis ingin menjadikan agama sebagai pelayan yang
melaksanakan perintah ideologi revolusioner. Nazi dan Fasis mengemban
ideologi "tuntutan" baru. Tuntutan ini mengarahkan dan menjadikan segala
sesuatu memiliki sikap yang tidak mementingkan. Hal ini jelas seperti yang
terdapat di dalam buku-buku dua gerakan ini, khususnya gerakan Nazi.
Pada tahun 1933, terjadi perjanjian antara pihak gereja dan
pemerintahan Nazi, setelah sebelumnya terjalin ikatan seperti ini. Karena
negara itu –atau negara manapun- memiliki dua keyakinan secara mutlak.
Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk mengadakan perjanjian damai yang
dapat mencegah munculnya peperangan Fasis diantara dua sisi, meskipun
berbagai usaha telah dikerahkan kedua pihak.
Generasi Jerman tumbuh –sebagai hasil propaganda Nazi- dengan
memiliki keyakinan untuk memprioritaskan bangsa. Negara adalah sesuatu
yang paling penting, sesuatu yang paling besar nilainya dibandingkan
dengan agama manapun. Loyalitas kepada bangsa dan negara merupakan
sesuatu yang terpenting dan diatas segala bentuk loyalitas terhadap agama
(perhatikan!).
Hitler amat memperhatikan perlawanan dan penentangannya terhadap
agama secara terbuka (perhatikan dengan baik!). Namun dia memberikan
kebebasan kepada para pemikir partai politik untuk mengungkapkan
perlawanan dan penentangan mereka.
Page 89
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 89
Rossenberg, Filusuf Nazi menggambarkan sebuah ilustrasi yang jelas
mengenai sikap sistem baru terhadap agama. Seperti ucapannya, "Ketika
sosialisme nasionalis meletakkan baju kepartaiannya, maka dia akan
menjadi salah satu balatentara Hitler. Sehingga agamanya akan melepaskan
keimanannya, karena kepemimpinannya.
Knotz menulis, “Agama Nasrani merupakan sisa kebinasaan disebabkan
budaya terbuka yang sudah dimaklumi masyarakat.”
Permusuhan Nazi dan Fasis terhadap agama, pada mulanya masih tidak
jelas. Karena Nazi dan Fasis memerangi komunis yang menganut paham
atheis. Peristiwa ini telah menipu banyak orang, menjadikan sejumlah
besar pimpinan gereja Katolik dan Protestan mendukung Nazi dan Fasis.
Karena mereka melihat Nazi dan Fasis memiliki pandangan baru mengenai
agama. Namun permasalahan sebenarnya berlawanan sama sekali. Di
permukaan, Nazi dan Fasis mengikuti garis politik yang amat jauh berbeda
dengan gerakan komunis yang atheis. Bagi para pengamat Nazi dan Fasis
menerima eksistensi agama dan gereja hanya sebagai alat untuk melayani
tujuan mendasar dari mereka berdua. Oleh karena itu, kami berpendapat
pertikaian yang terjadi antara Nazi dan Fasis melawan agama, muncul
ketika agama berusaha berpegang teguh dengan segala sesuatu yang
bertentangan dengan paham baru (paham milik Nazi dan Fasis)
Beberapa ketentuan strategi politik mengharuskan gerakan-gerakan
revolusi, Fasis dan Nazi, demikian pula komunis berusaha mencari titik
persamaan dengan berbagai agama terdahulu. Tekhnik ini tidak akan
bertahan lama, karena kaidah dasarnya bertentangan dengan agama.
Keuniversalan revolusi pasti berseberangan dengan agama. Karena agama
menganggap dirinya sebagai ajaran universal yang sejati. Sehingga tidak
mungkin menemukan titik persamaan kedua belah pihak. Upaya mencari
titik persamaan, pada hakekatnya untuk mewujudkan gencatan senjata
sementara yang muncul pada perang penghabisan, perang yang hanya
akan selesai dengan kemenangan salah satu pihak. Jadi, ideologi
revolusioner mewakili jenis agama yang baru, agama yang bersaing dengan
agama-agama terdahulu. Bersaing untuk menguasai jiwa manusia.
Keberlangsungan hidup ideologi bergantung pada kemenangan akhir
melawan berbagai agama47.
Jika keadaannya seperti ini, apakah mungkin agama dihormati dan
dapat hidup berdampingan dengan berbagai aliran dan ideologi secara
damai? Bagaimana bisa, berbagai aliran dan ideologi tidak mau hidup
berdampingan dengan agama? Mereka hanya dapat toleran terhadap
agama, jika agama menjadi pelayan, pengikut atau untuk kepentingan
mereka.
Jika ilustrasi di atas membingungkan anda, saya coba melontarkan
sebuah pertanyaan berikut, “Apakah seorang muslim atau masyarakat
47
Dari buku Al-Iydulujiyyah Al-Inqilabiyyah karya Dr. Nadim Al-Baithar dari hal 742-746
dengan sedikit perubahan
Page 90
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 90
muslim boleh memeluk/menganut agama baru, seperti sosialisme atau
nasionalis sekularisme?”
Tidak diragukan lagi, jawabannya jelas dan sudah kita ketahui sama-
sama.
$¨Β
Ÿ≅yèy_
ª!$#
9≅ã_tÏ9
⎯ÏiΒ
É⎥÷⎫t7ù=s%
’Îû
⎯ϵÏùöθy_
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati
dalam rongganya." (Al-Ahzab (33):4)
⎯tΒuρ
ÆtGö;tƒ
uöxî
ÄΝ≈n=ó™M}$#
$YΨƒÏŠ
⎯n=sù
Ÿ≅t6ø)ãƒ
çµ÷ΨÏΒ
uθèδuρ
’Îû
ÍοtÅzFψ$#
z⎯ÏΒ
z⎯ƒÌÅ¡≈y‚ø9$#
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi." (Ali Imran (3): 85)
Umat Ini Tidak Akan Musnah
Al-Ummah adalah kata tertentu (ma'rifah) dengan Al (sehingga
menjadi kata Al-Ummah). Ulama bahasa Arab menjelaskan bahwa kata Al-
Ummah adalah kata yang sudah dikenal dibenak manusia, sudah
tergambar di dalam pikiran manusia dan sudah terpahat di dalam hati.
Umat yang hanya dikenal oleh seorang muslim adalah umat Islam.
Seorang muslim hanya bergabung dengan umat ini. Seorang muslim akan
menjadi kuat, mulia dengan umat ini. Seorang muslim berjuang demi
kemulian umat ini. Sekali lagi, umat Islam.
Umat Islam adalah umat yang satu, umat yang beriman dengan Rabb
yang esa, Dia-lah Allah. Umat yang beriman dengan kitab suci yang satu,
yaitu Al-Qur'an. Umat yang beriman kepada rasul yang satu, Muhammad
Saw. Umat ini sehari semalam menghadap 1 kiblat sebanyak 5 kali, yaitu
Ka'bah, Baitullah Al-Haram.
Umat Islam tersebar di berbagai bangsa, kabilah yang terdapat di
pelosok dan daerah-daerah di dunia. Namun tetap saja, umat Islam adalah
umat yang satu, umat yang dipersatukan oleh akidah dan diikat oleh
syari'at Islam. Umat ini bersatu dalam perasaan, nilai-nilai dan adab Islam.
Dalam perjalanan sejarah, umat ini telah hidup bersama menikmati
kemenangan dan kekalahan. Umat ini telah merasakan susah bersama
dalam penderitaan dan dalam menggapai cita-cita.
Oleh karena itu, kita tidak boleh mengatakan umat-umat Islam. Yang
benar adalah negri-negri Islam yang tergabung dalam umat yang satu.
Allah Swt menyeru umat ini dengan firman-Nya,
¨βÎ)uρ
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
óΟä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
O$tΡr&uρ
öΝà6š/u‘
Èβθà)? $$sù
∩∈⊄∪
Page 91
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 91
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku." (Al-Mukminun (23):52)
Umat Islam adalah umat yang satu dalam tujuan dan sudut pandang.
Umat Islam adalah umat yang satu dalam pemikiran dan pemahaman.
Umat Islam adalah umat yang satu dalam perasaan dan penginderaan.
Rasulullah Saw pernah menggambarkan kesatuan umat ini. Beliau
memperumpamakan umat ini seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian
tubuh itu merasa sakit, seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan
sakit, dengan tidak dapat tidur hingga larut malam dan suhu tubuh
menjadi panas.
Umat ini mempunyai beberapa keistimewaan dan kekhasan sendiri.
Diantara kekhasannya/karakteristik adalah umat ini merupakan umat yang
bertuhan.
Umat ini tidak muncul secara tiba-tiba. Umat ini muncul di satu daerah
dan berkaitan dengan unsur tertentu. Seperti umat dan bangsa-bangsa
lainnya, umat ini tidak muncul karena keinginan seseorang, bukan karena
keinginan sebuah partai, bukan keinginan sebuah kelas masyarakat, bukan
keinginan majlis syura dan bukan pula keinginan seorang calon kepala
pemerintahan. Umat ini muncul karena kehendak Allah, agar dapat
melaksanakan risalah Islam dalam kehidupan yang nyata. Sebagaimana
digambarkan dalam firman Allah berikut ini,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil." (Al-Baqarah (2):143)
Oleh karena itu, Allah-lah yang membentuknya, mempersiapkannya
untuk berperan di tengah-tengah umat manusia.
Karakteristik Satu-Satunya
Salah satu karakteristiknya adalah sebagaimana diungkapkan ayat Al-
Qur'an dengan kata Al-Wasthiyyah (moderat/pertengahan). Umat Islam
adalah umat pertengahan dalam segala hal. Pertengahan dalam hal akidah,
ibadah, nilai-nilai serta akhlak. Pertengahan dalam hal berbuat, tingkah
laku, perundang-undangan, politik, ekonomi, hubungan dalam negri dan
luar negri. Memperhatikan materi, namun tetap memperhatikan aspek ruh.
Memperhatikan ruh dengan tetap memperhatikan aspek materi. Seseorang
tidak berbuat sewenang-wenang terhadap masyarakat dan sebaliknya
masyarakat tidak berbuat sewenang-wenang terhadap seseorang. Setiap
pihak menunaikan hak pihak lain. Menuntut pihak lain untuk
melaksanakan kewajiban dengan tidak menganiaya dan merugikannya,
sebagaimana firman Allah berikut ini,
Page 92
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 92
"Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu." (Ar-Rahman (55):8-9)
Umat Islam adalah umat pemilik risalah universal. Umat ini bukan
umat satu daerah atau satu bangsa. Allah menempatkan umat ini sebagai
guru dan petunjuk untuk seluruh manusia. Inilah makna dari firman Allah,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
(#θçΡθà6tGÏj9
u™!#y‰pκà−
’n?tã
Ĩ$¨Ψ9$#
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia." (Al-Baqarah (2):143)
öΝçGΖä.
uöyz
>π¨Βé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Ψ=Ï9
tβρâß∆ù's?
Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/
šχöθyγ÷Ψs?uρ
Ç⎯tã
Ìx6Ζßϑø9$#
tβθãΖÏΒ÷σè?uρ
«!$$Î/
3
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah." (Ali Imran (3):110)
Umat ini tidak tumbuh dengan sendirinya, seperti tumbuh-tumbuhan.
Umat ini dikeluarkan oleh Allah Swt. Umat ini dikeluarkan bukan untuk
kepentingan diri sendiri dan bukan berjalan di aturannya sendiri serta
bukan untuk kepentingan materi saja. Allah mengeluarkan umat Islam
untuk seluruh umat manusia, baik manusia berkulit putih maupun hitam,
orang Arab maupun orang non Arab, orang kaya maupun orang miskin.
Oleh karena itu, umat Islam adalah umat yang diutus untuk seluruh alam,
seluruh dunia. Demikian pula dengan kitab sucinya, kitab suci Al-Qur'an
diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia. Nabinya juga diutus oleh
Allah untuk seluruh umat manusia. Umat ini diutus sebagai pembawa
rahmat dan kemudahan, bukan pembawa kekerasan dan kesulitan.
Rasulullah Saw menyeru umat ini dengan sabdanya,
"Kalian diutus untuk mempermudah dan bukan diutus untuk
mempersulit."
Para sahabat Rasulullah memahami arti dari sabda beliau di atas.
Mereka paham benar bahwa mereka diutus untuk memberi petunjuk
kepada seluruh umat di muka bumi. Misalnya, Rubai' bin 'Amir r.a. ketika
bertemu dengan Rustum -seorang panglima Persia-, beliau menjelaskan
mengenai batasan tugas umat Islam dengan bahasa yang lugas dan efektif.
Rubai' bin Amir r.a. berkata, "Allah mengutus kami untuk mengeluarkan
manusia dari penyembahan terhadap manusia menuju penyembahan
terhadap Allah semata, dari dunia yang sempit menuju keluasannya dan
dari kedzaliman agama menuju keadilan Islam."
Page 93
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 93
Karakteristik lainnya adalah umat Islam merupakan umat yang kekal,
karena kekalan risalah dan kitab sucinya. Umat ini akan senantiasa ada
sebagaimana malam dan siang. Umat ini akan tetap ada, selama Al-Qur'an
di dunia ini masih dibaca. Jika Al-Qur'an telah dijaga oleh Allah, maka
umat Al-Qur'an ini akan kekal, sebagaimana kekalnya Al-Qur'an.
Allah meminta rasul-Nya yang mulia agar tidak memusnahkan
umatnya seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya. Baik hukuman
dari Allah secara langsung maupun berasal dari gejala alam. Seperti angin
topan, gempa bumi, angin badai dan sebagainya.
Allah meminta rasul-Nya agar tidak menyerahkan umat ini kepada
musuhnya. Sebab musuh-musuhnya ini dapat melenyapkan umat ini
hingga sampai ke akarnya. Kalau tidak, umat ini akan saling menjatuhkan.
Allah meminta rasul-Nya agar menjaga umat ini agar tidak dihantam
oleh kerusakan fisik atau kerusakan secara mental, seperti kesesatan.
Rasulullah bersabda,
"Allah tidak akan menyatukan umatku dalam kesesatan."
Rahasia ini semua adalah karena umat ini merupakan umat terakhir,
nabinya merupakan penutup para nabi, kitab sucinya merupakan kitab suci
terakhir. Sehingga setelah Muhammad tidak ada rasul lagi, setelah Al-
Qur'an tidak ada kitab suci lagi, setelah Islam tidak ada lagi syari'at dan
setelah umat Islam ini tidak umat lain.
Jika umat -sebelum Islam datang- sepakat terhadap kesesatan, maka hal
itu tidak berbahaya bagi umat manusia. Karena umat tersebut berada di
tempat tertentu saja dan dalam waktu yang terbatas pula. Berbeda dengan
umat Islam. Umat Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dari barat
ke timur. Umat Islam merupakan umat yang kekal hingga hari kiamat. Jika
seluruh umat ini sesat, maka seluruh manusia juga akan menjadi sesat,
tanpa ada harapan sedikitpun. Karena tidak ada lagi umat Islam atau umat
setelahnya yang membawa petunjuk Allah.
Dari sini jelaslah, bahwa hal ini sudah merupakan bagian dari
kehendak Allah. Di tengah-tengah umat Islam senantiasa akan ada sebuah
kelompok yang selalu berada dalam kebenaran hingga akhir hayat.
Kelompok ini seperti kapal penyelamat atau tentara pembebasan. Kelompok
inilah yang menjaga adanya keseimbangan. Mengenai kelompok ini, Allah
berfirman,
ô⎯£ϑÏΒuρ
!$oΨø)n=yz
×π¨Βé&
tβρ߉öκu‰
Èd,ysø9$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
šχθä9ω÷ètƒ
∩⊇∇⊇∪
"Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula)
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araf (7):181)
Rasulullah Saw bersabda,
Page 94
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 94
"Diantara umatku, senantiasa ada suatu kelompok yang berjuang
dalam kebenaran. Orang-orang yang menentang mereka tidak ada
yang dapat membahayakan mereka hingga keputusan Allah datang,
namun mereka tetap dalam kebenaran."
Kelompok ini laksana mercu suar bagi pelaut, petunjuk bagi orang yang
bingung, pendukung orang-orang lemah. Mereka berdebat karena Allah,
mengajak untuk menyembah Allah berdasarkan penjelasan yang nyata.
Mereka menyampaikan risalah Allah, mereka hanya takut pada Allah.
Mereka adalah Al-Ghuraba (orang-orang asing). Artinya, mereka tetap
melakukan kebaikan di saat masyarakat melakukan kerusakan. Mereka
tetap mengadakan perbaikan, di saat masyarakat melakukan perusakan.
Mereka adalah Al-Firqah An-Najiyyah (kelompok yang selamat) di tengah
orang-orang yang rusak. Mereka melakukan sebagaimana yang Rasulullah
dan para sahabatnya lakukan. Ini merupakan rahmat Allah terhadap umat
manusia secara umum. Di tengah umat manusia senantiasa terdapat suatu
kelompok yang melakukan tugas di atas, mereka merupakan kelompok
pilihan yang mewakili Allah. Kelompok ini mengajarkan orang-orang yang
bodoh, memberi petunjuk mereka yang sesat, mengingatkan mereka yang
lupa. Karena peringatan bermanfaat bagi orang-orang beriman.
βÎ*sù
öàõ3tƒ
$pκÍ5
Ï™Iωàσ¯≈yδ
ô‰s)sù
$uΖù=©.uρ
$pκÍ5
$YΒöθs%
(#θÝ¡øŠ©9
$pκÍ5
š⎥⎪ÌÏ≈s3Î/
∩∇®∪
"Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam
itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum
yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya." (Al-'An'am (6):89)
Salah satu bukti kekekalan umat ini adalah berbagai bencana tidak
memusnahkan umat ini. Bahkan umat ini bangkit dengan semangat
bertahan dan menantang. Jika anda melihat umat ini ditimpa musibah dan
bencana, niscaya akan terlihat bahwa mereka lebih kuat dari bencana yang
dihadapinya, sehingga banyak orang menyaksikan hal yang sulit untuk
dipercaya. Mereka menyangka umat ini telah binasa dalam jumlah yang
amat banyak, namun tiba-tiba dalam jangka waktu yang tidak lama,
bangkit mengalah berbagai faktor kelemahan yang selama ini melingkupi
mereka. Mereka bangkit dengan semangat kekuatan yang tersimpan di
dalam tubuh umat ini. Orang-orang yang mengawasi umat ini –baik dari
kejauhan maupun dari dekat-, mereka melihat adanya kemenangan setelah
kehancuran, adanya persatuan setelah perpecahan dan adanya kehidpan
dang gerakan setelah membeku menyerupai orang yang mati.
1. Kami melihat kenyataan ini sebagaimana keterangan di dalam buku
Fajrul Islam. Yaitu ketika kaum muslimin memerangi orang-orang
yang murtad dan mereka yang menolak membayar zakat.
2. Ketika kaum muslimin mengadakan perlawanan terhadap bangsa
Tartar yang kejam. Bangsa ini berasal dari Timur seperti ya'juj dan
maj'uj atau angin topan. Perlawanan ini dilancarkan, ketika daulah
Islam sedang terpecah belah.
Page 95
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 95
3. Perlawanan kaum muslimin di dalam peperangan melawan tentang
Salib yang datang dari benua Eropa memasuki daerah timur Islam.
Tentara Salib datang dengan membawa salib dan trinitas, mereka
melakukan pembunuhan, pembakaran, perusakkan dan
penghancuran. Semua orang yang mempelajari sejarah ini akan
mengetahui kejadiannya dengan rinci.
Namun kekuatan sejati yang tersembunyi dalam umat Islam muncul di
berbagai peristiwa sejarah yang sengit. Sehingga hal ini memadamkan
mimpi orang-orang Nasrani di Hittin. Kaum Muslimin menaklukkan Baitul
Maqdis setelah sebelumnya selama lebih dari 90 tahun dikuasai Nasrani.
Kaum muslimin menawan Louis IX, raja Perancis di dalam Dar Ibnu
Luqman yang terletak di Mansurah. Selain itu, kaum muslimin mengusir
bangsa Tartar yang dikalahkan di 'Ain Jalut. Padahal sebelumnya banyak
orang menganggap bangsa Tartar adalah kekuatan yang tidak terkalahkan,
sampai-sampai tersebar suatu pendapat, "Jika ada yang mengatakan bahwa
bangsa Tartar telah kalah, maka janganlah engkau percaya!"
Di zaman modern sekarang ini, kita sama-sama dapat melihat
bagaimana perlawanan jihad kaum muslimin yang amat heroik melawan
pasukan penjajah di seluruh negri Islam. Jihad penguasa Abdul Qadir Al-
Jazairi melawan bangsa Perancis. Penguasa Abdul Karim Al-Khitabi
melawan Spanyol. Pahlawan Umar Mukhtar melawan Italia. Syaikh
‘izzuddin Al-Qassam melawan Inggris dan Yahudi. Revolusi AlJazair
melawan penjajah Perancis. Berbagai perlawanan Palestina melawan
Zionis. Al-Qanah melawan Inggris.
Page 96
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 96
Raksasa yang Berguncang
Saat ini, kita menyaksikan raksasa Islam sedang bergerak setelah tidur
panjangnya. Itu terlihat pada jihad yang penuh heroik di Afghanistan,
Eriteria, Filipina, Palestina. Kebangkitan muncul di Mesir dan Turki. Para
pemuda berpendidikan dengan penuh kesadaran mulai mengarahkan
pandangannya pada Islam, baik di barat maupun di timur. Mereka
berusaha menebus kegagalan masa lalu dan menantang berbagai fitnah
masa kini, dengan serta merta berpegang pada keimanan orang-orang yang
beriman.
Semua indikasi ini, dimanapun keberadaannya menunjukkan dengan
jelas ke-eksisan umat ini, kekuatan dan keorisinalannya. Meskipun
terkadang masih nampak kelemahan dan hal-hal yang menggelikan dari
umat ini.
Para orientalis asing serta orang-orang yang mempelajari tabiat umat
kita, keunikkan agama kita serta mempelajari berbagai kekuatan yang
tersimpan dalam diri negri-negri muslim adalah mereka yang memahami
hakekat kekuatan sejati yang kita miliki. Merekalah orang-orang yang
mengadakan perhitungan sebanyak 1000 kali ketika menghadapi umat
Islam. Mereka gemetar, takut pada kebangkitan umat Islam suatu saat
kelak. Prof. Gibb di dalam bukunya yang berjudul Wujhatul Islam berkata,
"Berbagai gerakan Islam biasanya berkembang dengan cepat dan
membingungkan. Mereka menyeru dan mengajak kepada sesuatu yang
amat mengagumkan. Mereka bermunculan secara tiba-tiba, sebelum para
pengamat menyadari tanda-tandanya. Gerakan-gerakan Islam hanya dapat
bergerak dengan adanya para pemimpin. Hanya akan bergerak dengan
muncul para Shalahuddin generasi milenium."
Petualang Jerman Paul Smith menulis sebuah buku khusus mengenai
topik ini. Buku tersebut berjudul Al-Islam quwwatul Ghad yang terbit pada
tahun 1936. Di dalam buku ini, Paul berkata, "Penopang kekuatan di negri-
negri Islam terbatas pada tiga faktor:
1. Terdapat pada kekuatan Islam (sebagai sebuah dien), pada
keyakinannya, teladan dan persaudaraannya yang terjalin di
berbagai bangsa dan negara yang berbeda warna kulit dan budaya.
2. Berlimpahnya kekayaan alam di negri-negri Islam yang
membentang dari samudra Atlanitk dengan Maroko di bagian barat
hingga samudra Hindia dengan Indonesia di bagian timur. Berbagai
macam sumber alam ini untuk kesatuan kekuatan ekonomi.
Sehingga kaum muslimin tidak membutuhkan lagi secara mutlak
kepada Eropa.
Page 97
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 97
3. Faktor terakhir adalah kesuburan keturunan yang terdapat pada
kaum muslimin. Hal inilah yang menjadikan kekuatan mereka
menjadi kekuatan yang terus bertambah48.
Kemudian Paul berkata, "Jika ketiga faktor ini bersatu, maka seluruh
kaum muslimin akan saling bersaudara di atas kesatuan akidah dan tauhid
Allah. Kekayaan alam mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh
kaum muslimin yang jumlahnya terus bertambah. Akan muncul ancaman
Islam terhadap Eropa dan menjadi ancaman bagi kekuatan internasional
yang merupakan pusat kekuatan dunia secara menyeluruh."
Paul Smith menguraikan penjelasan di atas, setelah dia memaparkan
tentang ketiga faktor di atas. Penjelasan ketiga faktor ini disampaikan
melalui sensus resmi dan inti akidah Islam yang diketahui orientalis ini.
Akidah ini mengkristal dalam sejarah kaum muslimin, keterikatan dan
kemajuan mereka mengusir musuh-musuhnya. Diantaranya, barat yang
beragama Nasrani yang tersebar di berbagai bangsa dan pemerintahan
saling tolong menolong untuk mengulang kembali perang Salib dalam
bentuk baru, yang sesuai dengan tuntutan zaman. Hanya saja dengan
tekhnik yang tidak berubah.49"
Robert Bean di dalam kata pengantar bukunya yang berjudul As-Saif
Al-Muqaddas, dia berkata, "Kita harus mempelajari bangsa Arab beserta
pemikirannya. Karena mereka pernah menguasai dunia dan mungkin akan
kembali lagi berkuasa. Bara api yang dinyalakan Muhammad senantiasa
menyala dengan kuat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bara api itu
tidak akan padam. Oleh karena itu, saya menulis buku ini agar para
pembaca tidak mengetahui leluhur dan asal usul bangsa Arab. Di dalam
buku itu, saya akan menggambarkan asal usul Arab dengan pedang yang
memiliki 2 mata pedang. Pedang yang diperoleh Muhammad dalam perang
Badar, sebagai tanda kemenangannya. Pedang menjadi lambang dari
keinginan imperialisnya.50"
Tanpa memperhatikan kandungan ucapan para orientalis dan tanpa
memperhatikan kedengkian mereka yang terus membara, mereka telah
menjelaskan kepada kita kekuatan kaum muslimin di mata orang-orang
asing. Memang benar umat ini terkadang lemah, namun tidak mati. Karena
Allah telah mengamanatkan kepada umat ini risalah yang abadi.
1. Harapan Umar Atau Kebutuhan Kita pada Para
Pejuang
Di salah satu rumah di kota Madinah, Umar r.a. duduk dihadapan para
sahabatnya. Beliau berkata kepada mereka, "Utarakan harapan kallian!"
48 untuk itulah diserukan Keluarga Berencana di dunia Islam
49 Hasil terjemah Dr. Muhammad Al-Bahiy dalam salah satu perkuliahannya. Seluruh buku ini
telah diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Abdul Ghani Syamah dengan judul Al-Islam quwwatul Ghad
Al-'Alaamiyyah, diterbitkan oleh Maktabah Wahbah di Kairo.
50 Hal. 17 dari buku berbahasa Inggris. Kami mengutip alinea ini dari laporan Dr. Ishaq Musa Al-
Husaini dari buku di atas.
Page 98
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 98
Salah seorang mereka berkata, "Saya berharap jika rumah ini penuh
dengan emas, maka saya akan menginfakkan di jalan Allah." Kemudian
Umar kembali berkata, "Utarakan harapan kallian!" Seorang pria yang lain
berkata, "Saya berharap jika rumah ini penuh dengan permata, maka saya
akan menginfakkan di jalan Allah." Kemudian Umar kembali berkata,
"Utarakan harapan kallian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengerti apa
yang kami ucapkan, wahai Amirul Mukminin."
Kemudian Umar berkata, "Saya mengharapkan orang-orang seperti Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah, Mu'adz bin Jabal dan Salim Maula Abu Hudzaifah.
Saya mengharapkan pertolongan mereka untuk meninggikan kalimat
Allah."
Semoga Allah memberi rahmat padamu, wahai Umar. Beliau
merupakan orang yang mumpuni. Berbagai peradaban yang hak tegak di
tangan beliau. Risalah besar ini bangkit di tangan beliau. Berbagai bangsa,
umat hidup di tangan beliau.
Berbagai bangsa dan risalah membutuhkan barang tambang yang
terkandung di dalam bumi ini dan membutuhkan kekayaan alam. Namun
sebelumnya, mereka membutuhkan kepala-kepala yang mampu berpikir
untuk mengeksploitasi barang tambang dan berbagai kekayaan alam.
Mereka juga membutuhkan hati-hati besar yang mampu menjaga semua
barang tambang dan kekayaan alam. Mereka juga membutuhkan niat kuat
orang-orang yang dapat memanfaatkan barang tambang dan kekayaan
alam dengan cara yang dibenarkan. Pendek kata, berbagai bangsa dan
umat membutuhkan orang-orang yang mampu melaksanakan tugasnya
dengan benar.
Manusia lebih mulia dari barang tambang apa pun juga. Manusia lebih
mahal dari permata yang termahal sekali pun. Oleh karena itu,
keberadaannya mulia di dunia manusia. Rasulullah Saw bersabda,
"Manusia itu seperti 100 unta hampir-hampir semuanya dapat
ditunggangi.51"
Seorang ahli dan salih adalah ibarat eliksir52 kehidupan, ibarat ruh
kebangkitan, tiang risalah dan poros reformasi.
Persiapkanlah beberapa pabrik senjata dan amunisi sekehendakmu.
Senjata-senjata itu hanya dapat membunuh, bila ada orang yang
menggunakannya. Buatlah UU sekehendakmu. Namun UU itu akan hanya
merupakan tinta yang terukir di atas kertas, selama tidak ada orang yang
menerapkannya. Buatlah metode pendidikan, sekehendakmu. Metode ini
hanya akan berguna bila diterapkan oleh seseorang ketika dia
mempraktekkannya dalam mengajar.
Itulah kenyataannya, tidak diragukan lagi.
51 Muttafaq 'Alaihi dari hadits Ibnu Umar r.a.
52 Bahan untuk mengubah logam murah menjadi emas, dicuri pada abad pertengahan
Page 99
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 99
Kekuatan senjata tidak sebanding dengan kekuatan yang terdapat di
dalam hati tentara yang menyandang senjata. Keadilan bukan terletak
dalam teks UU, namun tergantung apa yang terdapat di dalam hati
hakimnya. Pendidikan bukan terletak pada lembaran-lembaran buku,
namun tergantung pada semangat pengajarnya. Pelaksanaan proyek bukan
dengan cara membentuk berbagai panitia, namun tergantung pada
semangat para pelaksananya.
Demi Allah, alangkah bijaksananya Umar. Beliau tidak mengharapkan
emas dan perak, tidak mengharapkan mutiara dan permata. Beliau hanya
mengharapkan orang-orang pilihan. Di tangan mereka inilah, semua harta
kekayaan -baik yang berada di bumi maupun di langit- akan nampak
terlihat.
Seorang pria terkadang sebanding dengan 100 orang, terkadang
sebanding dengan 1000 orang, terkadang sebanding dengan satu bangsa.
Sehingga ada orang yang mengatakan, "Seorang pria yang memiliki cita-
cita dapat menghidupkan sebuah umat atau bangsa."
Khalid mengadakan pengepungan, dia meminta bantuan kepada Abu
Bakar r.a. Namun Abu Bakar hanya mengirim seorang pria yang bernama
Al-Qa'qa'a bin Umar At-Tamimi. Khalid berkata, "Pasukan musuh tidak
dapat dikalahkan dengan satu orang seperti ini, wahai Abu Bakar."
Abu Bakar menjawab, "Suara Al-Qa'qa'a di tengah pasukan musuh lebih
baik dari 1000 tentara."
Sahabat Amru bin Ash r.a. –beliau berada di Mesir- meminta bantuan
kepada Umar bin Khaththab r.a. Beliau mengirim 4000 pasukan yang
masing-masing dipimpin oleh seorang ksatria Islam. 4 panglima ini
sebanding dengan seorang pasukan.
Namun pria seperti apa yang kita inginkan? Apakah setiap orang yang
merapikan kumisnya dan memanjangkan janggutnya? Jika seperti ini, tentu
banyak sekali.
Keperkasaan dan kesatriaan tidak diukur dari tuanya umur. Berapa
banyak orang yang sudah berusia 70 tahun, namun hatinya seperti anak
berusia 7 tahun. Dia senang dengan sesuatu yang sepele. Dia menangisi
karena tidak memperoleh sesuatu yang sepele. Dia memperhatikan sesuatu
yang sebenarnya tidak pantas lagi diperhatikannya. Terkadang dia
menggenggam sesuatu yang ada di tangannya, dengan genggaman orang
kikir sehingga tidak seorang pun dapat ikut menikmatinya. Maka orang
yang berusia 70 tahun tak ubahnya dengan anak kecil, namun anak kecil
yang berjanggut dan berkumis.
Berapa banyak anak yang masih ingusan, masih bau kencur, namun
engkau melihatnya telah memiliki kedewasaan dalam berbicara, berbuat
dan berpikir.
Pada suatu ketika Umar r.a. melewati sekelompok anak kecil yang
sedang bermain, lalu mereka berlari. Hanya ada seseorang yang tidak
Page 100
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 100
beranjak dari tempatnya, dia adalah Abdullah bin Zubair. Umar bertanya
padanya, “Mengapa engkau tidak pergi bersama teman-temanmu?”
Ibnu Zubair menjawab, “Saya tidak ingin berbuat dosa. Saya takut
padamu. Saya tidak akan menghalangi-halangi jalanmu, oleh karenanya
silahkan Amirul Mukminin lewat.”
Pada suatu ketika, seorang anak muda datang menghadap Khalifah
dinasti Umawiy. Anak muda ini mewakili kaumnya. Sesampainya
dihadapan khalifah, khalifah berkata, “Saya minta agar orang yang
menghadapku usianya lebih tua darimu.”
Anak muda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin! Jika orang yang
menghadapmu dilihat dari usianya. Maka umat ini akan mempunyai
khalifah yang lebih tua darimu.”
Mereka adalah orang-orang yang muda/masih kecil, namun telah
dewasa. Hanya saja saat ini, di dunia ini, banyak sekali orang dewasa yang
masih kekanak-kanakkan.
Kedewasaan/kesatriaan tidak diukur dari kekuatan tubuh atau
tingginya seseorang. Allah Swt telah berfirman mengenai sekelompok
orang munafik dalam firman-Nya berikut ini,
"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum." (Al-Munafiqin (63):4)
"Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira
bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka." (Al-
Munafiqin (63):4)
Di dalam hadits shahih dijelaskan,
“Pada hari kiamat, akan datang seorang pria agung yang gemuk.
Namun dia (amalannya) di sisi Allah tidak lebih dari sayap seekor
nyamuk.”
"Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada
hari kiamat." (Al-Kahfi (18):105)
Sahabat Rasulullah yang bernama Abdullah bin Mas’ud adalah
seseorang dengan perawakan yang kurus. Pada suatu ketika, betisnya yang
kurus kecil tersingkap dan terlihat oleh yang lainnya. Sebagian para
sahabat mentertawakannya. Rasulullah bersabda, “Apakah kalian
mentertawakan betisnya kecil itu? Demi jiwaku yang berada dalam
kekuasaan-Nya, ketika ditimbang pada hari kiamat kelak, kedua betisnya
itu lebih berat dari gunung Uhud.”
Kedewasaan tidak tergantung pada usia, bentuk tubuh, harta atau
pangkat. Kedewasaan adalah kekuatan jiwa. Dengan kekuatan jiwa,
seseorang akan mampu mengemban berbagai perkara berat. Kekuatan jiwa
akan menjauhkan seseorang dari omong kosong. Kekuatan ini mampu
menyulap seseorang menjadi dewasa dalam usianya yang masih muda.
Kekuatan ini dapat menjadikan seseorang kaya di saat kemiskinannya,
Page 101
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 101
menjadikan seseorang kuat di dalam kelemahannya. Kekuatan ini juga
mampu menjadikan seseorang mengutamakan memberi daripada
menerima. Seseorang yang memiliki kekuatan ini akan menunaikan
kewajibannya terlebih dahulu sebelum dia menuntut haknya. Baik
kewajiban terhadap dirinya sendiri, terhadap Allah, rumah tangga, agama
dan umatnya.
Kedewasaan secara ringkas adalah kekuatan mencipta dan mencipta
kekuatan.
Hal terbaik yang dilakukan suatu negara terhadap rakyatnya, perkara
paling agung yang dijadikan dasar metode pendidikan, sarana terpenting
yang digunakan media tulis, media penyiaran, masjid dan sekolah adalah
menciptakan kedewasaan dan kesatriaan ini serta mendidik pria dengan
bentuk seperti ini.
Kedewasaan yang bagus hanya akan berkembang dalam naungan
keyakinan yang kuat, berbagai keutamaan yang tetap, berbagai standar
yang orisinil, tradisi yang cocok dan hak-hak yang dipenuhi. Sebaliknya,
kedewasaan yang benar tidak berkembang dalam keragu-raguan, ateis
yang kafir, dan kemerosotan yang terus berlangsung. Kedewasaan seperti
ini tidak ubahnya seperti tanaman yang tidak tumbuh lantaran tidak
memperoleh air, udara dan sinar matahari.
Dunia belum pernah menyaksikan kesatriaan dan kedewasaan dalam
bentuk yang paling agung dan makna yang paling sempurna melebihi
produk yang dihasilkan Islam lewat tangan Rasululllah yang agung. Islam
telah mencetak para generasi yang banyak memohon pertolongan pada
Allah, namun mereka tidak tamak pada dunia. Janji dan godaan dunia tidak
membuat mereka terpesona. Sementara itu, berbagai ancaman tidak
menyurutkan perjuangan mereka. Kemenangan tidak menyilaukan mereka
dan kekalahan tidak membuat mereka merasa terpuruk.
Saat ini, para penjajah telah merusak kondisi kaum muslimin dengan
perang pemikirannya, baik melalui paham atheis atau paham permisifisme.
Engkau akan melihat orang-orang yang mirip laki-laki, padahal mereka
bukan laki-laki.
Yang mengangumkan saya adalah sepatah kata dari seorang pria yang
mempelajari ajaran-ajaran Islam yang universal ini. Dia berkata, "Alangkah
bagusnya agama ini, jika dia memiliki pria dalam jumlah yang banyak!!"
Agama Islam mengadukan sedikitnya jumlah pria yang hanya mencapai
500 juta saja53. Mereka mengaku beragama Islam. Namun mereka seperti
yang digambarkan Rasulullah dalam haditsnya, "Banyak, namun seperti
buih di lautan54."
53 Ini jumlah kaum muslimin ketika tulisan ini ditulis pada tahun 1956 M. Adapan jumlah kaum
muslimin saat ini melebihi milyaran
54 Hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Tsauban
Page 102
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 102
Islam tidak membutuhkan kaum pria yang lebih mementingkan dirinya
sendiri. Hikmah mereka adalah syahwatnya. Perjalanan mereka adalah
kepentingannya. Mereka meyakini bahwa bangsa-bangsanya hanyalah
kumpulan dari kekosongan. Mereka ini tidak percaya diri dan tidak
menyandarkan diri pada Allah. Mereka dipersatukan oleh ketamakan dan
dipisahkan oleh ketakutan. Mereka dipertemukan oleh seruling dan
dipisahkan oleh tongkat. Kaum pria seperti mereka ini tidak ubahnya
seperti kaca yang auratnya tidak ditutup dan kaca yang tidak mampu
menahan datangnya kerikil yang dilemparkan atasnya.
Demi Allah seandainya di setiap 1000 umat Islam terdapat seorang pria
yang memiliki kedewasaan dan kesatriaan, maka satu orang ini lebih baik
dari banyak orang, namun tidak ditakuti oleh musuh.
2. Kekuatan yang Tidak Terkalahkan
Seorang murid berkata kepada gurunya, "Saya dengar kekuatan
terbesar yang dikenal manusia sepanjang sejarah adalah roket dan bom
atom. Saya yakin anda sepakat dengan pendapat ini."
Gurunya menjawab, "Tunggu dulu anak muda, jangan engkau tanya
saya dan jangan terburu-buru mengambil kesimpulan."
Sang murid berkata, "Maaf guru. Sekarang saya ingin mendengar
penjelasanmu."
Si guru berkata, "Saya ingin bertanya padamu satu pertanyaan lain.
Mana yang lebih kuat? Bom atom, roket atau pembuat bom atom dan
roket?"
"Sudah pasti pembuat bom atom dan roket yang lebih kuat dari bom
atom dan roketnya."
"Jika seperti itu, engkau sependapat denganku. Kekuatan manusia lebih
dahsyat dari kekuatan fisik apa pun yang ada di bumi ini."
"Benar guru. Manusia lah yang mengatur dan memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di bumi ini. Dia pula yang mengarahkan sesuai dengan
keinginannya."
"Muridku, bagaimana jika engkau menemukan kekuatan yang dapat
mengarahkan dan mendorong manusia untuk maju? Menemukan kekuatan
mampu mendorong manusia berbuat dan melesat seperti roket, bahkan
lebih dahsyat lagi?"
"Jika memang ada, itu merupakan kekuatan yang terdahsyat di bumi
ini. Kekuatan apa itu guru? Bagaimana hakikatnya? Pembicaraanmu
membuatku penasaran!!"
"Muridku, kekuatan itu adalah kekuatan iman."
"Keimanan terhadap apa, guru? Sebagian manusia keyakinan kepada
suatu ideologi. Apakah itu yang dinamakan beriman?"
Page 103
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 103
Dengan sabar si guru menjelaskan, "Muridku, memang tidak dapat
dipungkiri bahwa keyakinan terhadap apa pun juga akan memberikan
seseorang kekuatan. Hal ini nampak dalam pertarungan antar individu
atau antar kelompok. Seseorang yang beriman kepada keyakinan tertentu,
akan dapat mengalahkan seseorang yang tidak memiliki keyakinan sama
sekali. Kelompok yang memiliki keyakinan tertentu, akan dapat
mengalahkan kelompok yang tidak memiliki keyakinan apa pun juga.
Namun keimanan yang saya maksud adalah keimanan terhadap Allah yang
mengaruniai kehidupan, Pencipta alam dan manusia. Selain itu, keimanan
terhadap balasan dan kekekalan hidup di akhirat kelak. Setiap jiwa dibalas
dengan adil, tidak satu pun yang didzalimi. Di samping itu keimanan
terhadap dunia yang luas dan penuh dengan tentara Allah. Jumlah tentara
Allah itu tidak terhitung jumlahnya, mereka adalah para malaikat. Kita juga
harus beriman pada wahyu Allah. Wahyu ini adalah penghubung antara
langit dan bumi. Wahyu adalah petunjuk Allah kepada para makhluk-Nya.
Kemudian kita juga harus beriman kepada contoh manusia-manusia
teladan. Mereka adalah para nabi. Para nabi ini memperoleh wahyu dari
Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang
benderang."
"Mengimani bahwa alam tidak berjalan serampangan, tanpa petunjuk
dan ketentuan. Semua yang ada di alam ini berjalan dengan aturan, baik
yang besar maupun yang kecil."
"Selain itu mengimani pada kemuliaan manusia. Manusia diangkat
Allah menjadi wakil-Nya di muka bumi, untuk memakmurkan bumi. Allah
menguji manusia dengan tugas di dunia ini agar Dia dapat meninggikan
derajat manusia dan menyiapkan kehidupan kekal di akhirat kelak."
"Wahai muridku, itulah keimanan. Keimanan seperti ini merupakan
keimanan yang diserukan para nabi dan rasul. Orang-orang yang benar
imannya, para syahid dan mereka yang salih berjuang dalam rangka
mempertahankan dan menyebarkan keimanan. Itulah keimanan yang saya
maksud. Keimanan inilah yang dijelaskan oleh Islam."
"Wahai muridku, keimanan ini memiliki kekuatan pendorong yang
terarah. Kekuatan ini dapat dijadikan sandaran bagi si lemah agar tidak
jatuh. Kekuatan ini dapat menahan si kuat agar tidak lepas kendali.
Kekuatan ini mampu menjaga si pemenang agar tidak berbuat sewenang-
wenang. Kekuatan ini mampu mencegah pihak yang kalah tidak merasa
putus asa."
Si murid kembali bertanya, "Namun, bukankah sebelumnya engkau
sedang membicarakan tentang kekuatan lain yang dimiliki manusia.
Kekuatan manusia ini amat dahsyat sekali. Kekuatan ini adalah kekuatan
naluri manusia. Seperti naluri mempertahankan kehidupan (gharizah
hubbul baqa'), naluri melanjutkan keturunan (gharizah Asy-Syahwah Al-
Jinsiyyah) serta naluri amarah?"
"Benar muridku, saya belum melupakan pembicaraan kita tadi.
Memang benar, naluri manusia memiliki sebuah kekuatan. Namun
Page 104
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 104
dominasi kekuatan naluri manusia di sisi keimanan akan lenyap. Ikatan
kekuatan naluri di sisi keimanan akan terurai. Kekuatan naluri akan
tunduk di hadapan kekuatan iman. Keimanan merupakan tuan yang
mengeluarkan perintah dan yang harus dipatuhi. Naluri adalah pelayan
yang penurut dan tunduk pada perintah tuannya. Apakah engkau ingin
saya tunjukkan sebuah contoh mengenai perkara ini dalam catatan
sejarah?"
"Tentu saja."
"Wahai muridku, apakah engkau masih ingat kisah nabi Yusuf? Engkau
dapat menemukan kisah beliau dalam surat Yusuf yang terdapat di dalam
Al-Qur'anul Karim. Di dalam surat itu dikisahkan bahwa nabi Yusuf adalah
seorang pemuda yang beriman dan menundukkan nalurinya (gharizah)
pada keimanan. Oleh karena itu Allah mengabadikan nama Yusuf di kitab
suci-Nya. Kisah beliau dicatat dalam Al-Qur'an agar menjadi petunjuk bagi
generasi selanjutnya."
"Yusuf adalah pemuda yang sedang tumbuh dan masih muda beliau.
Beliau adalah pemuda tampan. Beliau adalah pemuda yang memiliki
keluhuran, rajin dan selalu ceria. Beliau bekerja sebagai pembantu di
rumah istri Aziz, seorang pejabat Mesir. Namun kemudaan dan
ketampanannya mengusik istri Aziz ini. Dia menggoda Yusuf dan menutup
seluruh pintu dan berkata, "Kemarilah!"
"Cobaan yang dihadapi Yusuf bukanlah cobaan yang biasa dihadapi
orang-orang dalam kehidupannya. Begitu cobaan itu muncul, maka tidak
lama berselang cobaan itu akan lenyap. Cobaan yang dihadapi Yusuf
adalah cobaan yang kerap menemaninya dan datang silih berganti. Cobaan
yang dihadapi Yusuf bukan berasal dari seorang perempuan malam atau
bukan pula perempuan penjaja cinta. Tapi cobaan itu datang dari istri yang
memiliki jabatan, cantik, memiliki tipu muslihat. Wanita itu merupakan
majikan nabi Yusuf dan merupakan istri seorang pejabat Mesir. Sedangkan
Yusuf adalah seorang anak kecil yang dibeli dengan harga murah, yaitu
hanya dengan beberapa dirham saja. Beliau tidak mengetahui bahwa dia
memiliki keluarga dan rumah. Dia hanya mengetahui bahwa dirinya
bekerja sebagai pelayan di rumah Aziz. Tugasnya adalah hanya mematuhi
perintah. Apa yang dilakukan pemuda Yusuf dihadapan godaan dan
cobaan itu?"
"Guru! Posisi seperti ini merupakan posisi yang amat sulit, ujian berat
terhadap keimanan Yusuf."
Si guru menjawab, "Memang benar. Ujian ini memang berat. Namun
Yusuf berhasil. Dorongan yang terdapat di dalam istri Aziz kuat menggoda,
demikian pula yang terdapat di dalam diri Yusuf. Namun suara keimanan
di dalam diri Yusuf lebih kuat dari ini semua. Beliau berkata,
tΑ$s%
sŒ$yètΒ
«!$#
(
…絯ΡÎ)
þ’În1u‘
z⎯|¡ômr&
y“#uθ÷WtΒ
(
…絯ΡÎ)
Ÿω
ßxÎ=øãƒ
šχθßϑÎ=≈©à9$#
∩⊄⊂∪
Page 105
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 105
"Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah
memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tiada akan beruntung." (Yusuf (12):23)
Wanita itu terus berusaha, membuat rencana jahat untuk memaksa
nabi Yusuf memenuhi keinginan jahat wanita itu. Dia berkata,
ôMs9$s%
£⎯ä3Ï9≡x‹sù
“Ï%©!$#
©Í_¨ΖçFôϑä9
ϵŠÏù
(
ô‰s)s9uρ
…çµ›?Šuρ≡u‘
⎯tã
⎯ϵšø¯Ρ
zΝ|Á÷ètFó™$$sù
(
⎦È⌡s9uρ
öΝ©9
ö≅yèøtƒ
!$tΒ
…çνããΒ#u™
£⎯uΖyfó¡ãŠs9
$ZΡθä3u‹s9uρ
z⎯ÏiΒ
t⎦⎪ÌÉó≈¢Á9$#
∩⊂⊄∪
"Sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia
tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia
akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang
yang hina." (Yusuf (12):32)
Nabi Yusuf dihadapkan dua pilihan yang dilematis. Jika beliau
menuruti keinginan wanita itu, maka berarti dia melakukan perbuatan
maksiat yang keji, sebuah perbuatan dosa besar. Namun jika beliau
menolak keinginan wanita itu, maka dia akan dipenjara dan menjadi orang
yang hina.
Dengan rasa penasarannya, si murid bertanya, "Apa yang dipilih nabi
Yusuf?"
Si guru menjawab, "Keimanan yang telah dimiliki telah menuntunnya.
Beliau lebih memilih keselamatan agamanya daripada dunianya. Beliau
berdoa sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur'an berikut ini,
tΑ$s%
Éb>u‘
ß⎯ôfÅb¡9$#
=ymr&
¥’n<Î)
$£ϑÏΒ
û©Í_tΡθããô‰tƒ
ϵø‹s9Î)
(
ωÎ)uρ
ô∃ÎóÇs?
©Íh_tã
£⎯èδy‰ø‹x.
Ü=ô¹r&
£⎯Íκös9Î)
⎯ä.r&uρ
z⎯ÏiΒ
t⎦⎫Î=Îγ≈pgø:$#
∩⊂⊂∪
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh." (Yusuf (12):33)
Murid bertanya kembali, "Lalu apa yang terjadi pada diri Yusuf?"
"Muridku, Allah mengabulkan doa nabi-Nya. Allah menjauhkan tipu
daya mereka. Allah menyelamatkan agama nabi-Nya yang memang
merupakan keinginan beliau sendiri. Hanya saja beliau dipenjara dengan
zalim dan mendekam di dalam penjara selama 3 tahun lebih. Perlakuan
zalim ini tidak menyebabkan cahaya hati beliau menjadi padam. Tidak
menyebabkan beliau lupa bahwa dirinya adalah hamba yang beriman dan
pembawa risalah. Di dalam penjara, beliau tetap berdakwah, mengajak
Page 106
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 106
teman-teman sesama penghuni sel untuk mengesakan Allah. Sehingga
mereka meninggalkan penyembahan berhala. Pendek kata, jika terdapat
kesempatan, beliau selalu memanfaatkannya. Seperti ketika dua orang
pemuda bertanya pada beliau mengenai takwil mimpi. Beliau menjelaskan
kepada mereka sebagian berita ghaib yang Allah kabarkan padanya, seperti
yang tercantum di dalam ayat berikut ini,
tΑ$s%
Ÿω
$yϑä3‹Ï?ù'tƒ
×Π$yèsÛ
ÿ⎯ϵÏΡ$s%y—öè?
ωÎ)
$yϑä3è?ù'¬6tΡ
⎯Ï&Î#ƒÍρù'tGÎ/
Ÿ≅ö6s%
βr&
$yϑä3u‹Ï?ù'tƒ
4
$yϑä3Ï9≡sŒ
$£ϑÏΒ
©Í_yϑ¯=tæ
þ’În1u‘
4
’ÎoΤÎ)
àMø.ts?
s'©#ÏΒ
7Θöθs%
ω
tβθãΖÏΒ÷σãƒ
«!$$Î/
Νèδuρ
ÍοtÅzFψ$$Î/
öΝèδ
tβρãÏ≈x.
∩⊂∠∪
àM÷èt7? $#uρ
s'©#ÏΒ
ü“Ï™!$t/#u™
zΟŠÏδ≡tö/Î)
t,≈ysó™Î)uρ
z>θà)÷ètƒuρ
4
$tΒ
šχ%x.
!$uΖs9
βr&
x8Îô³Σ
«!$$Î/
⎯ÏΒ
&™ó©x«
4
šÏ9≡sŒ
⎯ÏΒ
È≅ôÒsù
«!$#
$uΖøŠn=tã
’n?tãuρ
Ĩ$¨Ζ9$#
£⎯Å3≈s9uρ
usYò2r&
Ĩ$¨Ζ9$#
Ÿω
tβρãä3ô±o„
∩⊂∇∪
Ä©t<Ås9|Á≈tƒ
Ç⎯ôfÅb¡9$#
Ò>$t/ö‘r&u™
šχθè%ÌhxtG•Β
îöyz
ÏΘr&
ª!$#
߉Ïn≡uθø9$#
â‘$£γs)ø9$#
∩⊂®∪
$tΒ
tβρ߉ç7÷ès?
⎯ÏΒ
ÿ⎯ϵÏΡρߊ
HωÎ)
[™!$yϑó™r&
!$yδθßϑçGøŠ£ϑy™
óΟçFΡr&
Νà2äτ!$t/#u™uρ
!$¨Β
tΑt“Ρr&
ª!$#
$pκÍ5
⎯ÏΒ
?⎯≈sÜù=ß™
4
ÈβÎ)
ãΝõ3ß⇔ø9$#
ωÎ)
¬!
4
ttΒr&
ωr&
(#ÿρ߉ç7÷ès?
HωÎ)
çν$−ƒÎ)
4
y7Ï9≡sŒ
ß⎦⎪Ïe$!$#
ãΝÍh‹s)ø9$#
£⎯Å3≈s9uρ
usYò2r&
Ĩ$¨Ζ9$#
Ÿω
šχθßϑn=ôètƒ
∩⊆⊃∪
"Yusuf berkata, "Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan
yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat
menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai
kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah,
sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut
agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya`qub. Tiadalah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada
kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia
itu tidak mensyukuri (Nya). Hai kedua penghuni penjara, manakah
yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang
selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan
nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
Page 107
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 107
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (Yusuf (12):37-40)
Si murid kembali bertanya, "Apa yang terjadi pada diri Yusuf
selanjutnya?"
"Muridku, akibat bagi orang-orang beriman yang bertakwa selalu tetap.
Ini sudah merupakan sunnatullah. Tidak ada perubahan dalam sunatullah.
Orang-orang membutuhkan beliau seperti orang bodoh membutuhkan
orang alim, pasien membutuhkan dokter. Akhirnya Yusuf dibebaskan.
Namun Yusuf menolak untuk keluar dari penjara sebelum mendapat
jaminan bahwa dirinya telah bebas. Beliau keluar dari penjara dengan
gagahnya.
tΑ$s%uρ
à7Î=yϑø9$#
’ÎΤθçGø$#
ÿ⎯ϵÎ/
çµóÁÎ=÷‚tGó™r&
©Å¤øuΖÏ9
(
$£ϑn=sù
…çµyϑ¯=x.
tΑ$s%
y7¨ΡÎ)
tΠöθu‹ø9$#
$uΖ÷ƒt$s!
î⎦⎫Å3tΒ
×⎦⎫ÏΒr&
∩∈⊆∪
tΑ$s%
©Í_ù=yèô_$#
4’n?tã
È⎦É⎩!#t“yz
ÇÚö‘F{$#
(
’ÎoΤÎ)
îáŠÏym
ÒΟŠÎ=tæ
∩∈∈∪
y7Ï9≡x‹x.uρ
$¨Ψ©3tΒ
y#ß™θã‹Ï9
’Îû
ÇÚö‘F{$#
é&§θt6tGtƒ
$pκ÷]ÏΒ
ß]ø‹ym
â™!$t±o„
4
Ü=ŠÅÁçΡ
$uΖÏFuΗ÷qtÎ/
⎯tΒ
â™!$t±®Σ
(
Ÿωuρ
ßì‹ÅÒçΡ
tô_r&
t⎦⎫ÏΖÅ¡ósßϑø9$#
∩∈∉∪
Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu
(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya pada sisi kami." Yusuf berkata, "Jadikanlah aku
bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga, lagi berpengetahuan." Dan demikianlah Kami
memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa
penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir
itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami
kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik." (Yusuf (12):54-56)
"Kemarin menjadi penghuni penjara, di saat kebebasannya, Yusuf
menjadi orang yang mulia. Beliau menjadi pengatur perkara keuangan dan
perbekalan Mesir di saat paceklik dan kelaparan.
"Muridku, jabatan itu bagi Yusuf merupakan ujian keimanan. Manusia
diuji dengan kenikmatan dan musibah."
"Guru, bagaimana seseorang diuji dengan kenikmatan. Bukankah ujian
itu merupakan siksa?"
"Muridku, apakah engkau tidak pernah mendengar firman Allah ini,
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya)." (Al-Anbiyaa (21):35).”
Page 108
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 108
Sebagian manusia dapat mengendalikan dirinya ketika mendapat
musibah, sehingga mampu bersabar. Namun jika diuji dengan kenikmatan,
mereka akan sombong dan berbuat sewenang-wenang. Namun Yusuf yang
telah menjadi mulia, tidak berubah dengan Yusuf ketika menjadi penghuni
sel."
"Muridku, nabi Yusuf telah menguasai dunia, namun dunia tidak
menguasai beliau. Beliau mengusai kekayaan Mesir, namun kekayaan
Mesir tidak menguasai hatinya. Jika dihadapannya diletakkan makanan,
beliau hanya memakan hanya beberapa potong saja, sekedar dapat
menegakkan tulangnya saja. Beliau tidak makan hingga kenyang. Ketika
ditanya hal itu, beliau menjawab, "Saya takut, jika kenyang saya menjadi
lupa pada kelaparan orang-orang fakir!"
“Wahai muridku, dalam kesempatan lain, kita dapat melihat keimanan
nabi Yusuf yang benar, yaitu ketika beliau memiliki kesempatan untuk
membalas semua perlakuan saudara-saudaranya. Mereka adalah orang-
orang yang dulu pernah berniat membunuh Yusuf. Mereka melempar
Yusuf ke dalam sumur. Kemudian Yusuf dijual oleh serombongan
pedagang dengan harga murah.”
Sekarang saudara-saudaranya ini datang ke Mesir dari Palestina untuk
memohon bantuan dan perbekalan makanan. Pada saat itu, Yusuf bisa saja
membalas perlakuan saudara-saudaranya itu. Namun tidak demikian
kenyataannya. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya itu, seperti
tercantum dalam ayat berikut ini,
tΑ$s%
Ÿω
|=ƒÎøYs?
ãΝä3ø‹n=tæ
tΠöθu‹ø9$#
(
ãÏøótƒ
ª!$#
öΝä3s9
(
uθèδuρ
ãΝymö‘r&
š⎥⎫ÏϑÏm≡§9$#
∩®⊄∪
"Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan
Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di
antara para penyayang." (Yusuf (12):92)
Setelah Yusuf menjabat sebagai mentri dan penguasa, serta senang
dapat bertemu dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya, jiwanya
rindu pada keridhaan Allah dan rindu untuk bertemu dengan Allah.
Baginya tidak ada lagi yang lebih berharga dan kekal dari itu semua.
Keridhaan dan bertemu dengan Allah lebih berharga dari kekuasaan yang
dimilikinya. Oleh karenanya beliau berdoa,
Éb>u‘
ô‰s%
©Í_tF÷s?#u™
z⎯ÏΒ
Å7ù=ßϑø9$#
©Í_tFôϑ¯=tãuρ
⎯ÏΒ
È≅ƒÍρù's?
Ï]ƒÏŠ%tnF{$#
4
tÏÛ$sù
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$#
ÇÚö‘F{$#uρ
|MΡr&
⎯Çc’Í
’Îû
$u‹÷Ρ‘‰9$#
ÍοtÅzFψ$#uρ
(
©Í_©ùuθs?
$VϑÎ=ó¡ãΒ
©Í_ø)Åsø9r&uρ
t⎦⎫ÅsÎ=≈¢Á9$$Î/
∩⊇⊃⊇∪
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan
kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
Page 109
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 109
sebahagian ta`bir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang saleh." (Yusuf (12):101)
“Begitulah muridku, salah satu contoh keimanan yang kuat. Di dalam
kisah nabi Yusuf terdapat teladan bagi para pemuda, pelajaran bagi mereka
yang berakal, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
3. Apakah Kita Beriman?
Salah seorang sahabat bertanya pada saya. Dia adalah seorang muslim
yang pandai. Memiliki pengetuan agama yang dalam. Dia bertanya,
“Apakah perkataan orang yang berakal bertentangan dengan
perbuatannya?”
Saya menjawab, “Tidak. Selama dia sadar pada ucapannya dan
mengarahkan perbuatannya sesuai dengan ucapannya. Mengapa engkau
lontarkan pertanyaan ini?”
Dia berkata, “Pertanyaan tadi merupakan pertanyaan pendahuluan
untuk pertanyaan yang lain. Pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku.
Saya berusaha menjadi jawabannya, namun tidak kutemukan. Sekarang
saya berharap dapat menemukannya pada dirimu.”
Saya bertanya, “Apa pertanyaanmu?”
“Bukankah Al-Qur’an kalamullah (firman Allah)?”
“Benar.”
“Bukankah semua yang terjadi di dunia ini merupakan perbuatan
Allah?”
“Benar.”
“Kita tidak pernah melihat kenyataan yang ada di dunia ini
bertentangan dengan yang tersurat di dalam Kitabullah?”
“Benar, tidak pernah terjadi. Katakanlah apa yang engkau maksud.”
Sahabat saya mulai menjelaskan, “Di dalam Al-Qur’an kita membaca
ayat
šχ%x.uρ
$) ym
$oΨø‹n=tã
çóÇnΣ
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
∩⊆∠∪
"Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang
beriman. (Ar-Ruum (30:47)
Namun dalam kenyataan hidup kita melihat orang-orang beriman tidak
berdaya dan lemah. Bukankah engkau juga membaca ayat,
Page 110
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 110
¬!uρ
äο“ Ïèø9$#
⎯Ï&Î!θß™tÏ9uρ
š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑù=Ï9uρ
"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mu'min." (Al-Munafiquun (63):8)
Namun dalam kenyataan kita melihat orang-orang beriman hina dan
diperbudak. Kita juga membaca ayat,
⎯s9uρ
Ÿ≅yèøgs†
ª!$#
t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9
’n?tã
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σçRùQ$#
¸ξ‹Î6y™
∩⊇⊆⊇∪
"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (An-Nisaa'
(4):141)
Namun di sekitar kita, kita melihat orang-orang kafir memiliki berbagai
akses untuk menguasai orang-orang beriman. Selain itu kita juga membaca
ayat
χÎ)
©!$#
ßìÏù≡y‰ãƒ
Ç⎯tã
t⎦⎪Ï%©!$#
(#þθãΖtΒ#u™
3
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman."
(Al-Hajj (22):38)
y7Ï9≡sŒ
¨βr'Î/
©!$#
’n<öθtΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΖtΒ#u™
"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung
orang-orang yang beriman." (Muhammad (47):11)
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman." (Al-Anfal
(8):19)
dan ayat-ayat lainnya. Namun kita melihat kekuatan, kedaulatan dan
kemuliaan berada pada tangan orang-orang kafir dan atheis. Sementara itu
kelemahan, keterbelakangan dan kehinaan berada pada orang-orang
beriman. Apa tafsir, takwil atau pengertian dari ini semua?”
Saya menjawab, "Takwilnya adalah sebuah penjelasan mengenai tujuan
ayat-ayat. Pertolongan, kemuliaan, kedaulatan dan dukungan Allah yang
tersurat dalam ayat-ayat di atas merupakan jaminan yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beriman. Jaminan itu tidak diberikan kepada
mereka yang mengaku beriman, tidak diberikan kepada mereka yang
mengaku-ngaku sebagai umat Islam. Sehingga pengertiannya berkaitan
pada hakikat dan bukannya pengakuan."
Sahabat saya kembali bertanya, "Jadi, apakah kita tidak tidak termasuk
orang-orang yang beriman?"
Saya kembali menjelaskan, "Jika keimanan itu mengucapkan dua
kalimat syahadat dan memelihara sebagian syiar Islam, maka kita termasuk
Page 111
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 111
orang-orang beriman. Jika keimanan adalah mewujudkan sifat-sifat orang-
orang beriman yang digambarkan Al-Qur'an, maka antara kita dan
keimanan yang digambarkan di dalam Al-Qur'an terdapat tahapan-
tahapan."
Orang-orang beriman yang dijamin Allah memperoleh pertolongan dan
dukungan, sebagaimana yang terdapat di dalam kitab suci-Nya, memiliki
sifat-sifat yang juga disebutkan di dalam Al-Qur'an. Keyakinan amal salih
serta akhlak mereka menjadi jelas dengan terpenuhinya sifat-sifat tersebut.
Karena sifat-sifat tersebut mereka berhak memperoleh kemuliaan dari
Allah. Oleh karenanya, tidak adil jika kita menyebutkan semua janji Allah
yang terdapat di dalam Al-Qur'an, sementara itu dalam waktu yang
bersamaan kita mencari tafsir mengenai orang-orang beriman di luar Al-
Qur'an."
"Baik, coba tolong jelaskan kepada saya bagaimana pandangan Al-
Qur'an mengenai orang-orang beriman."
Saya menjawab, "Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini,
$yϑ¯ΡÎ)
šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$#
t⎦⎪Ï%©!$#
#sŒÎ)
tÏ.èŒ
ª!$#
ôMn=Å_uρ
öΝåκæ5θè=è%
#sŒÎ)uρ
ôMu‹Î=è?
öΝÍκön=tã
…çµçG≈tƒ#u™
öΝåκøEyŠ#y—
$YΖ≈yϑƒÎ)
4’n?tãuρ
óΟÎγÎn/u‘
tβθè=©.uθtGtƒ
∩⊄∪
š⎥⎪Ï%©!$#
šχθßϑ‹É)ãƒ
nο4θn=¢Á9$#
$£ϑÏΒuρ
öΝßγ≈uΖø%y—u‘
tβθà)ÏΖãƒ
∩⊂∪
y7Íׯ≈s9'ρé&
ãΝèδ
tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#
$y)ym
4
öΝçλ°;
ìM≈y_u‘yŠ
y‰ΨÏã
óΟÎγÎn/u‘
×οtÏøótΒuρ
×−ø—Í‘uρ
ÒΟƒÌŸ2
∩⊆∪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya." (Al-Anfal (8):2-4)
"(Yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya." (Al-Mukminun
(23):2)
tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ
àM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ
öΝßγàÒ÷èt/
â™!$uŠÏ9÷ρr&
<Ù÷èt/
4
šχρâß∆ù'tƒ
Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/
tβöθyγ÷Ζtƒuρ
Ç⎯tã
Ìs3Ζßϑø9$#
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Page 112
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 112
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang
mungkar." (At-Taubah (9):71)
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu." (Al-Hujurat (49):10)
$yϑ¯ΡÎ)
šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$#
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΖtΒ#u™
«!$$Î/
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
§ΝèO
öΝs9
(#θç/$s?ötƒ
(#ρ߉yγ≈y_uρ
öΝÎγÏ9≡uθøΒr'Î/
óΟÎγÅ¡àΡr&uρ
’Îû
È≅‹Î6y™
«!$#
4
y7Íׯ≈s9'ρé&
ãΝèδ
šχθè%ω≈¢Á9$#
∩⊇∈∪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat
(49):15)
$yϑ¯ΡÎ)
tβ%x.
tΑöθs%
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
#sŒÎ)
(#þθããߊ
’n<Î)
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
u/ä3ósu‹Ï9
öΝßγoΨ÷t/
βr&
(#θä9θà)tƒ
$uΖ÷èÏϑy™
$uΖ÷èsÛr&uρ
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
tβθßsÎ=øßϑø9$#
∩∈⊇∪
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (An-Nuur
(24):51)
"Perhatikanlah ayat-ayat di atas serta ayat-ayat lainnya. Alangkah
banyaknya ayat-ayat sejenis yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Kemudian
perhatikan fakta ratusan juta orang yang mengaku beragama Islam. Apa
yang engkau saksikan? Engkau akan melihat orang-orang yang melalaikan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu. Hati mereka lalai dari mengingat
Allah. Hubungan mereka dengan Allah terputus.
"Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira
mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah." (Al-Hasyr
(59):14)
Mereka terang-terangan menunjukkan kemungkaran dan
menyembunyikan kebaikan. Bahkan hal yang ma'ruf bagi mereka
merupakan sesuatu yang mungkar. Sebaliknya, hal yang mungkar bagi
mereka merupakan sesuatu yang ma'ruf. Bahkan diantara mereka ada
menjadi penyeru kemungkaran dan melarang orang berbuat ma'ruf."
Coba perhatikan lagi! Diantara 600 juta orang terdapat jutaan orang
yang dirusak oleh kelompok radikal, jutaan orang dirusak oleh kelompok
sesat, jutaan orang dirusak oleh kesewenang-wenangan politik. Jutaan
orang dirusak oleh perang pemikiran, jutaan orang dimuliakan oleh
Page 113
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 113
penjajah komunis dan jutaan orang dibuat bodoh oleh penjajah salib.
Sementara itu jutaan yang lain bermain-main dalam kelalaian."
ìN≡uθøΒr&
çöxî
&™!$uŠômr&
(
$tΒuρ
šχρããèô±o„
tβ$−ƒr&
šχθèWyèö7ãƒ
∩⊄⊇∪
"(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala
itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan
dibangkitkan." (An-Nahl (16):21)
Sahabat saya berkata, "Semua yang engkau katakan benar. Bukankah
kita lebih mendekati pada keimanan yang sesungguhnya bila dibandingkan
dengan Yahudi? Tapi, mengapa mereka menang, sedangkan kita kalah?"55
Saya menjawab, "Orang-orang Yahudi menang, karena mengikuti
sunatullah. Percaya pada sunatullah termasuk bagian penting dari
keimanan. Kita telah mengabaikannya, sedangkan mereka selalu
memperhatikannya. Mereka bangkit, sedangkan kita tidur. Mereka
berpengetahuan, sedangkan kita bodoh. Mereka maju, sedangkan kita
terbelakang. Mereka saling tolong menolong, sedangkan kita saling
menjatuhkan. Mereka mengadakan persiapan untuk esok hari, sedangkan
kita lupa pada kewajiban hari ini. Mereka adalah komunitas yang bekerja
keras memeras keringat dan meneteskan air mata, sedangkan kita hanya
berurai air mata. Jika seperti ini, manakah yang lebih mendekati keimanan
yang sesungguhnya?"
"Sunnatullah yang berkaitan dengan kemajuan dan kemunduran, yang
berkaitan dengan kemenangan dan kekalahan tidak menganak tirikan
seseorang dan tidak juga meng-anak emaskan yang lain. Barangsiapa yang
menempuh jalan untuk mencapai kemenangan, maka dia akan
memperolehnya, walaupun dia seorang Yahudi. Barangsiapa menempuh
jalan menuju kekalahan, maka dia akan mengalami kekalahan, walaupun
dia seorang muslim."
"Apakah perlu saya memberikan contoh padamu? Yaitu peristiwa yang
menimpa kaum muslimin dalam perang Uhud. Mereka melakukan
kesalahan dan harus membayar mahal kesalahan itu. 70 orang sahabat
yang syahid dalam perang itu. Diantara mereka terdapat Hamzah, paman
Rasulullah, Mus'ab bin Umair r.a., Sa'ad bin Rabi' r.a., Anas bin Nadhar r.a.
dan lain sebagainya. Cukuplah Rasulullah Saw sebagai pemimpin mereka
dan para penyembah berhala sebagai musuh mereka."
Peristiwa bersejarah ini diukir dalam Al-Qur'an. Allah berfirman,
55 Di tahun 1948, saya telah menulis kalimat ini sebelum berlangsungnya perang 5 Juni 1967
dalam tahun-tahun yang panjang
Page 114
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 114
!$£ϑs9uρr&
Νä3÷Gu;≈|¹r&
×πt7ŠÅÁ•Β
ô‰s%
Λä⎢ö6|¹r&
$pκön=÷VÏiΒ
÷Λä⎢ù=è%
4’¯Τr&
#x‹≈yδ
(
ö≅è%
uθèδ
ô⎯ÏΒ
ωΨÏã
öΝä3Å¡àΡr&
3
¨βÎ)
©!$#
4’n?tã
Èe≅ä.
&™ó©x«
փωs%
∩⊇∉∈∪
"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan
Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata,
"Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu." (Ali Imran (3):165)
"Apakah engkau, saya berikan contoh yang lainnya?"
"Mari kita baca bersama ayat-ayat berikut ini,
$pκš‰r'¯≈tƒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΨtΒ#u™
(#ρä‹è{
öΝà2u‘õ‹Ïm
(#ρãÏΡ$$sù
BN$t6èO
Íρr&
(#ρãÏΡ$#
$Yè‹Ïϑy_
∩∠⊇∪
"Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah
(ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah
bersama-sama!" (An-Nisaa' (4):71)
(#ρ‘‰Ïãr&uρ
Νßγs9
$¨Β
ΟçF÷èsÜtGó™$#
⎯ÏiΒ
;ο§θè%
∅ÏΒuρ
ÅÞ$t/Íh‘
È≅ø‹y⇐ø9$#
šχθç7Ïδöè?
⎯ϵÎ/
¨ρ߉tã
«!$#
öΝà2¨ρ߉tãuρ
t⎦⎪Ìyz#u™uρ
⎯ÏΒ
óΟÎγÏΡρߊ
Ÿω
ãΝßγtΡθßϑn=÷ès?
ª!$#
öΝßγßϑn=÷ètƒ
4
$tΒuρ
(#θà)ÏΖè?
⎯ÏΒ
&™ó©x«
†Îû
È≅‹Î6y™
«!$#
¤∃uθãƒ
öΝä3ö‹s9Î)
óΟçFΡr&uρ
Ÿω
šχθßϑn=ôàè?
∩∉⊃∪
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmu." (Al-Anfal (8):60)
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan ta`atlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(Al-Anfal (8):45-46)
"Apakah kita telah mengamalkan ayat-ayat di atas? Kita tidak
mengambil dari akarnya, namun kita mengambil secara garis besarnya.
Sehingga kita dikejutkan oleh berbagai rencana zionis international yang
ada dihadapan kita, sedangkan kita dalam keadaan lalai. Kita hanya
mempersiapkan kekuatan berupa senjata perusak yang akan merusak diri
sendiri sebelum sempat meluluh lantakkan sasaran tembak. Demikianlah
Page 115
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 115
kita sendiri tidak mengetahui persenjataan dan kekayaan yang kita miliki.
Sehingga mereka menyerbu kita sekaligus, sebagaimana yang disebutkan
Al-Qur'an56.
"Ketika berhadapan dengan musuh, kita tidak memperteguh hati
sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt terhadap orang-orang beriman.
Kita tidak banyak mengingat Allah, bahkan tidak sedikit pun mengingat
Allah. Kita tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Bahkan kita berangkat
dengan bernyanyi dan berdansa. Kita tidak waspada pada larangan Allah
agar tidak berbantah-bantahan. Sehingga kita gentar dan hilang kekuatan."
"Setelah itu, apakah kita pantas menempatkan diri kita dalam barisan
orang-orang beriman yang dikehendaki Al-Qur'an? Apakah kita pantas
menunggu datangnya janji Allah, padahal kita tidak memenuhi syarat-
syarat-Nya?"
Kita akan dianggap bercanda, jika menuntut pertolongan Allah,
sedangkan kita sendiri tidak menolong Allah. Kita menuntut agar juga
memperoleh balasan orang-orang beriman, namun kita tidak pernah
menghias diri dengan sifat-sifat orang beriman? Jika kita percaya pada
Allah, maka Allah akan membenarkan kita. Saya maksud agar kita menjadi
orang-orang beriman yang sejati. Kita hanya ridha pada Allah semata
sebagai Pencipta, pada Islam saja sebagai sebuah metode, pada Rasulullah
sebagai teladan dan kepada Al-Qur'an sebagai imam. Hendaknya kita
membebaskan diri dari penghambaan kepada selain Allah dalam segala hal.
Baik dalam keyakinan kita, pemikiran, akhlak, tingkah laku, perundang-
undangan dan sistem kehidupan kita.
Dengan keimanan seperti ini saja, kita memperoleh kebahagiaan,
pertolongan dan kemuliaan. Semua ini telah ditetapkan untuk orang-orang
beriman di dunia, disamping keridhaan dan balasan-Nya di akhirat kelak."
Sahabat saya berkata, "Engkau benar. Namun, apakah tidak ada orang-
orang beriman yang shalih?"
Saya menjawab, "Tentu saja ada. Umat ini tidak pernah bersatu dalam
kesesatan. Namun jumlah mereka sedikit. Mereka tersebar seperti debu
berterbangan yang tidak diatur oleh suatu kesepakatan. Banyak dari
mereka yang putus asa melakukan reformasi, sehingga dia melempar
senjatanya dan meninggalkan medan pertempuran atau perang pemikiran
terhadap barat yang kafir. Sebagian yang lain hanya meratap, menangis,
tenggelam dalam kelelahan tanpa melakukan sesuatu yang baik atau
perbuatan positif. Sebagian mereka merasa takut dengan segala hal yang
akan menimpanya di jalan Allah. Mereka menjadi lemah."
Sahabat saya kembali bertanya, "Lalu apa solusinya?"
Saya menjawab, "Solusinya ada pada orang-orang beriman yang
shalih."
56 Dapat dilihat dalam surat An-Nisaa' (4):102) yang artinya, "Orang-orang kafir ingin supaya
kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus."
Page 116
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 116
"Solusinya adalah orang-orang beriman hendaknya menyeru untuk
kembali kepada Islam yang lurus, baik dari segi akidah, syari'at dan akhlak.
Mereka mengingatkan kaumnya seraya memberi kabar gembira dan
memberi peringatan. Hanya dengan Islam, kaum muslimin akan dapat
menang dan memimpin. Hanya dengan Islam mereka dapat bersatu dan
menjadi kuat. Hanya di dalam Islam sajalah –bukan yang lain- mereka
akan memperoleh kemuliaan di dunia dan kebahagian di akhirat. Islam
dapat menyatukan potensi mereka untuk membebaskan umatnya dari
kejumudan masa lalu dan kontaminasi dunia modern. Selain itu
membebaskan umat ini dari kekufuran yang menyerang mereka.
Hendaknya mereka bersemangat untuk mengetahui tabi'at dan tuntutan
zaman mereka serta keadaan masyarakat mereka. Mereka hendaknya
bersemangat untuk mengetahui trend dan permasalahan yang terjadi di
sekeliling mereka. Sehingga mereka dapat menghadapi trend dan segala
permasalahan dengan berdasarkan ucapan para ulama ahli dan bukan akal
para muqallid atau para pelawak. Hendaknya mereka mempersenjatai diri
dengan kesabaran dan keyakinan untuk menghadapi berbagai sarana fisik
yang telah memusnahkan rumah-rumah kaum muslimin. Hendaknya
kaum muslimin memiliki kesabaran dan keyakinan untuk menghadapi
berbagai sarana musuh-musuh Islam yang telah memerangi pemikiran dan
perasaan kaum muslimin. Sampai-sampai seorang da'i besar57 menamakan
dengan istilah "Kemurtadan tanpa adanya Abu Bakar r.a."
Jika mereka dapat bersabar menghadapi panasnya perang yan terjadi
antara mereka dengan kebatilan; lalu mereka juga meyakini kebenaran
ayat-ayat Allah; mereka juga mengutamakan Allah, Rasul-Nya serta jihad di
jalan Allah di atas kecintaan mereka terhadap keluarga, suku, harta dan
tanah air, maka mereka berhak menjadi para pemimpin dan pewaris bumi
ini. Mereka diberi kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang terdapat di
dalam ayat berikut ini,
$oΨù=yèy_uρ
öΝåκ÷]ÏΒ
Zπ£ϑÍ←r&
šχρ߉öκu‰
$tΡÍö∆r'Î/
$£ϑs9
(#ρçy9|¹
(
(#θçΡ%Ÿ2uρ
$uΖÏG≈tƒ$t↔Î/
tβθãΖÏ%θãƒ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah (32):24)
Sahabat saya kembali bertanya, "Jika orang-orang beriman yang salih
ini tidak melakukan kewajiban ini, apa yang akan terjadi?"
Saya menjawab, "Akhir perjalanan dari mengabaikan kewajiban amat
menakutkan. Ayat-ayat Al-Qur'an memberi batasan rambu-rambunya.
Sementara itu ayat-ayat yang lain membiarkan akhir perjalanan sebagai
sesuatu yang tidak diketahui, namun menakutkan. Ayat pertama adalah,
57 Dia adalah ulama besar Abul Hasan Ali Husni An-Nadwi
Page 117
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 117
ωÎ)
(#ρãÏΖs?
öΝà6ö/Éj‹yèãƒ
$¹/#x‹tã
$VϑŠÏ9r&
öΑωö7oKó¡o„uρ
$·Βöθs%
öΝà2uöxî
Ÿωuρ
çνρ”àÒs?
$\↔ø‹x©
3
ª!$#uρ
4’n?tã
Èe≅à2
&™ó_x«
íƒÏ‰s%
∩⊂®∪
"Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan
kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-
Taubah (9):39)
Ayat kedua adalah
ö≅è%
βÎ)
tβ%x.
öΝä.äτ!$t/#u™
öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ
öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ
ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ
óΟä3è?uϱtãuρ
îΑ≡uθøΒr&uρ
$yδθßϑçGøùutIø%$#
×οt≈pgÏBuρ
tβöθt±øƒrB
$yδyŠ$|¡x.
ß⎯Å3≈|¡tΒuρ
!$yγtΡöθ|Êös?
¡=ymr&
Νà6ø‹s9Î)
š∅ÏiΒ
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
7Š$yγÅ_uρ
’Îû
⎯Ï&Î#‹Î7y™
(#θÝÁ−/utIsù
4©®Lym
š†ÎAù'tƒ
ª!$#
⎯ÍνÍö∆r'Î/
3
ª!$#uρ
Ÿω
“ωöκu‰
tΠöθs)ø9$#
š⎥⎫É)Å¡≈xø9$#
∩⊄⊆∪
"Katakanlah, "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-
isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (At-Taubah
(9):24)
4. Tidak Ada Jalan Lain
Sahabat saya nampaknya mulai putus asa dan murka. Dia berkata, “Apa
peduli kita? Kita terbentur dan dipukul keras. Kita tidak akan selamat dari
jurang yang dalamnya seolah tak berujung atau bahkan lebih dalam dari
itu. Hampir saja saya mengira bahwa kelemahan, keterbelakangan dan
kemunduran merupakan sifat asli kita dan bukan sifat yang menyerang
kita. Hampir saja saya mendustai dan tidak mempercayai kemuliaan umat
Islam di masa lalu. Kita tidak ubahnya seperti kerbau yang sedang
menyirami sawah. Dia berangkat, berkeliling dan kembali ke tempat
semula."
Saya bertanya, "Apakah engkau mengetahui apa rahasia hal itu, wahai
sahabatku? Rahasia hal itu adalah kita mengobati berbagai penyakit keji
dengan keterbatasan waktu dan bukan dengan obat-obatan yang manjur.
Oleh karena itu, kita mengatasi permasalahan apapun dengan bentuk yang
Page 118
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 118
lain. Kita menutup satu pintu kejahatan untuk membuka 2 pintu kebaikan
bahkan lebih. Kita mengatasi problem ekonomi dengan anggapan sebagai
permasalahan akhlak. Kita memperhatikan kemajuan dalam bidang materi
dengan memperhatikan kemajuan dalam bidang ruhani. Kita berbuat
untuk melepaskan diri dari partai politik barat, sehingga kita menjadi
mangsa partai politik timur dan berusaha mempertemukan antara timur
dan barat. Sehingga kita mengambil hal yang bermanfaat dari barat dan
bukan yang membahayakan. Kita mengambil hal yang disenangi dan bukan
yang dibenci, yang terpuji dan bukan yang dicela. Oleh karena itu, kita
tidak perlu membedakan antara yang layak atau tidak layak untuk kita.
Tidak perlu membedakan antara pantas dan tidak pantas dengan
melupakan bahwa barat sendiri juga meradang karena luka dalam yang
dideritanya, sehingga hampir saja nyawanya hilang. Barat sendiri juga
menghadapi berbagai permasalahan kemanusiaan yang nyaris saja
peradaban mereka menghancurkan diri mereka sendiri. Berbagai prinsip
bahwa menganggap kebangkitan dan reformasi kita dapat menyelesaikan
permasalahan barat ibarat seseorang yang mengobati penyakit akut/parah
di tingkat awal atau tidak ada bedanya dengan orang yang membayar
hutang lama dengan hutang baru (gali lubang, tutup lubang). Dulu
seorang penyair pernah berkata,
Jika engkau tidak melunaskan hutang dengan hutang, maka
hutang itu tidak akan lunas. Namun itu berarti hutang
Diatasi dengan hutang
Sahabat saya bertanya, "Jika begitu, bagaimana solusinya, bukankah ini
keadaan kita?"
Saya menjawab, "Wahai sahabatku, solusi itu adalah hendaknya kita
memahami hakikat diri. Hendaknya kita memberi batasan tentang
kepribadian kita. Siapa kita sebenarnya dan apa tugas kita di muka bumi.
Kita ingin menjadi siapa. Jika kita ingin menjadi kaum muslimin, maka kita
memperlakukan diri sendiri dan orang lain berdasarkan dasar ini. Kita
mencari obat untuk penyakit kita dari dokter Islam. Jika kita ingin menjadi
kaum muslimin, maka umumkanlah hal itu dengan terang-terangan. Selain
itu, berilah batasan sikap terhadap diri kita dan kepada orang lain
berdasarkan dasar ini pula."
Sahabat saya kembali bertanya, "Apakah kita ada pilihan lain selain
menjadi kaum muslimin? Tidak diragukan lagi, Islam adalah agama kita.
Kita dilahirkan dalam keadaan muslim, hidup sebagai muslim dan akan
tetap hidup sebagai muslim serta akan wafat sebagai muslim.
⎯tΒuρ
ÆtGö;tƒ
uöxî
ÄΝ≈n=ó™M}$#
$YΨƒÏŠ
⎯n=sù
Ÿ≅t6ø)ãƒ
çµ÷ΨÏΒ
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya." (Ali Imran (3):85)
Page 119
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 119
Saya menjawab, "Musibah yang kita hadapi adalah anggapan bahwa
Islam adalah agama pribadi dan agama resmi yang diakui dan terdapat di
dalam UUD negri-negri muslim. Namun kita sendiri tidak ingin menjadi
muslim."
"Kita muslim karena nama kita atau kita dilahirkan dalam keadaan
muslim atau karena sebagian syiar-syaiar Islam telah melekat pada
sebagian kita. Kita muslim secara UU atau batas geografis karena
keberadaan kita di bumi Islam. Namun pada kenyataannya kehidupan kita
tidak Islami. Bahkan terkontaminasi oleh pemikian non Islam, seperti
paham materialis, berhala, pemikiran dan metafisik."
Sahabat saya bertanya kembali, "Apa yang harus kita lakukan agar
menjadi muslim sejati?"
Saya menjawab, "Jika kita mengetahui apa yang dimaksud dengan
Islam, maka akan tahu kekurangan kita agar menjadi muslim sejati. Kita
harus membagi ajaran Islam menjadi 4 cabang,
1. Cabang akidah meliputi keimanan terhadap Allah, para malaikat-
Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya dan hari kiamat.
2. Cabang ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, haji membaca Al-
Qur'an, berdoa dan membaca istighfar
3. Cabang akhlak dan nilai-nilai seperti menjaga kehormatan diri;
berbuat adil; berbuat baik; mengasihi; jujur; amanah; pemalu; setia;
berani; dermawan; memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang
mungkar; saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa; saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran; memberikan harta
kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; bersabar dalam menghadapi
malapetaka dan kesengsaraan dan akhlak-akhlak lainnya yang
dijelaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Yaitu akhlak Islam, cabang dari
iman dan kemuliaan kebaikan.
4. Cabang sistem dan perundang-undangan. Cabang ini menjadi
rujukan bagi fikih Islam serta menjelaskan makna UU yang
mengatur hubungan manusia, sebagai individu, keluarga, jamaah
dan negara.
"Coba katakan! Apakah kita telah menjaga dan senantiasa menjalankan
ajaran Islam dalam keempat cabangnya. Apakah kita melaksanakan
kesemuanya serta mengatur kehidupan kita berdasarkan ke-empat cabang
itu?" tanyaku.
Sahabat saya menjawab, "Kami mengambil sebagian dan meninggalkan
sebagiannya."
Saya menjawab, "Ajaran Islam yang kita tinggalkan lebih banyak
daripada ajaran Islam yang kita ambil dan terapkan. Kita banyak
mengambil ajaran Islam dari segi kulitnya saja dan meninggalkan intinya.
Kita banyak mengambil bentuk fisik Islam dan melupakan hakikat dari
Page 120
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 120
Islam. Berapa persenkah Islam kita yang tersisa, jika kita mengadopsi
pemikiran, nilai, adab, tradisi, sistem dan UU untuk menggantikan
pemikian, akidah, adab dan sistem Islam?"
Sahabat saya bertanya, "Namun saya dengar Islam selalu dalam keadaan
baik-baik saja."
Saya menjawab, "Memang benar Islam dalam keadaan baik-baik saja.
Islam bersemayam di jiwa mayoritas kaum muslimin. Karena Islam
merupakan bagian pokok eksistensi akal, jiwa dan peradaban mereka.
Mereka meyakini bahwa mereka tidak akan dapat berdiri tegak tanpa
Islam. Mereka tidak memiliki kemuliaan, jika tidak ada Islam. Mereka yakin
bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat hanya akan diperoleh jika
berpegang pada akar Islam yang kuat dan ajarannya yang penuh
keteladanan."
Sahabat saya kembali bertanya, "Jika demikian, bagaimana jika mereka
menyimpang dari Islam, menjauhkannya dan melemparnya ke belakang
punggung mereka. Seolah-olah mereka tidak pernah mengetahuinya??"
Saya menjawab, "Islam tidak pernah meninggalkan pemeluknya. Islam
tidak pernah meninggalkan pengarahan masyarakat Islam tanpa disertai
kehendak dan kesempatan untuk memilih. Padahal mereka memiliki
musuh yang memiliki rencana jahat dan keji"
Sahabat saya bertanya, "Namun musuh dan penjajah yang mengecam
telah membawa tongkatnya dan telah pergi dari negri-negri Islam."
Saya menjawab, "Memang benar. Para tentara dan pasukan musuh
telah meninggalkan negri-negri Islam. Hanya saja pengaruh, berbagai
pemikiran dan kejiwaan, perundang-undangan serta aspek sosial dari
musuh-musuh Islam masih bercokol dan menentang kaum muslimin dan
syari'atnya. Musuh-musuh Islam ini memiliki banyak murid yang telah
menikmati susu budaya kufur, menikmati makanan pemikiran kufur serta
tumbuh dalam asuhan berbagai sekolah kufur. Banyak sekali murid mereka
yang masih tersebar di negri-negri Islam. Bahkan mereka menduduki
posisi-posisi penting. Mereka termasuk para pemegang keputusan,
pemimpin dari segi pemikiran, politik dan manajemen. Mereka hanya
meminta fatwa dalam hal-hal yang berkaitan dengan wudhu, shalat, talak
dan semisalnya. Adapun perkara politik pemerintahan, sistem ekonomi,
sistem sosial, metode pendidikan dan perkara yang berkaitan dengan UU
dan UUD, tidak dibahas oleh Islam. Islam tidak memberi fatwa dalam
perkara-perkara seperti ini, begitulah yang mereka ucapkan. Lebih dari itu
ide/pemikiran materialis yang diadopsi terus berusaha menghapus akidah
Islam dari hati kaum muslimin. Bukan itu saja, ide ini juga berusaha
menghapus pengaruh akidah Islam dari kehidupan kaum muslimin."
Sahabat saya kembali bertanya, "Bagaimana caranya?"
Saya menjawab, "Selalu berbuat dengan ikhlas agar kaum muslimin
kembali ke pangkuan Islam yang benar. Islam dalam pengertian secara
Page 121
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 121
keseluruhan, baik dari segi akidah, syari'at, akhlak dan peradaban yang
sempurna dan unik. Inilah cara satu-satunya dan bukan cara yang lain.
5. Islam: Seruan Untuk Menuntut Ilmu Dan Maju
Saat ini di dunia Islam, banyak sekali kaum muslimin yang menyeru
untuk kembali pada Islam. Islam yang bersih dari berbagai cacat, bersih
dari tambahan, jauh dari penyimpangan dan kekurangan. Seruan itu hanya
mengarah pada Islam semata tidak yang lain. Islam secara keseluruhan,
bukan yang terkotak-kotak. Akidah yang mempunyai ruh tauhid, ibadah
yang mempunyai ruh ikhlas, akhlak yang mempunyai ruh kebaikan,
syari'at yang memiliki ruh keadilan dan peradaban yang memiliki ruh
keseimbangan.
Diantara masyarakat dunia, terdapat orang-orang yang menjadi murka
ketika mendengar seruan itu, hatinya menjadi dengki. Karena mereka tidak
ingin Islam berdaulat, tidak ingin umat Islam memimpin dunia, tidak ingin
kemuliaan Islam kembali lagi berjaya. Mereka itulah musuh-musuh Islam.
Mereka tidak senang umat Islam menjadi kuat, setelah sebelumnya lemah,
tidak senang umat Islam bangkit dari kemundurannya dan tidak senang
umat Islam bersatu kembali.
Jenis seperti ini bukanlah hal yang baru. Mereka hanya menginginkan
kehancuran Islam dan pemeluknya. Benar apa yang diucapkan
Mu'awiyyah, "Saya mampu untuk menyenangkan seluruh manusia, kecuali
mereka yang dengki. Karena orang yang dengki hanya menghendaki
hilangnya nikmat yang diberikan Allah padaku."
Seorang penyair berkata,
Setiap permusuhan bisa diharapkan kemusnahannya
Kecuali permusuhan seseorang kepada kita lantaran dengki
Maha Benar Allah dengan firman berikut ini,
$¨Β
–Šuθtƒ
š⎥⎪Ï%©!$#
(#ρãxx.
ô⎯ÏΒ
È≅÷δr&
É=≈tGÅ3ø9$#
Ÿωuρ
t⎦⎫Ï.Îô³çRùQ$#
βr&
tΑ” t∴ãƒ
Νà6ø‹n=tæ
ô⎯ÏiΒ
9öyz
⎯ÏiΒ
öΝà6În/§‘
3
"Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari
Tuhanmu." (Al-Baqarah (2):105)
Di samping itu terdapat orang-orang yang tidak dengki pada Islam dan
tidak benci pada pemeluknya. Namun mereka takut Islam kembali lagi ke
pentas dunia. Setiap mendengar seruan untuk kembali pada Islam, hati
mereka menjadi kecut, takut. Bahkan tubuh mereka gemetar, karena rasa
takut. Di dalam kepala mereka hanya ada pemikiran yang salah tentang
Islam, sebagai akibat kebodohannya. Kepala mereka penuh dengan
Page 122
DemiKebangkitan Islam _________________________________________________________________________ 122
keraguan dan dihiasi dengan hawa nafsu. Mereka mewarisi pemikiran
Islam di masa-masa keterbelakangan dan kemundurannya. Islam dari segi
akidah digambarkan pada mereka dengan paham Jabariyyah. Ibadah
dijelaskan hanya sebatas ibadah ritual saja. Akhlak digambarkan secara
negatif, pemikiran harus jumud, kehidupan harus statis. Pemahaman di
atas dapat menjadikan kaum muslimin enggan menuntut ilmu, malas
berbuat, tidak ingin maju, menolak ijtihad, membunuh kreatifitas dan
meracuni bangsa-bangsa!
Mereka yang Dengki Terhadap Islam
Sebagian mereka berkata secara terus terang, "Apakah kalian
menginginkan kami untuk menghentikan roda perkembangan, sehingga
kita diam di tempat? "Apakah kalian menginginkan kami untuk
menghentikan laju kereta kemajuan, sehingga kita mundur ke belakang?
Apakah kalian menginginkan kami untuk kembali hal-hal negatif yang
membiarkan berbagai perkara berjalan menuju kehancurannya? Atau
meletakkan beban semua penyimpangan dan kerusakan di atas pundak
mereka yang mampu? Atau melenyapkan semua bentuk perlawanan
terhadap penyimpangan dan penguasa yang diktator dengan mengatas
namakan keridhaan dan kesabaran menghadapi cobaan? Atau
menyebarkan berbagai ungkapan yang menina bobokkan masyarakat,
seperti, 'Berikan kerajaan kepada raja, berikan penciptaan kepada Pencipta
atau Allah meluruskan hamba-hamba-Nya, sekehendak-Nya'?!
Apakah kalian menginginkan agar kami bersama kalian kembali ke
masa-masa para penguasa terdahulu. Jika mereka berbuat baik, maka kita
mengucapkan terima kasih terhadap mereka. Jika mereka berbuat jahat,
maka kita harus bersabar. Kita tidak memiliki hak untuk mengatakan
kepada mereka, "Mengapa atau tidak."
Apakah kalian menginginkan kami yang sedang berada dalam
kenikmatan di abad 21 kembali ke abad 7 M?
Dengan kata lain, Apakah kalian menginginkan kami untuk mundur
kembali sebanyak 14 abad?
Apakah kalian menginginkan kami meninggalkan zaman atom,
komputer, ruang angkasa dan mendarat di bulan untuk kembali ke zaman
unta yang merupakan kapal padang pasir?!
Bebas Tuduhan Bila Tidak Ada Bukti
Mengejutkan sekali, ada sekelompok orang dengan mengatas namakan
ilmiah mengucapkan ungkapan di atas. Mereka merasa bangga dapat
mengatakan demikian. Padahal mereka melegalkan diri mereka untuk
menggunakan tekhnik orator dan tulisan pada saat tuntutan dan tuduhan
tidak berguna bila tidak bukti. Perkara besar atau penting hanya akan ada
nilainya jika disertai dengan bukti-bukti yang pasti dan bukan disertai
Page 123
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 123
dengan berbagai prasangka. Karena persangkaan itu tidak sedikitpun
berguna untuk mencapai kebenaran.
Termasuk hal yang tidak diketahui oleh akal manusia bahwa zaman –
sebagaimana tempat- merupakan ladang berbagai peristiwa atau ladang
perbuatan manusia. Baik perbuatan baik maupun buruk, baik perbuatan
benar maupun keliru. Oleh karena itu, zaman tidak diberi sifat baik atau
buruk, seperti ungkapan zaman yang baik atau zaman yang buruk, kecuali
sebagai perumpamaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama
Balaghah, ketika mereka menyebut tempat tapi dengan maksud keadaan di
tempat itu.
Dari pengertian di atas, tidak pantas perhatian kita diarahkan pada
perbandingan masa lalu, saat ini dan akan datang. Pusat perhatian kita
hanya pada apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi di
saat ini dan apa harapan kita di masa yang akan datang.
Saya tegaskan di sini, Islam itu bukanlah masa lalu. Bukan masa lalu
seperti Fir'aun di Mesir atau orang-orang Babilonia di Irak. Islam adalah
masa lalu, saat ini dan akan datang. Islam adalah kalimat Allah yang kekal
dan sistem Illahi yang abadi. Islam adalah cahaya Allah yang senantiasa
relevan, up to date untuk manusia. Cahaya Islam seperti matahari yang
selalu muncul setiap hari sebagai sesuatu yang baru. Namun Islam dapat
menembus ke masa lalu dengan pandangan yang dalam.
Pemahaman kaum muslimin terhadap Islam dan penerapan mereka
selama beberapa abad, ada yang dapat diambil dan ada yang tidak, sesuai
dengan ukuran obyektif di bawah tuntunan Kitabullah dan Sunnah rasul-
Nya. Dari peninggalan masa lampau ini, kita dapat memilih mana yang
lebih utama. Kita mengambil sesuatu yang bermanfaat memberi petunjuk
perjalanan kita serta meninggalkan sesuatu yang kita pandang merupakan
kekeliruan atau bahkan menyimpang dari jalan yang lurus. Jadi, kita tidak
berpegang teguh mengikuti seseorang selain Rasulullah Saw. Karena
Rasulullah sudah dijamin kema'shumannya oleh Allah. Sedangkan orang-
orang selain beliau atau hidup setelah beliau tidak demikian. Oleh
karenanya ada yang diambil dan ada pula yang tidak, siapapun orangnya.
Orang-orang yang Mencari Pembebasan dari Aib
Oleh karenanya orang yang berakal dan adil tidak boleh mencari-cari
keburukan yang terjadi pada kaum muslimin di masa lalu dan berkata,
"Apakah kalian menginginkan kami kembali seperti ini?"
Pada suatu hari, sebagian orang berkata pada saya, "Apakah engkau
menginginkan kami kembali pada masa seorang amir yang berkata,
'Bertakwalah pada, saya telah memenggal lehernya.'"
Saya menjawab, "Janganlah engkau mengatakan demikian! Tapi
perhatikanlah masa khalifah yang berkata, 'Tidak ada kebaikan di tengah
kalian, jika kalian tidak mengatakannya. Tidak ada kebaikan di tengah kita
jika kita tidak mendengarkan kebaikan!'"
Page 124
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 124
"Mari kita memperhatikan masa pemerintahan Umar ketika beliau
berpidato di atas mimbar, 'Semoga Allah memberi rahmat terhadap orang
yang menunjukkan kesalahansaya.'"
Beliau berkata kepada khalayak ramai, "Barangsiapa diantara kalian
yang melihat penyimpangan yang saya lakukan, maka luruskanlah."
Mari kita perhatikan masa pemerintahan Abu Bakar ketika beliau
berkata, "Jika saya melakukan perbuatan baik, maka bantulah saya. Namun
jika saya berbuat buruk, maka luruskanlah!. Taatlah pada saya, selama saya
taat pada Allah. Tidak ada ketaatan pada saya, jika saya menentang Allah!
Sebagian yang lain berkata, "Apakah kalian menginginkan kami
kembali ke masa Hajjaj yang mengancam rakyat dengan cambuk, cambuk
yang mampu menghanguskan punggung. Dia juga mengancam rakyatnya
dengan pedang yang dapat memenggal leher. Di dalam khutbahnya yang
terkenal, Hajjaj pernah berkata, "Demi Allah, saya akan mencambuk kalian
seperti mencambuk unta. Saya telah melihat banyak kepala yang telah
matang dan sudah waktunya memetiknya. Sedangkan saya adalah
pemiliknya!"
Saya berkata, "Siapakah diantara para da'i Islam yang mendukung
kesewenang-wenangan Hajjaj atau mendukung orang-orang seperti
dirinya. Tidak ada yang mendukungnya. Padahal para da'i itu tidak
merasakan secara langsung kedzaliman Hajjaj. Mereka menilai dari
kesewenang-wenangan dan kediktatoran Hajjaj masa kini?! Padahal Hajjaj
di masa lalu lebih mulia dari para Hajjaj masa kini!"
Mengapa kita tidak mengatakan, "Kami ingin kembali seperti di masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang berkata kepada rakyatnya –ketika
diangkat menjadi khalifah-, "Saya hanyalah salah seorang dari kalian.
Hanya saja Allah memberi beban lebih berat dari kalian!"
Kenyataan saat ini, kita mendapatkan para propagandis Sekularisme
menempatkan dirinya sebagai pengacara kekuasaan Hajjaj dan
menuangkan kebencian terhadap Umar bin Abdul Aziz yang dianggap
sebagai imam kelima dari Khulafaur Rasyidin.
Solusi Islam: Menyeru Pada Dialog Ilmiah
Kami menyeru mereka yang ragu pada solusi dari Islam. Kami menyeru
mereka yang takut kembali pada Islam. Kami mengajak mereka untuk
melakukan dialog ilmiah yang terarah. Dialog diantara kami dan mereka.
Artinya dialog dua arah. Setiap pihak memiliki hak untuk mengungkapkan
diri dan mempertahankan sudut pandangnya. Bukan dialog satu arah atau
monolog. Bukan seperti yang mereka lakukan di salah satu harian besar di
beberapa negara Arab. Mereka berbicara mengenai penerapan syari'at
Islam. Mereka dengan bebas dan semaunya menyerang dan memikat para
pembaca. Mereka tidak memberikan kesempatan pihak lain untuk
menanggapi atau menentang pendapat mereka. Hanya sebagian kecil saja,
orang-orang tertentu yang boleh memberikan tanggapan.
Page 125
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 125
Kita tidak akan melakukan seperti yang mereka kerjakan. Kita akan
menyeru mereka, mengajak untuk duduk bersama. Mari kita membahas
pembahasan per-topik dengan pembahasan yang komprehensif dan adil,
jauh dari fanatisme masa lalu dan jauh dari pendewa-dewaan zaman
milenium.
Mari kita menguraikan kandungan ajakan kepada Islam. Apa yang
dimaksud dengan Islam? Apa saja yang dikandung Islam? Apakah Islam
mengajak manusia untuk mundur ke belakang? Atau Islam mengajak
manusia untuk melesat maju ke depan? Apakah Islam mengajak kepada
kebodohan dan keterbelakangan atau mengajak untuk maju dan
berpengetahuan?
Bagi orang yang mengetahui Islam, dia pasti mengetahui bahwa Islam
adalah agama ilmu dan peradaban. Siapa saja yang membaca Al-Qur'an
bahwa Islam menyeru orang-orang berakal. Diantaranya dengan ungkapan
li ulil Albab, li Qaumi ya'qiluun, li qaumi yatafakkarun, ulin Nuha dan ulul
ilmi. Sementara itu, orang-orang kafir diungkapkan dengan laa
yafqahuuna (kaum yang tidak mengetahui), laa ya'qiluuna (kaum yang
tidak berpikir) dan in hum illa kal'an'am bal hum adhallu sabiilaa (mereka
tidak lebih seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi).
Di dunia ini, tidak ada agama seperti Islam yang memiliki keluasan,
keelatisan, berbagai jalan untuk memperoleh kekuatan. Pendek kata, Islam
adalah agama yang dapat membuat kehidupan menjadi baik. Petunjuk
Islam dapat memuliakan manusia kapan saja dan dimana saja, meskipun
masyarakat telah berkembang, berbagai peristiwa telah berganti dan ilmu
pengetahuan serta pemikiran telah berubah.
Pembuat agama ini adalah Pencipta manusia. Sehingga merupakan
suatu yang mustahil, jika Pencipta agama ini menghalangi manusia untuk
bergerak, bebas dan maju. Kecuali jika Pencipta ini tidak mengetahui UU
alam, aturan yang mengatur fitrah manusia atau Dia mengetahui namun
tidak ingin manusia maju dan baik. Maha Tinggi Allah dan Maha Suci
Allah dari semua persangkaan (Karena Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, Maha Baik dan Maha Penyayang).
Agama yang Benar Tidak Menentang Perkembangan
Agama yang benar tidak mungkin menentang perkembangan yang
bermanfaat. Jika sejarah pernah mencatat sebagian agama –lewat tokoh
agamanya- menentang perkembangan, hal itu terjadi karena agama-agama
tersebut bukan merupakan agama Allah yang benar. Agama-agama itu
telah diselewengkan dan dirubah. Keorisinalan dan keagungannya telah
lenyap. Agama-agama tersebut merupakan agama temporal dan Allah tidak
memerintahkan kita untuk menjaga ajarannya.
Contoh yang paling menonjol adalah apa yang dilakukan pihak gereja
di barat. Pihak gereja turut mendukung kebodohan dan menentang ilmu
pengetahuan. Pihak gereja mendukung khurafat menentang pemikiran,
mendukung kerajaan menentang rakyat, mendukung yang kuat menginjak
Page 126
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 126
yang lemah. Namun ketika barat memperoleh cahaya yang pada
hakikatnya berasal dari Islam, sekelompok orang menentang kedzaliman
dan kegelapan. Kelompok pemberontak ini menghukum para pendeta. Para
pendeta ini dicap sebagai kaki tangan penguasa dan pendukung
kedzaliman. Para pemberontak meneriakkan, "Gantunglah raja terakhir
dengan usus pendeta terakhir!!"
Adapun Islam sebagaimana dikehendaki Allah merupakan
risalah/ajaran abadi untuk seluruh umat manusia. Oleh karenanya
janganlah heran, jika ajaran Islam sejak awal telah menghormati akal dan
pemikiran, menentang taklid dan kestatisan berpikir (jumud) dan mengajak
orang untuk menuntut ilmu serta mencari hikmah. Islam mengajak orang
untuk mengajukan bukti, memuji keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.
Islam mendorong orang untuk merujuk kepada orang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian. Islam mendorong seseorang untuk gemar
melakukan amal salih dan selalu bergerak serta membenci orang yang
senang berdiam diri.
Sehingga tidaklah aneh, jika kita menemukan dalam Al-Qur'an yang
mengisahkan tentang nabi Adam. Di dalam kisah nabi Adam itu dijelaskan
tentang keutamaan. Ilmu dianggap sebagai keahlian pertama bagi khalifah
Allah di muka bumi. Dengan ilmu, nama Adam dapat mengungguli para
malaikat.
Al-Qur'an mengisahkan kepada kita bagaimana nabi Nuh membuat
kapal laut, bagaimana nabi Dawud melunakkan besi untuk membuat
perisai, bagaimana nabi Sulaiman dapat mengatur jin sekehendaknya.
Al-Qur'an menceritakan tentang perencanaan jangka panjang
perekonomian –selama 14 tahun- pada masa nabi Yusuf.
Al-Qur'an juga menceritakan mengenai pembuatan benteng, pintu
gerbang yang besar, juga tentang manfaat besi bagi militer dan masyarakat
sipil dalam surat Al-Hadid secara khusus.
Kita juga dapat melihat ketika Rasulullah menyetujui hasil pengamatan
dan percobaan dalam urusan kehidupan, walaupun bertentangan dengan
pendapat pribadi beliau. Seperti dalam hal penyerbukan pohon kurma.
Beliau berkata, "Kalian lebih tahu urusan dunia kalian."
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah
mengadakan sensus peta kekuatan kaum muslimin, secara rinci dan bukan
berdasarkan perkiraan. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi buta huruf. Beliau menukar satu tawanan orang musyrik
dengan jasa mengajarkan 10 anak-anak kaum muslimin baca dan tulis.
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi khurafat. Beliau mengumumkan perang terhadap sihir,
perdukunan dan orang-orang yang percaya pada perdukunan. Beliau juga
memerintahkan kaum muslimin untuk berobat, seraya bersabda,
Page 127
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 127
"Berobatlah kalian, wahai hamba-hamba Allah. Allah tidak
menurunkan penyakit, kecuali juga menurunkan obatnya."
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi paham Jabariyyah. Beliau menyeru untuk waspada dan
mengambil langkah pencegahan, mengambil langkah-langkah untuk
mencapai tujuan, sebagaimana di dalam sabdanya, "Ikatlah untamu dan
bertawakallah." Beliau ditanya, "Apakah engkau lari dari takdir Allah?"
Beliau menjawab, "Itu termasuk dalam takdir Allah."
Sehingga tidak mengherankan jika suku, kabilah dan negara-negara
yang saling berjauhan menjadi bersatu berada di bawah naungan agama
Islam. Negara itu mewariskan dua negara super power pada saat itu. Para
sahabat Rasulullah membangun sebuah negara berdasarkan dasar dan
penopang yang kuat, yang memadukan antara agama dan dunia.
Peradaban Islam yang tinggi berkembang di bawah kekuasaan Islam.
Peradaban itu mengambil manfaat dari peninggalan generasi Islam
terdahulu. Engkau tidak akan mendapatkan dalam agama Islam sesuatu
yang menghalangi perjalanan peradaban Islam atau menunda kemajuan.
Bahkan engkau akan melihat bahwa Islam merupakan pendorong yang
menggerakkan peradaban Islam untuk meningkatkan usaha dan gerak.
Sehingga tidak aneh bila seorang filusuf sejarah Perancis Gustav Lubon
berkata, "Orang-orang Arab adalah pelopor ilmu dunia. Bagaimana
memadukan kebebasan berpikir dengan tetap menjaga norma-norma
agamanya."
Bagaimana menurut anda? Apakah kita masih perlu mempertanyakan,
"Bagaimana sikap Islam terhadap peradaban dan perkembangan?
Bagaimana sikap Islam terhadap ilmu pengetahuan dan kemajuan zaman?"
6. Perangilah Buta Huruf
Tahukah anda seberapa parah tingkat buta huruf di negri-negri Islam.
Buta huruf di negri-negri Islam mendekati 80%. Menyedihkan sekali. Ya
memang menyedihkan, terlebih lagi seluruh dunia Islam dimasukkan
kategori negara-negara berkembang, suatu ungkapan untuk negara-negara
terbelakang atau biasa juga disebut sebagai dunia ketiga. Bahkan sebagian
daerah yang terdapat di dunia Islam masuk dalam kategori dunia keempat.
Sungguh menghinakan dan ironis sekali, bila kaum muslimin tetap
dalam keadaan buta huruf dan terbelakang, sementara itu agama Islam
merupakan ajaran yang konsern pada pendidikan dan kemajuan. Islam
menyiapkan berbagai sarana fisik, sarana sosial dan iklim yang kondusif
agar kaum muslimin dapat keluar dari kebodohan menuju pengetahuan,
dari keterbelakangan menuju peradaban dan dari kegelapan menuju
cahaya terang benderang.
Islam –sebagaimana kita ketahui-, merupakan agama pertama yang
mengumumkan perang terhadap kebodohan dan buta huruf. Islam
menyeru untuk menuntut ilmu dan mengangkat derajat orang yang
berilmu.
Page 128
DemiKebangkitan Islam _________________________________________________________________________ 128
Rasulullah Saw bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.58"
Surat Al-Qur'an yang pertama turun pada Rasulullah adalah surat yang
membicarakan tentang keutamaan membaca dan menulis, ilmu dan
mengajarkan dengan pena. Allah berfirman,
ù&tø%$#
ÉΟó™$$Î/
y7În/u‘
“Ï%©!$#
t,n=y{
∩⊇∪
t,n=y{
z⎯≈|¡ΣM}$#
ô⎯ÏΒ
@,n=tã
∩⊄∪
ù&tø%$#
y7š/u‘uρ
ãΠtø.F{$#
∩⊂∪
“Ï%©!$#
zΟ¯=tæ
ÉΟn=s)ø9$$Î/
∩⊆∪
zΟ¯=tæ
z⎯≈|¡ΣM}$#
$tΒ
óΟs9
÷Λs>÷ètƒ
∩∈∪
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq (96):1-5)
Surat Al-Qur'an yang kedua dalam sejarah turunnya Al-Qur'an adalah
surat Al-Qalam. Dinamakan demikian, karena Allah bersumpah dengan Al-
Qalam (pena). Dia juga bersumpah dengan ilmu dan hikmah yang ditulis
oleh para penulis. Allah berfirman, " Nun, demi kalam dan apa yang
mereka tulis." (Al-Qalam (68):1) Yang pertama ditulis adalah Al-Qur'an
yang diberi nama oleh Allah dengan sebutan Al-Kitab.
Telah berlaku sunatullah di Al-Qur'an, jika Allah bersumpah atas nama
A misalnya, maka itu berarti A adalah sesuatu yang perlu diperhatikan
lantaran manfaat besar yang dikandungnya. Itu juga berarti agar umat
manusia mau memperhatikannya. Adakah yang lebih agung dari manfaat
"Al-Qalam atau pena". Dengan pena, ilmu dapat tersebar. Dengan pena,
ilmu dapat dikokohkan dan ilmu dapat diwariskan ke beberapa generasi
selanjutnya. Percetakan di saat ini, pada hakikatnya adalah perkembangan
dari pena. Bukankah pena yang telah mengisi dunia dengan ilmu,
pengetahuan, budaya dan peradaban?
Penghargaan terhadap pena di dalam Al-Qur'an dan sumpah Allah atas
nama pena merupakan dorongan bagi kaum muslimin agar menulis
dengan baik. Islam telah memerintahkan kaum muslimin untuk menulis di
beberapa perkara diantaranya adalah menulis hutang,
"Apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (Al-Baqarah (2):282)
58 HR Ibnu Majah dan yang lainnya dari Anas r.a. Di dalam hadits di atas tidak terdapat lafadz
muslimah. Karena yang dimaksud hadits adalah kewajiban atas setiap muslim -baik laki-laki maupun
perempuan-, berdasarkan ijma' ulama. Hadits ini dikategorikan sebagai hadits shahih oleh Al-Hafidz
Suyuthi dan lainnya. Hadits ini juga dinilai sebagai hadits shahih oleh Al-Bani di dalam Takhrij Ahaadits
buku kami (Musykilah Al-Faqri wa Kaifa 'aalajaha Al-Islam) cet. Al-Maktab Islami.
Page 129
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 129
Menuliskan wasiat, sebagaimana terdapat di dalam hadits, "Hak atas
setiap seorang muslim agar tidak terus menerus kecuali wasiatnya ditulis di
sisinya." Sebagaimana terdapat di dalam riwayat Bukhari dan lainnya.
Diriwayatkan dari Nabi Saw, "Hak seorang anak terhadap ayahnya agar
dia diajarkan menulis, berenang dan memanah.59"
Nabi Saw adalah seorang yang ummi, tidak dapat membaca dan
menulis. Beliau tidak saja mendorong kaum muslimin untuk belajar
membaca dan menulis, namun beliau juga berusaha semaksimal mungkin
untuk mencari dan mengatur berbagai sarana praktis dan alat bantu, demi
penyebaran ilmu dan dalam rangka memerangi buta huruf.
Diantara sarana terkenal yang dimanfaatkan Rasulullah adalah ketika
sejumlah orang dari pasukan musyrikin Quraisy menjadi tawanan beliau
Saw. Peristiwa ini terjadi setelah perang Badar usai. Para tawanan ini
memiliki kemampuan yang baik dalam membaca dan menulis, namun
tidak memiliki uang untuk menebus dirinya sendiri. Oleh karenanya,
Rasulullah menetapkan untuk menebus diri sendiri, setiap mereka harus
mengajarkan 10 orang anak-anak kaum muslimin agar mampu membaca
dan menulis.
Di dalam musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.,
dia berkata, "Sekelompok tawanan tidak memiliki harta. Oleh karena itu
Rasulullah membuat suatu ketetapan bahwa agar dapat membebaskan diri
dari tawanan beliau, mereka harus mengajarkan anak-anak Anshar untuk
dapat membaca dan menulis. Ini merupakan ketetapan pertama –dalam
sejarah umat Islam- yang dikeluarkan kepala negara untuk memerangi
buta huruf dalam tubuh umat Islam. Bahkan mungkin dalam ketetapan dan
pernyataan pertama dalam sejarah manusia untuk memerangi buta huruf.
Diantara anak-anak Anshar yang memanfaatkan ketetapan ini adalah
seorang pemuda jenius yang bernama Zaid bin Tsabit, dia merupakan
penulis wahyu dan penghimpun Al-Qur'an. Rasulullah menugaskan Zaid
bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Yahudi (Ibrani). Sehingga akhirnya
Zaid dapat membacakan surat-surat yang berasal dari Yahudi dan
ditujukan kepada Rasul dan sebaliknya beliau dapat menuliskan surat
Rasulullah yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi.
Ketika ilmu telah tersebar di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah
mewajibkan kaum muslimin untuk saling membantu dalam hal yang
berkaitan dengan ilmu. Orang yang tahu hendaknya memberitahu orang
yang tidak tahu. Orang yang memiliki kemampuan baca tulis, hendaknya
mengajarkan yang buta huruf.
Di dalam Al-Kabir, Ath-Thabrani meriwayatkan dari Bakir bin Ma'ruf
dari 'Alqamah bin Sa'id bin Abdurrahman bin Abza dari ayahnya dari
kakeknya, dia berkata, "Pada suatu hari, Rasulullah berkhutbah. Kemudian
sekelompok kaum muslimin memuji beliau. Beliau bersabda,
59 HR Ibnu Hibban dari Aisyah di dalam Kitab Ad-Dhu'afa
Page 130
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 130
"Bagaimana perasaan sekelompok orang yang tidak mengajarkan
fikih, menasehati tetangganya dan tidak pula melarang mereka?
Bagaimana perasaan sekelompok orang yang tidak belajar, meminta
nasehat dari tetangganya? Demi Allah, hendaknya suatu kaum
mengajarkan fikih, menasehati tetangganya, memerintahkan untuk
berbuat ma'ruf dan mencegah mereka berbuat mungkar. Hendaknya
suatu kaum belajar dari tetangganya, minta diajarkan fikih dan
minta dinasehati, jika mereka tidak melakukannya, maka aku akan
menyegerakan sangsi hukum bagi mereka.”
Kemudian Rasulullah turun dari mimbar dan sekelompok orang
bertanya, "Bagaimana menurut engkau ya Rasulullah, siapa mereka?"
Rasulullah menjawab,
"Mereka adalah kaum Asy'ari, kaum yang ahli dalam ilmu fikih.
Mereka memiliki tetangga yang berperangai kasar dan akhlak yang
buruk. Tetangganya itu merupakan penduduk asli suku Miyah dan
Al-Aghrab.”
Berita ini sampai di telinga kaum Asy'ari. Lalu mereka datang
menghampiri Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah!, engkau
menyebutkan sekelompok orang dengan kebaikan dan mengatakan kepada
kami dengan keburukan. Memangnya ada apa dengan kami?" Rasulullah
menjawab,
"Hendaknya suatu kaum mengajarkan tetangganya, memberi
nasehat, memerintahkan untuk melakukan yang ma'ruf dan
mencegah hal yang mungkar. Hendaknya suatu kaum menuntut
ilmu dari tetangganya, meminta nasehat dan meminta diajarkan fikih
atau aku akan menjatuhkan hukuman kepada mereka di dunia ini."
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kaum selain kami dapat
juga menjadi pandai? Rasulullah kembali mengulangi sabdanya. Kaum
Asy'ari kembali mengulangi pertanyaannya, " Apakah kaum selain kami
dapat juga menjadi pandai?" Rasulullah kembali mengulangi sabdanya.
Kemudian kaum Asy'ari berkata,
š∅Ïèä9
t⎦⎪Ï%©!$#
(#ρãxŸ2
.⎯ÏΒ
û_Í_t/
Ÿ≅ƒÏ™ℜuó Î)
4’n?tã
Èβ$|¡Ï9
yŠ…ãρ#yŠ
©|¤ŠÏãuρ
Ç⎯ö/$#
zΟtƒötΒ
4
y7Ï9≡sŒ
$yϑÎ/
(#θ|Átã
(#θçΡ%Ÿ2¨ρ
šχρ߉tF÷ètƒ
∩∠∇∪
(#θçΡ$Ÿ2
Ÿω
šχöθyδ$uΖoKtƒ
⎯tã
9x6Ψ•Β
çνθè=yèsù
4
š[ø⁄Î6s9
$tΒ
(#θçΡ$Ÿ2
šχθè=yèøtƒ
∩∠®∪
"Kami telah mengabaikan sunnah, sehingga Dia telah mengabaikan
mereka dari sunnah. Seharusnya mereka saling mengajarkan fikih
dan saling membantu agar semua menjadi cerdas." Kemudian
Rasulullah membaca ayat, " Telah dila`nati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
Page 131
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 131
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar
yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu
mereka perbuat itu." (Al-Maidah (5):78-79)60
Dr. Musthafa As-Siba’i memberi komentar mengenai hadits di atas,
beliau berkata, "Di dalam hadits ini, engkau dapat melihat beberapa hal
yang patut untuk diperhatikan:
1. Rasulullah Saw tidak mengakui kaum yang bodoh berada di sisi
kaum pelajar
2. Orang-orang yang bodoh dan tetap dalam kebodohannya dan kaum
terpelajar menolak untuk mengajarkan orang bodoh maka itu
berarti mereka semua telah menentang perintah Allah dan syari'at-
Nya.
3. Selain itu, juga dianggap sebagai penentangan dan kemungkaran
yang wajib memperoleh laknat dan adzab.
4. Perang dan sanksi hukum diumumkan kepada kedua kelompok di
atas hingga mereka segera mau belajar dan mengajarkan.
5. Mereka diberi kesempatan selama satu tahun penuh untuk
menghilangkan bekas-bekas kebodohan diantara mereka.
6. Hadits ini membicarakan permasalahan yang berkaitan dengan
kaum Asy'ari yang termasuk kalangan ulama dan para tetangga
mereka yang bodoh. Rasulullah menjelaskan hal itu yang ditujukan
untuk kaum muslimin secara umum dan bukan dikhususkan untuk
kaum Asy'ari saja. Dengan alasan, ketika kaum Asy'ari datang
menghampiri Rasulullah, mereka menanyakan beliau tentang
alasan Rasulullah mengkhususkan kecaman kepda mereka saja,
sebagaimana manusia pahami. Kemudian Rasulullah tidak
mengatakan kepada mereka, "Kalianlah yang dimaksud dengan
sabda saya. Bahkan Rasulullah mengulangi sabdanya dalam bentuk
umum yang diulang sebanyak 3 kali tanpa adanya pengkhususan
yang ditujukan kepada kaum Asy'ari. Perkara yang terkandung di
dalam hadits ditujukan untuk kaum muslimin secara umum, bukan
ditujukan pada satu kelompok secara khusus dan bukan pula
berlaku pada masa tertentu saja.
Oleh karena itu, Rasulullah mengumumkan perang pada buta huruf,
14 abad sebelum negara-negara mengumumkannya. Hal ini merupakan
suatu hal yang menakjubkan. Karena pernyataan perang terhadap buta
huruf ini dikeluarkan oleh nabi yang buta huruf di lingkungan masyarakat
yang buta huruf. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi, jika bukan Rasulullah
yang melontarkannya.
60 Sanad hadits di atas tidak menjadi masalah. Lihat tanggapan kami tentang hadits no. 82 dari bab
Al-Muntaqa dalam At-Targhib wat Tarhiib
Aslinya lihat DISINI
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
Daftar Isi..................................................................................................... 2
Kata Pengantar........................................................................................... 4
Merubah Paradigma Salah........................................................................ 7
1. Pembaharuan Dalam Tuntunan Sunnah............................................7
Seorang Muslim Selalu Dituntut Berbuat Untuk Agama dan
Dunianya
.................................................................................................13
Siapa yang Telah Melakukan Pembaharuan? ...........................................14
Kapan Terjadinya Pembaharuan ................................................................22
Siapa Yang Menjadi Obyek Pembaharuan? ..............................................24
Apa Agama Masyarakat Yang Menjadi Target Pembaharuan?...............25
Makna Pembaharuan ..................................................................................26
Pembaharuan Dari Segi Keimanan ............................................................32
Urgensi Keimanan Dalam Kehidupan Kita................................................33
Kita Membutuhkan Pendidikan Keimanan ...............................................34
2. Ijtihad Dan Pembaharuan: Antara Standar Menurut Syari'at
Islam dan Tuntutan Zaman .............................................................. 36
Tertutupnya Pintu Ijtihad............................................................................39
Ruang Lingkup Ijtihad Ada Dua.................................................................42
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan..............................................................43
3. Islam Dan Kemajuan......................................................................... 55
Sikap Manusia Terhadap Perkembangan/Kemajuan...............................56
Kapan Masyarakat Islam Menghadapi Bahaya.........................................63
Mereka yang Mendewa-Dewakan Kemajuan Zaman Tidak Memiliki
Sikap Tertentu .........................................................................................64
4. Kedudukan Manusia Dalam Islam................................................... 66
Pembicaraan Tentang Pemikiran dan Arus Baru...................................76
1. Harus Ada Standar yang Dijadikan Tempat Merujuk.................... 76
Aliran, Kepercayaan Atau Agama yang Baru?..........................................82
Umat Ini Tidak Akan Musnah ....................................................................90
Karakteristik Satu-Satunya .........................................................................91
Page 3
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 3
Raksasa yang Berguncang ....................................................................... 96
1. Harapan Umar Atau Kebutuhan Kita pada Para Pejuang.............. 97
2. Kekuatan yang Tidak Terkalahkan ............................................... 102
3. Apakah Kita Beriman? .................................................................... 109
4. Tidak Ada Jalan Lain .......................................................................117
5. Islam: Seruan Untuk Menuntut Ilmu Dan Maju .......................... 121
Mereka yang Dengki Terhadap Islam..................................................... 122
Bebas Tuduhan Bila Tidak Ada Bukti...................................................... 122
Orang-orang yang Mencari Pembebasan dari Aib................................ 123
Solusi Islam: Menyeru Pada Dialog Ilmiah............................................. 124
Agama yang Benar Tidak Menentang Perkembangan .......................... 125
6. Perangilah Buta Huruf .................................................................... 127
Page 4
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 4
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah sepenuh langit dan bumi, sepenuh yang
dikehendaki Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tercurah atas penutup
para nabi dan rasul, Muhammad Saw, juga tercurahkan pada keluarga,
para sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga
hari kiamat.
Pembahasan dan makalah-makalah yang terdapat di dalam buku ini
ditulis dalam rentang waktu yang cukup berjauhan serta tersebar di
beberapa majalah yang berbeda-beda1.
Sebagian makalah ada yang tidak pernah terlupakan dari ingatanku.
Karena makalah-makalah tersebut ditulis, setelah saya bebas dari penjara
perang, di musim panas tahun 1956 M. Tulisan-tulisan itu dimuat dalam
majalah Mimbar Islam yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Agama,
Departemen Wakaf Mesir.
Saya mengenakan nama Yusuf Abdullah dalam tulisan-tulisan itu.
Karena tulisan dengan menggunakan nama Yusuf Qardhawi, akan
mengundang pihak investigasi menghalangi langkah saya setiap saat. Pada
saat itu, saya dilarang untuk melakukan tugas pemerintahan di segala
bidang yang berhubungan dengan masyarakat. Seperti mengajar dan
dakwah, dua bidang yang merupakan keahlian saya.
Pada suatu ketika, saya datang untuk mengajar di Al-Azhar. Nama saya
merupakan nama yang berada dalam urutan pertama daftar nama dosen
pengajar. Nama saya terletak di dalam daftar nama dosen dari tiga fakultas
di Al-Azhar, yaitu fakultas Ushuluddin, Syari'at dan bahasa Arab. Namun
ketika nama-nama itu diajukan, pihak investigasi menghapus nama saya
dari daftar nama dosen pengajar.
Inilah yang mendorong saya untuk tidak mencantumkan nama yang
sebenarnya secara terang-terangan sehingga tidak menjadi perhatian
pihak-pihak yang menunggu kesempatan.
Di departemen agama urusan wakaf terdapat seorang pegawai
administrasi yang bernama Yusuf Abdullah. Makalah pertama yang
pertama berjudul “Harapan Umar”. Makalah ini telah tersebar atas nama
Yusuf Abdullah. Sementara itu Yusuf Abdullah menyangka bahwa salah
seorang syaikh seperti Syaikh Al-Ghazali atau Syaikh Sayyid Sabiq menulis
makalah atas namanya untuk kepentingan syaikh tersebut. Kemudian
syaikh tersebut memberikan upah penulisan itu padanya. Yusuf Abdullah
benar-benar pergi untuk mengambil upah tersebut. Hampir saja, Yusuf
Abdullah memperoleh upah tersebut, jika tidak ada sahabatnya yang
1 Diantaranya terdapat tulisan dan dipublikasikan lebih dari 30 tahun yang lalu.
Page 5
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 5
memberi tahukan duduk perkara yang sebenarnya. Dia diberitahu siapa
nama penulis makalah yang sesungguhnya.
Begitulah, hampir saja upah penulisan sebesar 5 Junaih berpindah ke
tangan orang lain. 5 Junaih pada saat itu, merupakan jumlah uang yang
cukup banyak bagi saya.
Saya tidak tahu mengapa berbagai buah pikiran ini terus berputar di
dalam kepala. Saya juga tidak tahu mengapa harus menulis ini semua? Saya
cuma berharap semua ini merupakan nasihat, pelajaran, peringatan untuk
diri sendiri dan semua orang. Allah telah memerintahkan kita untuk
mengingat malapetaka dan cobaan di masa lalu untuk dibandingkan
dengan karunia di saat ini. Oleh karenanya, saya mengingat berbagai
nikmat dan karunia Allah dan bersyukur atas seluruh nikmat yang telah
diberikan oleh-Nya.
Allah Swt telah mengingatkan rasul-Nya dan orang-orang beriman
yang bersama beliau di Madinah dengan masa lampau mereka sewaktu
masih di kota Mekkah. Allah berfirman,
(#ÿρãà2øŒ$#uρ
øŒÎ)
óΟçFΡr&
×≅‹Î=s%
tβθàyèôÒtGó¡•Β
’Îû
ÇÚö‘F{$#
šχθèù$sƒrB
βr&
ãΝä3x©Üy‚tGtƒ
â¨$¨Ζ9$#
öΝä31uρ$t↔sù
Νä.y‰−ƒr&uρ
⎯ÍνÎóÇuΖÎ/
Λäls%y—u‘uρ
z⎯ÏiΒ
ÏM≈t6Íh‹©Ü9$#
öΝà6¯=yès9
tβρãä3ô±s?
∩⊄∉∪
“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah
sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-
orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik
agar kamu bersyukur.” (Al-Anfal (8):26)
Walau zaman telah berubah, tempat dan keadaan penulisan telah
berganti, namun kata-kata ini bersumber dari mata air yang satu, yaitu
Islam yang universal dan seimbang, Islam yang kuat dan tidak membuat
penganutnya menjadi putus asa serta pesimis. Islam yang terus melawan
dan tidak membuang senjatanya. Sehingga mata air ini membuat cita-cita
kaum muslimin menjadi semakin panjang, luas dan dalam.
Semua cita-cita itu -baik dulu maupun sekarang- mengarah pada satu
tujuan:
Ikut berperan serta dalam mewujudkan kebangkitan Islam yang
sesungguhnya. Kebangkitan yang berbeda lantaran petunjuk, kematangan
dan mendapatkan cahaya dari-Nya. kebangkitan akal yang cerdas, hati
yang bersih dan kekuatan niat yang masih segar. Kebangkitan yang
mengetahui tujuannya, jalan untuk mencapainya. Kebangkitan yang
mengetahui buah atau hasil yang akan diperolehnya. Namun, kebangkitan
Page 6
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 6
ini juga mengetahui akibat atau bahaya yang akan menimpanya.
Kebangkitan yang mengetahui siapa kawan dan siapa lawannya.
Kebangkitan yang berbuat untuk memperbarui agama dan
membangkitkan dunia. Kebangkitan yang mengkoreksi berbagai
pemahaman yang keliru, meluruskan jalan yang bengkok, menyadarkan
akal yang tidur. Kebangkitan yang menggerakkan kehidupan yang statis,
meniupkan ruh di dalam mayat, sehingga kembali hidup, bergerak dan
berkembang.
Alhamdulillah sekarang, kita sudah melihat tanda-tanda kebangkitan
itu. Kebangkitan yang sebelumnya adalah sesuatu yang tidak jelas di mata
banyak orang.
Alhamdulillah mari kita panjatkan kepada Allah atas berbagai jasa yang
telah dilakukan oleh para ulama, syuhada, da’i dan reformis. Semua usaha
mereka tidak akan sia-sia. Dengan izin Allah, buahnya telah kita rasakan
sekarang. Maha Benar Allah dengan firman-Nya,
öΝs9r&
ts?
y#ø‹x.
z>uŸÑ
ª!$#
WξsWtΒ
ZπyϑÎ=x.
Zπt6ÍhŠsÛ
;οtyft±x.
Bπt7Íh‹sÛ
$yγè=ô¹r&
×MÎ/$rO
$yγããösùuρ
’Îû
Ï™!$yϑ¡¡9$#
∩⊄⊆∪
þ’ÎA÷σè?
$yγn=à2é&
≅ ä.
¤⎦⎫Ïm
ÈβøŒÎ*Î/
$yγÎn/u‘
3
ÛUÎôØo„uρ
ª!$#
tΑ$sWøΒF{$#
Ĩ$¨Ψ=Ï9
óΟßγ¯=yès9
šχρã2x‹tGtƒ
∩⊄∈∪
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.” (Ibrahim (14):24-25)
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia, Allah yang memiliki
karunia agung yang telah menjadikan kebangkitan hari ini lebih baik dari
kemarin. Semoga Allah menjadikan kebangkitan esok hari lebih baik dari
kebangkitan hari ini. Semoga Ya Allah, Aaamiin.
$uΖ−/u‘
ö≅¬7s)s?
!$¨ΨÏΒ
(
y7¨ΡÎ)
|MΡr&
ßìŠÏϑ¡¡9$#
ÞΟŠÎ=yèø9$#
∩⊇⊄∠∪
"Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah
(2):127)
Dr. Yusuf Qardhawi
Page 7
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 7
Merubah Paradigma Salah
1. Pembaharuan Dalam Tuntunan Sunnah
Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah bersabda,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim
seseorang yang menjadi seorang pembaharu dalam agamanya
(Islam).2"
Abu Dawud menyebutkan hadits ini di dalam Permulaan Kitab Al-
Malahim, bab Maa Yudzkaru fi qarni Al-Mi'ah.3
Sanad Hadits
Abu Dawud berkata, "Sulaiman bin Dawud Al-Mahri telah
menyampaikan kepada kami, dia berkata, "Ibnu Wahab mengabarkan
kepada kami, dia berkata, "Sa'id bin Abu Ayyub telah mengabarkan
kepadaku dari Syarahil bin Yazid Al-Ma'afiri dari Abu 'Alqamah dari Abu
Hurairah ra. –sepanjang sepengetahuanku- dari Rasulullah, beliau
bersabda, "seperti hadits di atas."
Abu Dawud berkata, "Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdurrahman
bin Syuraih Al-Iskandarani. Perawi Syarahil menilai Abdurrahman bin
Syuraih Al-Iskandari telah memauqufkan hadits ini."
Al-Mundziri di dalam Al-Mukhtashar As-Sunan (no. 4123)
mengatakan, "Abdurrahman bin Syuraih Al-Iskandarani merupakan perawi
yang dapat dipercaya (tsiqah). Imam Bukhari dan Muslim sepakat
menggunakan hadits yang diriwayatkan perawi ini sebagai hujjah/dalil."
Al-Mundziri mengkategorikan hadits ini sebagai hadits mu'dhal4, yaitu
perawi ini telah menggugurkan dua orang perawi yaitu Abu 'Alqamah dan
Abu Hurairah. Maka yang dikatakan sebagai hadits mu'dhal adalah
gugurnya dua orang perawi secara berurutan dari sebuah sanad.
2 HR Abu Dawud dalam sunannya dengan no. hadits 4270, HR Hakim di dalam Al-Mustadrak di
dalam Al-Fitan (4:522), HR Baihaqi dalam "Ma'rifah As-Sunan wal Aatsar" hal. 52, HR Al-Khatib dalam
Tarikh Al-Baghdad 61:2. Hal ini juga disebutkan AlBani di dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 599. Hadits
ini juga dihubungkan dengan Abu Amru Ad-Dani di dalam Al-Fitan( dalam shahih Al-Jami' Ash-
Shaghir 1874 cet. kedua – Al-Maktab Al-Islami. Al-Harwi dalam Dzam Al-Kalam dan dalam tanggapan
Syaikh Muhammad Zakaria Yahya Al-Kandahlawi atas "Badzlul Majhuud fi Halli Abu Dawud. Dikutip
dari mantan budak kami Abdul Hayyi bahwa hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Sufyan,
Bazzar, Thabrani di dalam Al-Ausath dan Abu Na'im di dalam Al-Hilyah dan lain sebagainya.
3 Dia (Abu Dawud) berkata di dalam Badzlul Majhud juz 17/201 yaitu dalam rentang selama 100
tahun itu telah banyak terjadi hal-hal bid'ah, sehingga di penghujung 100 tahun Allah mengirim
seorang pembaharu.
4 Mukhtashar As-Sunan karya Mundziri juz 6/163, cet. Al-Maktabah Al-Atsariyyah di Lahore,
Pakistan dicopi dari cet. keenam Al-Muhammadiyyah Mesir dengan seorang peneliti Muhammad
Hamid Al-Fiqi
Page 8
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 8
Pendapat Abu Dawud di atas tidak membuat hadits ini menjadi cacat.
Walaupun hadits yang diriwayatkan melalui Abdurrahman dikategorikan
sebagai hadits mu'dhal, namun hadits yang diriwayatkan melalui Sa'id bin
Abu Ayyub adalah hadits yang bersambung (washalahu) dan bersandar
(asnadahu). Sehingga sanad yang diriwayatkan melalui Sa'id bin Abu
Ayyub lebih dari sekedar tsiqah (dapat dipercaya). Hadits dengan sanad ini
dapat diterima. Di samping itu, perawi Sa'id bin Abu Ayyub termasuk
perawi yang diakui di dalam ushulul hadits.
Sanad hadits ini shahih. Para perawinya dapat dipercaya (tsiqah).
Mereka adalah para perawi yang biasa meriwayatkan hadits Muslim. Oleh
karena itu, lebih dari seorang ahli hadits menilai hadits ini sebagai hadits
shahih. Imam As-Suyuthi menunjukkan keshahihan hadits ini dalam buku
Al-Jami' Ash-Shagir. Pensyarah buku Al-Jami' Ash-Shagir, Al-Manawi5
memperkuat pendapat itu. Al-Hakim juga menilai hadits ini sebagai hadits
shahih6. Al-Manawi berkata, "Az-Zain Al-Iraqi dan yang lainnya berkata,
'Sanad hadits ini shahih.'" Syaikh Al-Bani mencantumkan hadits ini di
dalam silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 5997.
Sepatah Kata Seputar Topik Hadits
Hadits ini mengandung satu kalimat berita. Menjelaskan mengenai
berita ghaib yang disampaikan oleh nabi Muhammad Saw. Beliau
menyampaikan berita ini bukan berasal dari hawa nafsunya. Dia
mengetahui berita ghaib ini hanya dari Allah Swt. Allah Swt berfirman,
ãΝÎ=≈tã
É=ø‹tóø9$#
Ÿξsù
ãÎγôàãƒ
4’n?tã
ÿ⎯ϵÎ7øŠxî
#‰ tnr&
∩⊄∉∪
ωÎ)
Ç⎯tΒ
4©|Ós?ö‘$#
⎯ÏΒ
5Αθß™§‘
…絯ΡÎ*sù
à7è=ó¡o„
.⎯ÏΒ
È⎦÷⎫t/
ϵ÷ƒy‰tƒ
ô⎯ÏΒuρ
⎯ϵÏù=yz
#Y‰|¹u‘
∩⊄∠∪
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali
kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya." (Jin (72):26-27)
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya, Kitab Al-
Malahim. Al-Malahim adalah bentuk jamak dari kata mulhamah. Al-
Malahim berarti Al-Ma'arik (peperangan) yang terjadi di masa akan datang
antara kaum muslimin dan musuh-musuhnya. Seperti hadits Rasulullah
yang membahas tentang peperangan kaum muslimin melawan Turki,
Romawi, Yahudi dan lain sebagainya.
5 Lihat Faidhul Qadir Syarah Al-Jami' Ash-Shagir (juz 2/282)
6
Bukan di dalam Al-Mustadrak, Al-Hakim menilai hadits ini shahih, padahal dia hanya
mendiamkannya (sakata 'alaih). Al-Bani berkata, "Semoga pernyataan Al-Hakim (yang
menshahihkan,pentj) terhapus dari hasil fotocopy kitab Al-Mustadrak." Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-
Shahihah, jilid dua hal. 151 hadits no. 59, cet. Al-Maktab Al-Islami, Beirut
7 ibid
Page 9
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 9
Sebagian berita ghaib yang disampaikan Nabi Saw telah terjadi,
sedangkan sebagian yang lain belum terjadi. Kita meyakini bahwa semua
berita ghaib itu akan terjadi, yaitu di waktu yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt. Tidak pernah sekalipun Muhammad Saw berdusta dan tidaklah
mungkin beliau didustai oleh Allah (karena berita ghaib pasti berasal dari
Allah).
Biasanya, topik Al-Malahim (peperangan) disebutkan bersama dua
topik lainnya, yaitu topik tentang fitnah dan tanda-tanda datangnya hari
kiamat. Terkadang semua topik ini dapat ditemukan dalam satu hadits.
Terkadang topik-topik ini ditemukan dalam hadits yang terpisah. Semuanya
membicarakan tentang kejadian akan datang yang belum terjadi (sewaktu
Rasulullah mengucapkannya).
Topik-topik mengenai fitnah, peperangan dan tanda-tanda hari kiamat
termasuk topik yang harus dibahas secara luas oleh para ulama. Sehingga
tidak disampaikan kepada mereka yang lari dari topik ini karena
pengingkarannya secara menyeluruh. Juga tidak disampaikan kepada
mereka yang telah meyakini topik-topik ini, namun meyakininya tanpa
pengkajian terlebih dahulu. Topik-topik ini juga tidak disampaikan kepada
mereka yang kerap melakukan takwil tidak pada tempatnya.
Tujuan Hadits
Hadits ini dapat menggugah harapan di dalam jiwa kaum muslimin.
Ternyata bara api umat ini tidak akan pernah padam. Agama ini tidak
pernah musnah. Setiap seratus tahun sekali, Allah akan senantiasa
mengirimkan seorang pembaharu umat ini.
Yang dimaksud bi ra'sil mi'ah (lafadz yang terdapat di dalam hadits)
bukan berarti tahun ke 100 atau tahun 101. Tetapi yang dimaksud adalah
akhir-akhir tahun menjelang 1 abad atau awal-awal tahun setelah 1 abad.
Oleh karenanya diungkapkan dengan kata ra'si. Namun dalam kenyataan,
kita tidak dapat memastikannya. Apakah pengertian ra'sil mi'ah terhitung
dari hijrah Nabi Saw ke Madinah atau terhitung sejak beliau wafat atau
terhitung sejak beliau diutus menjadi Rasul.
Yang terpenting adalah Allah tidak membiarkan umat ini tidur dan
terpecah belah, tanpa ada orang yang menyadarkannya dan
mempersatukannya.
Kita membutuhkan kepastian tentang makna ini, agar dapat
menghadapi gelombang keputusasaan yang amat tinggi. Agar kita dapat
menghadapi ungkapan bahwa Islam selalu terbelakang dan orang-orang
kafir selalu terdepan. Agar kita dapat menghadapi ungkapan bahwa tanda-
tanda kiamat kecil telah muncul dan akan tetap seperti ini hingga tanda-
tanda kiamat besar muncul atau hingga hari kiamat tiba. Jika hari kiamat
Page 10
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 10
tiba, tidak ada seorang pun yang dapat mengucapkan kata "Allah, Allah."
Hal ini sebagaimana terdapat di dalam hadits shahih8.
Ada sebagian orang yang memastikan makna hadits ini dengan hadits-
hadits yang dipahami secara tidak proporsional. Seperti hadits yang artinya,
"Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing
seperti ketika pertama kali muncul. Beruntunglah orang-orang yang
asing itu.9"
Mereka lupa bahwa Islam dianggap asing bukan berarti Islam lemah
secara mutlak. Mereka yang berpegang teguh pada Islam dan para da'inya
dianggap asing bukan berarti mereka lemah secara mutlak. Pengertian
hadits di atas adalah mereka yang berpegang teguh pada Islam adalah
mereka yang unggul. Mereka tidak larut dalam masyarakat yang rusak.
Mereka bagaikan tahi lalat di tengah-tengah manusia.
Di sebagian riwayat, Nabi Saw menjelaskan karakteristik orang-orang
asing (Al-Ghuraba') adalah "Mereka yang mengadakan perbaikan di saat
masyarakat merusak sunnahku.10" Sehingga pengertian Al-Ghuraba'
bukanlah orang-orang yang berputus asa dan bukan pula mereka yang
kerap membuat kerusakan di tengah masyarakat. Al-Ghuraba' adalah
mereka yang mengadakan perbaikan di saat masyarakat merusak kebiasaan
Islam. Mereka menghidupkan adab dan akhlak Islam.
Di dalam hadits ini tidak ada lafadz yang menunjukkan bahwa
pengertian asing itu mencakup secara umum, mencakup segala aspek dan
senantiasa ada di setiap masa. Jadi terkadang asing di suatu negri dan tidak
di negri yang lain. Asing di suatu kaum dan tidak asing di kaum yang lain.
Asing di suatu zaman dan tidak asing di masa yang lain, sebagaimana
pendapat Ibnul Qayyim11. Kemudian keadaan berubah, yang lemah
berubah menjadi kuat dan yang kalah menjadi menang.
8 Terdapat di dalam HR Muslim dari Anas r.a. yang artinya, "Hari kiamat tidak akan muncul
hingga di bumi ini tidak ada lagi yang mengucapkan Allah, Allah." Hadits no 234, dengan peneliti
Muhammad Fuad Abdul Baqi
9 HR Muslim yaitu hadits dari Abu Hurairah r.a. hadits no. 232, HR Tirmidzi yaitu hadits dari Ibnu
Mas'ud r.a. hadits no. 6231. Imam Tirmidzi berpendapat, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan
shahih gharib." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah hadits no. 3986. Imam Suyuthi (Al-Jami'
Ash-Shagir) menghubungkan hadits ini dengan Ibnu Majah dari Anas bin Malik r.a.. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Salman r.a., Sahl bin Sa'ad r.a. dan Ibnu Abbas r.a.. Hadits ini tidak
diriwayatkan oleh Bukhari. Imam Tirmidzi menyebutkan di dalam kitab "Al-'Ilal" bahwa dia bertanya
kepada imam Bukhari tentang hadits ini. Imam Bukhari menjawab, "Hadits ini dikategorikan sebagai
hadits hasan (Al-Faidh 2/322).
10 HR Tirmidzi hadits no. 2632 yaitu hadits yang diriwayatkan melalui Katsir bin Abdullah bin
Amru bin Auf Al-Hazni. Perawi ini merupakan perawi yang lemah, walaupun Tirmidzi menilai hadits
ini sebagai hadits hasan, bahkan dia terkadang menilainya sebagai hadits shahih. Adapun sanad hadits
yang diriwayatkan melalui Abdullah bin Amru berstatus marfu'. "Beruntunglah! Beruntunglah orang-
orang yang asing! Beruntunglah orang-orang yang asing! Seorang sahabat bertanya, "Siapa yang
dimaksud orang-orang asing ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Orang yang berbuat baik di tengah
orang-orang yang berbuat buruk. Orang-orang yang durhaka terhadap mereka (orang-orang asing)
lebih banyak daripada orang-orang yang mentaati mereka. (hadits no. 7072. Syaikh Syakir berpendapat
sanad hadits ini shahih).
11 Lihat Madarij As-Salikiin karya Ibnul Qayyim juz 3/196 dengan peneliti Abdul Hamid Al-Fiqi
Page 11
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 11
Ada pula sebagian orang yang menghubungkan hadits di atas12 dengan
hadits riwayat Bukhari yang diriwayatkan melalui Anas r.a., "Tidak akan
datang suatu zaman melainkan zaman sesudahnya lebih buruk dari yang
sebelumnya.13" Tidak selayaknya seseorang mengambil hadits ini secara
dzahirnya saja, secara mutlak atau secara umum semata.
Sebagian ulama memiliki takwil bagus terhadap hadits ini. Ibnu Hajar
di dalam syarahnya berkata, "Maksud hadits ini adalah khusus bagi para
sahabat yang mendengarnya. Sedangkan pemahaman Anas bin Malik
tentang hadits ini umum (bukan khusus bagi para sahabat saja)14." Yaitu
Nabi Saw –lewat hadits ini- ingin memberi petunjuk kepada para
sahabatnya yang mendengar hadits ini, agar mempersiapkan diri
menghadapi perubahan zaman. Sehingga realita kehidupan tidak dapat
memalingkan mereka dari Islam. Perubahan keadaan yang disaksikan tidak
membuat keimanan mereka terhadap Islam menjadi goyah.
Jika pemahamannya tidak seperti ini, maka tentu akan ada
pertentangan dengan realita sejarah yang ada. Zaman Umar bin Abdul Aziz
lebih baik dari zaman bani Umayyah sebelumnya.
Demikian pula akan bertentangan dengan realita sejarah di masa
Nuruddin Mahmud15 dan Shalahuddin Al-Ayyubi16. Di tangan mereka
12 mengenai kemunculan pembaharu setiap seratus tahun sekali
13 Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Kitabul Fitan dari Zubair bin Adiy, dia berkata,
"Kami menemui Anas bin Malik. Kami mengadukan segala perlakuan buruk Hajjaj (yang dimaksud
Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqfi). Anas menjawab, "Bersabarlah! Tidak akan datang suatu zaman melainkan
zaman sesudahnya lebih buruk dari yang sebelumnya, hingga kalian bertemu dengan Allah. Saya
mendengar hadits ini dari nabi kalian." Hadits ini no. 7068 riwayat Bukhari. Terdapat di dalam Al-Fath
juz 3 hal 19,20, cet. Ad-Dar As-Salafiyyah, dibawah pimpinan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Penomeran
dilakukan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi.
14 Al-Fath juz 13 hal. 21. Ibnu Hajar berkata, "Ibnu Hibban di dalam shahihnya berkesimpulan
bahwa hadits Anas r.a. bukan hadits umum terhadap hadits-hadits yang membicarakan tentang imam
Mahdi. Di dalam hadits-hadits itu dijelaskan bahwa imam Mahdi memenuhi bumi dengan keadilan,
setelah sebelumnya bumi dipenuhi dengan kemaksiatan.
15 Dia adalah Mahmud bin Zanki ('Imaduddin) yang dijuluki dengan julukan penguasa yang adil
(Al-Malik Al-'Adil). Dia juga dijuluki penguasa Syam, Pendeta Jazirah Arab dan Mesir. Dia adalah
penguasa yang paling adil, paling agung dan paling utama di masanya. Perjalanan hidupnya penuh
dengan kebaikan, keadilan dan keinginannya untuk menegakkan hukum Allah di dalam negri serta
berjihad memerangi musuh-musuh Islam di luar negri. Perjalanan hidupnya mirip dengan perjalanan
hidup Khulafaur Rasyidin. Dia memerangi tentara salib. Dia membangun sekolah, masjid jami dan
penginapan dalam jumlah banyak di pinggir jalan. Dia adalah orang pertama yang membangun sekolah
khusus jurusan hadits. Dia amat mencintai ilmu dan menghormati para ulama. Dia sering bertemu
dengan para ulama dan tidak pernah membantah pendapat para ulama. Dia memahami fiqih madzhab
Abu Hanifah, namun tidak fanatik. Dia mendengar hadits dari sekelompok perawi di Syuria Utara dan
Dimasyq. Sekelompok perawi meriwayatkan hadits darinya. Dia wafat tahun 569 H. Lihat "Al-'Alam"
karya Zarkali juz 8/46 kitab "Ar-Raudhatain" karya Abu Syamah dan Ibnul Atsir juz 11/151, "Al-
Bidayah wan Nihayah" juz 12/277-284 cet. Beirut. "Nuruddin Mahmud-Sirah Mujahid Shadiq" karya
Dr. Husain Al-Mu'nis, diterbitkan dan diedarkan oleh Ad-Dar As-Su'udiyyah lin nasyr wat tauzi', Jeddah
1404 H/1984 M
16 Dia adalah Abu Al-Madzfar Yusuf bin Ayyub bin Syaadzi dijuluki dengan julukan penguasa
yang menang (Al-Malik An-Nashir) dia merupakan salah seorang penguasa Islam yang terkenal. Dia
adalah sosok penguasa yang amat memperhatikan kesejahteraan negara, berbuat adil di tengah rakyat.
Dia pula yang telah mengalahkan tentara salib. Melalui tangannyalah Allah membebaskan Baitul
Maqdis setelah dikuasai selama 900 tahun lebih. Shalahuddin Al-Ayyubi mengalahkan tentara salib
dalam peperangan Hittin yang terkenal itu. Dia berkuasa di Mesir dan Syam. Dialah pendiri daulah Al-
Ayyubi. Dia tidak memperkaya diri dengan harta maupun tanah. Dia banyak membangun sekolah dan
rumah sakit. Wafat tahun 589 H. lihat "Wafiat Al-A'ayan karya Ibnu Khalkan juz 2/376 dan Ibnul Atsir
Page 12
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 12
berdualah, Allah membebaskan tanah Islam dari tentara Salib. Di tangan
mereka pula sunnah dapat hidup dan bid'ah dilenyapkan. Oleh karena itu,
masa mereka berdua lebih baik dari zaman-zaman sebelumnya.
Jika hadits Anas di atas dipahami berdasarkan dzahirnya seperti yang
dipahami kebanyakan orang, maka akan bertentangan dengan hadits-
hadits yang menunjukkan akan kemenangan dan tersebarnya Islam
sebelum hari kiamat tiba. Terlebih lagi ketika khalifah muncul atau ketika
penguasa yang shalih memerintah bumi ini dengan adil, dia yang dikenal
dengan sebutan Imam Mahdi17. Jika hadits Anas dipahami menurut
dzahirnya saja, maka itu akan bertentangan dengan hadits yang membahas
tentang turunnya Isa bin Maryam untuk memerintah dengan Islam dan
beliau hanya menerima agama Islam saja18.
Saya tidak dapat mengerti mengapa hadits-hadits seperti hadits Anas di
atas tersebar luas, sementara itu hadits-hadits yang mengandung harapan
dan kabar gembira bagi umat Islam seperti ditelan bumi. Misalnya hadits
yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi,
"Perumpamaan umatku seperti hujan yang tidak diketahui awal atau
akhirnya yang baik.19"
Selain itu hadits Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim yang berbunyi,
"Berilah kabar gembira umat ini dengan cahaya, agama, derajat yang
tinggi, kemenangan dan meneguhkan kedudukan di bumi ini.20"
Di dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah bersabda,
"Perkara ini (agama ini) akan mencapai seperti yang dicapai malam
dan siang. Allah tidak membiarkan sebuah rumah yang dimiliki
juz 12/37, Al-Bidayah wan Nihayah juz 13/2 dan hal-hal selanjutnya demikian pula bagian akhir juz
12, Syadzraat Adz-Dzahb juz 2/298 dan Al-'Alam karya Zarkali juz 9/291-293
17 Kalimat hadits-hadits di dalam As-Sunan membahas tentang Imam Mahdi. Tidak ada sesuatu
yang jelas mengenai imam Mahdi yang dibahas dalam Ash-Shahihain.
18 Lihat At-Tashrih bi maa tawatara fii nuzuul Al-Masih, karya Al-Allamah Anwar Al-Kasymiri,
peneliti Abdul Fatah Abu Ghuddah
19 Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas r.a. hadits no. 2873. Imam Tirmidzi berkata,
"Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan gharib. Imam As-Suyuthi (di dalam Al-Jami' Ash-Shagir)
menghubungkan hadits ini dengan imam Ahmad dari Anas r.a., juga dihubungkan dengan Imam
Ahmad dari Amar bin Yasir r.a. Hadits ini juga dihubungkan dengan Abu Ya'la dari Ali r.a.,
dihubungkan pula dengan Ath-Thabrani dari Abdullah bin Amru r.a. Ibnu Hajar di dalam Al-Fath
berkata, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits hasan. Hadits ini juga diriwayatkan melalui jalur sanad
yang banyak, sehingga derajatnya dapat naik menjadi shahih." Al-Manawi berkata, "Ibnu Hibban
menilai hadits yang diriwayatkan melalui 'Amar sebagai hadits yang shahih." Lihat Faidhul Qadir juz
5/507
20 Penulis buku Al-Jami' Ash-Shagir menghubungkan hadits ini dengan Ahmad, Ibnu Hibban,
Hakim dan Baihaqi di dalam Asy-Sya'bu dari ayahnya. Al-Manawi menyebut di dalam Al-Faidh (juz
3/201) bahwa Al-Haisyami berpendapat tentang sanad Ahmad, "Para perawi hadits ini merupakan para
perawi hadits shahih. Imam Hakim menilai hadits ini sebagai hadits shahih dan Adz-Dzahabi
menyetujui pendapat ini di suatu tempat serta mencantumkan hadits ini di tempat yang lain. Hadits ini
shahih. Namun dengan dua sanad yang berbeda. Berdasarkan penjelasan sanad yang disebutkan Hakim
di Al-Mustadrak (4/311), imam Adz-Dzahabi menyetujui untuk menshahihkan hadits ini. Hanya saja
Adz-Dzahabi mencoba memberi kritikan di dalam (4/318). Lihat komentar kami atas hadits no. 15
yang terdapat di dalam buku kami (Al-Muntaqa minat targhib wat tarhib). Al-Mundziri menyebut
hadits ini dalam "At-Targhib" dan dia menyebutkan penilaian shahih dari Hakim, dan Al-Mundziri
sendiri menyetujuinya. Al-Bani menyebutkan hadits ini di dalam Shahih Al-Jami' 2825
Page 13
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 13
penduduk desa dan penduduk badui kecuali Allah memasukkan
agama ini ke dalamnya, baik dengan kemulian orang yang mulia
atau kehinaan orang yang hina. Dengan kemuliaan, Allah
memuliakan Islam dan dengan kehinaan Allah menghinakan
kekufuran.21"
Adapun munculnya tanda-tanda kiamat kecil, tidak berarti perjalanan
Islam telah selesai dan kiamat akan datang esok hari atau lusanya. Padahal
diutusnya Nabi Saw termasuk salah satu tanda kiamat kecil. Di dalam
hadits shahih terdapat keterangan, Rasulullah Saw bersabda, "Jarak saya
diutus (menjadi rasul) ke hari kiamat seperti ini22" Rasulullah
mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah.
Seorang Muslim Selalu Dituntut Berbuat Untuk Agama dan
Dunianya
Seorang muslim harus berbuat untuk dunianya hingga ajal
menjemputnya. Dia tidak boleh terlambat sedetikpun untuk memakmurkan
bumi ini. Rasulullah telah mengajarkan kepada tentang hal ini. Beliau Saw
bersabda,
"Jika hari kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian masih
terdapat sebuah pohon kurma kecil, maka sebisa mungkin tanamlah
pohon itu.23"
Mengapa kita diperintahkan untuk menanam, padahal hari kiamat
telah tiba atau sebentar lagi akan tiba? Tanaman kurma itu tidak akan
tumbuh hingga dapat dipetik buahnya, lalu mengapa harus ditanam?
Bukankah setelah hari kiamat, tidak ada lagi orang yang dapat menikmati
buah itu dan berkata, "Orang-orang yang hidup sebelum kami telah
menanam untuk kami, sehingga kami dapat menikmati hasilnya. Kami juga
akan menanam, sehingga orang-orang yang hidup setelah kami dapat
menikmatinya." Hari kiamat untuk seluruh alam ini. Ide yang terkandung
dalam hadits di atas adalah penghargaan terhadap suatu perbuatan.
Seorang mukmin harus melakukan sesuatu yang produktif, walaupun di
saat terakhirnya –selama dia masih mempunyai kemampuan untuk
memberi-.
21 HR Ibnu Hibban di dalam shahihnya (1631,16332), Al-Bani mencantumkan hadits ini di dalam
Ash-Shahih no. 3
22 HR Ahmad, Asy-Syaikhan, Tirmidzi dari Anas r.a., HR Ahmad dan Asy-Syaikhan dari Sahl bin
Sa'ad r.a. Hadits ini juga diriwayatkan melalui sahabat Jabir r.a., Buraidah r.a. dan sahabat Rasulullah
lainnya. As-Suyuthi berpendapat, "Hadits ini dikategorikan sebagai hadits mutawatir (Al-Faidh juz
3/202)." Lihat Al-Lu'lu' wal Marjan tentang kesepakatan Asy-Syaikhan tentang hadits ini. Buku ini
karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, cet. Isa Al-Halbi hadits no. 1862, 1863
23 HR Ahmad di dalam musnadnya. Diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad,
diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi, Abdu bin Humaid, Al-Bazar dan yang lainnya. Al-Haitsami berkata,
"Para perawi hadits ini dapat dipercaya dan tsabat. Lihat Faidhul Qadir 3/30,31. Al-Bani
mencantumkan hadits ini di dalam Ash-Shahih no. 9 dan juga di dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shagir
(hadits no. 1424)
Page 14
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 14
Jika untuk urusan dunia saja, seorang muslim dituntut sedemikian
rupa, lalu bagaimana dengan urusan agama? Apakah mungkin urusan
agama di sisi Allah lebih hina dibandingkan urusan dunia?!
Seorang mukmin dituntut berbuat untuk agamanya semaksimal
mungkin. Dia dituntut untuk menjadi seorang da'i, yang melakukan amar
ma'ruf dan nahi mungkar. Dia dituntut untuk menjadi pejuang di jalan
Allah, menjadi penentang keburukan dan kerusakan. Seorang mukmin juga
dituntut untuk saling tolong menolong sesama saudaranya seiman dalam
kebaikan dan ketakwaan. Nash-nash yang memerintahkan semua hal di
atas tidak dihapus (nasakh) dan tidak juga dikhususkan untuk zaman
tertentu. Tapi nash-nash itu kekal selamanya.
Inti yang Terkandung di Dalam Hadits
Makna hadits di atas harus jelas. Apa yang dimaksud dengan mujadid?
Siapa yang masuk kategori mujadid? Lalu apa yang dimaksud agama yang
diperbarui? Apa yang dimaksud dengan pembaharuan? Sejauh mana
cakupan pembaharuan dan apa saja yang mendukung suatu
pembaharuan?
Siapa yang Telah Melakukan Pembaharuan?
Siapa yang telah melakukan pembaharuan? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita perlu memperhatikan lafadz haditsnya dan hal itu
dapat diketahui setelah memahami lafadz man terlebih dahulu.
Kata man yang terdapat di dalam hadits di atas yaitu pada ungkapan
man yujaddidu dipahami oleh mayoritas ulama untuk satu orang. Oleh
karena itu, mereka menganggap mujadid adalah ungkapan untuk satu
orang. Seorang mujadid adalah orang pilihan, jenius di tengah-tengah
umat. Orang ini mendapat perhatian dari Allah agar menjadi seorang yang
memperbarui sesuatu yang telah dipelajarinya, menguatkan sesuatu yang
lemah dan meninggikan sesuatu yang rendah.
Berikut ini terdapat daftar para mujadid yang dimulai dari 100 tahun
pertama. Yang pertama adalah Umar bin Abdul Aziz (wafat pada tahun
101 H). 100 tahun yang kedua adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i
(Wafat pada tahun 204 H). Sedangkan mujadid pada 100 tahun yang
ketiga, banyak para ulama yang berbeda pendapat tentang siapa yang
berhak menyandang gelar sebagai mujadid. Yang berpendapat dia adalah
Abul Hasan Al-Asy'ari (wafat 324 H). Ada pula yang berpendapat dia
adalah Abul Abbas bin Suraij (wafat tahun 306 H). Adapula yang
berpendapat dia adalah Nasa’i, penulis Sunan Nasa’i (Wafat tahun 303 H).
Sedangkan mujadid di 100 tahun yang keempat adalah Al-Qadhi Abu
Bakar Al-Baqilani (Wafat tahun 403 H) dan Abu Hamid Al-Asfirayayni
(wafat tahun 406 H). Mujadid di 100 tahun yang kelima adalah Abu
Hamid Al-Ghazali (wafat tahun 505 H), 100 tahun yang keenam adalah
Al-Fakhrur Razi (wafat tahun 606 H) dan ada yang mengatakan di adalah
Ar-Rafi’i (wafat tahun 623 H).
Page 15
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 15
Mujadid di 100 tahun yang ketujuh adalah Ibnu Daqiq Al-Ied (wafat
tahun 703 H). Mujadid di 100 tahun yang kedelapan adalah Al-Hafidz
Zainuddin Al-’iraqi (wafat tahun 808 H) atau Sirajuddin Al-Balqini (wafat
tahun 805 H).
Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi (wafat tahun 911 H) menyusun daftar
para mujadid hingga di zamannya dalam sebuah syair. Dia berharap
bahwa dirinya adalah mujadid di abad ke 9 H. Dia juga mengklaim dirinya
sebagai seorang mujtahid mutlak. Banyak orang di masanya ada yang tidak
mengakui bahwa dirinya adalah seorang mujadid.
Imam As-Suyuthi memperkuat pendapat bahwa ungkapan man di
dalam hadits di atas merupakan ungkapan untuk satu orang, yaitu seorang
mujadid. Imam Manawi juga mengutip pendapat As-Suyuthi mengenai
nama-nama mujadid di atas. Al-Hafidz berpendapat bahwa pengertian
ungkapan man untuk jamak dan bukan untuk bentuk tunggal/satu orang.
Misalnya kita dapat mengatakan bahwa mujadid yang muncul di 100
tahun yang ketiga adalah Ibnu Sarij untuk bidang fikih, Al-Asy'ari dalam
bidang ushul dan An-Nasa’i dalam bidang hadits. Sedangkan pada 100
tahun yang keenam adalah Al-Fakhrur Razi di bidang ilmu kalam, Al-
Hafidz Abdul Ghani dalam bidang hadits24.
Ibnul Atsir di dalam Jami' Al-Ushul berkata, "Mereka telah menakwil
hadits di atas. Masing-masing orang mengaku bahwa mujadid itu berasal
dari madzhabnya. Mereka menempatkan hadits ini pada madzhabnya.
Ungkapan dengan kata man adalah ungkapan untuk satu orang atau
banyak orang. Hadits ini tidak membatasi bahwa mujadid itu dari kalangan
ahli fiqih. Seorang pemimpin (ulil amri) juga dapat berguna untuk seluruh
umat. Demikian pula dengan ahli hadits, para qari' dan orang-orang suka
memberi nasehat. Namun orang yang dianggap sebagai mujadid adalah
salah seorang yang memiliki kriteria di atas.
Mujadid 100 tahun pertama yang berasal dari kalangan Ulil Amri
adalah Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan mujadid dari kalangan ahli fiqih
adalah Muhammad Al-Baqir, Al-Qasim bin Muhammad, Salim bin
Abdullah, Al-Hasan, Ibnu Sirin dan yang lainnya. Sedangkan mujadid dari
kalangan Qari adalah Ibnu Katsir dan dari kalangan ahli hadits adalah Az-
Zuhri.
Mujadid 100 tahun kedua yang berasal dari kalangan Ulil Amri adalah
Al-Makmun. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Asy-Syafi’i, Al-Lu'lui
salah seorang sahabat Abu Hanifah, Asyhab salah seorang sahabat imam
Malik. Sedangkan dari kalangan qari' adalah Al-Hadhrami. Dari kalangan
ahli hadits adalah Ibnu Mu'in serta dari kalangan ahli zuhud adalah Al-
Karkhi.
Mujadid 100 tahun ketiga yang berasal dari kalangan Ulil Amri adalah
Al-Muqtadiri. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Ibnu Sirij Asy-Syafi'i,
Ath-Thahawi Al-Hanafi, Al-Khilal Al-Hambali. Sedangkan dari kalangan
24 Faidhul Qadir juz 1 hal 11
Page 16
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 16
Mutakallimin adalah Al-Asy'ari. Dari kalangan ahli hadits adalah An-
Nasa'i.
Mujadid 100 tahun keempat yang berasal dari kalangan Ulil Amri
adalah Al-Qadir. Mujadid dari kalangan ahli fiqih adalah Al-Asfarayayni
Asy-Syafi'i, Al-Khawarizmi Al-Hanafi, Abdul Wahhab Al-Maliki dan Al-
Husain Al-Hambali25. Sedangkan dari kalangan Al-Mutakallimin adalah
Al-Baqilani dan Ibnu Furk. Dari kalangan ahli hadits adalah Hakim serta
dari kalangan ahli zuhud adalah An-Nuri. Demikian pula abad-abad
berikutnya26.
Di dalam Al-Fath, Al-Hafidz menyebutkan sesuatu yang dapat
memalingkan pendapat sebagian orang. Mujadid yang muncul setiap
seabad tidak harus berjumlah seorang. Bahkan seperti yang diungkapkan
oleh imam An-Nawawi tentang hadits,
"Senantiasa akan ada sekelompok umatku yang selalu menang dalam
menjalankan perintah Allah."
Mujadid bisa dalam bentuk kelompok yang bermacam-macam. Mereka
terdiri dari orang-orang yang berani dalam peperangan, ahli fikih, ahli
hadits, ahli tafsir, yang kerap melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar.
Diantara mereka ada yang merupakan ahli zuhud, ahli ibadah.
Berkumpulnya mereka tidak harus dalam satu negri. Namun boleh dalam
satu daerah atau terpisah di beberapa daerah. Mereka boleh terpisah dalam
suatu negri. Mereka dapat terpisah dengan yang lainnya. Mereka boleh
meninggalkan suatu daerah, hingga tinggal satu kelompok saja.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Berkumpulnya berbagai sifat yang
dibutuhkan untuk diperbarui tidak hanya terbatas pada satu jenis kebaikan
saja. Semua sisi kebaikan tidak harus berada dalam satu orang saja. Hanya
saja hal itu terdapat di dalam diri Umar bin Abdul Aziz. Dia adalah sosok
mujadid di abad pertama yang lengkap dengan semua sifat kebaikan dan
dia termasuk orang yang unggul dalam sifat-sifat tersebut. Kemudian Imam
Syafi’i, dia memiliki sifat-sifat dan berbagai keutamaan yang baik. Hanya
saja beliau tidak berjihad dan tidak memerintah dengan adil.
Al-Hafidz berkata, "Berdasarkan keterangan ini, maka barangsiapa
yang memiliki salah satu sifat seperti yang dijelaskan di atas dan berada di
penghujung abad, dia layak untuk disebut sebagai mujadid, baik dalam
jumlah banyak atau tidak27."
25 Al-Husain Khalf Al-Firaa
26 Jami' Al-Ushul karya Ibnul Atsir juz 11 hal. 320-324. Bila diperhatikan Ibnul Atsir menyebutkan
sebagian orang yang dianggap sebagai mujadid. Padahal mereka tidak sampai pada tingkat mujadid.
Misalnya para ulil Amri dari dinasti Abbasiyyah. Mereka ini banyak memiliki cacat. Maksud mengutip
pendapat Ibnul Atsir ini adalah bahwa pembaharu dalam 1 abad tidak hanya terdiri dari satu orang
saja.
27 Faidhul Qadir juz 1 hal. 11, Lihat Fathul Bari juz 12/295 dan Syarah Muslim karya imam An-
Nawawi juz 4/583,584 cet. Asy-Sya'bu, Kairo
Page 17
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 17
Diskusi Dan Tarjih
Pembahasan yang saya pilih adalah pendapat Ibnul Atsir, Adz-Dzahabi
dan yang lainnya tentang pengertian man. Kata man yang terdapat dalam
hadits merupakan ungkapan untuk jamak dan juga bisa digunakan untuk
bentuk tunggal.
Demikianlah kata man merupakan ungkapan untuk bentuk tunggal
dan bisa juga untuk bentuk jamak. Di dalam Al-Qur'an28,
∅tΒuρ
ö≅yϑ÷ètƒ
z⎯ÏΒ
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$#
⎯ÏΒ
@Ÿ2sŒ
÷ρr&
4©s\Ρé&
uθèδuρ
Ö⎯ÏΒ÷σãΒ
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
tβθè=äzô‰tƒ
sπ¨Ψyfø9$#
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki
maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu
masuk ke dalam surga. " (An-Nisaa' (4):124)
Jika kita melihat ayat di atas terkadang mujadid itu hanya seseorang
yang dipersiapkan Allah untuk melakukan tugas menghidupkan dan
memperbarui, seperti Umar bin Abdul Aziz. Ada yang mengatakan,
"Mujadid itu adalah seseorang yang mempunyai cita-cita untuk
menghidupkan umat."
Terkadang yang melakukan aktifitas pembaharuan dalam bentuk
kelompok, yayasan atau gerakan –baik dalam bentuk pemikiran,
pendidikan dan perjuangan-. Para anggotanya senantiasa saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran. Mereka saling tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
Terkadang aktifitas pembaharuan dilakukan oleh beberapa orang atau
kelompok-kelompok yang tersebar. Semua pihak berada di posisi, bidang
dan keahliannya masing-masing. Ada yang mengkhususkan bidang ilmu
dan pemikiran. Ada pula yang mengkhususkan diri dalam bidang akhlak
dan pendidikan. Ada yang mengkonsentrasikan pada bidang pelayanan
masyarakat. Ada diantara mereka yang memusatkan perhatiannya pada
permasalahan hukum dan politik. Yang lainnya mengkhususkan diri
dengan perkara yang berkaitan dengan jihad dan perlawanan. Mereka
semua saling melengkapi. Tujuan dan prinsip mereka sama, walaupun
posisi dan tugas mereka berbeda.
Ada suatu perkara yang nampaknya perlu diperhatikan bagi mereka
yang berjuang di jalan Allah untuk meninggikan kalimatullah –baik secara
individu maupun kelompok-:
Perbedaan metode, langkah untuk kepentingan Islam dan berbagai
kelompok atau gerakan yang berjuang untuk Islam bukan merupakan
suatu penyakit. Kedua hal ini bukan merupakan perkara yang dicela oleh
28 Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis
Page 18
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 18
Allah dan orang-orang yang beriman. Dengan syarat perbedaan ini tidak
saling bertentangan atau bermusuhan. Artinya, perbedaan itu diarahkan
untuk saling melengkapi, bersinergi dan tolong menolong dalam berbagai
macam kegiatan. Satu sama lain saling melengkapi, saling memperkuat dan
dipersatukan untuk menyelesaikan permasalahan pokok/inti. Semuanya
sepakat dan seia sekata untuk menghadapi musuh bersama.
Adapun jika setiap pejuang Islam –baik secara perorangan atau
gerakan- hanya mementingkan dan menguatkan diri sendiri serta tidak
mempedulikan yang lainnya, bahkan melenyapkan pejuang Islam yang
lainnya, maka hal itu akan menyebabkan lemahnya kekuatan Islam secara
menyeluruh. Sehingga kekuatan Islam digrogoti dari dalam. Selain itu,
keadaan seperti ini membuka kesempatan kepada musuh-musuh Islam
untuk mengikis habis sampai ke akar-akarnya. Mereka menghadapi
kekuatan Islam tidak perlu bersusah payah, karena kekuatan Islam hancur
dengan sendirinya.
Arti Al-Ba'tsu/yab'atsu yang terdapat di dalam hadits di atas adalah,
“Mempersiapkan beberapa jalan yang sesuai, membuka peluang dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi munculnya gerakan
pembaharuan Islam dan gerakan membangkitkan umat. Semua itu berjalan
sesuai dengan sunatullah yang tidak akan berubah.”
Sehingga pengertian Al-Ba'tsu/yab'atsu bukanlah munculnya seorang
mujadid yang sakti dan diluar batas-batas sunatullah. Dia bukan seorang
mujadid yang turun dari langit secara tiba-tiba, bukan pula muncul secara
mendadak dari dalam bumi untuk merubah segala yang terdapat di dalam
diri manusia. Padahal mereka tidak dapat berubah kecuali mereka merubah
dirinya sendiri.
Inilah yang dapat kami pahami dari hadits di atas. Pemahaman ini
sejalan dengan hal-hal yang dikandung dalam hadits-hadits yang lain.
Hadits-hadits itu menjelaskan bahwa kemenangan Islam di akhir zaman
bergantung pada suatu kelompok yang berjuang di jalan yang haq, bukan
bergantung pada satu orang saja. Seperti yang terdapat di dalam hadits
berikut ini,
"Senantiasa akan ada sekelompok umatku yang selalu berada dalam
kebenaran. Orang-orang yang menentang tidak akan dapat
membahayakan mereka, hingga keputusan Allah datang dan mereka
masih tetap dalam kebenaran."
Hadits ini diriwayatkan melalui beberapa orang sahabat dengan lafadz
yang mirip29.
Bahkan pemahaman kami tidak saja sejalan dengan makna hadits di
atas, namun sejalan dengan firman Allah berikut ini,
29 Lihat kata pengantar Majalah Al-Markaz no.1
Page 19
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 19
ô⎯£ϑÏΒuρ
!$oΨø)n=yz
×π¨Βé&
tβρ߉öκu‰
Èd,ysø9$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
šχθä9ω÷ètƒ
∩⊇∇⊇∪
"Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula)
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araaf (7):181)
Ayat ini turun untuk kalian –wahai kaum muslimin-. Ada sekelompok
orang dari kalian yang memiliki sifat seperti yang digambarkan dalam ayat
di atas30. Dia (Ibnu Katsir) menujukkan sebuah firman Allah yang juga
terdapat di dalam surat yang sama,
⎯ÏΒuρ
ÏΘöθs%
#©y›θãΒ
×π¨Βé&
šχρ߉öκu‰
Èd,ptø:$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
tβθä9ω÷ètƒ
∩⊇∈®∪
"Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi
petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araaf (7):159)
Kedua ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah. Adapula ayat lain
yang sejenis, namun dalam bentuk perintah Allah, seperti firman Allah,
⎯ä3tFø9uρ
öΝä3ΨÏiΒ
×π¨Βé&
tβθããô‰tƒ
’n<Î)
Îösƒø:$#
tβρããΒù'tƒuρ
Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/
tβöθyγ÷Ζtƒuρ
Ç⎯tã
Ìs3Ψßϑø9$#
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
šχθßsÎ=øßϑø9$#
∩⊇⊃⊆∪
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali
Imran (3):104)
Ayat di atas diperkuat dengan ayat berikut ini,
(#θçΡuρ$yès?uρ
’n?tã
ÎhÉ9ø9$#
3“uθø)−G9$#uρ
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa.” (Al-Maidah (5):2)
”Nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr (103):3)
¨βÎ)
©!$#
=Ïtä†
š⎥⎪Ï%©!$#
šχθè=ÏG≈s)ãƒ
’Îû
⎯Ï&Î#‹Î6y™
$y|¹
Οßγ¯Ρr(x.
Ö⎯≈uŠ÷Ψç/
ÒÉθß¹ö¨Β
30 Ibnu Katsir menyebutkan hal ini di dalam tafsirnya tentang Qatadah yang menyampaikan
kepada Nabi Saw, juz 2/269 cet. Al-Halbi
Page 20
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 20
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Shaaf (61):4)
Rasulullah Saw bersabda, "Tangan Allah bersama jama'ah.31"
Meskipun seseorang memiliki bakat dan kemampuan yang banyak,
tetap saja tenaga dan kekuatannya terbatas. Dia akan tetap seperti itu,
selama tidak ada orang-orang yang mendukung dan menolongnya. Seorang
diri sedikit, bersama orang-orang lain akan menjadi banyak. Seorang diri
lemah, berjamaah dan bersama-sama akan menjadi kuat.
Oleh karena itu Musa as –padahal dia sosok orang yang kuat dan dapat
dipercaya- ketika diberi tugas oleh Allah, berkata,
≅yèô_$#uρ
’Ík<
#\ƒÎ—uρ
ô⎯ÏiΒ
’Í?÷δr&
∩⊄®∪
tβρã≈yδ
©År&
∩⊂⊃∪
÷Šß‰ô©$#
ÿ⎯ϵÎ/
“Í‘ø—r&
∩⊂⊇∪
çµø.Îõ°r&uρ
þ’Îû
“ÌøΒr&
∩⊂⊄∪
ö’s1
y7ysÎm7|¡èΣ
#ZÏVx.
∩⊂⊂∪
x8tä.õ‹tΡuρ
#·ÏWx.
∩⊂⊆∪
y7¨ΡÎ)
|MΖä.
$uΖÎ/
#ZÅÁt/
∩⊂∈∪
"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu)
Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan
jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak
bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami."
(Thaha (20):29-35)
Allah memenuhi permintaan nabi Musa ini, sebagaimana terdapat di
dalam firman Allah berikut ini,
tΑ$s%
‘‰à±t⊥y™
x8y‰àÒtã
y7‹Åzr'Î/
ã≅yèøgwΥuρ
$yϑä3s9
$YΖ≈sÜù=ß™
"Allah berfirman, 'Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan
Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar.'" (Al-Qashash
(28):35)
Ayat-ayat di atas memberi pengertian kepada kita bahwa betapapun
kuatnya seseorang, dia membutuhkan pertolongan yang akan
membantunya.
31 HR Tirmidzi diriwayatkan melalui Ibnu Abbas r.a. dengan no. hadits 2167, juga diriwayatkan
melalui Ibnu Umar r.a. dengan no. hadits 2168. Kedua hadits ini dinilai sebagai hadits gharib. Adapun
hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrani dengan para perawi yang dapat dipercaya (tsiqat), seperti yang
diucapkan Al-Haitsami. Ibnu Hajar berkata, "Hadits ini memiliki penguat (syawahid) yang banyak
diantaranya hadits mauquf shahih." Oleh karenanya, As-Suyuthi menilai hadits ini sebagai hadits hasan.
Beliau mencantumkan hadits ini di dalam kitab "Al-Jami' Ash-Shagir". Lihat Faidhul Qadir juz 6/459.
Al-Bani mencantumkan hadits ini dalam Shahih Al-Jami' dengan no. hadits 8065, cet. kedua.
Page 21
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 21
Saya akan menjelaskan firman Allah yang ditujukan kepada
Muhammad Saw,
uθèδ
ü“Ï%©!$#
š‚y‰−ƒr&
⎯ÍνÎóÇuΖÎ/
š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$$Î/uρ
∩∉⊄∪
y#©9r&uρ
š⎥÷⎫t/
öΝÍκÍ5θè=è%
4
"Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan
para mu'min, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang
yang beriman)." (Al-Anfal (8):62-63)
Allah Swt telah memperkuat nabi-Nya dengan pertolongan dari-Nya
dan orang-orang beriman yang hatinya telah disatukan dalam tujuan dan
akidah yang satu. Dengan kata lain, Allah menolong nabi-Nya dengan
kelompok orang-orang beriman yang saling terikat.
Jika kita memahami hadits di atas dengan pemahaman seperti ini, maka
kita tidak perlu menunggu datangnya seorang mujadid, imam Mahdi yang
turun dari langit ke tengah-tengah kita.
Kita tidak perlu menunggu sampai ada seseorang yang mengaku
dirinya sebagai mujadid/pembaharu abad ini. Kemudian ada yang
mengakui dan ada pula yang menolak bahwa dirinya adalah seorang
mujadid. Sebagaimana yang terjadi atas diri As-Suyuthi, ketika dia
mengaku bahwa dirinya adalah seorang mujadid abad ke 9 H. Banyak
orang di masanya yang mengingkari bahwa dirinya adalah seorang
mujadid.
Kita tidak perlu menunggu sampai ada seseorang, kelompok Zaid atau
kelompok Amru sebagai kelompok pembaharu di abad ke 10 atau 14 H.
Sehingga orang-orang yang berada di dalam kelompok itu akan menerima
anggapan ini. Sedangkan pihak lain akan mengolok-oloknya.
Kita tidak perlu menunggu sampai setiap kelompok dicalonkan sebagai
mujadid. Sehingga orang yang mengerti hadits mencalonkan diri sebagai
seorang ahli hadits. Ulama ilmu kalam mencalonkan diri sebagai
Mutakalimin. Orang-orang yang mendalami ilmu fiqih hanya mau
dipanggil dengan sebutan ahli fiqih. Setiap kelompok mengajukan seorang
yang paling faqih di madzhabnya. Madzhab Syafi’i mengajukan imam
Syafi'i. Madzhab Hambali mengajukan Imam Ahmad bin Hambal. Orang-
orang yang amat konsern terhadap masalah politik, mengajukan seorang
calon khalifah atau amir. Sedangkan mereka yang memperhatikan masalah
Jihad mengajukan seorang panglima perang.
Jika tidak seperti pemahaman ini, kita dapat mengikut sertakan seluruh
umat dalam proses pembaharuan. Umatlah yang mengkategorikan siapa
yang layak menjadi mujadid dan umat pula yang membuat mereka menjadi
semakin cemerlang. Umat yang menggerakkan mereka, mempersiapkan
kondisi yang sesuai untuk kemunculan dan aktivitas mereka. Umat pula
yang membantu mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka dan
melenyapkan berbagai rintangan yang menghalangi. Umat pula yang
membekali mereka untuk menempuh perjalanan yang panjang hingga
memperoleh apa yang mereka inginkan. Umatlah yang memberikan setiap
Page 22
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 22
orang posisi dalam kafilah pembaharuan. Sehingga mereka dapat dikatakan
sebagai bagian dari Islam.
Dari sinilah muncul pertanyaan dalam diri setiap muslim:
Apa peranku dalam gerakan pembaharuan? Apa kewajibanku terhadap
gerakan pembaharuan?
Semua pertanyaan di atas merupakan pengganti pertanyaan, "Kapan
mujadid/pembaharu akan muncul?"
Kapan Terjadinya Pembaharuan
Namun kapan terjadinya pembaharuan?
Hadits di atas memberikan batasan waktu bagi pembaharuan adalah
'kepala/penghujung setiap seratus tahun sekali.' Kepala dari segala sesuatu
adalah bagian atasnya, sedangkan kepala dari tahun adalah awalnya.
Para pensyarah hadits bertanya-tanya tentang penghitungan pertama
dari 1 abad. Al-Manawi berkata, "Kemungkinan dihitung sejak kelahiran
Nabi Saw, bisa juga dihitung sejak diutusnya Muhammad sebagai
Rasulullah. Ada juga yang menyatakan bahwa penghitungan itu sejak
wafatnya Rasulullah." Namun Subki dan yang lainnya penghitungan 1 abad
dimulai dari peristiwa hijrah nabi Muhammad Saw.
Para pensyarah hadits ketika membicarakan tentang para
pembaharu/mujadid, mereka menganggap bahwa tanggal hijriah
merupakan dasar perhitungan. Pendapat ini merupakan pendapat yang
masuk diakal. Karena penanggalan hijriah merupakan penanggalan yang
Allah ilhamkan kepada kaum muslimin di masa pemerintahan Umar.
Mereka membuat perhitungan tanggal dimulai dari peristiwa hijrah, tidak
yang lain. Perhitungan tidak dimulai dari peristiwa kelahiran Rasulullah,
tidak dimulai dari peristiwa diutusnya Muhammad sebagai Rasul dan
bukan pula dihitung dari waktu wafatnya Nabi Saw.
Selain itu dapat dilihat, ketika para pensyarah menjadikan tahun
wafatnya pembaharu pada penghujung abad. Hal ini sebagaimana dapat
dilihat dari tahun wafat mereka yang ditetapkan sebagai pembaharu. Umar
bin Abdul Aziz wafat pada tahun 101 H. Asy-Syafi’i meninggal pada tahun
204 H, Ibnu Sirij wafat di tahun 306 H, Al-Baqilani pada tahun 403 H, Al-
Ghazali pada tahun 505 H, Ar-Razi pada tahun 606 H, Ibnu Daqiq Al-’ied
pada tahun 703 H dan Al-Iraqi pada tahun 808 H.
Para pensyarah tidak menyebut diantara mereka, seorang imam pun.
Mereka tidak menyebut nama Imam Ibnu Taimiyyah yang memimpin
gerakan pembaharuan dalam bidang pemikiran Islam dengan segala
aspeknya. Karena wafatnya jauh dari penghujung abad. Ibnu Taimiyyah
wafat di tahun 728 H.
Hadits di atas tidak berbunyi, "Allah mewafatkan seorang mujadid
(pembaharu) di penghujung abad." Tetapi hadits itu berbunyi, "Allah
mengutus seorang pembaharu di penghujung abad." Artinya, "Tugas
Page 23
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 23
pembaharu (mujadid) dimulai di penghujung abad dan bukan berakhir di
penghujung abad."
Saya menemukan Al-Allamah Al-Manawi menaruh perhatian terhadap
makna hadits ini. Dia berkata, "Ini merupakan peringatan yang perlu
menggunakan kecerdasan. Setiap orang yang berbicara tentang hadits ini
"Allah mengutus ………dan seterusnya hingga akhir hadits", memutuskan
berdasarkan bahwa orang yang diutus di penghujung abad, wafatnya juga
di penghujung abad. Anda memang ahlinya dalam mengambil kesimpulan
dengan segera. Al-Ba'tsu adalah Al-Irsal (mengutus/mengirim) yang terjadi
di penghujung abad, yaitu di awal abad. Arti mengutus ke dunia adalah
mempersiapkannya untuk menghadapi manusia agar dapat bermanfaat
bagi mereka. Memberinya kedudukan untuk menyebarkan hukum-hukum
Allah. Kemudian dia wafat dipenghujung abad juga. Coba renungkanlah
dengan obyektif!"
Al-Manawi berkata, "Saya melihat Ath-Thayyibi berpendapat, "Yang
dimaksud Al-Ba'tsu adalah setelah berlalunya 100 th. Hal ini merupakan
alam yang sudah dikenal."
Al-Kirmani berkata, "Orang yang berada dalam ketaatan pada Allah
selama seabad, juga termasuk orang yang membenarkan dan melaksanakan
perintah agama. Inilah yang dimaksud dengan orang yang menghabiskan
selama seabad dan dia masih hidup serta mengenal orang yang ada
diselilingnya."
Al-Manawi berkata, "Terkadang seorang pembaharu berada di
pertengahan abad bahkan terkadang lebih baik dari mereka yang diutus di
awal abad. Penyebutan secara khusus penghujung abad adalah karena
biasanya pada saat itu banyak ulama yang berpulang ke rahmatullah,
munculnya berbagai bid'ah dan bermunculan para dajjal32." Ini pendapat
yang dapat diterima akal.
Menurut saya (penulis), hadits ini memberi pengertian munculnya
abad baru berarti munculnya fajar dan harapan baru. Sehingga umat Islam
dapat menyambut kedatangan abad itu dengan harapan bahwa esok lebih
baik dari hari ini. Hati mereka penuh dengan niat yang membaja untuk
melakukan yang terbaik, berniat untuk merubah keadaan sekarang dengan
keadaan yang semestinya. Terlebih lagi di penghujung abad ini, umat Islam
harus mengoreksi diri dan meluruskan sikap-sikapnya yang menyimpang.
Mereka harus berusaha untuk mengambil pelajaran dari masa lalunya,
harus bangkit menjalani hidup saat ini dan selalu berusaha agar masa
depan menjadi lebih baik. Pendekatan diri mereka terhadap Allah hari ini
harus lebih baik dari kemarin dan esok hari harus lebih baik dari hari ini.
Hadits di atas tidak menutup kemungkinan hadirnya para pembaharu
di pertengahan atau di akhir abad. Ungkapan hadits itu adalah ungkapan
mengenai realita yang dapat disaksikan oleh orang-orang yang membaca
perjalanan sejarah umat ini. Diantara mereka yang pantas dikategorikan
32 Faidhul Qadir juz 1/12
Page 24
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 24
sebagai pembaharu yang muncul di pertengahan atau akhir abad adalah:
Ibnul Jauzi, Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Asy-Syatibi, Ibnul Wazir, Ibnu
Hajar, Ad-Dahlawi, Asy-Syaukani dan lain sebagainya.
Siapa Yang Menjadi Obyek Pembaharuan?
Seperti yang dijelaskan di dalam hadits, yang menjadi obyek
pembaharuan adalah umat Islam, umat Muhammad. Al-Manawi berkata,
"Kata umat mengandung arti banyak orang, namun diungkapkan dengan
kata tunggal (yaitu kata ummat). Menggunakan lafadz bentuk tunggal,
namun mengandung arti jamak (banyak orang). Jama'ah atau komunitas
yang di tengah-tengah mereka diutus seorang nabi, mereka diseru untuk
menyembah Allah, maka mereka biasa disebut sebagai umat dakwah. Jika
semua atau sebagian yang beriman, maka mereka disebut dengan istilah
orang-orang beriman atau umat yang menerima dakwah (Ummatul
Ijabah). Itulah yang dimaksud hadits. Di samping itu diperkuat lagi dengan
ungkapan agamanya/agama umat (diiniha)33."
Kata Li-Hadzihil Ummati merupakan isyarat kepada ummat Islam, umat
yang menerima dakwah sepanjang abad itu atau generasi di abad itu.
Seolah-olah Nabi Saw mengundang mereka dihadapannya dan menunjuk
kepada mereka dengan sabdanya, "ummat ini."
Dia merupakan umat yang disebutkan di dalam Al-Qur'an, seperti
terdapat di dalam ayat berikut ini,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan." (Al-Baqarah (2):143)
öΝçGΖä.
uöyz
>π¨Βé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Ψ=Ï9
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia."
(Ali Imran (3):110)
Al-Qur'an dan Sunnah hanya mengenal sebutan umat untuk umat
Islam saja. Umat Islam adalah umat yang satu, walaupun berbeda suku,
bangsa, warna kulit dan negrinya.
¨βÎ)
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
öΝä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïm≡uρ
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu." (Al-Anbiya (21):92)
33 Faidhul Qadir juz 1/10
Page 25
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 25
¨βÎ)uρ
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
óΟä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
O$tΡr&uρ
öΝà6š/u‘
Èβθà)? $$sù
∩∈⊄∪
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku." (Al-Mukminun (23):52)
Oleh karena itu, kita tidak boleh mengungkapkan umat-umat Islam. Di
dalam Islam tidak terdapat umat-umat. Yang ada hanya umat yang satu.
Yang benar adalah menggunakan ungkapan negri-negri Islam. Karena
negri-negri Islam merupakan bagian dari umat Islam.
Pembaharuan secara mutlak dan keseluruhan meliputi seluruh umat
Islam dan berpengaruh secara merata. Pembaharuan secara sempurna
meliputi ilmu dan amal secara bersamaan. Menurut kami hal seperti ini
nampak pada pengaruh Umar bin Abdul Aziz, Asy-Syafi’i, Al-Ghazali dan
lainnya. Mereka semua termasuk para pembaharu yang berpengaruh
seluruh umat Islam. Walaupun terkadang pengaruh tersebut hanya pada
satu sisi kehidupan. Namun di lain sisi berpengaruh dalam berbagai aspek
kehidupan umat Islam.
Namun pembaharuan terkadang bersifat parsial, kadang kala pada sisi
kehidupan saja atau terkadang hanya meliputi satu daerah tertentu, bahkan
terkadang hanya berpengaruh pada satu kelompok saja. Akan tetapi bisa
jadi pengaruh pembaharuan meliputi berbagai aspek kehidupan, beberapa
kelompok bahkan terkadang berpengaruh pada beberapa negara.
Apa Agama Masyarakat Yang Menjadi Target Pembaharuan?
Seperti yang terdapat di dalam hadits, yang perlu diperbaharui adalah
agama. Namun apa yang dimaksud dengan agama yang terdapat di dalam
hadits di atas?
Kata Ad-Dien semakna dengan kata Al-Islam. Jika kata ini disebutkan,
maka mempunyai makna salah satu dari kedua makna berikut ini,
Pertama, bermakna metode illahi (Allah). Allah mengutus rasul-Nya,
menurunkan kitab-Nya demi menjelaskan metode illahi ini. Yang termasuk
ke dalam metode illahi adalah perkara akidah, ibadah, akhlak dan syari'at.
Metode Illahi ini berfungsi untuk mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah dan hubungan sesama manusia. Hal ini sebagaimana
diungkapkan Ibnu Khaldun, "Peraturan Allah adalah kompas bagi umat
manusia dengan memberikan pilihan pada mereka untuk kebaikan di
dunia dan akhirat."
Pada dasarnya, makna di atas adalah makna yang sudah fix, tidak
memerlukan perubahan dan tidak pula memerlukan adanya pembaharuan.
Kedua, bermakna keadaan yang dialami oleh manusia yang berkaitan
dengan makna pertama. Baik dari segi pemikiran, perasaan, perbuatan atau
akhlak. Sehingga dapat diungkapkan bahwa si fulan agamanya lemah, si A
agamanya kuat. Si fulanah Islamnya baik dan si anu Islamnya buruk.
Page 26
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 26
Pengertian dien/agama di atas dapat berubah-ubah, dapat bertambah
dan berkurang, melemah dan menguat, murni dan keruh, lurus dan
menyimpang tergantung pada pemahaman manusia terhadap agama. Kuat
atau lemahnya juga tergantung pada keimanan dan keterikatan seseorang
pada agama.
Makna agama seperti inilah yang perlu diperbaharui. Sehingga tidaklah
aneh bila kata dien/agama dalam hadits di atas bergandeng dengan kata
umat dan bukan bergandengan dengan kata Allah. Hal ini nampak pada
ungkapan Li yujaddida lahaa dienahaa. Sehingga pengertian pembaharuan
ditujukan pada agama umat dan bukan agama Allah.
Makna Pembaharuan
Oleh karena itu menurut kami, tidak beralasan penolakan sebagian
ulama untuk menggunakan istilah 'pembaharuan agama'. Mereka khawatir
istilah ini digunakan orang-orang sesat untuk ungkapan yang tidak
dibenarkan oleh Islam. Penggunaan istilah yang kami maksud di sini bukan
ditujukan untuk pengertian pembaharuan agama yang diturunkan Allah
(yaitu bukan pengertian agama dalam makna yang pertama). Ungkapan ini
telah biasa digunakan dan dibenarkan oleh hadits. Tidak perlu seorang
muslim merasa khawatir untuk menggunakan ungkapan ini. Yang
terpenting adalah kita harus memberikan batasan pengertiannya, sehingga
setiap orang atau setiap kelompok tidak menggunakan ungkapan ini
semaunya. Kalau begitu, apa arti pembaharuan di sini?!
Al-'Azizi di dalam syarah Al-Jami' Ash-Shagir mengutip dari Al-'Alqami
menjelaskan bahwa makna At-Tajdid (pembaharuan) adalah
menghidupkan kembali untuk mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah yang
selama ini telah dilupakan34. Sehingga pembaharuan ditujukan pada amal
perbuatan.
Imam Al-Manawi berkata dalam menjelaskan lafadz yujaddidu adalah
menjelaskan mana saja yang termasuk perbuatan sunnah dan perbuatan
bid'ah. Mengembangkan ilmu dan menolong orang-orang yang berilmu.
Kemudian meluruskan orang-orang yang gemar berbuat bid'ah35.
Pengertian pembaharuan di sini adalah ditujukan pada ilmu.
Di bagian lain, imam Al-Manawi berkata, "Pengertian memperbaharui
adalah menghidupkan kembali hukum-hukum syari'at Islam yang telah
dilupakan. Menghidupkan kembali rambu-rambu sunnah yang telah
hilang dan menghidupkan kembali ilmu-ilmu teori dan praktek36."
Ungkapan pembaharuan di atas meliputi ilmu dan amal. Pembaharuan
secara mutlak meliputi ilmu dan amal secara keseluruhan.
Saya (penulis) ingin memperingatkan disini tentang makna penting dari
pembaharuan. Pembaharuan terhadap sesuatu merupakan usaha
34 Juz 1 hal. 411 dari buku As-Siraj Al-Munir karya Al-'Azizi
35 Faidhul Qadir juz 2/281, 282
36 Al-Faidh juz 1 hal. 10
Page 27
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 27
mengembalikan sesuatu seperti ketika pertama kali muncul, sehingga
kemunculannya seolah-olah seperti baru. Hal itu dengan menguatkan
sesuatu yang telah lemah, memperbaiki yang telah rusak, menambal
sesuatu yang telah koyak, sehingga kembali seperti keadaan semula.
Sehingga pembaharuan bukanlah merubah tabi'at/ karakteristik yang
lama, bukan pula mengganti dengan sesuatu yang lain, baru dan
merupakan hasil kreativitas. Ini semua bukan termasuk dalam kategori
pembaharuan.
Sebagai contoh, ketika kita ingin merenovasi/memperbaharui suatu
bangunan kuno, maka kita harus menjaga keaslian, keorisinalan,
karakteristik dan kekhasan penting bangunan lama. Maka menjaga
kekhasan, memperbaiki segala yang rusak dan memperbaiki jalan masuk
serta memudahkan sarana untuk mencapai bangunan itu termasuk aktifitas
renovasi/pembaharuan. Sehingga pembaharuan terhadap sesuatu
bukanlah merubuhkannya dan mendirikan bangunan baru dengan model
yang baru.
Demikian pula halnya dengan memperbaharui urusan agama.
Memperbaharui urusan agama bukan berarti memunculkan sesuatu
dengan karakteristik baru. Namun memperbaharui urusan agama adalah
mengembalikannya seperti di masa Rasulullah, para sahabat dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Orang yang membaca fiqih para shahabat Rasulullah dan para tabi'in,
niscaya akan memahami bahwa mereka adalah manusia yang paling
paham terhadap semangat Islam dan tujuan-tujuan dari syari'at Islam.
Mereka amat berpegang teguh pada syari'at Islam. Selain itu, mereka juga
berijtihad mencari hukum pada perkara-perkara baru, namun dengan
tetap menjaga semangat persaudaraan sesama muslim. Masyarakat pada
saat itu mengetahui bahwa Allah menurunkan syari'at Islam untuk
kepentingan hamba-hamba-Nya. Dia menginginkan kemudahan bagi
hamba-hamba-Nya dan bukan menghendaki kesulitan mereka. Metode
mereka seperti yang diungkapkan oleh Ali r.a. (metode pertengahan).
Kunci pembaharuan agama adalah kesadaran dan pemahaman. Dalam
ungkapan Islam adalah fiqih. Yang saya maksud dengan fiqih di sini bukan
makna fiqih menurut istilah. Bukan dalam pengertian segala yang
berkaitan dengan pengetahuan hukum furu' seperti wudhu', shalat,
menyusui, menikah, thalaq saja. Namun yang saya maksud fiqih disini
adalah pemahaman seseorang terhadap Al-Qur'an dan Sunnah. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini,
ô‰s%
$uΖù=¢Ásù
ÏM≈tƒFψ$#
5Θöθs)Ï9
šχθßγs)øtƒ
∩®∇∪
"Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami
kepada orang-orang yang mengetahui." (Al-'An'am (6):98)
Page 28
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 28
Allah menjelaskan bahwa pemahaman seperti ini tidak dimiliki orang-
orang musyrik dan musuh-musuh Islam. Hal ini seperti yang dijelaskan
dalam ayat berikut ini,
"Kaum yang tidak mengerti." (Al-Anfal (8):65)
Allah menjelaskan tentang penduduk neraka dengan ungkapan seperti
ini,
öΝçλm;
Ò>θè=è%
ω
šχθßγs)øtƒ
$pκÍ5
"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah)." (Al-'Araf (7):179)
Allah berfirman,
Ÿωöθn=sù
txtΡ
⎯ÏΒ
Èe≅ä.
7πs%öÏù
öΝåκ÷]ÏiΒ
×πxÍ←!$sÛ
(#θßγ¤)xtGuŠÏj9
’Îû
Ç⎯ƒÏe$!$#
(#ρâ‘É‹ΨãŠÏ9uρ
óΟßγtΒöθs%
#sŒÎ)
(#þθãèy_u‘
öΝÍκös9Î)
óΟßγ¯=yès9
šχρâ‘x‹øts†
∩⊇⊄⊄∪
"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya." (At-Taubah (9):122)
Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka dia akan diberi
pemahaman dalam urusan agama.37"
Fiqih (pemahaman) di sini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Al-
Qur'an dan As-Sunnah adalah pemahaman tentang alam dan tentang
agama. Oleh karena itu, yang pertama adalah pemahaman mengenai Allah
dalam kaitannya dengan penciptaan. Yang kedua pemahaman mengenai
Allah dalam kaitannya dengan syari'at-Nya.
Yang dimaksud dengan pemahaman tentang alam adalah pemahaman
ayat-ayat Allah yang terdapat dalam jiwa manusia dan planet-planet.
Pemahaman tentang sunatullah-Nya yang tidak pernah berubah atas alam
dan manusia. Hal ini sebagaimana yagn ditunjukkan redaksi ayat-ayat Al-
Qur'an.
Yang dimaksud dengan pemahaman tentang dien/agama adalah
mengetahui, memahami setelah mempelajari Islam secara mendalam dari
sumbernya yang jernih. Yaitu dari orang-orang yang memiliki pemahaman
yang lurus dan bersih. Mempelajari dari orang-orang yang memperoleh
tuntunan dari generasi pertama yaitu generasi yang paling memahami
37 HR Muttafaq 'alaih, hadits yang diriwayatkan melalui Mu'awiyyah r.a.
Page 29
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 29
Islam dan generasi yang paling komitmen pada Islam. Mempelajari Islam
dari orang-orang yang tidak lalai pada keuniversalan, kemoderatan dan
kemudahan Islam. Orang-orang seperti ini mampu membedakan antara
perkara yang kulliyat (menyeluruh, global) dan juziyyat (parsial), dapat
membedakan antara hukum-hukum yang ushul (pokok) dan yang furu'
(cabang). Mereka juga mampu membedakan bagian ajaran Islam mana
yang tetap dan abadi (tsabat dan khulud) serta bagian mana yang elastis
dan dapat berubah (murunah dan taghayyur). Mereka dapat membedakan
tingkatan dan derajat perbuatan menurut syari'at Islam. Apakah perbuatan
itu baik (hasanah) atau buruk (sayyi'at). Mereka tahu bahwa rukun
berbeda dengan hal-hal yang fardhu. Mereka juga tahu bahwa fardhu
tidak sama dengan wajib. Kewajiban juga tidak sama dengan sunnah dan
rawatib. Rawatib juga berbeda dengan perbuatan mustahabbaat.
Di sisi lain, mereka juga mengetahui bahwa kekufuran tidak sama
dengan perbuatan maksiat, walaupun termasuk perbuatan dosa besar.
Mereka tahu bahwa dosa besar yang diharamkan tidak sama dengan dosa
kecil. Mereka juga memahami bahwa dosa kecil tidak sama dengan perkara
yang syubhat. Hal-hal yang haram tidak sama dengan hal-hal yang
makruh. Mereka dapat membedakan antara perkara makruh yang
diharamkan (tahriman) dan perkara makruh yang dibersihkan (tanzihan).
Setiap perbuatan ada tingkatannya dan setiap tingkatan ada status
hukumnya.
Mencampur adukkan dan menyamakan perbedaan antara derajat
perbuatan dan perbuatan itu sendiri merupakan perbuatan yang amat
bodoh dan membahayakan. Juga termasuk hal yang bodoh dan
membahayakan, jika menganggap sesuatu yang menyeluruh sebagai satu
bagian. Menggabungkan sesuatu yang telah dipisahkan dan dibedakan oleh
Allah juga termasuk perbuatan yang bodoh dan menyesatkan. Memisahkan
sesuatu yang telah digabungkan oleh Allah juga termasuk perbuatan yang
odoh dan amat berbahaya.
Di abad 15 H ini, kita membutuhkan pembaharuan dalam bidang
pemikiran yang bersifat budaya dan pendidikan (tajdid fikriy tsaqafi)
secara luas dan mendalam. Pembaharuan akan mengembalikan kehidupan
dan kegiatan ijtihad kembali bersemi. Ijtihad dilihat dari jenisnya dibagi
menjadi dua:
1. Ijtihad dalam pengertian memilih pendapat yang kuat secara murni
2. Ijtihad dalam pengertian kreasi yang membangun
Ijtihad itu adalah mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan
baru dan kontemporer. Solusi itu digali dari syari'at Islam. Ijtihad dapat
mendeteksi, mendiagnosa berbagai penyakit masyarakat disertai
kemampuan memberi resep yang diambil apotik Islam dan bukan dari
apotik barat yang sekularis atau apotik timur yang atheis.
Hal ini diwajibkan atas kelompok ilmiah yang bergerak dalam bidang
ini (ijtihad). Janganlah engkau membatasi sumber pendapat-pendapat
ijtihad. Selain itu, wajib atas fakultas syari'ah membuat metode, buku-buku
Page 30
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 30
dan kajiannya dalam bidang fiqih, ushul fiqih dan sejarahnya, terlebih lagi
fiqih Al-Qur'an dan Sunnah dalam studi komparasi ilmiah. Sehingga
fakultas syari'ah mampu untuk membentuk akal pemikiran yang merdeka
dan diharapkan dapat berijtihad di bidangnya. Hendaknya fakultas syari'ah
dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa cerdas dan menguatkan
tekad untuk tetap berada di jalan ini.
Pembaharuan mampu untuk mengembalikan Islam ke panggung dunia
dalam bahasa kekinian. Pembaharuan menyeru semua kaum dengan
bahasa mereka. Pembaharuan menyadari kekhasan masa kini, kekhasan
Islam dan kekhasan masing-masing kaum. Pembaharuan mampu
memahami pemahaman secara luas dan mendalam. Allah berfirman,
!$tΒuρ
$uΖù=y™ö‘r&
⎯ÏΒ
@Αθß™§‘
ωÎ)
Èβ$|¡Î=Î/
⎯ϵÏΒöθs%
š⎥Îi⎫t7ãŠÏ9
öΝçλm;
(
"Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka." (Ibrahim (14):4)
Ayat ini tidak berarti kita bercakap-cakap bahasa Inggris terhadap
orang Inggris dan berbahasa Cina dengan orang Cina. Tidak itu saja. Tapi
harus tahu bagaimana kita dapat masuk dalam akal dan hati orang Inggris.
Bagaimana kita dapat masuk dalam akal dan hati orang Cina. Pendekatan
tertentu terkadang cocok untuk suatu negara, namun tidak cocok untuk
negara yang lain.
Ini berarti perlu adanya perkembangan sarana dan tekhnis dakwah.
Selain itu perlu pengembangan kemampuan para pengemban dakwah.
Perkembangan ini sesuai dengan tuntutan zaman dan pengarahan Islam.
Berbicara pada kaum/bangsa yang telah sampai ke bulan bukan
dengan bahasa kaum/bangsa yang tinggal di pedalaman. Masing-masing
mereka mempunyai bahasa. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bahasa
setiap bangsa, agar kita dapat berpikir seperti mereka dan dapat
menjelaskan kepada mereka.
Pembaharuan dapat mengembalikan pandangan mengenai ilmu-ilmu
tentang manusia dan masyarakat dari sudut pandang Islam yang benar,
yaitu sudut pandang yang bersandar pada filsafat Islam yang menyeluruh
dan yang bersandar pada pandangan Islam terhadap agama, kehidupan,
manusia, masyarakat dan sejarah. Semua itu dapat dimanfaatkan seluruh
sekolah yang berdiri dan dapat pula dimanfaatkan oleh berbagai hasil
penelitian serta analisanya. Semua itu dapat dilakukan tanpa harus
terpasung oleh satu filsafat atau seluruh filsafat.
Ini berarti, perguruan tinggi kita harus dapat melepaskan dari belenggu
pemikiran barat yang memiliki cabang dua yaitu Liberal dan Marx.
Perguruan tinggi kita harus kembali pada akar dan pokok ajaran Islam.
Semua perguruan kita harus mengambil segala sesuatu yang berasal dari
Islam. Semua perguruan tinggi hendaknya mampu untuk mencetak
generasi yang memiliki pemikiran yang merdeka. Perguruan tinggi
Page 31
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 31
seharusnya mampu memadukan antara keorisinalan Islam dan
kemoderanan zaman.
Hal ini merupakan kewajiban bagi seluruh perguruan tinggi di negri
Arab dan dunia Islam. Merupakan kewajiban perguruan tinggi Islam
khususnya, seperti Universitas Al-Azhar, Universitas Imam Muhammad bin
Su'ud, Universitas Islam Al-'Alamiyyah di Islamabad dan perguruan tinggi
lainnya.
Pembaharuan memberi kesempatan kepada umat Islam untuk unggul
ilmu alam dan matematika, memberi kesempatan kepada mereka untuk
unggul dalam penerapan tekhnologi di lapangan sipil dan militer.
Pembaharuan memberi kesempatan kepada umat mampu membuat
persenjataan, memberi kesempatan untuk mengeksplorasi hasil alam yang
tersebar. Sehingga tidak ada lagi kekurangan pangan dan kelemahan
persenjataan.
Ini semua menuntut adanya pengembangan metode pengajaran, sarana,
tujuan dan tekhnis pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman dan sesuai
dengan yang diwajibkan oleh Islam.
Jika para ahli pendidikan di Amerika Serikat menyerukan keharusan
pengembangan pendidikan yang disesuaikan tuntutan zaman. Karena
mereka berpendapat bahwa umat manusia berada dalam jurang bahaya.
Jika perjalanan dunia pendidikan mereka senantiasa disempurnakan,
lalu bagaimana keadaan kita saat ini?
Pembaharuan agama bukan dari segi pemikiran saja, sebagaimana
pemahaman mayoritas. Ketika mereka menyebut kata 'pembaharuan' dan
memperbincangkannya, maka hanya berputar pada perkara pembaharuan
ijtihad dan membangkitkan pemikiran muslim untuk menghadapi
perkembangan zaman.
Tidak diragukan lagi, pembaharuan pemikiran, menghidupkan ijtihad
dan merubah paradigma salah, muncul sebagai garis depan pembaharuan.
Ilmu harus ada terlebih dahulu, mendahului perbuatan dan pemikiran
mendahului gerakan.
Untuk melandasi pendapat ini cukuplah wahyu pertama yang turun
kepada Rasulullah Saw dijadikan dalil. Wahyu pertama yang turun kepada
beliau diawali dengan kata Iqra' (bacalah). Ya memang benar, membaca
adalah kunci dari ilmu, pemikiran dan pengamatan.
Namun yang namanya manusia tidak terdiri dari akal saja. Manusia
memiliki akal dan hati, tubuh dan ruh. Oleh karena itu pembaharuan
terhadap diri manusia adalah pembaharuan manusia secara keseluruhan.
Inilah yang menjadi perhatian terbesar bagi Islam. Islam memberikan
perhatiannya secara proporsional, menurut haknya masing-masing.
Para ulama yang mempunyai perhatian terhadap para pembaharu
dalam sejarah Islam sepakat bahwa Umar bin Abdul Aziz merupakan
Page 32
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 32
mujadid (pembaharu) di abad pertama hijriah (tahun 101 H), meskipun
masa pemerintahannya tidak lebih dari 30 bulan.
Pembaharuan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz bukan dalam
bidang pemikiran atau ilmu, sebagaimana pembaharuan yang dilakukan
imam Syafi’i dalam abad ke 2 H. Pembaharuan yang dilakukan Umar
adalah pembaharuan dalam amal perbuatan dan pemerintahan. Beliau
menilai batil tradisi dosa. Beliau menghidupkan berbagai kebiasan adil.
Selain itu, dia melenyapkan berbagai perbuatan dzalim, mengembalikan
hak kepada pemiliknya dan menolak berbagai ambisi serta keinginan
keluarganya. Dalam pemerintahannya, selalu disebarkan suasana
ketakwaan dan rasa takut kepada Allah. Oleh karena itu, para ulama
mengkategorikan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah kelima dari
Khulafaur Rasyidin yang empat.
Umar berhasil melakukan itu semua, tanpa sedikit pun rasa sombong,
berbangga hati dan membusungkan dada. Namun beliau selalu berharap
cemas sambil berdoa, "Ya Allah, Umar memang tidak layak memperoleh
rahmat-Mu, namun rahmat-Mu berhak memperoleh Umar!!."
Suatu ketika, seseorang merasa berhutang budi dengan Umar bin Abdul
Aziz, sehingga dia berucap, "Semoga Allah memberikanmu balasan
kebaikan dari Islam." Namun Umar menjawab, "Semoga Allah memberikan
kebaikan/kemajuan Islam lantaran diriku."
Beliau mengembalikan hak kepada pemiliknya. Beliau meletakkan
perkara pada tempatnya. Sehingga Islam yang telah merubah Umar
sedemikian rupa. Bukan Umar yang merubah Islam.
Pembaharuan Dari Segi Keimanan
Yang kami maksud dengan keimanan adalah akidah Islam dan
dasarnya yang berbentuk Tauhid. Unsur-unsur keimanan dibagi menjadi 3,
"Hendaknya kita tidak mencari tuhan selain Allah, tidak menjadikan
penolong selain Allah serta tidak mencari hukum selain hukum Allah."
Inilah makna syahadat Laa ilaaha Illa Allah.
Setelah tauhid, berlanjut pada keimanan terhadap risalah Islam, yaitu
bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Dia bukan tuhan, bukan pula anak
tuhan dan dia tidak berkedudukan sebagai tuhan. Beliau hanyalah hamba
Allah dan rasul-Nya. Allah menurunkan kitab-Nya kepada beliau. Beliau
menyampaikan semua yang diwahyukan padanya. Beliau tidak pernah
berkhianat dan tidak pernah menyembunyikan satu pun ayat Allah. Semua
yang diucapkannya tidak berangkat dari hawa nafsu.
÷βÎ)
uθèδ
ωÎ)
Ö©óruρ
4©yrθãƒ
∩⊆∪
"Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (An-Najm (53):4)
Page 33
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 33
Salah satu aspek akidah yang disampaikan Rasulullah adalah, keimanan
terhadap akhirat dan balasan perbuatan manusia di dunia. Kematian
bukanlah akhir segalanya. Di balik kehidupan yang fana ini terdapat
kehidupan lain yang kekal. Setiap jiwa akan wafat dan dibalas sesuai
dengan amal perbuatannya di dunia.
⎯yϑsù
ö≅yϑ÷ètƒ
tΑ$s)÷WÏΒ
>六sŒ
#\ø‹yz
…çνttƒ
∩∠∪
⎯tΒuρ
ö≅yϑ÷ètƒ
tΑ$s)÷WÏΒ
;六sŒ
#vx©
…çνttƒ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula." (Al-Zalzalah (99):7-8)
Urgensi Keimanan Dalam Kehidupan Kita
Keimanan dalam kehidupan kita sebagai muslim bukanlah suatu
perkara yang remeh. Sekali lagi tidak, keimanan adalah permata dan inti
keberadaan kita di dunia ini. Keimanan merupakan rahasia kelangsungan
hidup kita di dunia dan juga merupakan sumber risalah Islam. Kehidupan
kita tidak ada artinya tanpa keimanan dan tidak ada alasan yang mendasari
keberadaan kita di dunia.
Setiap orang memiliki kunci. Jika engkau mengetahui kunci itu dan
dapat menggunakannya, maka engkau dapat mengetahui potensi yang
dimiliki. Dengan kunci itu, engkau dapat menyalakan kandungan
potensimu. Kunci kepribadian manusia di dalam umat kita adalah
keimanan.
Dengan kunci itu, engkau dapat menggerakkan mobil di daratan, kapal
laut di lautan dan pesawat terbang di udara, sehingga engkau dapat
mempersingkat lamanya perjalanan. Demikian pula dengan keimanan,
keimanan dapat menggerakkan segala potensi umat. Sehingga dengan
segala potensi tersebut akan tercipta berbagai keajaiban dan
bermunculannya para tokoh yang membawa harum Islam.
Sementara itu ada sebagian orang menempuh cara lain untuk
menggerakkan umat. Mereka menyanyikan lagu mars untuk
menggerakkan umat. Mendengar lagu ini, umat tidak akan tergerak dan
bersemangat menyambut seruan lagu tersebut.
Mereka menyanyikan lagu-lagu nasionalis, sosialis dan demokrasi.
Namun mereka tidak menghasilkan apa pun juga. Yang ada hanyalah
kemunduran dan kerugian.
Namun ketika engkau memimpin umat ini dengan mushaf yang engkau
angkat ke angkasa atau engkau meneriakkan Allahu Akbar dan berkata,
"Wahai wangi surga bertiuplah ke arahku." Engkau mungkin akan terkejut,
sekelompok orang berjalan bersamamu dan di belakangmu terdapat jutaan
orang yang siap untuk gugur di jalan Allah.
Page 34
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 34
Keimanan ini terdapat di dalam fitrah umat ini. Keimanan seperti
sebuah bibit unggul di tanah yang subur. Kita wajib menjaganya,
menumbuhkannya dan memberi pupuk. Disamping itu, kita juga harus
menjaganya dari serangan hama dan serangga. Sehingga bibit itu dapat
tumbuh, berbunga, berbuah dan hasilnya dapat dimakan dengan izin Allah.
Kita Membutuhkan Pendidikan Keimanan
Oleh karenanya, kita butuh pada pendidikan keimanan yang benar.
Makna-makna ketuhanan yang pokok ditanamkan di dalam hati. Seperti,
rasa takut pada Allah, berharap pada-Nya, lemah lembut pada-Nya,
mencintai-Nya, ridha pada-Nya, tawakal pada-Nya, kembali pada-Nya, taat
pada perintah-Nya, menerima hukum-Nya dan hukum rasul-Nya.
Sebagaimana yang terdapat di dalam ayat berikut ini,
Ÿξsù
y7În/u‘uρ
Ÿω
šχθãΨÏΒ÷σãƒ
4©®Lym
x8θßϑÅj3ysãƒ
$yϑŠÏù
tyfx©
óΟßγoΨ÷t/
§ΝèO
Ÿω
(#ρ߉Ågs†
þ’Îû
öΝÎηÅ¡àΡr&
%[`tym
$£ϑÏiΒ
|MøŠŸÒs%
(#θßϑÏk=|¡ç„uρ
$VϑŠÎ=ó¡n@
∩∉∈∪
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya." (An-Nisaa' (4):65)
$yϑ¯ΡÎ)
tβ%x.
tΑöθs%
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
#sŒÎ)
(#þθããߊ
’n<Î)
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
u/ä3ósu‹Ï9
öΝßγoΨ÷t/
βr&
(#θä9θà)tƒ
$uΖ÷èÏϑy™
$uΖ÷èsÛr&uρ
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
tβθßsÎ=øßϑø9$#
∩∈⊇∪
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (An-Nuur
(24):51)
Dari unsur-unsur pendidikan ini muncul berbagai makna akhirat dan
segala yang berhubungan dengannya. Seperti, kematian, kuburan, hari
kebangkitan, hari berkumpul, hari perhitungan, hari ditunjukkannya
catatan amal, hari penimbangan amal, berjalan di atas sirat Al-Mustaqim,
surga dan neraka.
Dengan kata lain kita butuh pada suatu warna sufi ketuhanan yang
diungkapkan oleh sebagian orang dengan ungkapan, "Kejujuran bersama
kebenaran, akhlak dengan akhlak." Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan
firman Allah berikut ini,
Page 35
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 35
¨βÎ)
©!$#
yìtΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θs)? $#
t⎦⎪Ï%©!$#¨ρ
Νèδ
šχθãΖÅ¡øt’Χ
∩⊇⊄∇∪
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan." (An-Nahl (16):128)
Ayat di atas menggambarkan ruh/inti agama yang benar: "Takwa
kepada Allah dan berbuat baik kepada orang lain. Sehingga tashawwuf
yang sebenarnya adalah ketakwaan dan akhlak, sebelum segala sesuatu."
Ibnul Qayyim berkata, "Agama secara keseluruhan adalah akhlak.
Sehingga barangsiapa menambah akhlak dengan sesuatu yang lain, itu
berarti dia menambah-nambah agama, demikian pula dengan takwa."
Di dalam Madarij As-Salikin, Ibnul Qayyim mengutip dari sebagian
pelopor sufi mengenai definisi tashawwuf. Dia berpendapat, "Tashawwuf
itu adalah akhlak. Sehingga barangsiapa menambah akhlak dengan sesuatu
yang lain, itu berarti dia menambah-nambah tashawwuf38."
Inilah tashawwuf yang kami maksud: "Tashawwuf pendidikan, akhlak
Qur'an dan Sunnah." Tashawwuf-lah yang memberi makan keimanan,
melembutkan hati, menggerakkan hati, mengasah keinginan, mendidik
jiwa, menguatkan tingkah laku dalam naungan Al-Qur'an dan Sunnah
serta di bawah petunjuk Salafush Salih. Inilah tashawwuf yang kita idam-
idamkan dan yang kita serukan. Tashawwuflah yang melaksanakan tugas
pensucian (tazkiyyah) yang telah diisyaratkan Al-Qur'an dalam memberi
tugas-tugas kerasulan.
uθèδ
“Ï%©!$#
y]yèt/
’Îû
z⎯↵Íh‹ÏiΒW{$#
Zωθß™u‘
öΝåκ÷]ÏiΒ
(#θè=÷Ftƒ
öΝÍκön=tã
⎯ϵÏG≈tƒ#u™
öΝÍκÏj.t“ãƒuρ
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka." (Al-Jumu'ah (62):2)
Tashawwuf adalah suatu tingkat ihsan dalam diri seorang muslim.
Ihsan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits nabi Saw berikut ini,
"Al-Ihsan adalah engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau
melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa
Dia melihat engkau." (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaa'i)
Namun ada juga tashawwuf yang negatif, seperti yang diungkapkan
oleh sebagian orang. Mereka mengatakan, "Berikanlah tugas penciptaan
kepada Allah Yang Maha Pencipta, berikanlah kerajaan kepada raja!"
Tashawwuf seperti ini mengabaikan perintah kepada yang ma'ruf dan
pencegahan terhadap yang mungkar. Tashawwuf seperti ini tertolak.
Mereka berkata, "Hamba-hamba Allah menegakkan yang diinginkannya."
Ungkapan ini adalah ungkapan yang benar, namun dengan maksud.
38 Madarij As-Salikin juz 2/307
Page 36
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 36
Contoh penyimpangan lain dari tashawwuf adalah, menghilangkan
kepribadian seorang pengikut dihadapan gurunya. Sebagaimana yang
mereka katakan, "Seorang murid bertanya kepada gurunya, "Mengapa?
Mengapa dia bahagia?" Lalu mereka berkata, "Seorang berada dihadapan
gurunya, seperti seonggok mayat dihadapan orang yang memandikannya."
Ini juga sesuatu yang ditolak.
Ada pula orang yang memahami tashawwuf dengan membedakan
antara hakikat dan syari'ah. Mereka berkata, "Barangsiapa memandang
makhluk dengan pandangan syari'ah, maka dia telah melampaui batas.
Barangsiapa memandang makhluk dengan pandangan hakikat, berarti dia
lengah terhadap makhluk." Kami tidak sepertinya.
Jika yang dimaksud tashawwuf adalah perdukunan dan memperjual
belikan agama pada orang-orang awam, maka hal itu merupakan hal yang
batil. Para dukun dapat membuat cerita-cerita bohong dan memberikan
orang-orang awam berbagai jampi.
Pendek kata, jika tashawwuf sebagai sarang cerita-cerita khurafat
dalam pemikiran, syirik dalam akidah, bid'ah dalam ibadah, lemah dalam
akhlak, negatif dalam tingkah laku serta tidak mempedulikan kehidupan,
maka kamilah orang yang pertama kali memerangi tashawwuf seperti ini.
Agama Islam akan mengalami pembaharuan yang sebenarnya dengan
dakwah mengajak kepada Islam. Islam yang dikandung dalam Al-Qur'an
dan dijelaskan oleh sunnah. Islam yang dipahami para sahabat dan para
pengikutnya yang mengikuti mereka dengan baik. Kami menyeru kepada
Islam yang murni tanpa ada kesyirikan, bersih tanpa ada noda. Kami
menyeru kepada Islam secara universal yang tidak terkotak-kotak. Kami
menyeru pada Islam secara proporsional, tidak dilebih-lebihkan dan juga
tidak dikurangi. Kami menyeru kepada Islam sebagai jalan yang lurus, yang
tidak menyimpang atau cendrung ke kanan dan ke kiri. Allah Swt
berfirman,
¨βr&uρ
#x‹≈yδ
‘ÏÛ≡uÅÀ
$VϑŠÉ)tGó¡ãΒ
çνθãèÎ7? $$sù
(
Ÿωuρ
(#θãèÎ7−Fs?
Ÿ≅ç6¡9$#
s−§xtGsù
öΝä3Î/
⎯tã
⎯Ï&Î#‹Î7y™
4
öΝä3Ï9≡sŒ
Νä38¢¹uρ
⎯ϵÎ/
öΝà6¯=yès9
tβθà)−Gs?
∩⊇∈⊂∪
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu bertakwa." (Al-An'am (6):153)
2. Ijtihad Dan Pembaharuan: Antara Standar Menurut
Syari'at Islam dan Tuntutan Zaman
Dulu pernah terjadi dialog antara majalah Al-Ummah Al-Qathariyyah
dengan penulis, seputar permasalahan ijtihad dan pembaharuan:
Page 37
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 37
Ijtihad merupakan bagian dari agama Islam. Bahkan ijtihad merupakan
salah satu hal pokok yang menguatkan kedinamisan Islam dan
kemampuannya dalam memberikan solusi bagi berbagai permasalahan
hidup yang baru. Kapan gerakan ijtihad ini dimulai? Apakah pintu ijtihad
telah ditutup sebagaimana yang diklaim sebagian orang di masa-masa
tertentu? Siapa yang bertanggung jawab terhadap pernyataan ini? Apakah
benar daulah Utsmaniyyah?
Ijtihad telah dimulai sejak masa Nabi Saw. Hal ini nampak dalam
peristiwa 'Shalat Ashar di Bani Quraidzah'. Selain itu terdapat di dalam
hadits Mu'adz. Pada suatu ketika Nabi Saw mengutus Mu'adz ke Yaman.
Beliau bertanya, "Dengan apa engkau memutuskan perkara, jika engkau
dihadapkan suatu perkara?"
Muadz menjawab, "Dengan kitabullah."
Beliau kembali bertanya, "Jika tidak ditemukan dalam kitabullah?"
Muadz menjawab, "Dengan sunnah Rasulullah."
Beliau kembali bertanya, "Jika tidak ditemukan dalam sunnahku?"
Muadz menjawab, "Saya akan berijtihad menurut pendapatku."
Mendengar jawaban ini Nabi Saw menyetujuinya dan bahkan beliau
memujinya. Hadits ini merupakan hadits masyhur. Sejumlah imam menilai
sanad hadits ini baik (jayyid). Mereka adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnul
Qayyim, Adz-Dzahabi, Ibnu Katsir dan lain sebagainya. Sejumlah sahabat
Rasulullah Saw melakukan ijtihad terhadap beberapa masalah, ketika
mereka tidak lagi bersama Rasulullah. Diantara mereka ada yang ijtihadnya
diakui dan sebagian yang lain ada yang melakukan ralat terhadap
pendapatnya yang terdahulu.
Di masa pasca Nabi Saw wafat, para sahabat melakukan ijtihad. Mereka
menghadapi berbagai permasalahan kehidupan yang baru yang
bermunculan di tengah masyarakat yang berperadaban. Para sahabat
menggali pendapat mereka dari nash-nash Islam dan petunjuk Islam secara
umum. Dengan ijtihad, mereka menemukan solusi untuk berbagai
permasalahan. Menemukan penawar untuk berbagai penyakit.
Ijtihad para sahabat dalam berbagai fakta kehidupan dan pemahaman
mereka terhadap Islam mengenai solusinya merupakan contoh yang benar
dari fiqih pokok Islam. Fiqih pokok Islam yang bersifat realistis, mudah
serta tetap memperhatikan syari'at untuk kepentingan manusia tanpa
melanggar nash-nash syari'at.
Jika melihat fiqih Khulafaur Rasyidin, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Aisyah
dan fiqih para sahabat lainnya, maka akan terlihat dengan jelas dan
meyakinkan bahwa para sahabat adalah generasi yang paling memahami
semangat Islam.
Contohnya adalah sikap Umar dan para sahabat (diantaranya Ali dan
Mu'adz) yang paling memahami fiqih. Umar dan dua orang sahabatnya ini
tidak setuju dengan pembagian tanah Irak diserahkan kepada orang-orang
Page 38
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 38
yang ikut serta dalam penaklukkan Irak. Para penakluk Irak ini
menganggap tanah Irak termasuk dalam kategori ghanimah (rampasan
perang), yaitu mendapat 4/5 rampasan perang. Allah berfirman,
(#þθßϑn=÷æ$#uρ
$yϑ¯Ρr&
ΝçGôϑÏΨxî
⎯ÏiΒ
&™ó©x«
¨βr'sù
¬!
…çµ|¡çΗè~
"Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah." (Al-'Anfal (8):41)
Umar dan dua orang sahabatnya ini berpendapat tanah Irak untuk
kepentingan generasi-generasi Islam yang akan datang. Beliau berkata
kepada mereka yang menuntut adanya pembagian tanah Irak sebagai
ghanimah, "Apakah kalian menghendaki generasi mendatang tidak
memiliki apapun juga?!"
Ali dan Muadz berkata pada Umar, "Putuskanlah perkara yang
memiliki maslahat masyarakat saat ini dan akan datang!"
Oleh karena itu, Umar memutuskan adanya kewajiban agar umat saling
tolong menolong di seluruh generasi dan di setiap pelosok.
Contoh yang lain adalah sikap Utsman r.a. mengenai unta yang hilang.
Di dalam hadits dijelaskan bahwa unta yang hilang tidak perlu dicari, dia
akan kembali ke pemiliknya. Rasulullah menjawab pertanyaan orang yang
menanyakan permasalahan ini, "Apa urusanmu dan urusannya (unta yang
hilang)? Unta itu mengenakan sepatunya dan dia memiliki kantung air. Dia
akan mendatangi kolam air dan akan makan daun-daunan hingga
akhirnya dia pulang menemui tuannya (pemiliknya). Demikianlah, unta
yang hilang akan dibiarkan saja seperti yang terjadi di masa pemerintahan
Abu Bakar dan Umar. Unta itu dibiarkan begitu saja, tidak ada seorang pun
yang mengambilnya hingga unta itu kembali ke pemiliknya." Namun ketika
Utsman memerintah, masyarakat telah berubah. Masyarakat mengambil
unta-unta yang tidak diketahui pemiliknya, sehingga sebagian unta yang
hilang tidak kembali ke pemiliknya. Oleh karena itu, Utsman menunjuk
seorang penggembala yang bertugas mengumpulkan unta-unta yang
hilang, kemudian mengumumkan ciri-cirinya. Jika pemilik unta itu tidak
datang untuk mengambilnya, maka unta itu dijual. Hasil penjualan itu
disimpan dan diberikan ketika pemiliknya datang.
Di masa pemerintahan Ali r.a. juga terdapat riwayat tentang ijtihad
beliau. Beliau berpendapat menjatuhkan denda bagi para perajin atau
pembuat (pedang misalnya), jika mereka menghilangkan pesanan kliennya.
Tangan mereka adalah amanah. Namun Ali r.a. berubah pendapat ketika
melihat adanya perubahan pada diri masyarakat, beliau berkata, "Para
pengrajin dapat memperbaikinya bila dalam keadaan seperti di atas."
Demikianlah keluasan dan kedinamisan fiqih para sahabat. Namun
tidak diragukan lagi, mereka tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
yang ada.
Page 39
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 39
Para tabi'in yang merupakan murid-murid para sahabat juga
mempunyai sikap yang sama. Mereka mendirikan sekolah-sekolah fiqih.
Sekolah ini mengajarkan dan memberi fatwa tentang berbagai macam
kejadian. Mereka mengarahkan segala peristiwa dengan hadits. Dari
sekolah-sekolah dan berbagai perguruan tinggi yang mereka bangun,
bermunculan imam-imam yang terkenal. Diantaranya adalah mereka
adalah, imam Abu Hanifah, imam Malik, Imam Syafi’i, Ahmad, Ats-Tsauri,
Al-Auza’i, Thabari, Daud Adz-Dzahiri dan masih banyak lainnya.
Para mujtahid di abad-abad pertama beraneka ragam. Pemahaman
mereka dalam mengambil kesimpulan hukum bermacam-macam. Hanya
saja mereka sepakat dalam hal sumber pokok hukum-hukum syari'at Islam,
yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Al-Qur'an adalah pokok sedangkan sunnah
adalah syarah dan penjelasnya. Pada masa-masa selanjutnya, muncullah
berbagai macam sumber hukum lainnya. Seperti, Al-Istihsab, Al-Istishlah,
Saddu Adz-Dzara’i, Ri'ayah Al-Urf, syari'at-syari'at umat sebelum kita serta
sumber lainnya yang masih diperselisihkan oleh para ahli fiqih. Ada yang
setuju, ada pula yang menentangnya.
Yang terpenting fiqih telah berkembang. Banyak permasalahan fiqih
yang terjadi telah disusun dalam bentuk berbagai buku. Berbagai kaedah
fiqih telah diletakkan. Berbagai metode pengambilan hukum –dengan
bantuan ilmu ushul (fiqih)- telah banyak disusun. Tidak ada umat lain
yang dapat menandingi umat ini.
Fiqih Islam senantiasa menjadi dasar putusan pengadilan (qadha'a) dan
fatwa dalam masyarakat Islam. Hal ini terus berlangsung hingga penjajah
menduduki negri-negri Islam. Penjajah menghapus syari'at Islam dari
kodifikasi UU dan pengadilan. Hanya sebagian kecil yang masih disisakan
yaitu hukum yang berkaitan dengan Al-Ahwal Asy-Syaksiyyah (perdata).
Tidaklah benar bila ada orang yang mengatakan, "Islam telah diabaikan
setelah masa Khulafaur Rasyidin. Tidak diragukan lagi selama lebih kurang
12 abad, UU dan UUD kaum muslimin bersumber dari syari'at Islam.
Meskipun di sana sini masih terdapat pemahaman dan penerapan Islam
yang buruk.
Tertutupnya Pintu Ijtihad
Adapun mengenai tertutupnya pintu ijtihad kami berpendapat sebagai
berikut:
Banyak orang menganggap daulah Utsmaniyyah sebagai penyebab
terjadinya berbagai kesalahan dan kekeliruan di berbagai bidang. Padahal
faktanya, dominasi taklid, fanatik madzhab dan lemahnya semangat
berijtihad telah ada sebelum kemunculan daulah Utsmaniyyah. Kemudian
perkara-perkara ini tersebar ke seluruh pelosok dunia Islam dengan cara
yang berbeda-beda. Meskipun setiap masa tertentu, dunia Islam nyaris
tidak mempunyai mujtahid hingga pada saat ketika Imam As-Suyuthi
(wafat 911 H) mengumumkan dirinya sebagai seorang mujtahid yang
mencapai tingkatan mujtahid mutlak. Dia berharap dirinya menjadi
Page 40
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 40
seorang pembaharu di abad 9 H, sebagaimana dipahami dalam
pembahasan hadits mengenai pembaharuan. Beliau menulis buku yang
berjudul Ar-Raddu 'alaa Man Akhlada ilaal Ardhi wa jahula anna Al-Ijtihad
fi kulli 'ashrin fardhun.
Pada abad 12 H, kami menemukan seorang pembaharu (mujadid) besar
yang bernama Ahmad bin Abdurrahim yang lebih dikenal dengan nama
Syah Waliyyullah Ad-Dahlawi (wafat 1176 H), dia adalah pengarang buku
Hujatullah Al-Balighah) dan buku-buku pokok lainnya. Di dalam abad 13
H, di Yaman muncul seorang mujtahid muthlak yang bernama Muhammad
bin Ali Asy-Syaukani (wafat 1250 H). Ijtihadnya dalam masalah furu' dan
ushul nampak jelas di dalam bukunya Nailul Authar, As-Sail Al-Jirar, Ad-
Dirari Al-Mudhiah, Irsyad Al-Fuhul ilaa tahqiq Al-Haqqi min ilmil Ushul
serta syarah Ad-Dirari Al-Mudhiah yang berjudul Ad-Durur Al-Bahiyyah.
Menurut kami, "Daulah Utsmaniyyah memperhatikan masalah jihad
melebihi perhatiannya kepada Ijtihad. Padahal kepemimpinan Islam
membutuhkan kedua hal ini secara bersamaan. Ijtihad dibutuhkan untuk
mengetahui hal yang baik dari dienul haq. Sedangkan jihad dibutuhkan
untuk melindungi Islam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Islam harus memiliki Kitab
petunjuk dan besi penolong." Beliau menyebutkan firman Allah Swt
ô‰s)s9
$uΖù=y™ö‘r&
$oΨn=ß™â‘
ÏM≈uΖÉit7ø9$$Î/
$uΖø9t“Ρr&uρ
ÞΟßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
šχ#u”Ïϑø9$#uρ
tΠθà)u‹Ï9
â¨$¨Ψ9$#
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
(
$uΖø9t“Ρr&uρ
y‰ƒÏ‰ptø:$#
ϵŠÏù
Ó¨ù't/
Ó‰ƒÏ‰x©
ßìÏ≈oΨtΒuρ
Ĩ$¨Ζ=Ï9
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia."
(Al-Hadid (57):25)
Perhatian daulah Utsmaniyyah terhadap besi (baca: militer) melebihi
perhatiannya terhadap pemikiran. Hingga daulah Utsmaniyyah dikejutkan
oleh kebangkitan barat modern.
Sebagian orang berpendapat bahwa gerakan ijtihad di zaman modern
ini, dimulai dari Jamaluddin Al-Afghani. Hanya saja murid-murid beliau -
secara bertahap- kembali membatasi diri dengan nash semata. Hingga
akhirnya, mereka menjadi orang-orang yang taklid, terlebih khusus
Muhammad Rasyid Ridha. Apakah usaha seperti ini dapat diletakkan dalam
kaca mata gerakan ijtihad?
Pendapat di atas menunjukkan bahwa orang yang mengatakan hal
ini tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang ijtihad, cakupan dan
syarat-syaratnya. Andaikan orang ini memiliki ilmu yang cukup, niscaya
dia akan mengetahui perjalanan ijtihad adalah perjalanan mendaki dan
Page 41
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 41
tidak akan menyampaikan pendapat seperti yang pernah diklaimnya.
Perjalanan ijtihad dimulai dari permasalahan secara umum dan garis besar.
Kemudian masuk dalam hal-hal yang khusus. Dimulai dengan tidak tentu
arah, kemudian merencanakan dan berjalan secara teratur. Syaikh
Muhammad Abduh adalah sosok yang memiliki pengetahuan syari'at yang
lebih terstruktur dibandingkan dengan gurunya Al-Afghani, karena dia
memiliki pengetahuan yang diperolehnya dari Al-Azhar secara mendalam.
Muhammad Rasyid Ridha juga merupakan sosok yang memiliki
pengetahuan syari'at yang lebih terstruktur dibandingkan dengan gurunya
Muhammad Abduh, karena dia memiliki kemampuan dan keluasaan
pemahaman terhadap buku-buku hadits dan atsar. Di samping itu, beliau
menghasilkan pengajar yang memiliki pemahaman salaf. Pengajar ini
dipelopori oleh Imam Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim.
Muhammad Rasyid Ridha melakukan penyerangan yang kuat terhadap
kejumudan dan taklid melalui majalahnya Al-Manar. Beliau juga menulis
berbagai artikel reformasi (ishlah), fatwa ilmiah yang bersifat
pembaharuan, selama 1/3 abad lebih. Ijtihad dan fatwa-fatwa syaikh
Rasyid tersebar di seluruh dunia Islam. Ijtihad Rasyid lebih banyak diterima
ketimbang ijtihad gurunya (Afghan dan Abduh). Adapun ijtihad
Jamaluddin, hampir tidak pernah kita ketahui. Kepribadian Jamaluddin
adalah kepribadian pemimpin, pembangkit pemikiran, penggugah akal dan
penggerak perasaan, cita-cita dan keinginan. Jamaluddin bukanlah seorang
yang faqih yang konsekwen pada masalah ushul maupun qaidah.
Rasyid Ridha mengkritik sebagian pemikiran mengenai takwil Al-
Qur'an yang dilakukan oleh gurunya, Muhammad Abduh. Seperti
pendapatnya tentang kisah Adam, burung Ababil dan lain sebagainya.
Rasyid Ridha memaklumi bahwa peradaban barat begitu amat
menyilaukan. Oleh karenanya peradaban barat berusaha melenyapkan akal
sehat, berusaha menundukkan nash agar sesuai dengan pemahaman yang
baru. Orang-orang yang silau pada peradaban barat akan berusaha untuk
menyamakan ajaran Islam dengan budaya barat, walau dengan susah
payah.
Demi nilai-nilai keadilan, barangsiapa yang ingin meluruskan
seseorang, meluruskan pemikiran dan aktifitasnya, maka hendaknya kita
meletakkan orang tersebut pada masanya secara khusus. Masa dan lokasi
tempatnya dulu berada tidak sama dengan masa dan lokasi kita sekarang.
Sebagian hal yang pada saat ini jelas bagi kita, tidaklah demikian di
masanya. Semoga Allah memberi rahmat kepada orang yang adil atas
dirinya. Dia memberikan semua faktor yang merupakan haknya. Selain itu,
dia juga siap bersaksi di hadapan Allah.
Hukum melakukan ijtihad syar’i adalah fardhu kifayah di suatu saat,
namun dalam kesempatan lain, hukumnya menjadi fardhu 'ain. Ijtihad
memiliki arah, bidang dan syarat-syaratnya. Apakah mungkin cakupan
ijtihad dilakukan, sehingga berbagai perkara tidak saling campur aduk?
Atau agar sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan ijtihad tidak terjadi?
Page 42
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 42
Ijtihad adalah pengerahan kemampuan secara maksimal. Atau dengan
ungkapan lain pengerahan kemampuan secara maksimal untuk
memperoleh kesimpulan hukum syara' yang digali dari dalil-dalilnya
dengan jalan memperhatikan dan mengaktifkan berpikir. Hukum
melakukan ijtihad adalah fardhu kifayah bagi umat Islam secara
keseluruhan. Jika tidak terpenuhi jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan, maka seluruh umat ini berdosa. Hukum ijtihad dapat berubah
menjadi fardhu 'ain atas orang yang memiliki kecukupan ilmu dan
kemampuan untuk berijtihad. Jika di tengah-tengah kaum muslimin, tidak
terdapat seorang pun mujtahid, padahal dia mampu untuk menjadi
mujtahid, maka orang itu berdosa.
Ruang Lingkup Ijtihad Ada Dua
Ruang lingkup yang pertama adalah perkara yang tidak dibahas di
dalam nash. Allah memberi kesempatan kepada kita untuk memikirkannya.
Hal ini merupakan rahmat bagi kita, sehingga para mujtahid dapat mengisi
kekosongan ini dengan mewujudkan maksud Allah. Untuk mewujudkan
maksud itu, mereka menempuh metode ijtihad yang telah digariskan.
Seperti menggunakan metode qiyas, maslahah mursalah, istihsan, istishab
al-hal dan lain sebagainya. Sebagian permasalahan dibahas dalam banyak
nash, bahkan terkadang dibahas secara rinci. Seperti perkara yang
berkaitan dengan ibadah dan keluarga. Karena kedua perkara ini tidak
berubah mengikuti perubahan dan perkembangan zaman serta tempat.
Selain itu, kedua perkara di atas amat membutuhkan nash-nash yang tetap,
sehingga menutup kemungkinan timbulnya pertentangan. Di samping itu
adapula perkara yang dibahas hanya oleh beberapa nash saja, bahkan
terkadang dibahas secara umum dan global. Sehingga kaum muslimin
dibiarkan melakukan ijtihad untuk kepentingan mereka sendiri dalam
tuntunan secara ushul (pokok) yang kuliyyah (menyeluruh) sesuai dengan
tempat masyarakat, keadaan di masanya dan mereka tidak menemukan
nash secara rinci. Sebagaimana dalam perkara syura', sistem pemerintahan,
UU dan sebagainya.
Ruang lingkup yang kedua yang mencakup nash-nash yang dzanni –
baik dzanni tsubut (sumber nashnya) maupun dzanni dilalah (pengertian
nashnya). Sebagian besar hadits dapat masuk kategori dzanni tsubut.
Sebagian besar nash Al-Qur'an dan sunnah dapat masuk kategori dzanni
dilalah. Keberadaan nash seperti ini tidak menghalangi seorang mujtahid
untuk melakukan ijtihad, sebagaimana yang diduga sebagian orang.
Bahkan dengan 9/10 nash atau lebih, seorang mujtahid dapat melakukan
ijtihad dan menghasilkan berbagai sudut pandang. Bahkan Al-Qur'an dapat
dipahami dalam pemahaman yang berbeda-beda, ketika mengambil
kesimpulan suatu hukum. Jika anda mengambil suatu ayat, misalnya ayat
tentang bersuci yang terdapat di dalam surat Al-Maidah, kemudian engkau
membaca pengambilan kesimpulan hukum dari ayat itu (istinbath), maka
engkau akan melihat buktinya.
Di samping dua ruang lingkup di atas yang memberi peluang kepada
para mujtahid untuk melakukan ijtihad, terdapat juga sebuah ruang
Page 43
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 43
lingkup yang tertutup bagi para mujtahid untuk melakukan ijtihad.
Melakukan ijtihad di ruang lingkup ini tidak dibenarkan dan tidak
dibutuhkan. Ruang lingkup yang dimaksud adalah ruang lingkup qath'i
dalam syari'ah –baik qath'i tsubut maupun qath'i dilalah-. Seperti
kewajiban Fardhu yang asli seperti: shalat, zakat, puasa; selain itu hukum
haram yang pasti seperti: zina, meminum khamar, riba dan hukum-hukum
qath’i yang pokok; hadits-hadits tentang waris yang telah ditetapkan oleh
ayat Al-Qur'an yang jelas; hukum-hukum hudud dan qishash, masa iddah
bagi wanita yang telah ditalak suaminya atau ditinggal mati suaminya dan
hukum-hukum lainnya yang terdapat di dalam nash-nash qath'i –baik
qath'i tsubut maupun dilalah-.
Dalam ruang lingkup seperti di atas, seorang mujtahid tidak
diperkenankan untuk melakukan ijtihad. Dalam ruang lingkup seperti ini,
seorang pembahas/peneliti tidak boleh melontarkan pertanyaan sebagai
berikut:
Apakah boleh meminum atau memproduksi minuman keras demi
kepentingan pariwisata?
Apakah kita boleh tidak menunaikan puasa Ramadhan dengan maksud
untuk meningkatkan produksi?
Apakah kita boleh tidak menunaikan ibadah haji, karena ibadah haji
adalah ibadah yang amat berat?
Apakah kita menunda untuk membayar zakat hanya karena untuk
mencukupi pembayaran pajak?
Apakah boleh kita tidak melaksanakan hudud dan qishash karena
merasa kasihan pada pelaku kejahatan? Seolah-olah kita lebih pemurah
dari Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya.
ö≅è%
öΝçFΡr&u™
ãΝn=ôãr&
ÏΘr&
ª!$#
3
"Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?" (Al-Baqarah
(2):140)
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Kita berijtihad pada perkara-perkara yang dilarang untuk berijtihad.
Kita memaksakan untuk berijtihad pada saat yang tidak semestinya
berijtihad. Tidak memenuhi syarat-syarat ijtihad.
Inilah diantara penyebab mengapa sebagian ulama terdahulu
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Dengan maksud menutup
jalan bagi orang-orang yang tidak memahami ijtihad, sehingga mereka
terkadang mencampur adukkan antara perkara yang boleh berijtihad dan
perkara yang dilarang untuk dibahas dengan ijtihad. Padahal pintu ijtihad
senantiasa terbuka. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk
menutupnya, sejak Rasulullah Saw mengizinkan umatnya untuk melakukan
Page 44
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 44
ijtihad. Tidak boleh seorang maupun sekelompok ulama ketika menghadapi
suatu realita baru, mengatakan, "Kita tidak berhak melakukan ijtihad
terhadap perkara baru ini. Karena para pendahulu tidak pernah
mengatakan sedikit pun tentangnya."
Syari'at Islam pasti membahas berbagai perbuatan manusia –kapan saja
dan dimana saja-. Sehingga setiap kejadian dan realita kehidupan
mempunyai status hukumnya. Tidak seorang pun yang berbeda pendapat
mengenai hal ini.
Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi bagi orang yang ingin berijtihad.
Apa saja syaratnya? Apakah syarat-syarat itu berlaku bagi para mujtahid
secara umum atau ada perbedaan bagi mujtahid mutlak atau mujtahid juz'i
(hanya perkara-perkara tertentu)?
Di dalam Islam tidak ada orang-orang tertentu yang tidak mau
mengajarkan ijtihad atau mewariskan kemampuan berijtihad. Islam tidak
sama dengan kependetaan. Namun, dalam Islam terdapat orang yang
memiliki kemampuan khusus. Orang ini memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melakukan ijtihad. Dia lah orang yang
melakukan ijtihad ketika menghadapi perkara baru. Kemudian dia
mengeluarkan pendapatnya mengenai perkara baru itu, setelah semaksimal
mungkin melakukan ijtihad. Hasil dari ijtihadnya itu dapat benar, dapat
pula salah.
Syarat-syarat menjadi mujtahid adalah sudah diketahui dan dirinci di
dalam buku-buku ushul fiqh. Diantaranya: pengetahuan terhadap bahasa
Arab, Al-Qur'an, Sunnah, mengetahui mana saja perkara yang disepakati
secara meyakinkan. Seorang mujtahid juga harus memiliki pengetahuan
tentang ilmu ushul fiqih, qiyas dan istinbath. Dia pun harus mengetahui
maksud-maksud syari'at serta kaidahnya secara menyeluruh. Yang terakhir
ini merupakan syarat yang amat diperhatikan oleh Imam Syatibi. Beliau
menjadikan syarat ini menjadi salah satu sebab seseorang boleh melakukan
ijtihad. Di samping persyaratan di atas ini, seseorang yang ingin melakukan
ijtihad harus memiliki kemampuan istinbath (mengambil kesimpulan
tentang suatu hukum). Kemampuan ini berkembang karena kerap
mempelajari dan memahami masalah fiqih. Kemampuan istinbath ini
muncul, karena memiliki pengetahuan tentang perbedaan pendapat para
ahli fiqih dan cara berpikir mereka. Oleh karena itu, para ahli fiqih
berkata, "Barangsiapa yang tidak mengetahui perbedaan pendapat para ahli
fiqih, maka dia tidak pernah mencium wanginya fiqih."
Syarat lain yang menjadi perhatian Imam Ahmad, serta disebutkan oleh
Ibnul Qayyim di dalam bukunya yang berjudul 'Alam Al-Mauqi'in adalah
pengetahuan tentang masyarakat. Pengetahuan mengenai hal ini
merupakan pengetahuan yang penting. Hendaknya seorang mujtahid –
yang memberikan fatwa kepada masyarakat- tidak hidup di atas menara
gading atau tempat pertapaan yang terpisah dari masyarakat. Misalnya
mujtahid ini mengeluarkan hukum-hukum yang jauh dari realita.
Mujtahid ini menerapkan hukum-hukum zaman yang telah punah atas
zaman lain dan diterapkan atas masyarakat yang lain pula. Mujtahid ini
Page 45
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 45
tidak memperhatikan kaidah, "Fatwa berubah dengan perubahan zaman,
tempat, keadaan dan budaya sebagaimana yang disebutkan para peneliti."
Seorang mujtahid dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang kondisi masyarakatnya. Dia perlu memiliki pengetahuan mengenai
hal umum budaya di masanya. Sehingga dia tidak hidup di suatu lembah
sedang masyarakatnya hidup di lembah yang lain. Sehingga ketika dia
ditanya tentang sesuatu, terkadang dia tidak mengetahui latar belakang
topik yang ditanyakan. Dia juga tidak mengetahui apa penyebab
munculnya topik itu. Dia juga tidak mengetahui dasar filsafat, kejiwaan
dan sosialnya. Karena itu, dia menjadi bingung tidak dapat memberikan
pendapat, komentar atau penilaian terhadap pertanyaan.
Seorang mujtahid yang sebenarnya adalah mujtahid yang
memperhatikan nash dan dalil-dalil dengan cara pandang khusus.
Kemudian dia memperhatikan realita dan zaman dengan cara pandang
yang lain sehingga terdapat kesesuaian antara kewajiban dan realita. Dia
dapat memberikan status hukum yang berada dihadapannya, status hukum
yang sesuai dengan tempat, zaman dan keadaan yang ada.
Ibnu Qayyim berkata bahwa gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
pernah melewati serombongan pasukan Tartar yang sedang mabuk berat.
Sebagian sahabat beliau amat marah pada mereka. Sementara itu Ibnu
Taimiyyah hanya mengatakan, "Tinggalkanlah hal-hal yang memabukkan!
Allah telah mengharamkan minuman keras. Karena minuman keras dapat
menghalangi kalian mengingat Allah dan shalat. Bahkan minuman keras
dapat menjadi pemicu untuk menumpahkan darah!"
Sikap Ibnu Taimiyyah ini sesuai dengan kaidah yang telah diakui. Dia
hanya melakukan hal itu, karena takut muncul kemungkaran yang lebih
besar. Oleh karenanya, beliau memilih bahaya yang terringan diantara dua
bahaya yang ada atau memilih keburukan yang paling ringan diantara dua
keburukan yang ada.
Selain itu terdapat syarat lain untuk mujtahid. Syarat yang ditentukan
oleh Islam dan bersifat akhlak. Seorang mujtahid hendaknya adil. Dia takut
pada Allah, terutama ketika dia mengeluarkan sebuah kesimpulan hukum.
Ketika mengeluarkan fatwa, dia harus sadar bahwa posisinya pada saat itu
tidak ada bedanya dengan Rasulullah. Sehingga dia tidak boleh
memperturutkan hawa nafsunya, tidak boleh memperjual belikan agama
demi memperoleh dunia.
Jika Allah mensyaratkan adanya keadilan ketika bersaksi dalam perkara
muamalah sesama manusia, tentu demikian pulanya bagi orang yang
bersaksi terhadap dienullah. Karena seorang mujtahid pada hakekatnya
adalah menjelaskan bahwa Allah menghalalkan ini, mengharamkan itu,
mewajibkan atau memberikan keringanan pada masalah tertentu.
Syarat-syarat mengenai pengetahuan yang telah disebutkan di atas,
wajib ada pada diri seorang mujtahid mutlak. Mujtahid mutlak adalah dia
yang berijtihad pada seluruh bab fiqih dan berbagai permasalahannya.
Sedangkan mujtahid juz'i hanya dituntut mengetahui hal-hal yang
Page 46
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 46
berkaitan dengan permasalahannya saja (permasalahan yang sedang
dihadapinya). Tentu di samping itu, dia memiliki kemampuan keilmuan
ijtihad secara umum. Mengingat ijtihad terbagi-bagi. Itulah pendapat kuat
yang dianut oleh mayoritas ahli fiqih.
Seorang ahli ekonomi dapat melakukan ijtihad dalam masalah ekonomi.
Tapi dengan syarat, dia mengetahui nash-nash yang berkaitan dengan
ekonomi. Dia juga mengetahui berbagai hasil ijtihad yang berhubungan
dengan ekonomi. Dia juga harus memiliki pengetahuan tentang pokok-
pokok pengambilan kesimpulan hukum, kaedah ta'arudh dan tarjih
(kaedah kontradiktif dan pemilihan pendapat yang terkuat) serta berbagai
pengetahuan lainnya.
Beberapa tahun belakangan ini, telah sering berlangsung diskusi
seputar ijtihad. Namun ternyata hal ini menyebabkan munculnya beberapa
ijtihad yang menyimpang. Selama keadaannya seperti ini, maka perlu
diletakkan adanya aturan dan ketentuan. Aturan dan ketentuan ini
berfungsi mengawasi umat dalam berijtihad sehingga kaum muslimin
dapat mengetahui pengarahan dan rambu-rambunya. Apa aturan dan
ketentuannya menurut anda?
Ketentuan dan aturan yang harus tetap diperhatikan dalam melakukan
ijtihad, dapat saya simpulkan dalam beberapa point berikut ini:
1. Menjauhi ruang lingkup yang qath'i. Sehingga bidang ijtihad
adalah selama dalil hukumnya dzanni, maka kita tidak boleh
terpengaruh oleh orang-orang yang suka mempermainkan nash.
Mereka ini adalah orang yang ingin merubah nash yang qath’i
menjadi dzanni, dari yang muhkam menjadi mutasyabih. Orang-
orang seperti ini tidak bisa dijadikan sandaran.
2. Kita tidak boleh merubah nash yang qath’i menjadi dzanni. Kita
juga tidak boleh merubah nash yang dzanni menjadi nash yang
qath'i. Kita menyangka perkara itu ijma' (telah sepakat dan tetap)
padahal mengandung perbedaan pendapat. Kita tidak boleh
menyatakan ijma' dihadapan seorang mujtahid. Peristiwa seperti ini
pernah terjadi ketika orang-orang menilai ijtihad Ibnu Taimiyyah
terhadap permasalahan yang sedang dipahaminya merupakan
permasalahan yang berstatus ijma' (sehingga tidak perlu lagi
melakukan ijtihad pada permasalahan tersebut). Padahal Imam
Ahmad mengatakan, "Barangsiapa mengklaim suatu perkara
sebagai perkara yang ijma', maka dia telah berdusta. Barangkali
ada orang yang berbeda pendapat tentang perkara tersebut, namun
dia tidak mengetahuinya."
3. Takutlah seperti yang saya (penulis) rasakan. Yaitu takut
munculnya sikap mengalah dihadapan peradaban penjajah.
Takutlah pada sikap menerima realita yang terjadi di masyarakat
kita saat ini. Yaitu realita yang bukan diciptakan oleh Islam dan
bukan pula oleh kaum muslimin. Realita itu merupakan rekayasa
penjajah yang berkuasa. Penjajah menciptakan, menyebarkan dan
Page 47
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 47
menancapkan realita ini secara paksa dan penuh dengan makar.
Sehingga kebatilan tegak di tengah kelalaian kaum muslimin
sebagai pengemban risalah yang haq.
4. Oleh karenanya kita harus menolak ijtihad jenis ini –jika memang
ingin dikatakan ijtihad-. Karena ijtihad ini merupakan pesanan
penguasa untuk memperoleh legalitas dan justifikasi realita yang
ada. Ijtihad seperti ini pada hakekatnya bukanlah ijtihad, karena
dia mengikuti kesimpulan dan pemahaman orang lain. Seperti
ijtihad orang-orang yang berusaha melarang thalaq dan ber-
poligami atau ijtihad orang-orang yang berusaha memerangi
kepemilikan pribadi dan yang berusaha melegalkan faedah riba
dan lain sebagainya.
Seorang mujtahid harus menanggalkan rasa takut dengan segala
jenisnya. Terutama ketakutan terhadap para penguasa yang selalu
membutuhkan fatwa-fatwa instant yang melegalkan segala perbuatannya.
Seorang mujtahid juga harus melepaskan rasa takut pada para penguasa
yang jumud dan senantiasa mengikuti para ulama yang mengadakan
penyerangan terhadap semua jenis ijtihad yang baru. Para ulama seperti
inilah yang menjadi aktor intelektual dibalik penangkapan Ibnu Taimiyyah
dan berbagai ujian lainnya yang menimpa beliau. Ujian terhadap Ibnu
Taimiyyah ini berasal dari mereka dan bukan berasal dari para penguasa.
Seorang mujtahid juga harus menghilangkan rasa takut dari para penguasa
yang bodoh. Karena para penguasa seperti ini dapat saja disetir oleh orang-
orang tertentu untuk menentang pendapat seorang mujtahid.
Kita harus lapang dada terhadap ijtihad, sekalipun bertentangan
dengan pendapat yang kita anut selama ini. Kita harus mengantisipasi
kesalahan yang dilakukan seorang mujtahid. Kita tidak dibenarkan
menutup diri dari pendapat mujtahid yang lain. Karena seorang mujtahid
juga manusia dan tidak maksum. Terkadang pendapat yang kita perkirakan
salah, benar dimatanya. Barangkali suatu pendapat yang ditolak oleh suatu
masyarakat di suatu hari, dapat berubah menjadi pendapat yang diterima
dan diterima dengan lapang dada. Dalam Islam tidak ada kekuasaan ke-
Pausan yang berpendirian, "Pendapat ini benar, maka perlakukan dengan
benar. Sehingga pendapat yang benar ini harus tetap ada. Sedangkan
pendapat itu salah, maka lenyapkan pendapat itu dari muka bumi.
Sehingga pendapat seperti ini tidak layak ada.39"
Banyak sekali permasalahan saat ini yang bermunculan. Sehingga kaum
muslimin membutuhkan fiqih baru yang mampu memberikan solusi bagi
permasalahan mereka. Apakah permasalahan-permasalahan ini
merupakan permasalahan yang mendesak dan penting? Bagaimana
perkara-perkara itu dipandang dalam bingkai aktifitas ijtihad?
Dengan melihat perubahan berbagai perkara kehidupan yang amat
berbeda dengan yang pernah ada di masa lalu, serta perkembangan
39 Lihat: Pasal (Ma'alim wa dhawabith li ijtihad mu'ashir qawiim) yang merupakan bagian dari
buku kami yang berjudul "Al-Ijtihad fisy Syari'atil Islamiyyah) cet. Darul Qalam di Kuwait
Page 48
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 48
pemikiran, tingkah laku dan interaksi masyarakat yang amat pesat, maka di
masa sekarang ini kita amat membutuhkan adanya ijtihad. Terlebih lagi
setelah revolusi biologi, tekhnologi yang dapat disaksikan di dunia. Dampak
dari ini semua, muncullah berbagai permasalahan yang baru. Seperti: Bayi
tabung, menanam janin, bank janin yang beku, mengetahui jenis kelamin
bayi yang masih berada dalam kandungan, transplantasi anggota tubuh,
transfusi darah, hubungan international, sistem keuangan dan ekonomi
yang sebelumnya tidak pernah diketahui sama sekali atau hanya diketahui
segelintir orang dalam bentuknya yang amat sederhana.
Semua ini dan yang semisal dengannya menuntut adanya ijtihad baru.
Ijtihad ini biasa dikenal dengan sebutan ijtihad membangun (Al-Ijtihad Al-
Insya'iyyah). Dengan ijtihad ini, seorang mujtahid dapat mengeluarkan
hukum baru, jika tidak ada ahli fiqih sebelumnya yang membahas perkara
baru yang muncul atau tidak ada seorang pun yang membahasnya. Seperti
zakat gedung, pabrik, saham, gaji, anggapan emas saja sebagai ukuran
mata uang, mewajibkan zakat tanah sewaan bagi pemilik dan penyewa,
penyewa tanah membayar zakat pertanian dan buah-buahan yang diambil
dari uang ganti sewa. Karena hal itu dianggap seperti hutang. Seorang
pemilik tanah menzakatkan biaya sewa.
Selain itu terdapat ijtihad lain yang saya beri nama ‘ijtihad Pilihan'.
Ijtihad ini adalah memilih pendapat terkuat yang digali dari khazanah fiqih
kita yang agung40. Menurut kami, hal ini termasuk lebih mendekatkan
terwujudnya perpaduan syari'at dan kepentingan manusia serta lebih sesuai
dengan tuntutan zaman. Terkadang 'ijtihad pilihan' masuk dalam
pembahasan madzhab fiqih yang empat. Misalnya, menilai pendapat
madzhab Abu Hanifah tentang kewajiban zakat atas segala hasil bumi,
lebih kuat dibandingkan dengan pendapat lainnya. Menilai pendapat
madzhab Imam Syafi'i tentang pemberian kepada orang fakir disesuaikan
dengan usianya, merupakan pendapat yang lebih kuat dibandingkan
dengan yang lain. Menilai pendapat madzhab Malik mengenai penetapan
memberikan zakat yang diberikan kepada muallaf merupakan pendapat
yang kuat dibandingkan dengan pendapat yang lain.
Terkadang 'ijtihad pilihan' di luar pembahasan madzhab fiqih yang
empat. Para imam yang empat bukanlah ahli fiqih satu-satunya dalam
Islam. Selain mereka masih ada lagi para ahli fiqih yang semasa dengan
mereka. Terkadang pendapat mereka lebih unggul daripada pendapat para
imam yang empat. Para imam yang empat ini juga memiliki guru dan guru
mereka juga berguru kepada orang lain yang tidak lain adalah para ahli
fiqih dari kalangan tabi'in dan sahabat Rasulullah Saw. Para tabi'in dan
sahabat tentu lebih utama dari para imam yang empat.
Tidak ada halangan untuk mengadopsi madzhab/pendapat salah
seorang sahabat, jika menurut kita pendapat sahabat itu kuat dan sesuai
dengan syari'at. Seperti mengadopsi madzhab Umar r.a. mengenai perlunya
40 Lihat buku kami yang berjudul, "Syari'atul Islam" – Kaifa Nakhtaru min turatsina al-fiqhiy hal.
110 cet. Al-Kutub Al-Islami, Beirut
Page 49
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 49
mempersulit nikah dengan wanita Ahli Kitab, karena dikhawatirkan
mereka mendominasi wanita muslimin dan keturunannya atau
dikhawatirkan memenuhi syarat menjaga kehormatan seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah berikut ini,
àM≈oΨ|ÁósçRùQ$#uρ
z⎯ÏΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θè?ρé&
|=≈tGÅ3ø9$#
"Wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang
yang diberi Al Kitab." (Al-Maidah (5):5)
Yaitu menjaga kehormatan mereka.
Kita boleh mengadopsi pendapat madzhab 'Atha' mengenai kewajiban
memberikan kompensasi kepada wanita yang dithalaq. Kita boleh
mengadopsi pendapat sebagian ulama salaf mengenai tidak jatuhnya talak,
ketika diucapkan dalam keadaan marah. Mereka berpendapat seperti ini
berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya, "Tidak ada talak, ketika suami
membanting pintu (marah)."
Kita juga boleh mengadopsi pendapat sebagian ulama salaf tentang
dapat dikategorikan jatuh talak tiga, walau hanya diucapkan sekali saja
atau dalam satu majlis.
Kita juga boleh mengadopsi fatwa Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim dan
ulama lainnya tentang tidak jatuh talak, jika istri sedang haidh atau ketika
sedang memanggul sesuatu atau menolak sesuatu. Sehingga keadaan
seperti ini diperlakukan dengan perlakuan terhadap orang yang
bersumpah. Di dalam sumpah terdapat kafarah sumpah.
Kita juga boleh mengadopsi pendapat madzhab sebagian ulama salaf
mengenai wajib memberikan wasiat bagi orang yang tidak mempunyai
karib kerabat yang berhak menerima warisan. Berdasarkan ketentuan ini
pemerintahan Mesir dan yang lainnya mencantumkan dalam UU 'Wasiat
Yang Wajib'. Wajib berwasiat untuk para cucu, jika bapak dan ibu wafat
(kakek dan nenek si cucu), ketika kedua orang tua (para cucu) masih
hidup. Sehingga bagian cucu seperti bagian kedua orang tuanya dengan
syarat tidak lebih dari 1/3 bagian waris dan melalui jalur wasiat, bukan
pewarisan.
Syaikh Abdullah bin Zaid Ali Mahmud, Jaksa Agung Pengadilan
Syar'iyyah dan Urusan Agama, negara Qathar menilai kuat pendapat 'Atha
dan Thawus –dari kalangan tabi'in- mengenai kebolehan melempar jumrah
sebelum musim haji habis, sebagai usaha mempermudah jama'ah haji dan
menghilangkan kesulitan dalam menjalankan ibadah haji. Sebagaimana
diketahui orang yang akan melempar jumrah akan berdesak-desakkan
dengan jamaah haji lainnya, terkadang dapat membawa kepada kematian,
karena terinjak-injak oleh jamaah haji lainnya.
Ijtihad yang kita butuhkan sekarang adalah ‘ijtihad bersama/kolektif'
yang dilakukan oleh sekelompok ahli fiqih dunia yang menghimpun
berbagai kemampuan keilmuan yang tinggi. Setelah mempelajari dan
Page 50
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 50
mendalami, hukum-hukum dapat dikeluarkan tanpa rasa takut dan tanpa
ada tekanan dari penguasa atau masyarakat awam.
Selain itu, saya menegaskan bahwa kita tetap membutuhkan upaya
ijtihad secara perorangan yang dapat menerangi jalan dihadapan ijtihad
bersama/kolektif dengan cara mempelajari permasalahan dengan teliti.
Terkadang, sebagian da'i Islam mengklaim bahwa diri mereka adalah
pendukung kejumudan dan menentang berbagai upaya pembaharuan.
Apakah keadaan ini berkaitan dengan fakta yang ada atau keadaan ini
merupakan rekayasa tersembunyi dari orang-orang tertentu?
Apakah kita berhak membahas para da'i ini terkait dengan perkara
pembaharuan?
Sehubungan dengan perkara pembaharuan, manusia dibagi menjadi 3
macam,
Pertama, mereka yang anti pembaharuan. Mereka ingin melestarikan
segala bentuk yang lama. Mereka kerap mendengung-dengungkan slogan
seperti, "Generasi pertama tidak pernah meninggalkan apapun juga pada
generasi terakhir atau tidak mungkin ada sesuatu yang lebih baru dari yang
telah lalu."
Dengan kejumudannya, mereka menantang segala bentuk
pembaharuan. Baik pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
pemikiran, adab, kehidupan, lalu apa urusanmu dengan pembaharuan
agama?! Pembaharuan dalam agama dianggap sebagai perbuatan bid'ah.
Dalam bidang keagamaan, saya menemukan dua jenis kelompok yang
memiliki sikap untuk 'membekukan Islam'. Pembicaraan tentang mereka,
sebagiannya telah saya tulis di dalam majalah Al-Ummah, ketika
membicarakan tentang abad ke 15 H. Yang pertama adalah kelompok yang
taklid pada madzhab atau tepatnya fanatik pada suatu madzhab. Mereka
adalah orang-orang yang menolak segala bentuk pelanggaran atau yang
dianggap mengganggu madzhab mereka. Mereka juga tidak mengakui
adanya hak seseorang atau kelompok untuk berijtihad di masa sekarang ini,
kecuali dalam koridor yang telah ditetapkan madzhab mereka saja. Bahkan
dalam batas-batas ulama madzhab yang diberi kebebasan oleh para
generasi terakhir. Ketika kelompok ini memberi fatwa, maka tidak boleh
ada seorang pun yang melanggar pendapat pemberi fatwa termasuk
pendapat lain yang merupakan bagian madzhab itu.
Kelompok yang kedua adalah kelompok yang saya beri nama dengan
istilah 'Ad-Dzahiriah Al-Judud'. Kelompok ini merupakan kelompok yang
hanya memperhatikan nash-nash secara harfiah atau dzahirnya saja.
Mereka tidak ingin memperhatikan nash hingga sisi maksud syari'at
(maqasid). Mereka tidak memahami sisi parsial (juz'i) dari nash secara
umum (kulliyaat). Tidak mengherankan jika engkau menyaksikan mereka
melancarkan beberapa peperangan yang sengit hanya demi permasalahan
yang sepele dalam agama. Mereka adalah orang-orang ikhlas menjalankan
ajaran Islam. Namun mereka seperti seorang ibu yang menyebabkan
Page 51
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 51
kematian anaknya. Si ibu mengurung dan menjaga anaknya agar tidak
terpengaruh oleh lingkungan luar. Dia takut anaknya terkena sengatan
sinar matahari dan tiupan angin.
Kedua, mereka yang amat berlebihan dalam hal pembaharuan. Mereka
ingin melenyapkan segala hal yang berbau masa lampau. Padahal masa
lampau itu merupakan dasar identitas sebuah masyarakat, alasan
keberadaan masyarakat itu dan rahasia kelanggengan masyarakat tersebut.
Seolah-olah mereka ingin menghapus 'hari kemarin', ingin menghilangkan
'fi'il madhi' dari bahasa Arab dan ingin menghapus 'sejarah' dari tatanan
ilmu manusia.
Tajdid (pembaharuan) mereka pada hakekatnya adalah menciptakan
hal yang aneh. Kemunculan yang aneh menurut mereka adalah sesuatu
yang baru. Mereka mengklaim bahwa mereka telah mengambil hal-hal
yang baik dan buruk, hal-hal yang manis dan yang pahit. Ar-Raf'i -semoga
Allah memberi rahmat kepadanya- telah mengejek mereka dengan
ucapannya, "Mereka ingin memperbaharui agama Islam, bahasa, matahari
dan bulan."
Penyair Islam Muhammad Iqbal berkata menanggapi sikap kelompok di
atas, "Ka'bah tidak dapat diperbarui dengan mencabut batu yang ada di
sana dari keempat sudutnya."
Amir Syakib Arsalan di dalam bukunya 'Limadza Ta'akhkhara Al-
Muslimun?' berkata, "Agama ini lenyap karena kejumudan dan keingkaran.
Di satu sisi manusia menjauhi agama Islam karena kejumudannya. Di sisi
lain mereka sesat karena keingkarannya.
Jenis yang ketiga adalah jenis pertengahan, antara jenis pertama dan
jenis kedua. Mereka mengambil hikmah darimana saja asalnya. Mereka
menerima pembaharuan, bahkan menyeru kepada pembaharuan dengan
tetap berada di bawah naungan keorisinalan Islam. Mereka membedakan
mana yang boleh diambil dan mana yang tidak. Mereka membedakan
antara yang sesuai dan yang tidak sesuai.
Inilah sikap para da'i yang sesungguhnya. Slogan mereka adalah
memadukan antara yang lama dan baru. Membuka diri pada dunia tanpa
instan. Tetap dalam tujuan, dinamis dalam sarana untuk mencapai tujuan.
Teguh dalam perkara prinsip, namun tidak demikian dalam perkara furu'
(cabang).
Antara ijtihad dan pembaharuan seperti pemahaman kontemporer yang
berhubungan. Jika Islam menganggap ijtihad sebagai sebuah cara untuk
memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Sunnah,
apakah Islam juga menerima pembaharuan sebagaimana Islam menerima
ijtihad?
Atau pembaharuan termasuk jenis yang bertentangan dengan tabi'at
Islam yang datang mengatur kehidupan dengan berbagai dasarnya, nilai,
pemahaman serta hukum-hukumnya atau ijtihad dan pembaharuan
mempunyai tempat tersendiri dalam Islam?
Page 52
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 52
Saya terkejut dengan ungkapan seorang ilmuwan terhormat yang tidak
menyetujui adanya hubungan antara pembaharuan dengan Islam, ketika
diwawancarai salah seorang wartawan. Dia menganggap bahwa Islam
adalah sesuatu yang fix, tidak perlu diperbaharui dan tidak akan
berkembang. Saya khawatir dia memberikan pemahaman pada masyarakat
lewat ungkapan kata 'Pembaharuan agama'. Karena dia menggartikan
ungkapan kata ini dengan arti merubah agama dengan menghapusnya atau
memberikan tambahan. Untuk itulah, dia menutup semua jenis
pembaharuan dalam agama dengan mengingkari secara mutlak adanya
pembaharuan.
Padahal yang sebenarnya adalah hadits nabi Saw telah menjelaskan
perkara ini. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Hakim,
Baihaqi dan yang lainnya dengan sanad yang shahih. Hadits itu artinya,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim seseorang yang
menjadi seorang pembaharu dalam agamanya (Islam).41" Setelah sabda
Rasulullah ini, tidak ada lagi ucapan beliau. Setelah hukum yang
disampaikan beliau dalam hadits ini, tidak ada keterangan hukum yang
lain.
Banyak ulama yang ikhlas mengingkari segala sesuatu yang permanen,
dengan alasan karena masyarakat menyalah gunakannya. Ini berarti para
ulama tersebut mengatasi kesalahan dengan kesalahan yang lain. Padahal
metode yang benar adalah menetapkan yang permanen dengan disertai
penanaman penafsiran yang benar serta menjelaskan semua pemahaman
dan penafsiran serta penerapan yang tidak benar.
Pembaharuan agama adalah sesuatu yang permanen, fix menurut nash.
Namun pembaharuan tidak sama dengan ijtihad. Ijtihad merupakan salah
satu cabang dari pembaharuan. Ijtihad merupakan salah satu bentuk dari
pembaharuan. Sehingga ijtihad adalah pembaharuan dari sisi pemikiran
dan ilmu. Sedangkan pembaharuan mencakup sisi pemikiran, ruhani dan
sisi praktis. Kesemua sisi ini merupakan sisi yang terangkum dalam Islam.
Karena Islam adalah ilmu, keimanan dan amal.
Saat ini, umat Islam amat membutuhkan orang yang mampu untuk
memperbarui dan menyegarkan kembali keimanan mereka. Membutuhkan
orang yang mampu untuk memperbarui berbagai karunia yang dimiliki
mereka. Membutuhkan orang yang memperbarui rambu-rambu
kepribadian mereka, orang yang bergerak untuk membangun generasi
muslim yang tampil dihadapan dunia seperti yang dilakukan oleh generasi
para sahabat Rasulullah sebelumnya. Generasi seperti ini kami namakan
dengan 'Generasi Penolong Islam yang diharapkan'. Pembaharuan ini
dimulai dari sekelompok orang yang memenuhi dan melaksanakan janji
yang pernah mereka ikrarkan di hadapan Allah. Diantara mereka ada yang
telah memperoleh balasannya dan ada pula yang masih terus berjuang
sambil berharap datangnya balasan dari Allah. Misalnya, Hasan Al-Banna,
Abdul Hamid bin Badis, Abul 'Ala Al-Maududi dan generasi penerus
41 Shahih, lihat buku "Shahih Al-Jami' Ash-Shagir" no. hadits 1874 cet. kedua
Page 53
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 53
mereka yang meneruskan perjuangan, menyempurnakan perjalanan
hingga Allah menyempurnakan sinar-Nya.
Di dalam hadits,
"Setiap di penghujung seratus tahun sekali, Allah mengirim
seseorang yang menjadi seorang pembaharu dalam agamanya
(Islam)."
Perkara terpenting di dalam hadits ini adalah arti dari kata 'man'
(seseorang). Apakah kaum muslimin harus senantiasa melakukan
pengamatan -di setiap awal dan akhir abad hijriah- terhadap seseorang
pembaharu yang senantiasa memikirkan kaum muslimin? Dalam naungan
pemahaman Islam terhadap peran jama'ah dalam kehidupan individu
nampak bahwa pemahaman hadits ini memberikan kaum muslimin tugas-
tugas dalam bingkai pembaharuan perkara agama Islam.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya, oleh
Hakim di dalam Al-Mustadrak, oleh Baihaqi di dalam Ma'rifah As-Sunan
wal Aatsar, oleh Thabrani di dalam Al-Ausath. Hadits ini memberikan
harapan yang kuat bagi umat Islam. Berita tentang akan datangnya seorang
pembaharu mengusir segala bentuk keputusasaan. Hadits ini
membangkitkan semangat dan harapan dalam diri umat bahwa Allah tidak
meninggalkannya menjadi santapan musuh-musuhnya. Allah tidak
membiarkan umatnya tercekik oleh asap, tidak membiarkannya dicabik-
cabik oleh cakar. Allah menyiapkan -antara awal dan akhir setiap abad
hijriah- seseorang yang mampu menyatukan umat ini dari pecah belahnya.
Seseorang yang mampu menghidupkan umat dari matinya,
membangkitkan umat dari tidur panjangnya. Inilah sebagian arti dari
pembaharuan. Orang ini memperbaharui umat ini dengan Islam dan
memperbaharui agama ini dengan umatnya.
Sebagian besar pensyarah hadits ini (sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya) bahwa yang dimaksud dengan 'man yujadid Ad-Dien' adalah
seseorang. Seseorang yang telah dianugerahi Allah dengan berbagai
karunia ilmu, akhlak dan amal salih. Semua ini dapat menggugah para
pemuda Islam, mengembalikan semangat, dinamis dan kekuatan mereka.
Semua ini dicapai lewat jalan ilmu yang bermanfaat, amal shalih dan jihad
besar. Inilah yang menjadikan para pensyarah hadits memberikan batasan
bahwa para pembaharu muncul di penghujung tiap abad hijriah. Mereka
sepakat pada suatu waktu, namun berbeda pendapat di waktu yang lain.
Mereka sepakat pada sosok Umar bin Abdul Aziz sebagai sosok pembaharu
yang muncul di abad pertama hijriah. Mereka juga sepakat bahwa Imam
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i sebagai pembaharu di abad kedua hijriah.
Mereka juga sepakat bahwa pembaharu di abad kelima hijriah adalah Abu
Hamid Al-Ghazali dan pembaharu di abad keenam hijriah adalah Ibnu
Daqiq Al-'Aid. Namun mereka berbeda pendapat mengenai pembaharu-
pembaharu lainnya dengan perbedaan yang amat tajam.
Saya berpendapat bahwa kata 'man' yang terdapat di dalam hadits ini,
sebagaimana pemahaman bahasa Arab memberikan pengertian umum
Page 54
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 54
yang menunjukkan kepada semua orang. Kata ini bisa memberikan
pengertian untuk satu orang atau sekelompok orang. Sehingga pengertian
orang yang memperbaharui agama di setiap penghujung abad tidak selalu
tampil dalam sosok individu tertentu, tetapi bisa jadi sekelompok orang.
Diantara mereka terkadang ada yang menjadi ulama, ada yang menjadi
penguasa, ada yang menjadi panglima dan ada pula yang menjadi
pendidik. Terkadang mereka berada di dalam satu negara, namun mereka
bisa juga terdapat di beberapa negara. Terkadang dia bergerak seorang diri
di bidangnya, namun terkadang mereka bekerja sama, saling tolong
menolong sehingga menyerupai sebuah kelompok yang bergerak. Sebagian
mereka terkadang melakukan pembaharuan di bidang dakwah dan
pendidikan. Namun sebagian lain melakukan pembaharuan di bidang fiqih.
Sekelompok orang bergerak di bidang pendidikan, yang lainnya bergerak di
bidang perbaikan sosial, kelompok yang lain bergerak di bidang ekonomi,
sementara itu kelompok yang lain bergerak di bidang politik. Banyaknya
bidang yang dilakukan, beraneka ragamnya kegiatan yang dilakukan
bukan sesuatu yang menjadi masalah. Dengan catatan, perbedaan yang
bermacam-macam dan bukan perbedaan yang saling bertentangan dan
bermusuhan. Perbedaan ini saling menyempurnakan, saling mengisi dan
saling tolong menolong, saling menguatkan dan bukan saling menghalangi
satu sama lain. Jika kaum muslimin saling menghalangi dan bermusuhan
itu berarti akan menyebabkan kelemahan bagi mereka dan memperkuat
kekuatan musuh.
Jika mengkaitkan pembaharuan hanya pada satu orang saja, hal ini
menyebabkan masyarakat hidup hanya mengharapkan kedatangannya.
Inilah rahasia mengapa sekelompok orang hanya mengharapkan
kedatangan imam Mahdi. Menurut saya, pembaharuan hendaknya
dikaitkan dengan sebuah kelompok, yayasan atau gerakan. Sehingga setiap
muslim ingin menjadi bagian dari kelompok itu dalam kedudukannya
sebagai pembaharu. Setiap muslim akan menyumbang semua kemampuan
dan kekuatannya. Sehingga pertanyaannya bukan kapan pembaharu agama
itu akan muncul? Tapi, apa yang telah saya lakukan untuk memperbaharui
agama?
Di dalam dunia Islam, ikatan antara pembaharuan dan para
pembaharu memiliki arahan yang bermacam-macam. Berbagai klaim dari
kaum sekularis dan atheis bermunculan. Semuanya itu ditujukan untuk
menjadikan kaum muslimin lepas dari hakikat agamanya. Apakah ini
sebuah pembaharuan? Apakah mereka (para sekularis dan atheis) termasuk
para pembaharu?
Para musuh Islam mengganti penggunaan kata pembaharu (mujadid)
dengan kata pemecah belah (mubadid). Karena mereka tidak mengkaitkan
para pembaharu dengan pembaharuan yang sesungguhnya. Sehingga yang
dimaksud dengan pembaharuan adalah sesuatu yang berarti kembali
kepada sesuatu seperti ketika pertama kali baru muncul. Memperbaiki
segala yang perlu diperbaiki, dengan tetap menjaga keorisinalannya dan
kekhasannya. Inilah seperti yang kami katakan sebelumnya. Jika ingin
merenovasi istana atau bangunan kuno, maka kita tidak diizinkan untuk
Page 55
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 55
merubah ciri-ciri khas dan bentuk aslinya. Namun kita harus senantiasa
berusaha untuk mengembalikan seperti ketika pertama kali dibangun.
Adapun jika membongkar dan merubuhkan bangunan itu dan mendirikan
bangunan baru dengan gaya arsitek modern, maka ini bukanlah
pembaharuan.
Para musuh Islam tak ada bedanya dengan seseorang ingin
merubuhkan sebuah masjid Jami' yang merupakan sebuah bangunan kuno,
kemudian dia membangun sebuah gereja dengan gaya arsitek modern dan
di gereja itu di tulis pula kata Jami' (sebutan yang biasanya melekat pada
kata masjid).
Yang menyematkan nama para musuh Islam sebagai para pembaharu
adalah penjajah, murid-muridnya serta kaki tangannya yang berasal dari
para orientalis dan para misionaris. Padahal nama mereka sebenarnya
adalah Ubaid Al-Fikri Al-Gharbi alias budak pemikiran barat. Sehingga
mereka tidak pantas diberi status sebagai murid-murid pemikiran barat.
Sebab yang namanya murid, berdiskusi dengan gurunya, terkadang
menentangnya, dalam kesempatan lain terkadang membantahnya. Adapun
sikap mereka terhadap pemikiran barat tidaklah demikian, sikap mereka
adalah tunduk patuh dengan penuh pengabdian. Bukankah sikap ini
merupakan sikap seorang hamba atau seorang budak? Sehingga semua
yang diyakini barat dianggapnya sebagai suatu yang hak. Semua yang
diucapkan barat adalah benar dan semua yang dilakukannya dianggap
indah! Sama saja apakah mereka berasal dari aliran kiri atau kanan,
keduanya sama-sama budak. Sumber mereka adalah satu. Mereka tidak
ubahnya seperti ranting dari pohon yang dilaknat Al-Qur'an, Taurat dan
Injil. Yaitu pohon buruk yang mencabut ruh dari tubuh manusia,
menghilangkan keimanan dari kehidupan ini serta mencabut hidayah Allah
dari masyarakat. Kedok mereka yang mengaku sebagai para pembaharu
telah dibongkar oleh Alm. Prof Dr. Muhammad Al-Bahi di dalam bukunya
yang berjudul Al-Fikri Al-Islami Al-Hadits wa shillatuhu bil isti'mar Al-
Gharbi42.
Mujadid (pembaharu) sejati adalah orang yang memperbaharui agama
Islam, dengan agama dan untuk agama. Adapun orang yang ingin
memperbaharui agama Islam dari luar, yaitu dengan pemahaman import
dan pemikiran dalam negri, dia sebenarnya melakukan pembaharuan
untuk kepentingan barat atau timur. Orang seperti ini amat jauh dari
pembaharuan yang sebenarnya.
3. Islam Dan Kemajuan
Bukanlah merupakan perkara yang aneh, jika kehidupan manusia di
atas bumi ini selalu berubah dan berkembang dari satu keadaan ke keadaan
42 Untuk menambah pengetahuan tentang topik ini baca pula pasal yang berjudul "Ashalah laa
Raj'iyyah, wa tahdits laa taghriib" dalam buku kami yang berjudul "Bayyinaat Al-Hallu Al-Islami wa
Syubhaat Al-Ilmaniyiin wal Mutagharribiin" diterbitkan oleh Muassasah Ar-Risalah, Beirut
Page 56
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 56
lainnya. Sebagian orang mengalami kemajuan di beberapa bidang, itu
berarti mereka telah mengalami perkembangan.
Bidang yang paling banyak mengalami perkembangan adalah segala
sesuatu yang biasa digunakan oleh manusia. Makanan, pakaian,
kendaraan, rumah, senjata, berbagai peralatan dan sebagainya.
Berikut ini kami akan memberikan contoh yang amat jelas.
Dulu, manusia berjalan kaki untuk mencapai tujuannya. Kemudian dia
berhasil menjinakkan beberapa hewan tunggangan. Seperti, unta, kuda dan
keledai. Hewan-hewan ini digunakan sebagai kendaraan manusia dan
membawa segala perbekalan yang dibutuhkannya. Kemudian manusia
membuat kapal layar yaitu kapal yang digerakkan oleh angin dan berlayar
di lautan. Selanjutnya manusia membuat gerobak yang ditarik dengan
hewan tunggangan. Ini terus berlangsung hingga ribuan tahun. Kemudian
muncullah kendaraan lain yang bernama kereta yang digerakkan oleh
mesin uap atau mesin penggerak lainnya. Setelah itu terciptalah pesawat
terbang, sehingga dunia seperti sebuah desa kecil. Yang terakhir pesawat
dan kendaraan ruang angkasa yang dapat mengantarkan manusia ke
bulan.
Allah Swt mengisyaratkan sarana-sarana yang digunakan manusia
dalam ayat berikut ini,
Ÿ≅ø‹sƒø:$#uρ
tΑ$tóÎ7ø9$#uρ
uÏϑysø9$#uρ
$yδθç6Ÿ2÷tIÏ9
ZπuΖƒÎ—uρ
4
ß,è=øƒs†uρ
$tΒ
Ÿω
tβθßϑn=÷ès?
∩∇∪
"Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya." (An-Nahl
(16):8)
Selain perkembangan yang bersifat fisik seperti di atas, terdapat pula
perkembangan dalam bidang pemikiran, adat, kebiasaan dan akhlak.
Perkembangan dalam bidang ini terkadang patut dipuji, namun terkadang
tidak. Karena perkembangan bidang ini tidak selamanya untuk
kemaslahatan manusia. Terkadang dapat meningkatkan derajat manusia,
hingga nyaris mendekati derajat malaikat. Namun terkadang menurunkan
derajat manusia menjadi rendah, bahkan lebih rendah dari derajat
binatang.
Lalu pertanyaannya adalah, "Bagaimana sikap Islam terhadap
perkembangan? Apakah Islam menerimanya atau menolak serta
memeranginya?
Sikap Manusia Terhadap Perkembangan/Kemajuan
Sikap Islam terhadap perkara ini amatlah agung. Oleh karenanya sudah
selayaknya kami menjelaskan terlebih dahulu sikap manusia terhadap
perkembangan:
Page 57
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 57
1. Sikap Penolakan Manusia Secara Mutlak
Yaitu penolakkan secara mutlak terhadap segala perubahan dan
pembaharuan. Penolakkan terhadap segala aspek kehidupan, baik sisi
keilmuan, perbuatan maupun dalam bentuk makna. Mereka melestarikan
tradisi kuno dan memerangi segala bentuk yang baru tidak peduli sumber
dan apapun bentuknya.
Itulah yang terjadi pada gereja barat pada abad pertengahan masehi.
Gereja barat pada saat itu mengadopsi berbagai pemikiran dan teori, seperti
geografi, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Selain itu, pihak
gereja menambah sisi spritual dalam pemikiran dan teori tersebut, sehingga
dianggap sebagai bagian dari agama Nasrani. Seperti pemikiran dan tradisi
yang mereka anut selalu diwarnai dengan warna agama. Tidak boleh
seorang pun yang menentang pemikiran dan tradisi itu. Menurut mereka,
pembahasan atau penelitian secara bebas hingga penentangan pemikiran
harus dihentikan. Maka celakalah orang yang mengadakan pembaharuan!
Ustadz Imam Muhammad Abduh menyebutkan dalam bukunya yang
berjudul "Al-Islam wan Nashraniyyah ma'al ilmi wal madaniyyah"
mengenai sikap gereja dan para tokoh yang menimbulkan keanehan dan
kebingungan.
Dirumanis berkata, "Lengkungan pelangi bukanlah busur panah yang
berada di tangan Allah untuk menghukum hamba-Nya. Namun pelangi
adalah refleksi cahaya matahari pada titik-titik air." Karena pendapatnya
ini, Dirumanis dibawa ke Roma, dipenjara hingga meninggal dunia. Mayat
dan semua hasil karyanya dilemparkan ke dalam api!
Balaj berpendapat tentang kematian. Dia berpendapat bahwa kematian
telah ada sebelum Adam diciptakan. Dia berkata, "Hewan-hewan telah
mengalami kematian sebelum nabi Adam melakukan kesalahan karena
memakan buah khuldi." Pendapat ini menimbulkan keributan. Polemik dan
perselisihan ini berakhir dengan keluarnya keputusan kaisar agar
menghukum mati setiap orang yang memiliki keyakinan ini.
Pendapat bahwa bumi itu bulat telah menimbulkan keguncangan yang
amat sangat pada diri ilmuwan Nasrani. Padahal kaum muslimin telah
mengetahui hal ini sejak awal pemerintahan khilafah dinasti Abbasiyyah.
Pendapat dan pemahaman ini tidak menggoyahkan keyakinan ilmuwan
Nasrani. Bahkan keterangan ini tercantum dalam buku-buku tafsir dan
tauhid.
Sebagian orang Amerika berhasil menemukan cara untuk membius
wanita ketika melahirkan, sehingga wanita tidak merasa sakit saat
melahirkan. Penemuan ini menimbulkan kemarahan para pendeta. Karena
mereka beranggapan bahwa merekalah yang berhak membebaskan wanita
dari kutukan dan hukuman abadi yang dicatat di dalam Taurat bagian kitab
penciptaan (perjanjian lama) dan bagian Injil yang ketiga. Di dalamnya
terdapat keterangan, "Allah berfirman kepada wanita, "Perbanyaklah beban
kehamilanmu. Karena rasa sakit dapat mempermudah kelahiran anak."
Page 58
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 58
Di kota Konstantinopel, kaum muslimin telah menemukan metode
kedokteran dengan cara penyuntikan di bawah kulit. Kemudian seorang
wanita yang bernama Marie Monaco membawa metode ini sampai di Eropa
pada tahun 1721 M. Para pendeta bangkit dan menentang penggunaan alat
suntik itu. Peristiwa seperti ini kembali terulang ketika penyuntikan
diperlukan untuk pengobatan penyakit cacar. Para pendeta menentang
penggunaan alat suntik untuk pengobatan.
Biro penyelidik dibentuk di Eropa untuk menentang berbagai ilmu dan
pemikiran bebas. Biro ini dibentuk, karena takut pada kemunculan
pemikiran yang dibawa oleh murid-murid Ibnu Rusyd –baik murid secara
langsung atau tidak langsung-. Khususnya biro penyelidik di Perancis dan
Italia selatan. Orang yang mengusulkan untuk mendirikan biro ini adalah
pendeta Turkamanda.
Biro aneh ini benar-benar melakukan tugasnya. Dalam 18 tahun,
semenjak tahun 1481 M hingga 1499 M telah menjatuhkan hukuman atas
10.220 orang agar dibakar hidup-hidup. Mereka benar-benar dibakar.
Sebanyak 61.860 orang dihukum gantung setelah sebelumnya difitnah
terlebih dahulu. Sebanyak 97.023 dijatuhi hukuman dengan bentuk
hukuman yang bermacam-macam. Mahkamah ini juga membakar semua
Taurat yang berbahasa Ibrani.
Itulah sikap gereja, namun arus perkembangan dan kemajuan lebih
kuat. Sehingga percikan api berpindah dari timur Muslim menuju ke barat
Nasrani. Kobaran api semakin meluas dan meninggi hingga akhirnya
menjadi kobaran api yang besar, sehingga tidak dapat dihalangi oleh apa
pun juga. Sekelompok orang dalam jumlah yang banyak bangkit
menyerang gereja. Gereja yang bodoh melawan ilmu, khurafat melawan
pemikiran. Gereja bersama para raja dan orang-orang pandai melawan
rakyat. Rakyat berteriak, "Gantunglah raja terakhir dengan usus pendeta
terakhir."
2. Sikap Ketundukan Mutlak Terhadap Perkembangan/ Kemajuan Zaman
Sikap kedua ini bertolak belakang dengan sikap yang terdahulu. Sikap
kedua adalah ketundukan secara mutlak kepada perkembangan/ kemajuan
zaman. Sikap mereka terhadap segala perubahan dan hal yang baru adalah
taklid buta. Mereka tidak lagi membedakan antara yang boleh dengan yang
tidak boleh, antara yang pantas dan yang tidak pantas. Sikap ini
dipengaruhi oleh pemikiran barat yang berpendapat bahwa semua hal
yang mutakhir lebih baik dari yang terdahulu. Lebih dari itu mereka tidak
pernah merasa puas pada kemajuan (tekhnologi, misalnya). Namun mereka
kebablasan. Mereka menyeru untuk mengembangkan segala sesuatu,
merubah semua nilai, merubah berbagai kebaikan, tradisi dan perundang-
undangan. Menurut mereka kehidupan ini harus dibalik hingga 180
derajat.
Di dalam masyarakat kita masih terdapat dua kelompok yang bersikap
seperti di atas, Pertama, kelompok yang merupakan pengikut barat.
Peradaban barat telah membuat kelompok ini merasa terkagum-kagum.
Page 59
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 59
Oleh karenanya, mereka membenarkan segala hal yang berasal dari
peradaban barat. Mereka berantusias sekali terhadap segala yang terdapat
di dalam peradaban barat, bahkan mereka mempropagandakan peradaban
ini atas nama perkembangan, pembaharuan dan kemajuan zaman. Padahal
peradaban barat kosong dari nilai-nilai kemanusiaan, rusak, atheis dan
permisifisme (serba boleh). Saat ini, orang-orang barat sendiri mulai
mengkaji ulang sikap mereka, mengkritik peradaban mereka dan merubah
pemahaman mereka terhadap berbagai perkara.
Mereka inilah yang diolok-olok oleh sastrawan Arab dan Islam yang
bernama Mushtafa Shadiq Ar-Rafi'i. Beliau berkata, "Mereka ingin
memperbaharui agama, bahasa, matahari dan bulan!!"
Kelompok yang kedua adalah para penganut paham Marxis. Mereka
berpendapat bahwa perkembangan adalah sesuatu yang pasti. Mereka
menyeru bahwa perkembangan/kemajuan zaman lebih utama dari
keadaan sebelumnya.
Mereka selalu membicarakan sisi kehidupan manusia yang
berkembang. Namun mereka lalai membicarakan sisi kehidupan manusia
yang tetap/tidak dapat berubah.
Tidak diragukan lagi bahwa kehidupan manusia banyak menghadapi
perubahan dan perkembangan. Namun perubahan yang terjadi hanya
terkait pada segala hal yang berada di sekeliling manusia dan lebih banyak
dari perubahan dan perkembangan manusia itu sendiri. Adapun zat
manusia tidak pernah berubah, itu-itu saja.
Nabi Adam digoda syetan secara bertahap melalui gharizatul baqa'
(naluri cinta) pada kekekalan, hingga akhirnya beliau memakan buah
khuldi. Anak cucu Adam juga tidak berbeda dengan nabi Adam sendiri,
naluri terkadang mendorongnya untuk melakukan perbuatan maksiat.
Anak nabi Adam yang dengki pada saudaranya, tega membunuhnya
dengan batu. Kemudian dia bingung mengubur mayat saudaranya hingga
seekor burung gagak memberi contoh cara mengubur sebuah mayat.
Sampai saat ini, manusia masih memiliki perasaan dengki dan mungkin
melakukan pembunuhan lantaran perasaan dengki itu. Begitulah manusia
pada dasarnya tidak pernah berubah, walaupun alat atau sarana untuk
membunuh telah mengalami perkembangan dan beraneka ragam jenis dan
bentuknya. Selain itu dengan tekhnologi muktahir, manusia sudah mampu
mencairkan mayat seseorang dengan zat asam atau zat kimia yang telah
diuraikan hingga tidak sedikitpun meninggalkan bekas!!
Kendali akhlaklah yang menjadikan nabi Adam menyesal, bertaubat
dan memohon ampun kepada Allah, setelah beliau melakukan perbuatan
dosa. Dia berdoa,
Ÿω$s%
$uΖ−/u‘
!$oΨ÷Ηs>sß
$uΖ|¡àΡr&
βÎ)uρ
óΟ©9
öÏøós?
$uΖs9
$oΨôϑymös?uρ
¨⎦sðθä3uΖs9
z⎯ÏΒ
z⎯ƒÎÅ£≈y‚ø9$#
Page 60
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 60
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-'Araf
(7):23)
Kendali ini juga nampak pada anak nabi Adam yang baik ketika
berkata kepada saudaranya,
.⎦È⌡s9
|MÜ|¡o0
¥’n<Î)
x8y‰tƒ
©Í_n=çFø)tGÏ9
!$tΒ
O$tΡr&
7ÝÅ™$t6Î/
y“ωtƒ
y7ø‹s9Î)
y7n=çFø%L{
(
þ’ÎoΤÎ)
Ú’%s{r&
©!$#
¡>u‘
t⎦⎫Ïϑn=≈yèø9$#
∩⊄∇∪
"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku
kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada
Allah, Tuhan seru sekalian alam." (Al-Maidah (5):28)
Kendali ini juga nampak pada diri anak nabi Adam yang telah
melakukan pembunuhan. Dia menyesal telah melakukan pembunuhan.
Kendali ini sen antiasa ada di dalam fitrah manusia, walaupun manusia
telah berhasil menginjakkan kakinya di bulan.
Dorongan fitrah yang terdapat di dalam diri manusia tidak pernah
berubah, walaupun cara pemuasannya mengalami perubahan. Dulu
manusia memakan makanan yang mentah sebagaimana yang dilakukan
oleh hewan dan burung-burung. Kemudian manusia mengetahui cara
memasak makanan di atas api yang bahan bakarnya adalah kayu bakar
atau batu bara. Bersama berjalannya waktu, cara memasak yang dilakukan
manusia terus mengalami perubahan. Yang tadinya menggunakan kayu
bakar, kini memasak dengan kompor minyak tanah, gas dan kompor listrik.
Namun tetap saja manusia makan dan minum. Tetap saja manusia
merasakan lapar dan kenyang, merasakan haus dan puas. Perut akan
merasa tegang, bila sedang lapar dan haus. Namun jika perut sudah
kenyang, maka kita akan merasakan lega dan tenang.
Nilai-nilai agamis dan akhlak dasar berasal dari perasaan
membutuhkan kepada Allah, memohon perlindungan kepada Allah ketika
sedang mengalami kesulitan dan menyesali perbuatan dosa. (Nilai-nilai ini
biasa disebut dengan gharizah tadayyun/naluri keagamaan). Manusia
mencintai kejujuran, sifat amanah, keutamaan dan membenci sifat hina,
berbohong dan khianat. Semua nilai dan sifat ini senantiasa ada di dalam
kehidupan manusia. Walaupun pada sebagian manusia, sifat ini tertutup.
Perkembangan yang ada di dunia ini adalah perkembangan yang
melingkupi dan berada di sekitar manusia dan bukan dalam diri manusia.
Perkembangan terjadi pada segala sesuatu yang digunakan atau yang dapat
membantu manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan bukan terjadi
dalam diri manusia.
Page 61
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 61
Memang benar, pengetahuan manusia terhadap alam ini dan segala
yang ada di dalamnya telah mengalami perubahan dan kemajuan. Namun
hakikat manusia tidak mengalami perubahan.
3. Sikap Seimbang Merupakan Sikap Islam
Sikap ketiga ini merupakan sikap seimbang. Sikap yang dapat
membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang pantas dan tidak
pantas. Sikap ini merupakan sikap yang adil. Tidak anti terhadap
perkembangan dan kemajuan zaman, namun juga tidak berlebihan dalam
hal tersebut. Sikap ketiga ini adalah menghadapi perkembangan dengan
penuh hikmah, bahkan dengan benar. Tidak itu saja, sikap ini mendorong
seorang muslim untuk memperoleh kemajuan/perkembangan yang
bermanfaat, menciptakan kemajuan/perkembangan serta menikmatinya.
Itulah sikap Islam yang benar, sikap yang memadukan antara sesuatu
yang tidak dapat berubah dan sesuatu yang dinamis/elastis, termasuk
dalam perkara hukum dan ajarannya.
Tetap dan istiqamah dalam tujuan, namun elastis dalam penggunaan
sarana dan peralatan.
Tetap dan istiqamah dalam perkara yang ushul (pokok) dan kulliyaat
(meyeluruh), namun elastis dalam perkara yang furu' (cabang) dan juz'i
(parsial).
Tetap dan istiqamah dalam perkara akhlak dan akidah, namun elastis
dalam perkara dunia dan materi.
Perkara-perkara yang tetap ini dapat ditemukan dalam nash-nash yang
muhkamah, nash-nash yang qath'i dari segi sumbernya serta
pengertiannya. Sedangkan perkara yang dinamis/elastis dapat ditemukan
dalam nash-nash yang dzanni (tidak pasti) dari segi sumber serta
pengertiannya. Selain itu perkara yang dinamis/elastis juga terdapat dalam
ruang yang nash-nashnya –baik Al-Qur'an dan Sunnah- membiarkan para
mujtahid melakukan ijtihad, sebagai sebuah rahmat dan kemudahan bagi
kita.
Perkara yang tetap ini terdapat dalam perkara akidah yang pokok,
hukum-hukum fardhu yang dasar, berbagai keutamaan pokok, hukum-
hukum haram yang pokok, perkara syari'at yang menyeluruh serta
perkara-perkara lainnya. Yaitu perkara-perkara yang tidak pernah
menimbulkan perbedaan pendapat di zaman, lingkungan dan keadaan apa
pun juga. Sedangkan perkara yang elastis ini terdapat dalam hukum-
hukum furu', juz’i yang meluas lantaran banyak sudut pandang dan ijtihad
terhadap hukum-hukum tersebut. Allah tidak memberikan batasan yang
pasti tentang pengertian hukum-hukum itu. Barangsiapa yang berijtihad
dan hasil ijtihadnya benar, maka dia memperoleh dua pahala. Barangsiapa
yang berijtihad, namun hasil ijtihadnya salah, maka dia hanya memperoleh
1 pahala saja. Inilah pengertian yang diucapkan oleh para ahli fiqih kita,
"Fatwa tentang hukum-hukum ini dapat berubah karena perubahan
tempat, zaman, adat istiadat dan keadaan."
Page 62
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 62
Selain itu, kita juga menemukan perkara yang elastis, dinamis pada
perkara-perkara dunia. Yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan
tekhnik, keahlian dan iptek. Singkat kata, perkara yang berkaitan dengan
sarana serta hal-hal tekhnis. Inilah yang dimaksud dengan sabda
Rasulullah Saw yang artinya,
"Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.43"
Perkara tekhnik, keahlian dan iptek merupakan perkara yang harus
dikuasai oleh kaum muslimin. Bahkan kaum muslimin harus unggul dalam
perkara ini. Tidak masalah bagi kaum muslimin untuk mengambil
keahlian, tekhnologi tertentu dari non muslim atau dari siapa saja, jika
kaum muslimin tidak memiliki tekhnologi itu.
Di saat-saat pertama Rasulullah berada di Madinah, beliau berkhutbah
dengan bersandarkan pada sebuah pelepah kurma. Namun ketika jumlah
kaum muslimin bertambah banyak dan kekuasaan beliau semakin stabil,
Rasulullah memanggil tukang kayu berkebangsaan Romawi. Tukang kayu
ini membuat sebuah mimbar 3 tingkat untuk Rasulullah. Setelah mimbar
itu selesai, beliau berkhutbah di atasnya dan beliau tidak mengatakan,
"Mimbar ini buatan orang Romawi, oleh karenanya saya tidak
menggunakannya." Sekali lagi, beliau tidak mengatakan seperti itu.
Dalam perang Ahzab, Salman Al-Farisi r.a. mengusulkan untuk
menggali parit sepanjang kota Madinah, sehingga parit itu dapat
melindungi kota Madinah dari serangan kaum musyrikin. Rasulullah
kagum pada pendapat Salman dan beliau melaksanakan. Beliau tidak
mengatakan, "Ini merupakan salah satu tekhnis berperang bangsa Majusi,
oleh karenanya kami tidak akan mengikutinya." Sekali lagi, Rasulullah tidak
mengatakan seperti ini.
Demikian pula masa para sahabat setelah Rasulullah wafat. Mereka
membuat berbagai sistem dan tindakan yang sebelumnya tidak pernah ada
di masa Rasulullah. Mereka membentuk dewan-dewan, menghimpun Al-
Qur'an dalam beberapa mushaf, kemudian mushaf-mushaf itu dibagikan ke
berbagai daerah. Selain itu, mereka menunjuk orang-orang tertentu untuk
tugas khusus dalam bidang pengadilan. Mereka juga memasukkan sistem
surat menyurat, pendek kata segala yang bermanfaat dan baik diambil,
dipelajari dan digunakan. Sunnah, inisiatif para Khulafaur Rasyidin
dianggap sebagai bagian dari agama dan dipegang dengan erat?!
Allah menjamin agama Islam sebagai agama terakhir untuk seluruh
manusia. Setelah sebelumnya mengalami masa sulit dan berhak menjadi
sebuah risalah umum untuk seluruh manusia serta menjadi risalah yang
kekal hingga akhir zaman, maka tidaklah aneh jika Allah memberikan
keluasaan, kemudahan, elatisitas yang siap menghadapi perkembangan dan
kemajuan zaman. Allah menjadikan agama menjadi siap dan layak untuk
setiap lingkungan, setiap umat dan setiap generasi. Bukan itu saja, Allah –di
dalam ajaran-Nya- menggariskan beberapa nilai, pemikiran, pemikiran-
43 HR Muslim, Shahih Al-Jami' no. hadits 1482, cet. ketiga, cet. Al-Maktab Al-Islami
Page 63
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 63
pemikiran pokok, akhlak dan hukum-hukum yang mendorong
terwujudnya pertumbuhan, gerak untuk mencapai posisi yang tertinggi.
Islam memadukan antara agama dan dunia, ilmu dan keimanan, menjadi
orang kota yang berakhlak.
Islam tidak menolak semua bentuk kemajuan, jika di dalamnya terdapat
ilmu, hikmah, kebenaran dan kebaikan. Namun, Islam menolak segala
bentuk kemajuan, jika di dalamnya terdapat kecendrungan kerusakan,
penyimpangan dan kehinaan. Semua perkara dikembalikan kepada Al-
Qur'an yang diturunkan Allah dengan kebenaran dan standar ukuran.
Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya kebingungan dan sia-sia. Akan
tetapi Allah memberikan umat manusia ukuran/standar yang dapat
dijadikan sebagai barometer segala sesuatu dalam kehidupan mereka.
Islam menolak sikap jumud dan menyeru kepada sikap bergerak dan
dinamis. Bergerak perlahan dan terus menerus. Islam menghendaki gerak
yang memiliki tujuan dan cerdas. Bukan gerak tanpa arah dan merusak.
Islam menghendaki adanya gerak seperti bergeraknya sungai pada
jalurnya. Bukan geraknya aliran darah yang tidak memiliki jalur dan
batasan-batasan. Sungai dan aliran adalah dua hal yang mengalir dan
bergerak. Namun sungai menyebar untuk kehidupan, menumbuhkan
tanaman dan keberkahan bagi tempat yang dilaluinya. Sedangkan aliran
biasanya identik dengan aliran darah dan kerusakan.
Islam menginginkan manusia aktif dan berbuat, namun dengan syarat
geraknya harus memiliki tujuan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan nan
mulia. Dia bergerak seputar daerah yang aman, tidak mencelakakan diri
dan tidak pula mencelakakan orang lain. Hal ini sebagaimana yang
diucapkan oleh Asy-Syahid Sayyid Quthb, "Gerak itu di dalam bingkai yang
tetap dan disekitar poros yang tetap."
Islam menerima kemajuan dan perkembangan yang cerdas dan baik.
Kemajuan yang diatur oleh nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keutamaan.
Kemajuan yang diatur oleh keseimbangan keadilan. Karena keadilan itulah
Allah menurunkan kitab-Nya dan rasul-Nya. Adapun kemajuan yang
bergerak tanpa arah seperti adanya kestatisan dan kebodohan, merupakan
dua hal yang ditolak oleh Islam.
Kapan Masyarakat Islam Menghadapi Bahaya
Masyarakat Islam menghadapi hal genting dan berbahaya, disebabkan
salah satu dari dua perkara berikut ini,
Pertama, Bersikap jumud pada perkara yang dapat berubah,
berkembang dan bergerak. Sehingga kehidupan ini mandul seperti air yang
tergenang tidak bergerak dan menjadi tempat bersarangnya bakteri dan
mikroba.
Kenyataan ini terjadi di saat kemunduran dan jauh dari petunjuk Islam
yang benar. Kita dapat melihat dalam masalah fikih misalnya, kaum
muslimin tidak lagi mampu berijtihad. Karena pintu ijtihad telah ditutup
katanya. Kreatifitas dalam ilmu pengetahuan mengalami kemandekan,
Page 64
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 64
demikian pula dalam hal adab. Kreatifitas dalam bidang perindustrian
mengalami stagnan, demikian pula keahlian dalam berperang dan bidang-
bidang lainnya. Kehidupan dipenuhi dengan kejumudan dan taklid di
segala bidang. Orang-orang terdahulu tidak meninggalkan apa pun untuk
generasi selanjutnya. Tidak ada kemampuan yang melebihi generasi
sebelumnya! Jika keadaannya seperti ini, masyarakat lain yang tertidur
akan mulai bangkit dan berkembang, terus berkembang dan maju. Tidak
lama kemudian para tentara penjajah mulai bergerak. Sementara itu kaum
muslimin masih asyik dan hanyut dalam kelalaian.
Kedua, Menginginkan perubahan, perkembangan pada hal-hal yang
seharusnya tetap, fix dan statis. Di zaman sekarang, kita sudah sering
melihat dan mendengar sekelompok putra putri muslim ingin melenyapkan
identitas Islam dari umat ini. Ingin menghilangkan kemuliaan umat ini dari
seluruh khazanah Islam, dengan mengatas namakan perkembangan dan
kemajuan zaman. Mereka ingin menyebarkan paham atheis dalam perkara
akidah, ingin membuat merasa asing terhadap syari'ah dan menjauhkan
dari berbagai keutamaan. Semua itu dipropagandakan dengan mengatas
namakan perkembangan.
Mereka ingin melenyapkan agama ini dan dalam yang waktu
bersamaan mereka mengadopsi berbagai keyakinan, pemikiran, nilai,
keseimbangan, sistem, tradisi dan akhlak yang berasal dari timur dan barat.
Allah menurunkan agama ini agar manusia tidak tergelincir di dalam
menjalankan kehidupan. Oleh karena itu, Allah mewajibkan agar agama
ini menjadi standar tetap yang dijadikan rujukan ketika berbeda pendapat
dan menyimpang dari jalannya. Adapun jika agama ini harus tunduk dan
mengikuti perubahan kehidupan, agama akan lurus jika kehidupan lurus
dan akan bengkok jika kehidupan bengkok. Maka hal itu akan
menghilangkan peran agama dalam kehidupan manusia. Yang benar
adalah agama mengarahkan dan menilai kehidupan dan bukan kehidupan
mengarahkan dan menilai agama. Agama yang menundukkan kehidupan
berdasarkan tuntunan dan petunjuknya dan bukan kehidupan
menundukkan agama ini mengikuti kenyataan dan kerendahannya.
Dari sini, kami bertanya kepada mereka yang menuntut agar Islam
berkembang, "Mengapa kalian tidak menuntut agar perkembangan ini
tunduk mengikuti Islam?!!"
Islam adalah pengatur, sedangkan perkembangan hidup berposisi
sebagai sesuatu yang diatur.
Mereka yang Mendewa-Dewakan Kemajuan Zaman Tidak Memiliki
Sikap Tertentu
Mereka yang mendewa-dewakan kemajuan zaman tidak memiliki sikap
tertentu. Mereka tidak menginginkan kemunduran. Jika mereka menerima
Islam, mereka menginginkan Islam yang berasal dari tangan dan pikiran
sendiri.
Page 65
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 65
Mereka berpendapat, "Kami tidak menerima pendapat para imam, ahli
fiqih, pensyarah hadits dan para penafsir Al-Qur'an. Karena pendapat
mereka adalah pendapat manusia yang tidak ada bedanya dengan kami.
Kami hanya menerima wahyu Allah semata."
Andaikan saja saya menerima pendapat mereka, niscaya mereka akan
berkata, "Kami mengambil sebagian wahyu dan tidak mengambil sebagian
lainnya. Kami mengambil Al-Qur'an dan tidak mengambil Sunnah. Karena
di dalam sunnah terdapat hadits yang lemah, palsu (maudhu'), ditolak
(mardud). Kami hanya mengambil hadits mutawatir dan tidak mengambil
hadits ahad."
Dengan beraninya mereka berkata, "Al-Qur'an mengatasi berbagai
keadaan yang ada di jazirah Arab dan berbagai masyarakat Badui secara
terbatas, oleh karenanya kami juga boleh mengambil sebagian Al-Qur'an
yang sesuai dengan kondisi kami dan meninggalkan bagian Al-Qur'an yang
lain karena tidak sesuai dengan kondisi kami!"
$yϑ¯ΡÎ)
tЧym
ãΝà6ø‹n=tæ
sπtGøŠyϑø9$#
tΠ¤$!$#uρ
zΝóss9uρ
̓̓ΨÏ‚ø9$#
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi." (Al-Baqarah (2):173)
Babi adalah binatang yang najis. Mereka berkata, "Al-Qur'an
mengatakan demikian tentang babi karena makanannya pada saat itu
adalah kotor. Sedangkan babi sekarang tidaklah demikian!!"
Jika Al-Qur'an membicarakan tentang warisan,
"Bagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan." (An-Nisaa' (4):11)
Mereka akan berkata, "Ketentuan terjadi ketika para wanita belum
menjadi wanita karir, belum bekerja. Adapun saat ini, wanita memiliki
kepribadian sendiri, memiliki pendapatan sendiri. Oleh karena itu wanita
harus memperoleh bagian waris seperti bagian yang diperoleh oleh kaum
pria. Tidak boleh kita membeda-bedakan bagian kedua jenis kelamin ini!!"
Jika Allah berfirman,
$yϑ¯ΡÎ)
ãôϑsƒø:$#
çÅ£øŠyϑø9$#uρ
Ü>$|ÁΡF{$#uρ
ãΝ≈s9ø—F{$#uρ
Ó§ô_Í‘
ô⎯ÏiΒ
È≅yϑtã
Ç⎯≈sÜø‹¤±9$#
çνθç7Ï⊥tGô_$$sù
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah." (Al-Maidah (5):90)
Page 66
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 66
Niscaya mereka akan berkata, "Al-Qur'an mengharamkan hal di atas,
karena diturunkan di daerah tropis. Seandainya Al-Qur'an diturunkan di
daerah dingin, niscaya ketentuannya akan berbeda."
Ucapan di atas menunjukkan bahwa mereka mengatakan Allah tidak
mengetahui pada keadaan-keadaan hamba-Nya. Dia hanya mengetahui
sesuatu yang nampak saja. Mereka beranggapan bahwa Allah tidak
mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari dan masa yang akan datang.
Ucapan mereka ini merupakan ucapan orang-orang yang sombong.
Solusi yang sebenarnya adalah, "Hendaknya kita memahami dengan
baik, perkara kehidupan apa saja yang harus mengalami perkembangan.
Jika telah memahaminya dengan baik, maka kita dapat mengerahkan segala
daya upaya untuk mengadakan perkembangan dan perbaikan dengan akal
pikiran orang-orang bijaksana yang berani. Dalam hal ini, Islam
mendorong kita untuk menggunakan kekuatan pemikiran dan usaha
sendiri. Islam mendorong kita agar menggunakan ijtihad dan jihad yang
telah disyari'atkan kepada kita. Hendaknya kita memanfaatkan
ilmu/hikmah yang berhasil kita peroleh, darimana pun asal ilmu itu. Kita
hendaknya juga memahami perkara yang tetap dijaga sebagaimana
mestinya. Seperti nilai-nilai, akidah, pemahaman, akhlak adab dan syari'at.
Dengan sikap bijaksana ini, kita dapat menghadapi dan mengarahkan
perkembangan. Kita dapat hidup di zaman modern dan tetap berpegang
teguh pada putusan Allah, sehingga kita dapat memperoleh dua
keuntungan. Memperoleh keuntungan dunia dan tidak merugikan agama.
Memperoleh keridhaan Allah dan kekaguman terhadap akal manusia.
4. Kedudukan Manusia Dalam Islam
Buku berjudul Hadharah Al-Islam, merupakan karya seorang orientalis
yang bernama An-Nimsawi juz 1 Fun Jarwi Nibawum. Buku ini
diterjemahkan oleh ustadz Abdul Aziz Taufik Juwaid yang dicetak oleh Al-
Alfu Kitab. Buku terjemahan ini mendapat penghargaan “Komite Budaya
Umum” di kementrian Pendidikan dan Pengajaran.
Di dalam buku ini banyak terdapat kekeliruan mengenai Islam, baik
dari sisi akidah, syari’at, peradaban dan sejarahnya. Banyak sekali orientalis
yang tidak beriman kepada Islam sebagai sebuah ajaran (dien), tidak
beriman kepada Al-Qur’an sebagai sebuah wahyu dan tidak beriman
kepada Muhammad sebagai seorang rasul, oleh karenanya Islam dan
khasanahnya ditafsirkan menurut keyakinan mereka.
Ustadz Abdul Aziz yang menterjemahkan buku ini, memberikan
komentar atas sebagian dari kekeliruan tersebut. Namun dia,
Pertama, tidak memahami permasalahan
Kedua, tidak memberikan komentar pada tempatnya
Ketiga, komentar dan pemikiran yang dikomentarinya tidak terdapat di
dalam satu buku. Karena dia memberikan komentar itu dalam buku yang
Page 67
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 67
terpisah (sehingga pembaca tidak dapat melihat, memeriksa serta
memahami pemikiran penulis secara langsung –baik dilihat dari buku asli
maupun buku terjemahannya).
Sekarang posisi saya bukan sebagai pengkritik buku ini secara
keseluruhan. Saya hanya ingin memberikan komentar terhadap pemikiran
penulis yang tidak dikomentari oleh Abdul Aziz Taufik (penerjemah buku
tersebut).
Penulis itu berkata di dalam pasal 'Al-Insan Al-Kamil' hal. 283, "Sejak
awal, Islam hanya sedikit mengenal manusia. Al-Qur'an cendrung merasa
cukup menjelaskan tentang manusia dari sisi asal muasalnya yang
menghinakan. Al-Qur'an menggambarkan seseorang dan pembentukannya
secara rinci, sebagaimana yang terdapat di dalam ayat berikut ini,
ô‰s)s9uρ
$oΨø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
⎯ÏΒ
7's#≈n=ß™
⎯ÏiΒ
&⎦⎫ÏÛ
∩⊇⊄∪
§ΝèO
çµ≈oΨù=yèy_
ZπxôÜçΡ
’Îû
9‘#ts%
&⎦⎫Å3¨Β
∩⊇⊂∪
¢ΟèO
$uΖø)n=yz
sπxôÜ‘Ζ9$#
Zπs)n=tæ
$uΖø)n=y‚sù
sπs)n=yèø9$#
ZπtóôÒãΒ
$uΖø)n=y‚sù
sπtóôÒßϑø9$#
$Vϑ≈sàÏã
$tΡöθ|¡s3sù
zΟ≈sàÏèø9$#
$Vϑøtm:
¢ΟèO
çµ≈tΡù't±Σr&
$) ù=yz
tyz#u™
4
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain." (Al-Mu'minin (23):12-14)
Pada mulanya manusia tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
Dia bukan sosok yang terbuat dari materi yang hina saja. Tetapi manusia
itu lemah, tidak dapat merasa ketika muncul dalam kehidupan ini. Dia
tidak dapat menjaga dirinya sendiri dari ancaman bahaya -baik dalam
bentuk penyakit atau rasa sakit-, kecuali yang dikehendaki Allah. Manusia
sendiri yang menanggung rasa lapar, haus, baik dikehendakinya atau tidak
dikehendakinya. Manusia ingin mengetahui, namun dia tidak mengetahui
dirinya sendiri. Dia ingin mengingat, namun lupa. Dia pasti mengatur
berbagai rencana, namun dia tidak akan mencapai ketenangan hidup."
Imam Al-Ghazali memperhatikan ucapan orientalis ini dan beliau
memberi komentar, "Tidak ada yang dapat melarangnya, kecuali kematian.
Kematian yang datang menemuinya. Kematian yang mengantarkannya
pada bau busuk."
Jika memperhatikan sumber-sumber Islam secara sekilas saja, niscaya
dapat membantah klaim penulis di atas. Yaitu ungkapannya yang berbunyi
‘islam hanya sedikit mengenal manusia'. Padahal Islam menyanggah
kesimpulan penulis yang lemah itu.
Page 68
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 68
Dalam point ini, penulis mensandarkan pendapatnya pada kata-kata
yang diucapkan oleh imam Al-Ghazali dalam buku Ihya', bab Al-Kibar.
Kata-kata yang diucapkan Al-Ghazali ini dan yang semisalnya, tidak layak
dijadikan sandaran sebuah pernyataan prinsip penting yang berkaitan
dengan kedudukan manusia dalam Islam. Padahal Al-Ghazali
mengucapkan kata-kata itu untuk menjelaskan bagaimana caranya untuk
mengatasi sikap sombong dan ditujukan pada orang-orang sombong.
Imam Ghazali ingin memperingatkan orang yang sombong dengan
hari-harinya di masa lalu. Di mana dirinya masih dalam bentuk janin di
dalam kandungan ibunya. Bahkan pada saat itu dia adalah sesuatu yang
belum dapat dikenali dan dikatakan. Semua ini diucapkan imam Ghazali,
agar orang yang sombong itu mengetahui bahwa dia tidak dapat berdiri
sendiri. Dia membutuhkan tuhannya, Allah.
ö≅yδ
4’tAr&
’n?tã
Ç⎯≈|¡ΣM}$#
×⎦⎫Ïm
z⎯ÏiΒ
Ì÷δ¤$!$#
öΝs9
⎯ä3tƒ
$\↔ø‹x©
#·‘θä.õ‹¨Β
∩⊇∪
$¯ΡÎ)
$oΨø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
⎯ÏΒ
>πxôÜœΡ
8l$t±øΒr&
ϵ‹Î=tGö6¯Ρ
çµ≈oΨù=yèyfsù
$Jè‹Ïϑy™
#·ÅÁt/
∩⊄∪
$¯ΡÎ)
çµ≈uΖ÷ƒy‰yδ
Ÿ≅‹Î6¡¡9$#
$¨ΒÎ)
#[Ï.$x©
$¨ΒÎ)uρ
#·‘θàx.
∩⊂∪
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al-Insan (76):1-3)
Setelah menyebutkan ayat di atas,44 Imam Ghazali berkata, "Artinya,
Allah menghidupkan manusia, setelah sebelumnya dalam keadaan tidak
bernyawa/mati. Yang pertama dari sari pati tanah. Setelah itu berubah
menjadi setetes air mani. Dari tidak dapat mendengar, Allah memberikan
pendengaran kepada manusia. Dari tidak mampu melihat, Allah
memberikan manusia penglihatan. Allah memberikan manusia kekuatan,
setelah sebelumnya dalam keadaan lemah. Manusia jadi memiliki ilmu,
setelah sebelumnya dalam keadaan bodoh. Allah memberi manusia ilmu.
Dia menciptakan berbagai macam anggota tubuh manusia yang
mengagumkan. Allah juga memberikan kekayaan pada manusia, setelah
sebelumnya dalam keadaan miskin. Manusia sebelumnya merasakan lapar,
kemudian Allah mengenyangkannya. Allah memberikan manusia pakaian,
setelah sebelumnya dalam keadaan telanjang. Allah memberikan petunjuk
kepada manusia, setelah sebelumnya dalam keadaan sesat. Lihatlah!
Bagaimana Allah mengatur dan membentuknya, bagaimana Allah
44 Hal. 309, pasal Al-Kibar ma'a Al-Muhlikaat, cet. Musthafa Al-Babi Al-Halbi tahun 1346
Page 69
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 69
memudahkan jalan, bagaimana Allah menghilangkan kedzaliman manusia
dan bagaimana Allah memperlihatkan kebodohan manusia.
óΟs9uρr&
ttƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
7πxõÜœΡ
#sŒÎ*sù
uθèδ
ÒΟ‹ÅÁyz
×⎦⎫Î7•Β
∩∠∠∪
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata!" (Yaasin (36):77)
ô⎯ÏΒuρ
ÿ⎯ϵÏG≈tƒ#u™
÷βr&
Νä3s)n=s{
⎯ÏiΒ
5>#tè?
¢ΟèO
!#sŒÎ)
ΟçFΡr&
Öt±o0
šχρçųtFΖs?
∩⊄⊃∪
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak." (Ar-Ruum (30):20)
Lihatlah berbagai nikmat Allah atas manusia. Bagaimana Allah
mengangkat manusia (yang masih berbentuk) sesuatu yang penuh
kehinaan, kerendahan dan kekotoran menjadi makhluk yang memiliki
derajat yang tinggi, mulia dan menjadi manusia sempurna, padahal
sebelumnya tidak pernah ada di dunia. Allah menjadikan manusia hidup
yang sebelumnya mati, menjadikan manusia dapat berbicara yang
sebelumnya tidak dapat berbicara, menjadikan manusia dapat melihat yang
sebelumnya tidak dapat melihat, menjadikan manusia kuat yang
sebelumnya lemah, menjadikan manusia pandai yang sebelumnya bodoh,
menjadikan manusia memperoleh petunjuk yang sebelumnya berada dalam
kesesatan, menjadikan manusia mampu yang sebelumnya lemah,
menjadikan manusia kaya yang sebelumnya miskin. Dulu, manusia secara
zat bukanlah apa-apa, yaitu sesuatu yang lebih hina dari sesuatu yang tidak
ada, kemudian Allah menjadikannya sebegai sesuatu yang hidup, menjadi
makhluk yang sempurna.
Inilah yang diucapkan imam Al-Ghazali tentang manusia. Beliau
mengingatkan manusia akan asal usulnya, sehingga dengan demikian sifat
sombong akan hilang dari dirinya. Orang-orang yang menyombongkan
diri akan kembali sadar. Imam Al-Ghazali tidak pernah menulis seperti
yang diungkapkan penulis orientalis di atas.
Andaikan penulis orientalis itu adil, tentu dia juga membahas ucapaan
imam Al-Ghazali di bagian-bagian lainnya. Seperti kedudukan manusia di
alam, nilai manusia dan kekhasan ruhaninya yang tinggi di sisi Allah.
Cukuplah ucapan imam Al-Ghazali di dalam pasal 'Mahabbah' dari buku
Ihyanya. Imam Al-Ghazali berkata, setelah menyebutkan bahwa salah satu
sebab cinta adalah kesesuaian dan kesamaan. Karena sesuatu menarik
sesuatu yang mirip dengannya. Suatu bentuk akan cendrung pada bentuk
yang mirip dengannya, beliau berkata, "Kesesuaian dan persamaan ini pula
harus ada antara kecintaan Allah dengan batin manusia. Bukan kesesuaian
dan kemiripan dalam segi bentuk atau penampilan. Namun kesesuaian ini
Page 70
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 70
kembali pada batin manusia. Sebagian makna di atas dapat disebutkan,
sedangkan sebagian yang lain tidak boleh ditulis."
Hal yang boleh disebutkan dalam buku-buku adalah kedekatan seorang
hamba pada tuhan-Nya dari segi sifat yang diperintahkan untuk diteladani
dan dijadikan sebagai bagian dari akhlak. Oleh karenanya, berakhlaklah
dengan akhlak-akhlak Allah. Berusahalah mengikuti sifat-sifat terpuji
Allah, seperti, mengetahui, berbuat baik, lemah lembut, pemurah dalam
berbuat baik dan memberikan rahmat terhadap makhluk yang lain. Selain
itu menasehati orang lain, memberi petunjuk kepada jalan yang benar,
mencegah mereka dari jalan kebatilan serta sifat-sifat Allah lainnya. Jika
berakhlak dengan sifat-sifat Allah ini, maka hal itu dapat mendekatkan diri
kepada Allah. Bukan dalam arti tuntutan mendekati tempat namun
mendekati diri dengan sifat-sifat Allah.
Adapun hal yang tidak boleh ditulis oleh manusia dalam buku-buku,
sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah berikut ini,
štΡθè=t↔ó¡o„uρ
Ç⎯tã
Çyρ”9$#
(
È≅è%
ßyρ”9$#
ô⎯ÏΒ
ÌøΒr&
’În1u‘
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku." (Al-Isra' (17):85)
Allah Swt menjelaskan hal itu sebagai berikut,
"Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan) Ku." (Shaad (38):72)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud
kepada nabi Adam as. Firman Allah berikut ini mengisyaratkan hal itu,
ß$¯ΡÎ)
y7≈oΨù=yèy_
Zπx‹Î=yz
’Îû
ÇÚö‘F{$#
"Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi." (Shaad (38):26)
Rasulullah Saw bersabda, "Allah menciptakan Adam dalam bentuk-
Nya." Sehingga orang-orang yang berpikir pendek berpendapat yang ada
hanyalah gambaran fisik saja, yang dapat ditangkap oleh indra manusia.
Mereka menyamakan Allah dan menvisualkan-Nya dengan bentuk yang
diperkirakan oleh orang-orang jahiliyyah yang sombong.
Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah terhadap Musa as,
"Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku?" Nabi Musa bertanya,
"Ya Allah! Bagaimana itu bisa terjadi?!" Allah berfirman, "Seorang hamba-
Ku si Fulan sedang sakit, namun engkau tidak menjenguknya. Seandainya
engkau menjenguknya, maka engkau akan menemukan-Ku di sisinya.45"
45 Lihat "Shahih Al-Jami' Ash-Shagir" 1916
Page 71
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 71
Kesesuaian ini hanya akan nampak dengan ketekunan melaksanakan
amal-amal sunnah, dengan syarat pelaksanaan kewajiban dapat ditunaikan
sebagaimana mestinya. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt dalam hadits
qudsi, "Seorang hamba senantiasa mendekatkan diri dengan amalan
sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku
adalah pendengarannya, Aku adalah penglihatannya………dan
seterusnya."
Ayat yang digunakan penulis orientalis di atas, yaitu ayat yang
menjelaskan tentang fase-fase penciptaan manusia. Mulai dari setetes air
mani, gumpalan darah, segumpal daging dan seterusnya. Ayat ini tidak
diarahkan untuk menjelaskan kepada manusia dengan asal usul tubuh
manusia yang hina (sebagaimana dituduhkan penulis orientalis itu). Ayat
itu hanya mengarahkan sebagaimana ayat-ayat sejenis yang membantah
kaum yang mengingkari hari akhirat, kebangkitan setelah kematian. Ayat
di atas dan ayat-ayat sejenisnya mencoba membantah keyakinan suatu
kaum yang tidak percaya bahwa manusia akan dihidupkan kembali setelah
rusak dimakan tanah. Di saat munculnya keyakinan seperti ini, ayat-ayat
datang untuk memalingkan sudut pandang mereka yang berkeyakinan
menyimpang. Ayat-ayat itu menjelaskan bahwa manusia akan dibangkitkan
dalam keadaan utuh, seperti ketika masih hidup di dunia. Ayat-ayat ini
mencoba memperingatkan akal yang sesat mengenai kekuasaan Allah.
Allah telah menciptakan manusia dari keadaan lemah. Kemudian manusia
menjadi kuat, karena kekuasaan-Nya. Ada baiknya kami bacakan firman
Allah berikut ini, “Manusia bertanya, ‘Apakah setelah mati, saya akan
dibangkitkan dalam keadaan hidup?'"
Ÿωuρr&
ãà2õ‹tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
ã≅ö6s%
óΟs9uρ
à7tƒ
$\↔ø‹x©
∩∉∠∪
"Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami
telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?"
(Maryam (19):67)
óΟs9uρr&
ttƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$¯Ρr&
çµ≈oΨø)n=yz
⎯ÏΒ
7πxõÜœΡ
#sŒÎ*sù
uθèδ
ÒΟ‹ÅÁyz
×⎦⎫Î7•Β
∩∠∠∪
z>uŸÑuρ
$oΨs9
WξsWtΒ
z©Å¤tΡuρ
…çµs)ù=yz
(
tΑ$s%
⎯tΒ
Ä©÷∏ãƒ
zΝ≈sàÏèø9$#
}‘Éδuρ
ÒΟŠÏΒu‘
∩∠∇∪
ö≅è%
$pκÍ‹ósãƒ
ü“Ï%©!$#
!$yδr't±Σr&
tΑ¨ρr&
;ο§tΒ
(
uθèδuρ
Èe≅ä3Î/
@,ù=yz
íΟŠÎ=tæ
∩∠®∪
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami;
dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya
Page 72
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 72
kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk." (Yaasin (36): 77-79)
Apakah ayat yang proporsional ini dipahami sebagai ayat yang
menghina manusia? Sementara itu Islam hanya mengakui bagian kecil dari
manusia?
Al-Qur’an memberi perhatian yang cukup dengan membicarakan
mengenai manusia di puluhan ayat dan puluhan surat. Cukup kiranya,
saya tunjukkan wahyu pertama -lima ayat- yang diterima Rasulullah
sebagai contoh. Di dalam wahyu pertama itu, Allah tidak lupa untuk
menyebut mengenai manusia, hubungan manusia dengan Tuhan-nya;
yaitu hubungan penciptaan, keberadaan, pengajaran dan pemberian
hidayah. Kata Rabb saja, mengandung arti mengajarkan, mengatur,
mengawasi dan meningkat derajat manusia dalam tingkatan-tingkatan
kesempurnaan.
ù&tø%$#
ÉΟó™$$Î/
y7În/u‘
“Ï%©!$#
t,n=y{
∩⊇∪
t,n=y{
z⎯≈|¡ΣM}$#
ô⎯ÏΒ
@,n=tã
∩⊄∪
ù&tø%$#
y7š/u‘uρ
ãΠtø.F{$#
∩⊂∪
“Ï%©!$#
zΟ¯=tæ
ÉΟn=s)ø9$$Î/
∩⊆∪
zΟ¯=tæ
z⎯≈|¡ΣM}$#
$tΒ
óΟs9
÷Λs>÷ètƒ
∩∈∪
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq (96):1-5)
Al-Qur'an di dalam ayat-ayatnya banyak menjelaskan tentang
hubungan manusia dengan Allah, hubungan yang dekat dengan yang
Maha Dekat. Penjelasan Al-Qur'an ini menghancurkan semua mitos dan
perantara yang diajarkan berbagai macam agama. Allah berfirman,
ô‰s)s9uρ
$uΖø)n=yz
z⎯≈|¡ΣM}$#
ÞΟn=÷ètΡuρ
$tΒ
â¨Èθó™uθè?
⎯ϵÎ/
…çµÝ¡øtΡ
(
ß⎯øtwΥuρ
Ü>tø%r&
ϵø‹s9Î)
ô⎯ÏΒ
È≅ö7ym
ωƒÍ‘uθø9$#
∩⊇∉∪
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat lehernya." (Qaf (50):16)
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat." (Al-Baqarah
(2):186)
"Maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah." (Al-
Baqarah (2):115)
"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada." (Al-Hadid
(57):4)
Page 73
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 73
Al-Qur'an menjelaskan mengenai kedudukan manusia di sisi dunia ruh
yang tinggi. Kedudukan itu merupakan kedudukan yang mendekati
kedudukan malaikat. Jiwa manusia ingin menggapai kedudukan malaikat,
namun tidak mampu. Kedudukan manusia adalah kedudukan wakil Allah
(Khalifah Allah) di muka bumi.
øŒÎ)uρ
tΑ$s%
š•/u‘
Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9
’ÎoΤÎ)
×≅Ïã%y`
’Îû
ÇÚö‘F{$#
Zπx‹Î=yz
(
(#þθä9$s%
ã≅yèøgrBr&
$pκÏù
⎯tΒ
߉šøãƒ
$pκÏù
à7Ïó¡o„uρ
u™!$tΒÏe$!$#
ß⎯øtwΥuρ
ßxÎm7|¡çΡ
x8ωôϑpt¿2
â¨Ïd‰s)çΡuρ
y7s9
(
tΑ$s%
þ’ÎoΤÎ)
ãΝn=ôãr&
$tΒ
Ÿω
tβθßϑn=÷ès?
∩⊂⊃∪
"Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-
Baqarah (2):30)
Kedudukan manusia adalah kedudukan hamba yang memperoleh
pengetahuan dari Allah, setelah Dia mengajarkan nabi Adam seluruh
nama-nama. Kemudian Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud
kepadanya sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan terhadapnya.
øŒÎ)
tΑ$s%
y7•/u‘
Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9
’ÎoΤÎ)
7,Î=≈yz
#Z|³o0
⎯ÏiΒ
&⎦⎫ÏÛ
∩∠⊇∪
#sŒÎ*sù
…çµçG÷ƒ§θy™
àM÷‚xtΡuρ
ϵŠÏù
⎯ÏΒ
©Çrρ•‘
(#θãès)sù
…çµs9
t⎦⎪ωÉf≈y™
∩∠⊄∪
y‰yf|¡sù
èπs3Íׯ≈n=yϑø9$#
öΝßγ=à2
tβθãèuΗødr&
∩∠⊂∪
HωÎ)
}§ŠÎ=ö/Î)
uy9õ3tFó™$#
tβ%x.uρ
z⎯ÏΒ
t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$#
∩∠⊆∪
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya
roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya.
kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk
orang-orang yang kafir." (Shaad (38):71-74)
Sedangkan hukuman bagi iblis yang menolak untuk mentaati perintah
Allah agar menghormati dan bersujud pada manusia adalah mendapat
laknat dan diusir selamanya dari surga.
tΑ$s%
ólã÷z$$sù
$pκ÷]ÏΒ
y7¯ΡÎ*sù
×Λ⎧Å_u‘
∩∠∠∪
¨βÎ)uρ
y7ø‹n=tã
û©ÉLuΖ÷ès9
4’n<Î)
ÏΘöθtƒ
È⎦⎪Ïd‰9$#
∩∠∇∪
Page 74
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 74
Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya
kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap
atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad (38):77-78)
Al-Qur'an menjelaskan bahwa kedudukan manusia di muka bumi yang
luas ini adalah sebagai tuan. Dia yang mengatur segalanya. Allah telah
menundukkan segala yang ada di langit dan di bumi untuk manusia.
ª!$#
“Ï%©!$#
t,n=y{
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$#
uÚö‘F{$#uρ
tΑt“Ρr&uρ
š∅ÏΒ
Ï™!$yϑ¡¡9$#
[™!$tΒ
ylt÷zr'sù
⎯ϵÎ/
z⎯ÏΒ
ÏN≡tyϑV 9$#
$]%ø—Í‘
öΝä3©9
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
šù=àø9$#
y“ÌôftGÏ9
’Îû
Ìóst7ø9$#
⎯ÍνÌøΒr'Î/
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
t≈yγ÷ΡF{$#
∩⊂⊄∪
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
}§ôϑ¤±9$#
tyϑs)ø9$#uρ
È⎦÷⎫t7Í←!#yŠ
(
t¤‚y™uρ
ãΝä3s9
Ÿ≅ø‹©9$#
u‘$pκ] 9$#uρ
∩⊂⊂∪
Νä39s?#u™uρ
⎯ÏiΒ
Èe≅à2
$tΒ
çνθßϑçGø9r'y™
4
βÎ)uρ
(#ρ‘‰ãès?
|Myϑ÷èÏΡ
«!$#
Ÿω
!$yδθÝÁøtéB
3
χÎ)
z⎯≈|¡ΣM}$#
×Πθè=sàs9
Ö‘$¤Ÿ2
∩⊂⊆∪
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan
itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari
dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)." (Ibrahim (14):32-34)
Apa yang menempatkan manusia memperoleh kedudukan terhormat
ini di muka bumi. Padahal banyak makhluk lain yang memiliki fisik yang
besar? Karena manusia memiliki kesiapan untuk mengemban amanah
besar ini dan tanggung jawab. Pembebanan tanggung jawab ini
digambarkan oleh Al-Qur'an dengan gambaran yang indah sekali.
$¯ΡÎ)
$oΨôÊttã
sπtΡ$tΒF{$#
’n?tã
ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$#
ÇÚö‘F{$#uρ
ÉΑ$t6Éfø9$#uρ
š⎥÷⎫t/r'sù
βr&
$pκs]ù=Ïϑøts†
z⎯ø)xô©r&uρ
$pκ÷]ÏΒ
$yγn=uΗxquρ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
(
…絯ΡÎ)
tβ%x.
$YΒθè=sß
Zωθßγy_
∩∠⊄∪
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
Page 75
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 75
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh." (Al-Ahzab (33):72)
"Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri." (Qiyamah
(75):14)
Ç⎯¨Β
3“y‰tF÷δ$#
$yϑ¯ΡÎ*sù
“ωtGöκu‰
⎯ϵšøuΖÏ9
(
⎯tΒuρ
≅ |Ê
$yϑ¯ΡÎ*sù
‘≅ÅÒtƒ
$pκön=tæ
4
Ÿωuρ
â‘Ì“s?
×οu‘Η#uρ
u‘ø—Íρ
3“t÷zé&
3
$tΒuρ
$¨Ζä.
t⎦⎫Î/Éj‹yèãΒ
4©®Lym
y]yèö6tΡ
Zωθß™u‘
∩⊇∈∪
"Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi
(kerugian) dirinya sendiri." (Al-Isra' (17):15)
Penjelasan di atas merupakan sebagaian yang disebutkan Al-Qur'an
mengenai kedudukan manusia. Dua seruan langsung dari Allah Swt –
berikut ini- terhadap manusia, merupakan bentuk penghormatan terhadap
manusia.
$pκš‰r'¯≈tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
$tΒ
x8¡xî
y7În/tÎ/
ÉΟƒÌx6ø9$#
∩∉∪
“Ï%©!$#
y7s)n=yz
y71§θ|¡sù
y7s9y‰yèsù
∩∠∪
þ’Îû
Äd“r&
;οu‘θß¹
$¨Β
u™!$x©
št7©.u‘
∩∇∪
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah
menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja
yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu." (Al-Infithar (82):6-
8)
$y㕃r'¯≈tƒ
ß⎯≈|¡ΡM}$#
y7¨ΡÎ)
îyÏŠ%x.
4’n<Î)
y7În/u‘
%[nô‰x.
ϵŠÉ)≈n=ßϑsù
∩∉∪
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-
sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya."
(Al-Insyiqaq (84):6)
Page 76
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 76
Pembicaraan Tentang Pemikiran
dan Arus Baru
1. Harus Ada Standar yang Dijadikan Tempat Merujuk
Suatu ketika saya berbicara dengan salah seorang teman mengenai
pentingnya kembali pada Islam. Baik dari sisi akidah, syari'at, nilai-nilai,
akhlak, budaya maupun peradaban, agar kita dapat hidup bahagia di dunia
dan akhirat.
Teman saya berkata, "Sahabatku, sebenarnya kami dalam keadaan
bingung. Bingung menghadapi berbagai seruan dan ideologi yang
bermacam-macam. Yang satu mengajak ke kanan, sementara itu yang lain
mengajak ke kiri. Di sini mengajak ke timur, sementara itu di sana
mengajak ke barat. Engkau mengajak kembali pada Islam. Sementara itu
yang lain menyeru paham nasionalis, sedangkan yang lain menyeru paham
sosialis."
Teman saya melanjutkan penjelasannya, "Diantara para da'i Islam
terdapat yang kaku dan terdapat pula yang penuh toleran. Di tengah-
tengah propagandis paham nasionalis terdapat mereka yang lapang dada,
namun ada pula yang sebaliknya. Demikian pula dengan para propagandis
paham sosialis, ada yang berlebihan, namun ada pula yang proporsional."
Seolah tidak memiliki rem dalam bicara, teman saya melanjutkan
ucapannya, "Setiap mereka mempromosikan barang dagangannya dengan
cara yang sebaik-baiknya. Mereka tidak ingin terlihat ada cacat sedikitpun.
Sedangkan para pembaca merasa heran ketika membaca buku-buku,
disertasi dan berbagai makalah. Para pendengar juga merasa heran ketika
mendengar seminar, pembicaraan dan diskusi. Oleh karenanya tolong
jelaskan pada saya, "Apa yang harus masyarakat lakukan terhadap ideologi
dan pemikiran-pemikiran itu? Apa yang harus masyarakat lakukan
terhadap arus kanan dan kiri?"
Saya mencoba menanggapinya, "Apa yang akan dilakukan masyarakat,
jika mereka berbeda pendapat tentang panjang suatu kain, berbeda
pendapat mengenai berat kembang gula atau berapa banyak ukuran
gandum yang akan dibeli, misalnya?"
Teman saya menjawab, "Mereka akan merujuk pada ukuran,
timbangan yang telah disepakati. Seperti meter untuk ukuran jarak dan
panjang. Kilogram dan kati untuk ukuran berat. Liter untuk ukuran isi dan
seterusnya. Jika semuanya telah diukur menurut ukurannya masing-
masing, maka perbedaan pendapat mengenai panjang, berat serta isi akan
usai."
Page 77
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 77
Saya melanjutkan penjelasan, "Inilah yang harus kita lakukan terhadap
perkara-perkara immateri, maknawi. Kita harus mempunyai ukuran atau
standar yang dijadikan rujukan bagi pemikiran, pendapat dan nilai-nilai
yang diperdebatkan. Sehingga semua perkara dan kata-kata kita menjadi
sama."
"Namun masalahnya, siapa yang membuat ukuran dan standar ini?
Standar yang berfungsi menimbang ucapan dan pendapat. Standar yang
mengukur ucapan dan keyakinan. Sehingga dengan demikian akan
diketahui mana yang benar dan salah, mana yang merupakan penuntun
dan mana pula yang dapat menyesatkan. Siapa yang memiliki kemampuan
untuk membuat ukuran ini? Siapa yang akan menyetujuinya, jika dia
berhasil membuat ukuran atau sebuah standar?" teman saya bertanya.
Saya menjawab, "Kita sebagai muslim sudah memiliki ukuran dan
standar itu. Ukuran itu ada di tangan kita. Ukuran/standar itu bukan
merupakan karya manusia. Karena manusia amat lemah untuk membuat
ukuran itu. Ukuran menurut Islam adalah ukuran yang turun dari langit
menuju bumi, ukuran yang berasal dari Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Allah berfirman,
!9#
4
ë=≈tGÏ.
ôMyϑÅ3ômé&
…çµçG≈tƒ#u™
§ΝèO
ôMn=Å_Áèù
⎯ÏΒ
÷βà$©!
AΟŠÅ3ym
AÎ7yz
∩⊇∪
"Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari
sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Hud (11):1)
Rasulullah bersabda,
"Saya tinggalkan kalian (dua perkara). Selama kalian berpegang
teguh padanya, maka kalian tidak akan tersesat. Yaitu Kitabullah dan
Sunnahku."
Bahkan ini merupakan salah satu tugas para rasul yang mendasar, yaitu
membuat standar atau ukuran untuk manusia. Sehingga dengan demikian
jika terjadi perbedaan pendapat dan penyimpangan, semuanya dapat
merujuk kepada standar dan ukuran tersebut. Di dalam Al-Qur'an terdapat
keterangan sebagai berikut,
tβ%x.
â¨$¨Ζ9$#
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
y]yèt7sù
ª!$#
z⎯↵ÍhŠÎ;¨Ψ9$#
š⎥⎪ÌÏe±u;ãΒ
t⎦⎪Í‘É‹ΨãΒuρ
tΑt“Ρr&uρ
ãΝßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zΝä3ósuŠÏ9
t⎦÷⎫t/
Ĩ$¨Ζ9$#
$yϑŠÏù
(#θàn=tF÷z$#
ϵŠÏù
4
$tΒuρ
y#n=tG÷z$#
ϵŠÏù
ωÎ)
t⎦⎪Ï%©!$#
çνθè?ρé&
.⎯ÏΒ
ω÷èt/
$tΒ
ÞΟßγø?u™!%y`
àM≈oΨÉit6ø9$#
$JŠøót/
óΟßγoΨ÷t/
(
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
Page 78
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 78
dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan." (Al-Baqarah (2):213)
ô‰s)s9
$uΖù=y™ö‘r&
$oΨn=ß™â‘
ÏM≈uΖÉit7ø9$$Î/
$uΖø9t“Ρr&uρ
ÞΟßγyètΒ
|=≈tGÅ3ø9$#
šχ#u”Ïϑø9$#uρ
tΠθà)u‹Ï9
â¨$¨Ψ9$#
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
(
"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan." (Hadid (57):25)
Namun anehnya, kita tidak merujuk pada ukuran/standar yang berasal
dari langit itu, tidak merujuk pada Islam. Padahal Allah telah memuliakan
kita dengan Islam. Dia meridhai Islam menjadi agama kita. Kita cendrung
mencampakkan Islam ke belakang punggung kita. Kita mencoba mencari
fatwa dan hukum selain dari Islam. "Barangsiapa yang mencari petunjuk
selain dari petunjuk Allah, maka Allah akan menyesatkannya."
Dengan sedikit heran, teman saya bertanya, "Apakah semua pemikiran
dan pendapat kita harus merujuk pada Islam dan Al-Qur'an."
Saya menjawab, "Memang benar. Agama Islammu menuntut untuk
kembali pada Allah dan rasul-Nya. Inilah makna syahadat Laa ilaaha illa
Allah, Muhammad Rasulullah. Jika engkau ridha Allah menjadi tuhanmu,
Muhammad sebagai rasul dan Al-Qur'an sebagai imammu, maka engkau
harus selalu merujuk pada Allah, rasul dan kitab-Nya. Setiap engkau
menghadapi suatu masalah, engkau berbeda pendapat dengan sekelompok
masyarakat, maka engkau harus merujuk pada Allah dan rasul-Nya dan
tidak dibenarkan kepada yang lain.
$tΒuρ
tβ%x.
9⎯ÏΒ÷σßϑÏ9
Ÿωuρ
>πuΖÏΒ÷σãΒ
#sŒÎ)
©|Ós%
ª!$#
ÿ…ã&è!θß™u‘uρ
#·øΒr&
βr&
tβθä3tƒ
ãΝßγs9
äοuzσø:$#
ô⎯ÏΒ
öΝÏδÌøΒr&
3
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka." (Al-Ahzab (33):36)
Ÿξsù
y7În/u‘uρ
Ÿω
šχθãΨÏΒ÷σãƒ
4©®Lym
x8θßϑÅj3ysãƒ
$yϑŠÏù
tyfx©
óΟßγoΨ÷t/
§ΝèO
Ÿω
(#ρ߉Ågs†
þ’Îû
öΝÎηÅ¡àΡr&
%[`tym
$£ϑÏiΒ
|MøŠŸÒs%
(#θßϑÏk=|¡ç„uρ
$VϑŠÎ=ó¡n@
∩∉∈∪
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
Page 79
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 79
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya." (An-Nisaa' (4):65)
Teman saya kembali bertanya, "Apakah pengertian merujuk kepada
Allah, berlaku untuk semua perkara kehidupan kita. Termasuk urusan
sosial, politik dan ekonomi?
Tidak menjadi masalah jika kita merujuk kepada Allah dalam perkara
agama, seperti akidah, ibadah dan akhlak. Adapun perkara kehidupan yang
senantiasa berubah dan berkembang, mengapa tidak merujuk pada akal
manusia atau mencari dari pengalaman orang lain?"
Saya menjawab, "Pengklasifikasian perkara yang merujuk kepada Allah
menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan perkara agama dan non
agama merupakan pengklasifikasian yang menyesatkan dan tidak
berdasarkan dasar yang benar. Apakah engkau menginginkan kita mentaati
Allah, ketika Dia berfirman, "Dirikanlah shalat." (Muzammil (73):20),
karena shalat termasuk urusan agama. Adapun jika Allah berfirman,
"tunaikanlah zakat." (Muzammil (73):20), kita akan mengatakan, "Maaf
Allah, perintah ini termasuk perkara keuangan dan dunia, oleh karenanya
biarkanlah kami mengaturnya sendiri tanpa petunjuk dan wahyu-Mu."
"Jika Allah berfirman, "bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan
mohonlah ampun kepada-Nya." (Fushilat (41):6), maka kita akan
menjawab, "Kami mendengar dan mentaati. Namun jika Allah berfirman,
"sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan." (Al-Maidah (5):90), maka kita akan mengatakan, 'Kami
mendengar, namun kami melanggarnya. Mengharamkan minuman keras
akan membahayakan kegiatan pariwisata, menghalangi kebebasan
individu, oleh karenanya biarkanlah kami bebas mengkonsumsinya."
Jika Allah berfirman, "Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi
pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
(Al-Baqarah (2):281), maka kita akan mengatakan ini adalah nasihat yang
baik. Namun jika Allah berfirman, "bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu." (Al-
Baqarah (2):278-279), maka kita akan mengatakan, 'Adapun ini tidak! Di
zaman sekarang, kita membutuhkan riba. Roda perekonomian hanya dapat
berputar dengan bunga riba."
Jika Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah (2):183), maka kita akan menjawab,
'Kami mendengar dan taat.'" Adapun jika kita membaca sebuah ayat yang
terdapat di dalam surat yang sama dan dalam bentuk ungkapan yang sama,
Page 80
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 80
seperti ayat berikut ini, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh." (Al-
Baqarah (2):178), maka kita akan menjawab, 'Kami tidak mendengar dan
tidak mentaatinya.'" Karena perkara sanksi hukum merupakan hak kami
dan bukan merupakan hak Engkau, ya Allah, oleh karenanya biarkanlah
kami yang memutuskannya. Kami lebih mengetahui dari-Mu, mengenai
kemaslahatan kami!!'
"Tidak wahai saudaraku! Semua yang diturunkan Allah adalah agama
yang harus diikuti, dijaga dan diterapkan. Mengabaikan sebagian yang
diturunkan Allah, berbahaya secara keseluruhan. Keadaan ini seperti
sebuah resep seorang dokter ahli kepada pasiennya. Resep ini merupakan
kumpulan obat yang saling melengkapi. Sehingga jika salah satu obat
dihapus dari resep, maka obat-obat yang lain akan berbahaya, lebih banyak
bahayanya daripada manfaatnya. Oleh karena itu, Allah memperingatkan
orang yang meninggalkan sebagian yang diturunkan Allah, seperti kitab
suci dan hikmah. Allah memperingatkan orang yang terpedaya oleh Ahli
Kitab, orang-orang kafir dan musyrikin. Allah berfirman,
Èβr&uρ
Νä3ôm$#
ΝæηuΖ÷t/
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
Ÿωuρ
ôìÎ7®Ks?
öΝèδu™!#uθ÷δr&
öΝèδö‘x‹÷n$#uρ
βr&
š‚θãΖÏFøtƒ
.⎯tã
ÇÙ÷èt/
!$tΒ
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7ø‹s9Î)
(
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu." (Al-Maidah (5):49)
Allah juga memperingatkan fitnah yang timbul karena mengimani
sebagian hukum-hukum yang diturunkan Allah. Allah mencela kaum
munafik yang murtad, setelah petunjuk Allah jelas bagi mereka. Allah
menjelaskan tentang murka dan laknatnya,
šÏ9≡sŒ
óΟßγ¯Ρr'Î/
(#θä9$s%
š⎥⎪Ï%©#Ï9
(#θèδÌx.
$tΒ
š^“ tΡ
ª!$#
öΝà6ãè‹ÏÜãΖy™
’Îû
ÇÙ÷èt/
ÌøΒF{$#
(
ª!$#uρ
ÞΟn=÷ètƒ
óΟèδu‘#uó Î)
∩⊄∉∪
"Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang
munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa
yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi
kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia
mereka." (Muhammad (47):26)
Teman saya berkata, "Ucapanmu benar. Namun tidak semua orang
beragama Islam. Sebab jika muslim, maka dia harus merujuk pada segala
yang diturunkan Allah. Adapun jika dia non muslim, bagaimana??"
Page 81
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 81
Saya menjawab, "Adapun mengenai non muslim, ada pembicaraan
khusus tentang mereka. Namun saat ini, saya berbicara bersama orang-
orang yang meridhai Islam sebagai agamanya dan masih mengaku sebagai
seorang muslim. Saya berbicara bersama orang-orang yang membaca dan
mendengar firman Allah,
"Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya
(terserah) kepada Allah." (Asy-Syura (42):10)
βÎ*sù
÷Λä⎢ôãt“≈uΖs?
’Îû
&™ó©x«
çνρ–Šãsù
’n<Î)
«!$#
ÉΑθß™§9$#uρ
βÎ)
÷Λä⎢Ψä.
tβθãΖÏΒ÷σè?
«!$$Î/
ÏΘöθu‹ø9$#uρ
ÌÅzFψ$#
4
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian."
(An-Nisaa' (4):59)
Saya berbicara bersama mereka yang membaca ayat-ayat berikut ini,
⎯tΒuρ
óΟ©9
Οä3øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
tβρãÏ≈s3ø9$#
∩⊆⊆∪
"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Al-Maidah
(5):44)
⎯tΒuρ
óΟ©9
Νà6øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
tβθßϑÎ=≈©à9$#
∩⊆∈∪
"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim."
(Al-Maidah (5):45)
⎯tΒuρ
óΟ©9
Νà6øts†
!$yϑÎ/
tΑt“Ρr&
ª!$#
y7Íׯ≈s9'ρé'sù
ãΝèδ
šχθà)Å¡≈xø9$#
∩⊆∠∪
"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik."
(Al-Maidah (5):47)
"Perlu engkau ketahui, wahai temanku bahwa 3 ayat di atas bukan saja
berkaitan dengan para penguasa dan hakim saja. Ayat-ayat ini mencakup
semua orang yang memutuskan pemikiran dan tingkah lakunya
berdasarkan madzhab yang bukan Islam atau berdasarkan kitab suci selain
Al-Qur'an atau memutuskan berdasarkan arahan yang bukan berasal dari
Rasulullah."
Jika sudah demikian, maka kriteria orang di atas adalah salah satu dari
3 kriteria yang dijelaskan di atas atau kesemuanya, kafir, dzalim dan fasik.
Page 82
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 82
Aliran, Kepercayaan Atau Agama yang Baru?
Teman saya berkata, "Kami ridha Islam sebagai ukuran dan standar
pemikiran dan nilai-nilai kami, ridha Al-Qur'an sebagai hukum untuk
semua urusan kami. Lalu bagaimana pendapat Islam mengenai aliran-
aliran dan seruan ideologi modern yang para propagandisnya bermunculan
di saat ini. Seruan ideologi modern ini membawa suara pembaharuan,
pembebasan, kebangkitan, kemajuan dan revolusi? Apakah Islam dapat
menerima ideologi-ideologi seperti ini? Apakah antara Islam dan ideologi-
ideologi itu ada ikatan hidup berdampingan secara damai? Atau Islam
menolak, mengikari ideologi-ideologi itu dan tidak ingin hidup
berdampingan dengannya? Apakah boleh kaum muslimin -baik secara
kelompok maupun perorangan- menganut salah satu aliran itu,
mengadopsi ajarannya dan menjadikan dirinya sebagai propagandisnya?
Terlebih khusus apa yang dikenal sekarang dengan nama 'Revolusi sosialis'."
Saya menjawab, "Saya telah bertanya tentang perkara penting yang
harus diketahui oleh setiap muslim. Setiap muslim harus dapat menentukan
sikapnya. Wajib atas setiap intelektual muslim menjelaskan hukum Allah
dan rasul-Nya, dengan penjelasan yang tidak mutar-mutar atau penjelasan
yang mencari muka.
Sekarang, saya tidak akan membahas mengenai aliran-aliran,
pemikiran, teori-teori, kaidah-kaidahnya yang benar atau salah. Diskusi
mengenai aliran dan pemikirannya satu persatu memerlukan waktu
khusus. Namun saya akan mendiskusikan inti pemikiran dari semua aliran-
aliran itu."
Aliran dan ideologi-ideologi ini pada hakekatnya adalah agama-agama
baru. Yaitu agama-agama yang mengingkari inti dari agama itu sendiri,
namun tetap mengambil bentuknya. Aliran dan ideologi-ideologi ini
menghina hal-hal ghaib yang dijelaskan oleh agama. Ideologi-ideologi ini
juga mengolok-olok jalan pikiran orang-orang yang beragama. Namun
dalam waktu yang bersamaan mengadopsi kekhasan yang terdapat di
dalam agama!
Apa saja yang termasuk kekhasan agama?
Adanya revolusi pemikiran, nilai-nilai jahiliah lama dan melepaskan
diri dari ini semua.
Kekhasan agama lainnya adalah keimanan terhadap semua pemikiran
dan tidak ada tempat untuk mendiskusikan kebenaran pemikiran itu.
Mengimani seluruh nilai-nilai dan tidak dibenarkan meragukan
keadilannya. Ikhlas menjalankan pemikiran-pemikiran itu. Loyal dan
mengagungkan serta tidak dibenarkan munafik. Pengorbanan dan tidak
dibenarkan memiliki perasaan enggan. Memiliki pendirian yang kokoh dan
tidak dibenarkan memiliki keraguan.
Kekhasan di atas merupakan kekhasan penting dalam agama. Kekhasan
inilah yang diinginkan berbagai macam agama atas para pemeluknya.
Page 83
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 83
Kekhasaan ini pula yang diinginkan ideologi sekularisme revolusioner atas
para pendukungnya.
Semua ideologi menganggap agama sebagai suatu hal yang jahiliyyah,
sehingga harus dilenyapkan –baik dalam bentuk pemikiran dan nilai-nilai-.
Perkara-perkara fanatik yang harus dilanggar dan diukur dengan
timbangan pemikiran yang baru. Agama tidak akan sejalan dengan
pemikiran itu, sebelum agama mengikuti ideologi-ideologi tersebut dan
berusaha mencapai maksud-maksud ideologi. Agama tidak akan dapat
dilenyapkan dengan penghapus saja.
Ideologi-ideologi tidak ingin mengambil satu bagian kehidupan dan
masyarakat saja, untuk memperbaiki dan mengembangkannya. Ideologi
memiliki karakteristik universal, mutlak dan menyeluruh, persis seperti
karakteristik agama. Oleh karena itu, ideologi ingin mengadakan
perubahan secara mendasar dan revolusioner serta menghancurkan yang
lama. Membenahi berbagai pemahaman, membuat nilai-nilai baru untuk
masyarakat, membuat akhlak, pemahaman dan sistem baru.
Salah seorang pelajar dan pendukung ideologi-ideologi ini berkata
dengan lantang, "Demikianlah ideologi-ideologi revolusioner mendapatkan
dirinya sendiri berguncang. Jika ideologi itu menginginkan terwujudnya
gerakan revolusioner yang saling melengkapi, maka ideologi akan
melakukan perubahan masyarakat sampai ke akar-akarnya. Sehingga
anggota masyarakat dengan suka rela menghancurkan dasar-dasar dan
tradisi mereka. Ideologi juga akan mengkritik –secara prinsip dan
mendasar- berbagai tingkatan sosial. Ideologi juga akan membantu setiap
gerakan atau sikap yang mendukung tercapainya tujuan. Ideologi akan
mendukung semua bentuk perubahan yang membawa ke arah lepasnya
akar tradisi, sistem dan nilai-nilai tradisi. Ketika ideologi sampai pada
puncak kekuasaan dan kendali kekuasaan telah diterima, maka idelogi
akan menggunakan seluruh sarana politik, seluruh sarana teknologi dan
ilmu pengetahuan yang tersedia. Semuanya dilakukan untuk
menghancurkan tingkatan sistem dan hubungan sosial dengan perusakan
secara umum. Karena seseorang dapat berubah memiliki paham ideologi
baru, sehingga menjadi seorang revolusioner, jika dia menghancurkan
ikatannya dengan berbagai nilai, sistem yang pernah dianutnya. Dari buku
"Al-Idiyulujiyyah Al-Inkilabiyyah" karya Dr. Nadim Al-Baithar.
Sebagian peneliti memberi nama ideologi-ideologi ini dengan nama
'Agama-agama sekularis', 'agama-agama atheis' dan 'sekularisme yang
agamis'. Diantaranya ada yang dicetuskan oleh Julian Hakesli di dalam
bukunya yang berjudul 'Diin bi ghairi wahyin'.
Para propagandis aliran-aliran dengan lantang meneriakkan berbagai
pemikirannya dengan istilah akidah/keyakinan. Oleh karenanya mereka
menyebutkan dengan istilah akidah/keyakinan sosialis, akidah/keyakinan
komunis, akidah/keyakinan Nazi, akidah/keyakinan Ba'tsiyyah dan
akidah/keyakinan nasionalisme. Ungkapan akidah/keyakinan biasanya
melekat pada pemahaman sebuah agama. Sehingga bisa saja kita
Page 84
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 84
mengatakan, "Agama sosialis, agama ba'tsi, agama nasionalisme dan lain
sebagainya."
Diantara para penulis terdapat penulis yang berusaha menafsirkan
akidah-akidah ini dengan tafsiran yang disukai mayoritas bangsa-bangsa
agamis. Sosialisme misalnya, menurut orang ini hanyalah sebuah
aliran/madzhab ekonomi yang terkait dengan filsafat manusia. Filsafat ini
mengharuskan adanya campur tangan negara dalam mengatur hubungan
sosial dan ekonomi dalam bentuk tertentu. Namun para penulis sosialisme
dengan terus terang tidak menyetujui adanya penyelarasan. Mereka
menggambarkan sosialisme adalah akidah yang universal yang semua
urusan manusia dan kehidupan tersusun rapi secara alami dan praktis.
Dr. Munif Ar-Razaz yang dicalonkan sebagai sekretaris partai Ba’ats Al-
Isytirakiy Al-‘Arabi untuk periode beberapa tahun, di dalam bukunya
Dirasaat Fil Isytirakiyyah yang terbit tahun 1960, dia berkata, “Pemahaman
bahwa sosialis merupakan sistem ekonomi semata adalah pemahaman yang
keliru. Ideologi Sosialis memang memberikan berbagai solusi
perekonomian untuk permasalahan yang banyak. Namun seluruh solusi itu
hanyalah salah satu sisi dari ideologi Sosialis. Pemahaman bahwa sosialis
hanya satu sisi ini saja merupakan pemahaman yang keliru. Pemahaman
ini hanya berasal dari orang-orang bodoh saja. Mereka yang memiliki
pemahaman ini tidak mengetahui berbagai dasar yang melandasi
pemahaman sosialis. Mereka tidak mempelajari cita-cita ideologi sosialis
yang amat jauh ke depan.
Sosialis adalah aturan hidup dan bukan aturan mengenai ekonomi saja.
Sosialis mencakup sistem perekonomian, politik, pendidikan dan
pengajaran, sosial, kesehatan, akhlak, adab, ilmu dan sejarah. Pendek kata
mencakup semua aspek kehidupan dari yang besar hingga yang kecil.
Hendaknya para pembaca memiliki pemahaman yang menyeluruh
mengenai sosialis, sebagaimana yang saya sebutkan."
Penulis menegaskan bahwa keuniversalan ini tidak hanya terdapat pada
ideologi/paham sosialis saja, namun juga terdapat pada aliran pemahaman
sosial kemasyarakatan lainnya.
Penulis membenarkan bahwa keuniversalan aliran pemahaman sosial
kemasyarakatan, luas cakupannya yang mencapai ke seluruh bidang dan
kemampuannya menciptakan solusi untuk mengatasi seluruh
permasalahan karena:
Pandangan universal ini merupakan satu aliran yang tidak mengenal
pengklasifikasian yang merupakan kreasi akal kita. Pengklasifikasian ini
dibuat akal kita untuk memudahkan memahami hakikat kehidupan.
Kemudian akal kita lupa bahwa dirinya lah yang melakukan
pengklasifikasian ini. Akal kita menyangka kehidupan ini telah
diklasifikasikan sedemikian rupa sejak awal. Padahal kehidupan ini tidak
mengenal sesuatu yang namanya ekonomi dan terpisah dengan sesuatu
yang lain yang namanya sosial, politik. Kehidupan ini adalah sesuatu yang
saling melengkapi dan saling berkait. Namun akal kita yang lemah
Page 85
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 85
cendrung melakukan analisa dan pengkajian. Akal tidak akan mampu
melakukan analisa dan pengkajian, jika kehidupan dianggap seperti
sesuatu yang ada dengan sendirinya. Sehingga akal memaksakan diri untuk
membagi kehidupan ini dalam beberapa sisi, warna, dan jenis hubungan.
Sehingga sebagian ada yang dinamakan dengan ekonomi, sebagian yang
dinamakan politik, sosial, akhlak, agama, sejarah, adab, ilmu hingga akhir
rangkaian dan bila kesemuanya digabungkan maka itulah yang dinamakan
kehidupan. Sebagaimana sungai, dia merupakan sesuatu yang terpadu
menyatu dan senantiasa demikian. Demikian pula masyarakat –baik besar
maupun kecil-, umat atau keluarga, pemerintah atau partai politik.
Sehingga kedudukan masyarakat manapun dihadapan kebebasan politik
akan menentukan sikapnya terhadap ekonomi, terhadap sistem-sistem
ekonomi. Selain itu, masyarakat akan menentukan sikapnya terhadap
kebebasan politik, penjajahan, akhlak, pengajaran, adab, sejarah hingga
rangkaian terakhir kehidupan yang tidak pernah berakhir.
Penulis menyimpulkan demikian dan menegaskan keuniversalan
ideologi sosialisme ini dengan ucapannya,
"Dengan gambaran di atas, maka kata sosialisme tidak terbatas pada
perubahan keadaan ekonomi tertentu saja. Kata sosialisme adalah
ungkapan tentang suatu jenis kehidupan secara sempurna dengan seluruh
aspeknya. Sosialisme dengan pengertian ini berarti bukan keadaan ekonomi
tertentu. Sosialisme juga bukan berarti usaha untuk membentuk keadaan
ekonomi tertentu saja. Sosialisme adalah sebuah pemahaman yang
mencakup seluruh aspek kehidupan. Ketika saya mengatakan bahwa saya
adalah seorang sosialis, itu berarti saya menentukan sikap bukan dari sisi
hubungan ekonomi saja, namun saya menentukan sikap pada seluruh
aspek kehidupan.
Buku Ad-Dakwah Al-Isytirakiyyah juga menjelaskan metode seperti di
atas. Di Mesir pada masa pemerintahan Jamal Abdul Nasser, mereka
memproklamirkan bahwa Sosialisme merupakan akidah universal yang
mengatur kehidupan secara menyeluruh. Pemikirannya, tingkah laku dan
filsafatnya mengacu pada Dialektika Materialisme (Al-Wujud dan At-
Tarikh).
Kamaluddin diangkat menjadi Pimpinan Propagandis dan Pemikiran di
dalam Persatuan Sosialis Arab. Kata-katanya pada saat itu dianggap seperti
Fatwa Resmi karena kapasitas tanggung jawabnya.
Kamaluddin di dalam tulisannya yang dimuat dalam harian Al-Akhbar
tanggal 18/3/1962 berkata, "Ideologi Sosialisme bukan suatu sistem
tertentu. Sosialisme bukan hanya sistem ekonomi, sistem sosial atau sistem
politik saja. Sosialisme dalam pandangan saya adalah ungkapan tentang
sebuah filsafat yang menghimpun aspek-aspek kehidupan secara
menyeluruh. Merupakan suatu kekeliruan, jika kita mengambil Sosialisme
dengan anggapan bahwa dia adalah sistem ekonomi atau sistem politik atau
sistem sosial. Berpadunya semua sistem ini yang menyempurnakan bagian
lain dari sosialisme, menegakkan ide sosialisme atau menegakkan sistem
sosialisme."
Page 86
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 86
Dr. Jamal Sa'id di dalam bukunya yang berjudul Al-Isytirakiyyah Al-
Arabiyyah wa Makaanuha fin Nudzum Al-Isytirakiyyah menegaskan
bahwa Sosialisme –yaitu sosialisme Arab- menjadi berbeda karena gerakan
ekonominya saja. Namun sosialisme dibedakan sebagai sebuah sistem dan
pandangan hidup yang bertujuan menciptakan masyarakat baru. Sosialisme
bukan saja mengalihkan kepemilikan sarana produksi perorangan menjadi
kepemilikan negara atau masyarakat. Sosialisme bukan saja penguasaan
ekonomi rakyat dan pengarahannya untuk kepentingan bersama.
Sosialisme bukannya reformasi dalam tataran sosial dan ekonomi saja,
namun sosialisme juga merambah hingga ke tataran solusi secara teoritis
dan praktis terhadap berbagai permasalahan perorangan maupun
masyarakat secara umum. Sosialisme bermaksud membangun sebuah
masyarakat yang seluruh kebutuhannya terpenuhi, masyarakat yang
berkecukupan dan adil, masyarakat yang bekerja, memiliki kesamaan
dalam kesempatan serta masyarakat yang berproduksi dan melayani."
Sebagian penulis Arab memberikan pengertian tentang sisi yang
menjadikan "Sosialisme sebuah pandangan hidup" "Tekhnik kehidupan"
atau "Filsafah yang menghimpun seluruh aspek kehidupan", mereka
berkata, "Sosialisme membahas kehidupan manusia secara menyeluruh.
Karena sosialisme adalah filsafat yang sempurna dihadapan problem alam
dan problem semua yang ada di dunia."
Ada yang mengatakan bahwa Sosialisme Arab merupakan teori revolusi
yang sempurna. Sosialisme juga tidak membatasi hubungan manusia
dengan masyarakat saja. Namun sosialisme juga membahas kehidupan
manusia secara sempurna. Sosialisme adalah filsafat sempurna dalam
menghadapi problem alam dan semua yang ada di dunia. Manusia hidup
tidak hanya dengan roti saja. Tidak cukup hanya dengan solusi problem
kehidupan manusia dengan manusia lainnya. Namun manusia harus juga
mempelajari dan mencari solusi problem eksistensi dirinya di dunia dan
mengetahui akhir perjalanannya. Teori Sosialisme tidak saja memberikan
solusi mengenai kebutuhan pokok atau solusi problem kebebasan, namun
memberikan solusi terhadap permasalahan eksistensi secara umum.46"
Teman saya berkata, "Namun, bukankah kita sendiri mendengar segala
yang mereka teriakkan. Mereka menghormati agama, paling tidak mereka
tidak memusuhi agama. Bagaimana kita memahami ini sedangkan mereka
menganut/memeluk pemikiran atau akidah yang mencakup kehidupan
secara menyeluruh, sebagaimana keuniversalan agama?"
Saya menjawab, "Memang benar, sebagian penganut akidah dan
ideologi-ideologi ini tidak menentang dan tidak menolak keberadaan
agama. Namun agama apa yang tidak mereka tolak dan tentang? Yaitu
agama yang bukan merupakan wahyu Allah untuk mengatur hamba-
hamba-Nya. Dihadapan agama ini, mereka akan mengatakan, "Kami
mendengar dan kami mentaati." Mereka tidak selalu mengatakan seperti
46 Keterangan ini dikutip ustadz Muhammad 'Ashfur dari harian dan majalah-majalah yang terbit
di Mesir
Page 87
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 87
itu. Karena agama menurut mereka adalah 'Peninggalan aspek ruhani dari
masa lalu' atau 'Tradisi-tradisi' atau ‘idealisme tertinggi' umat serta
ungkapan-ungkapan lainnya yang tidak sedikitpun mengandung
kebenaran. Agama yang mereka akui adalah agama yang cendrung kepada
mereka. Agama menurut mereka adalah agama yang berjalan di atas
kendaraan mereka, agama yang propagandisnya memuji mereka, agama
yang melayani akidah dan pemikiran mereka. Ini semua menunjukkan
kemunafikan mereka. Permusuhan mereka terhadap agama akan terlihat,
ketika agama bertentangan dengan salah satu prinsip dan solusi mereka.
Mereka menginjak-injak agama, menyatakan perang terhadap agama dan
para propagandisnya. Terkadang mereka menyerang dengan cara
memfitnah, mencela dan menyesatkan. Terkadang mereka menyerang
dengan mengadakan pembunuhan, penyiksaan dan pengusiran. Mereka
menginginkan agama menjadi jinak berfungsi sebagai pelayan yang patuh.
Sehingga agama bukan sesuatu yang yang dipatuhi. Mereka menjauhi
agama yang hak, sejauh antara langit dan bumi.
Pemikiran mereka tentang eksistensi manusia di bumi bukan pemikiran
yang berasal dari agama. Pandangan mereka tentang kehidupan bukan
pandangan yang diambil dari agama. Sisi kemanusiaan mereka bukan sisi
kemanusiaan yang agamis. Idealisme tertinggi mereka bukan idealisme
yang berasal dari agama. Tuhan yang disembah mereka pada hakekatnya
adalah materi. Surga mereka adalah kemewahan dan kenyamanan hidup di
dunia. Akhlak mereka adalah memanfaatkan segala hal yang bermanfaat.
Sesuatu yang berharga dalam agama adalah takwa kepada Allah, takut
pada-Nya, bertawakkal, khusyu', kembali pada-Nya, merendahkan diri
dihadapan-Nya, mengharapkan surga dan takut pada siksa-Nya. Semua hal
ini, dalam pandangan mereka adalah sesuatu yang tidak pernah
mendapatkan tempat.
Ideologi-ideologi ini tidak mungkin meridhai mereka yang telah
dianugerahi sifat-sifat orang bertakwa,
š⎥⎪Ï%©!$#
tβθä9θà)tƒ
!$oΨ−/u‘
!$oΨ¯ΡÎ)
$¨ΨtΒ#u™
öÏøî$$sù
$uΖs9
$oΨt/θçΡèŒ
$uΖÏ%uρ
z>#x‹tã
Í‘$¨Ζ9$#
∩⊇∉∪
t⎦⎪ÎÉ9≈¢Á9$#
š⎥⎫Ï%ω≈¢Á9$#uρ
š⎥⎫ÏFÏΖ≈s)ø9$#uρ
š⎥⎫É)ÏΨßϑø9$#uρ
š⎥⎪ÌÏøótGó¡ßϑø9$#uρ
Í‘$ysó™F{$$Î/
∩⊇∠∪
"(Yaitu) orang-orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka," (yaitu) orang-orang yang sabar,
yang benar, yang tetap ta`at, yang menafkahkan hartanya (di jalan
Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran
(3):16-17)
Page 88
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 88
z⎯ƒÏ%©!$#uρ
šχθçG‹Î6tƒ
óΟÎγÎn/tÏ9
#Y‰¤fß™
$Vϑ≈uŠÏ%uρ
∩∉⊆∪
š⎥⎪Ï%©!$#uρ
tβθä9θà)tƒ
$uΖ−/u‘
ô∃ÎñÀ$#
$¨Ψtã
z>#x‹tã
tΛ©⎝yγy_
(
χÎ)
$yγt/#x‹tã
tβ%x.
$·Β#txî
∩∉∈∪
$yγ¯ΡÎ)
ôNu™!$y™
#vs)tGó¡ãΒ
$YΒ$s)ãΒuρ
∩∉∉∪
"Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan
kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu
adalah kebinasaan yang kekal". Sesungguhnya Jahannam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (Al-Furqan
(25):64-66)
Janganlah engkau terpedaya dengan apa yang engkau dengar atau baca
mengenai keimanan mereka atau tidak adanya permusuhan mereka
terhadap agama, karena mereka mengatakan demikian untuk mengambil
hati orang-orang yang agamis sambil menunggu datangnya kesempatan
untuk mencekik agama hingga mati.
Ini adalah sikap ideologi revolusioner terhadap agama. Saya akan
memberikan contoh mengenai peristiwa yang terjadi di Jerman dan Italia,
antara Nazi, Fasis dan agama Nasrani. Sehingga diharapkan anda dapat
mengetahui apa yang sedang terjadi dan yang mungkin akan terjadi di
negri kita antara Islam dan seruan revolusi baru.
Nazi dan Fasis ingin menjadikan agama sebagai pelayan yang
melaksanakan perintah ideologi revolusioner. Nazi dan Fasis mengemban
ideologi "tuntutan" baru. Tuntutan ini mengarahkan dan menjadikan segala
sesuatu memiliki sikap yang tidak mementingkan. Hal ini jelas seperti yang
terdapat di dalam buku-buku dua gerakan ini, khususnya gerakan Nazi.
Pada tahun 1933, terjadi perjanjian antara pihak gereja dan
pemerintahan Nazi, setelah sebelumnya terjalin ikatan seperti ini. Karena
negara itu –atau negara manapun- memiliki dua keyakinan secara mutlak.
Oleh karena itu, tidaklah mudah untuk mengadakan perjanjian damai yang
dapat mencegah munculnya peperangan Fasis diantara dua sisi, meskipun
berbagai usaha telah dikerahkan kedua pihak.
Generasi Jerman tumbuh –sebagai hasil propaganda Nazi- dengan
memiliki keyakinan untuk memprioritaskan bangsa. Negara adalah sesuatu
yang paling penting, sesuatu yang paling besar nilainya dibandingkan
dengan agama manapun. Loyalitas kepada bangsa dan negara merupakan
sesuatu yang terpenting dan diatas segala bentuk loyalitas terhadap agama
(perhatikan!).
Hitler amat memperhatikan perlawanan dan penentangannya terhadap
agama secara terbuka (perhatikan dengan baik!). Namun dia memberikan
kebebasan kepada para pemikir partai politik untuk mengungkapkan
perlawanan dan penentangan mereka.
Page 89
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 89
Rossenberg, Filusuf Nazi menggambarkan sebuah ilustrasi yang jelas
mengenai sikap sistem baru terhadap agama. Seperti ucapannya, "Ketika
sosialisme nasionalis meletakkan baju kepartaiannya, maka dia akan
menjadi salah satu balatentara Hitler. Sehingga agamanya akan melepaskan
keimanannya, karena kepemimpinannya.
Knotz menulis, “Agama Nasrani merupakan sisa kebinasaan disebabkan
budaya terbuka yang sudah dimaklumi masyarakat.”
Permusuhan Nazi dan Fasis terhadap agama, pada mulanya masih tidak
jelas. Karena Nazi dan Fasis memerangi komunis yang menganut paham
atheis. Peristiwa ini telah menipu banyak orang, menjadikan sejumlah
besar pimpinan gereja Katolik dan Protestan mendukung Nazi dan Fasis.
Karena mereka melihat Nazi dan Fasis memiliki pandangan baru mengenai
agama. Namun permasalahan sebenarnya berlawanan sama sekali. Di
permukaan, Nazi dan Fasis mengikuti garis politik yang amat jauh berbeda
dengan gerakan komunis yang atheis. Bagi para pengamat Nazi dan Fasis
menerima eksistensi agama dan gereja hanya sebagai alat untuk melayani
tujuan mendasar dari mereka berdua. Oleh karena itu, kami berpendapat
pertikaian yang terjadi antara Nazi dan Fasis melawan agama, muncul
ketika agama berusaha berpegang teguh dengan segala sesuatu yang
bertentangan dengan paham baru (paham milik Nazi dan Fasis)
Beberapa ketentuan strategi politik mengharuskan gerakan-gerakan
revolusi, Fasis dan Nazi, demikian pula komunis berusaha mencari titik
persamaan dengan berbagai agama terdahulu. Tekhnik ini tidak akan
bertahan lama, karena kaidah dasarnya bertentangan dengan agama.
Keuniversalan revolusi pasti berseberangan dengan agama. Karena agama
menganggap dirinya sebagai ajaran universal yang sejati. Sehingga tidak
mungkin menemukan titik persamaan kedua belah pihak. Upaya mencari
titik persamaan, pada hakekatnya untuk mewujudkan gencatan senjata
sementara yang muncul pada perang penghabisan, perang yang hanya
akan selesai dengan kemenangan salah satu pihak. Jadi, ideologi
revolusioner mewakili jenis agama yang baru, agama yang bersaing dengan
agama-agama terdahulu. Bersaing untuk menguasai jiwa manusia.
Keberlangsungan hidup ideologi bergantung pada kemenangan akhir
melawan berbagai agama47.
Jika keadaannya seperti ini, apakah mungkin agama dihormati dan
dapat hidup berdampingan dengan berbagai aliran dan ideologi secara
damai? Bagaimana bisa, berbagai aliran dan ideologi tidak mau hidup
berdampingan dengan agama? Mereka hanya dapat toleran terhadap
agama, jika agama menjadi pelayan, pengikut atau untuk kepentingan
mereka.
Jika ilustrasi di atas membingungkan anda, saya coba melontarkan
sebuah pertanyaan berikut, “Apakah seorang muslim atau masyarakat
47
Dari buku Al-Iydulujiyyah Al-Inqilabiyyah karya Dr. Nadim Al-Baithar dari hal 742-746
dengan sedikit perubahan
Page 90
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 90
muslim boleh memeluk/menganut agama baru, seperti sosialisme atau
nasionalis sekularisme?”
Tidak diragukan lagi, jawabannya jelas dan sudah kita ketahui sama-
sama.
$¨Β
Ÿ≅yèy_
ª!$#
9≅ã_tÏ9
⎯ÏiΒ
É⎥÷⎫t7ù=s%
’Îû
⎯ϵÏùöθy_
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati
dalam rongganya." (Al-Ahzab (33):4)
⎯tΒuρ
ÆtGö;tƒ
uöxî
ÄΝ≈n=ó™M}$#
$YΨƒÏŠ
⎯n=sù
Ÿ≅t6ø)ãƒ
çµ÷ΨÏΒ
uθèδuρ
’Îû
ÍοtÅzFψ$#
z⎯ÏΒ
z⎯ƒÌÅ¡≈y‚ø9$#
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi." (Ali Imran (3): 85)
Umat Ini Tidak Akan Musnah
Al-Ummah adalah kata tertentu (ma'rifah) dengan Al (sehingga
menjadi kata Al-Ummah). Ulama bahasa Arab menjelaskan bahwa kata Al-
Ummah adalah kata yang sudah dikenal dibenak manusia, sudah
tergambar di dalam pikiran manusia dan sudah terpahat di dalam hati.
Umat yang hanya dikenal oleh seorang muslim adalah umat Islam.
Seorang muslim hanya bergabung dengan umat ini. Seorang muslim akan
menjadi kuat, mulia dengan umat ini. Seorang muslim berjuang demi
kemulian umat ini. Sekali lagi, umat Islam.
Umat Islam adalah umat yang satu, umat yang beriman dengan Rabb
yang esa, Dia-lah Allah. Umat yang beriman dengan kitab suci yang satu,
yaitu Al-Qur'an. Umat yang beriman kepada rasul yang satu, Muhammad
Saw. Umat ini sehari semalam menghadap 1 kiblat sebanyak 5 kali, yaitu
Ka'bah, Baitullah Al-Haram.
Umat Islam tersebar di berbagai bangsa, kabilah yang terdapat di
pelosok dan daerah-daerah di dunia. Namun tetap saja, umat Islam adalah
umat yang satu, umat yang dipersatukan oleh akidah dan diikat oleh
syari'at Islam. Umat ini bersatu dalam perasaan, nilai-nilai dan adab Islam.
Dalam perjalanan sejarah, umat ini telah hidup bersama menikmati
kemenangan dan kekalahan. Umat ini telah merasakan susah bersama
dalam penderitaan dan dalam menggapai cita-cita.
Oleh karena itu, kita tidak boleh mengatakan umat-umat Islam. Yang
benar adalah negri-negri Islam yang tergabung dalam umat yang satu.
Allah Swt menyeru umat ini dengan firman-Nya,
¨βÎ)uρ
ÿ⎯ÍνÉ‹≈yδ
óΟä3çF¨Βé&
Zπ¨Βé&
Zοy‰Ïn≡uρ
O$tΡr&uρ
öΝà6š/u‘
Èβθà)? $$sù
∩∈⊄∪
Page 91
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 91
"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua,
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah
kepada-Ku." (Al-Mukminun (23):52)
Umat Islam adalah umat yang satu dalam tujuan dan sudut pandang.
Umat Islam adalah umat yang satu dalam pemikiran dan pemahaman.
Umat Islam adalah umat yang satu dalam perasaan dan penginderaan.
Rasulullah Saw pernah menggambarkan kesatuan umat ini. Beliau
memperumpamakan umat ini seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian
tubuh itu merasa sakit, seluruh anggota tubuh yang lain ikut merasakan
sakit, dengan tidak dapat tidur hingga larut malam dan suhu tubuh
menjadi panas.
Umat ini mempunyai beberapa keistimewaan dan kekhasan sendiri.
Diantara kekhasannya/karakteristik adalah umat ini merupakan umat yang
bertuhan.
Umat ini tidak muncul secara tiba-tiba. Umat ini muncul di satu daerah
dan berkaitan dengan unsur tertentu. Seperti umat dan bangsa-bangsa
lainnya, umat ini tidak muncul karena keinginan seseorang, bukan karena
keinginan sebuah partai, bukan keinginan sebuah kelas masyarakat, bukan
keinginan majlis syura dan bukan pula keinginan seorang calon kepala
pemerintahan. Umat ini muncul karena kehendak Allah, agar dapat
melaksanakan risalah Islam dalam kehidupan yang nyata. Sebagaimana
digambarkan dalam firman Allah berikut ini,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil." (Al-Baqarah (2):143)
Oleh karena itu, Allah-lah yang membentuknya, mempersiapkannya
untuk berperan di tengah-tengah umat manusia.
Karakteristik Satu-Satunya
Salah satu karakteristiknya adalah sebagaimana diungkapkan ayat Al-
Qur'an dengan kata Al-Wasthiyyah (moderat/pertengahan). Umat Islam
adalah umat pertengahan dalam segala hal. Pertengahan dalam hal akidah,
ibadah, nilai-nilai serta akhlak. Pertengahan dalam hal berbuat, tingkah
laku, perundang-undangan, politik, ekonomi, hubungan dalam negri dan
luar negri. Memperhatikan materi, namun tetap memperhatikan aspek ruh.
Memperhatikan ruh dengan tetap memperhatikan aspek materi. Seseorang
tidak berbuat sewenang-wenang terhadap masyarakat dan sebaliknya
masyarakat tidak berbuat sewenang-wenang terhadap seseorang. Setiap
pihak menunaikan hak pihak lain. Menuntut pihak lain untuk
melaksanakan kewajiban dengan tidak menganiaya dan merugikannya,
sebagaimana firman Allah berikut ini,
Page 92
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 92
"Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu." (Ar-Rahman (55):8-9)
Umat Islam adalah umat pemilik risalah universal. Umat ini bukan
umat satu daerah atau satu bangsa. Allah menempatkan umat ini sebagai
guru dan petunjuk untuk seluruh manusia. Inilah makna dari firman Allah,
y7Ï9≡x‹x.uρ
öΝä3≈oΨù=yèy_
Zπ¨Βé&
$VÜy™uρ
(#θçΡθà6tGÏj9
u™!#y‰pκà−
’n?tã
Ĩ$¨Ψ9$#
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia." (Al-Baqarah (2):143)
öΝçGΖä.
uöyz
>π¨Βé&
ôMy_Ì÷zé&
Ĩ$¨Ψ=Ï9
tβρâß∆ù's?
Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/
šχöθyγ÷Ψs?uρ
Ç⎯tã
Ìx6Ζßϑø9$#
tβθãΖÏΒ÷σè?uρ
«!$$Î/
3
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah." (Ali Imran (3):110)
Umat ini tidak tumbuh dengan sendirinya, seperti tumbuh-tumbuhan.
Umat ini dikeluarkan oleh Allah Swt. Umat ini dikeluarkan bukan untuk
kepentingan diri sendiri dan bukan berjalan di aturannya sendiri serta
bukan untuk kepentingan materi saja. Allah mengeluarkan umat Islam
untuk seluruh umat manusia, baik manusia berkulit putih maupun hitam,
orang Arab maupun orang non Arab, orang kaya maupun orang miskin.
Oleh karena itu, umat Islam adalah umat yang diutus untuk seluruh alam,
seluruh dunia. Demikian pula dengan kitab sucinya, kitab suci Al-Qur'an
diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia. Nabinya juga diutus oleh
Allah untuk seluruh umat manusia. Umat ini diutus sebagai pembawa
rahmat dan kemudahan, bukan pembawa kekerasan dan kesulitan.
Rasulullah Saw menyeru umat ini dengan sabdanya,
"Kalian diutus untuk mempermudah dan bukan diutus untuk
mempersulit."
Para sahabat Rasulullah memahami arti dari sabda beliau di atas.
Mereka paham benar bahwa mereka diutus untuk memberi petunjuk
kepada seluruh umat di muka bumi. Misalnya, Rubai' bin 'Amir r.a. ketika
bertemu dengan Rustum -seorang panglima Persia-, beliau menjelaskan
mengenai batasan tugas umat Islam dengan bahasa yang lugas dan efektif.
Rubai' bin Amir r.a. berkata, "Allah mengutus kami untuk mengeluarkan
manusia dari penyembahan terhadap manusia menuju penyembahan
terhadap Allah semata, dari dunia yang sempit menuju keluasannya dan
dari kedzaliman agama menuju keadilan Islam."
Page 93
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 93
Karakteristik lainnya adalah umat Islam merupakan umat yang kekal,
karena kekalan risalah dan kitab sucinya. Umat ini akan senantiasa ada
sebagaimana malam dan siang. Umat ini akan tetap ada, selama Al-Qur'an
di dunia ini masih dibaca. Jika Al-Qur'an telah dijaga oleh Allah, maka
umat Al-Qur'an ini akan kekal, sebagaimana kekalnya Al-Qur'an.
Allah meminta rasul-Nya yang mulia agar tidak memusnahkan
umatnya seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya. Baik hukuman
dari Allah secara langsung maupun berasal dari gejala alam. Seperti angin
topan, gempa bumi, angin badai dan sebagainya.
Allah meminta rasul-Nya agar tidak menyerahkan umat ini kepada
musuhnya. Sebab musuh-musuhnya ini dapat melenyapkan umat ini
hingga sampai ke akarnya. Kalau tidak, umat ini akan saling menjatuhkan.
Allah meminta rasul-Nya agar menjaga umat ini agar tidak dihantam
oleh kerusakan fisik atau kerusakan secara mental, seperti kesesatan.
Rasulullah bersabda,
"Allah tidak akan menyatukan umatku dalam kesesatan."
Rahasia ini semua adalah karena umat ini merupakan umat terakhir,
nabinya merupakan penutup para nabi, kitab sucinya merupakan kitab suci
terakhir. Sehingga setelah Muhammad tidak ada rasul lagi, setelah Al-
Qur'an tidak ada kitab suci lagi, setelah Islam tidak ada lagi syari'at dan
setelah umat Islam ini tidak umat lain.
Jika umat -sebelum Islam datang- sepakat terhadap kesesatan, maka hal
itu tidak berbahaya bagi umat manusia. Karena umat tersebut berada di
tempat tertentu saja dan dalam waktu yang terbatas pula. Berbeda dengan
umat Islam. Umat Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dari barat
ke timur. Umat Islam merupakan umat yang kekal hingga hari kiamat. Jika
seluruh umat ini sesat, maka seluruh manusia juga akan menjadi sesat,
tanpa ada harapan sedikitpun. Karena tidak ada lagi umat Islam atau umat
setelahnya yang membawa petunjuk Allah.
Dari sini jelaslah, bahwa hal ini sudah merupakan bagian dari
kehendak Allah. Di tengah-tengah umat Islam senantiasa akan ada sebuah
kelompok yang selalu berada dalam kebenaran hingga akhir hayat.
Kelompok ini seperti kapal penyelamat atau tentara pembebasan. Kelompok
inilah yang menjaga adanya keseimbangan. Mengenai kelompok ini, Allah
berfirman,
ô⎯£ϑÏΒuρ
!$oΨø)n=yz
×π¨Βé&
tβρ߉öκu‰
Èd,ysø9$$Î/
⎯ϵÎ/uρ
šχθä9ω÷ètƒ
∩⊇∇⊇∪
"Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang
memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula)
mereka menjalankan keadilan." (Al-'Araf (7):181)
Rasulullah Saw bersabda,
Page 94
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 94
"Diantara umatku, senantiasa ada suatu kelompok yang berjuang
dalam kebenaran. Orang-orang yang menentang mereka tidak ada
yang dapat membahayakan mereka hingga keputusan Allah datang,
namun mereka tetap dalam kebenaran."
Kelompok ini laksana mercu suar bagi pelaut, petunjuk bagi orang yang
bingung, pendukung orang-orang lemah. Mereka berdebat karena Allah,
mengajak untuk menyembah Allah berdasarkan penjelasan yang nyata.
Mereka menyampaikan risalah Allah, mereka hanya takut pada Allah.
Mereka adalah Al-Ghuraba (orang-orang asing). Artinya, mereka tetap
melakukan kebaikan di saat masyarakat melakukan kerusakan. Mereka
tetap mengadakan perbaikan, di saat masyarakat melakukan perusakan.
Mereka adalah Al-Firqah An-Najiyyah (kelompok yang selamat) di tengah
orang-orang yang rusak. Mereka melakukan sebagaimana yang Rasulullah
dan para sahabatnya lakukan. Ini merupakan rahmat Allah terhadap umat
manusia secara umum. Di tengah umat manusia senantiasa terdapat suatu
kelompok yang melakukan tugas di atas, mereka merupakan kelompok
pilihan yang mewakili Allah. Kelompok ini mengajarkan orang-orang yang
bodoh, memberi petunjuk mereka yang sesat, mengingatkan mereka yang
lupa. Karena peringatan bermanfaat bagi orang-orang beriman.
βÎ*sù
öàõ3tƒ
$pκÍ5
Ï™Iωàσ¯≈yδ
ô‰s)sù
$uΖù=©.uρ
$pκÍ5
$YΒöθs%
(#θÝ¡øŠ©9
$pκÍ5
š⎥⎪ÌÏ≈s3Î/
∩∇®∪
"Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam
itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum
yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya." (Al-'An'am (6):89)
Salah satu bukti kekekalan umat ini adalah berbagai bencana tidak
memusnahkan umat ini. Bahkan umat ini bangkit dengan semangat
bertahan dan menantang. Jika anda melihat umat ini ditimpa musibah dan
bencana, niscaya akan terlihat bahwa mereka lebih kuat dari bencana yang
dihadapinya, sehingga banyak orang menyaksikan hal yang sulit untuk
dipercaya. Mereka menyangka umat ini telah binasa dalam jumlah yang
amat banyak, namun tiba-tiba dalam jangka waktu yang tidak lama,
bangkit mengalah berbagai faktor kelemahan yang selama ini melingkupi
mereka. Mereka bangkit dengan semangat kekuatan yang tersimpan di
dalam tubuh umat ini. Orang-orang yang mengawasi umat ini –baik dari
kejauhan maupun dari dekat-, mereka melihat adanya kemenangan setelah
kehancuran, adanya persatuan setelah perpecahan dan adanya kehidpan
dang gerakan setelah membeku menyerupai orang yang mati.
1. Kami melihat kenyataan ini sebagaimana keterangan di dalam buku
Fajrul Islam. Yaitu ketika kaum muslimin memerangi orang-orang
yang murtad dan mereka yang menolak membayar zakat.
2. Ketika kaum muslimin mengadakan perlawanan terhadap bangsa
Tartar yang kejam. Bangsa ini berasal dari Timur seperti ya'juj dan
maj'uj atau angin topan. Perlawanan ini dilancarkan, ketika daulah
Islam sedang terpecah belah.
Page 95
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 95
3. Perlawanan kaum muslimin di dalam peperangan melawan tentang
Salib yang datang dari benua Eropa memasuki daerah timur Islam.
Tentara Salib datang dengan membawa salib dan trinitas, mereka
melakukan pembunuhan, pembakaran, perusakkan dan
penghancuran. Semua orang yang mempelajari sejarah ini akan
mengetahui kejadiannya dengan rinci.
Namun kekuatan sejati yang tersembunyi dalam umat Islam muncul di
berbagai peristiwa sejarah yang sengit. Sehingga hal ini memadamkan
mimpi orang-orang Nasrani di Hittin. Kaum Muslimin menaklukkan Baitul
Maqdis setelah sebelumnya selama lebih dari 90 tahun dikuasai Nasrani.
Kaum muslimin menawan Louis IX, raja Perancis di dalam Dar Ibnu
Luqman yang terletak di Mansurah. Selain itu, kaum muslimin mengusir
bangsa Tartar yang dikalahkan di 'Ain Jalut. Padahal sebelumnya banyak
orang menganggap bangsa Tartar adalah kekuatan yang tidak terkalahkan,
sampai-sampai tersebar suatu pendapat, "Jika ada yang mengatakan bahwa
bangsa Tartar telah kalah, maka janganlah engkau percaya!"
Di zaman modern sekarang ini, kita sama-sama dapat melihat
bagaimana perlawanan jihad kaum muslimin yang amat heroik melawan
pasukan penjajah di seluruh negri Islam. Jihad penguasa Abdul Qadir Al-
Jazairi melawan bangsa Perancis. Penguasa Abdul Karim Al-Khitabi
melawan Spanyol. Pahlawan Umar Mukhtar melawan Italia. Syaikh
‘izzuddin Al-Qassam melawan Inggris dan Yahudi. Revolusi AlJazair
melawan penjajah Perancis. Berbagai perlawanan Palestina melawan
Zionis. Al-Qanah melawan Inggris.
Page 96
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 96
Raksasa yang Berguncang
Saat ini, kita menyaksikan raksasa Islam sedang bergerak setelah tidur
panjangnya. Itu terlihat pada jihad yang penuh heroik di Afghanistan,
Eriteria, Filipina, Palestina. Kebangkitan muncul di Mesir dan Turki. Para
pemuda berpendidikan dengan penuh kesadaran mulai mengarahkan
pandangannya pada Islam, baik di barat maupun di timur. Mereka
berusaha menebus kegagalan masa lalu dan menantang berbagai fitnah
masa kini, dengan serta merta berpegang pada keimanan orang-orang yang
beriman.
Semua indikasi ini, dimanapun keberadaannya menunjukkan dengan
jelas ke-eksisan umat ini, kekuatan dan keorisinalannya. Meskipun
terkadang masih nampak kelemahan dan hal-hal yang menggelikan dari
umat ini.
Para orientalis asing serta orang-orang yang mempelajari tabiat umat
kita, keunikkan agama kita serta mempelajari berbagai kekuatan yang
tersimpan dalam diri negri-negri muslim adalah mereka yang memahami
hakekat kekuatan sejati yang kita miliki. Merekalah orang-orang yang
mengadakan perhitungan sebanyak 1000 kali ketika menghadapi umat
Islam. Mereka gemetar, takut pada kebangkitan umat Islam suatu saat
kelak. Prof. Gibb di dalam bukunya yang berjudul Wujhatul Islam berkata,
"Berbagai gerakan Islam biasanya berkembang dengan cepat dan
membingungkan. Mereka menyeru dan mengajak kepada sesuatu yang
amat mengagumkan. Mereka bermunculan secara tiba-tiba, sebelum para
pengamat menyadari tanda-tandanya. Gerakan-gerakan Islam hanya dapat
bergerak dengan adanya para pemimpin. Hanya akan bergerak dengan
muncul para Shalahuddin generasi milenium."
Petualang Jerman Paul Smith menulis sebuah buku khusus mengenai
topik ini. Buku tersebut berjudul Al-Islam quwwatul Ghad yang terbit pada
tahun 1936. Di dalam buku ini, Paul berkata, "Penopang kekuatan di negri-
negri Islam terbatas pada tiga faktor:
1. Terdapat pada kekuatan Islam (sebagai sebuah dien), pada
keyakinannya, teladan dan persaudaraannya yang terjalin di
berbagai bangsa dan negara yang berbeda warna kulit dan budaya.
2. Berlimpahnya kekayaan alam di negri-negri Islam yang
membentang dari samudra Atlanitk dengan Maroko di bagian barat
hingga samudra Hindia dengan Indonesia di bagian timur. Berbagai
macam sumber alam ini untuk kesatuan kekuatan ekonomi.
Sehingga kaum muslimin tidak membutuhkan lagi secara mutlak
kepada Eropa.
Page 97
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 97
3. Faktor terakhir adalah kesuburan keturunan yang terdapat pada
kaum muslimin. Hal inilah yang menjadikan kekuatan mereka
menjadi kekuatan yang terus bertambah48.
Kemudian Paul berkata, "Jika ketiga faktor ini bersatu, maka seluruh
kaum muslimin akan saling bersaudara di atas kesatuan akidah dan tauhid
Allah. Kekayaan alam mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh
kaum muslimin yang jumlahnya terus bertambah. Akan muncul ancaman
Islam terhadap Eropa dan menjadi ancaman bagi kekuatan internasional
yang merupakan pusat kekuatan dunia secara menyeluruh."
Paul Smith menguraikan penjelasan di atas, setelah dia memaparkan
tentang ketiga faktor di atas. Penjelasan ketiga faktor ini disampaikan
melalui sensus resmi dan inti akidah Islam yang diketahui orientalis ini.
Akidah ini mengkristal dalam sejarah kaum muslimin, keterikatan dan
kemajuan mereka mengusir musuh-musuhnya. Diantaranya, barat yang
beragama Nasrani yang tersebar di berbagai bangsa dan pemerintahan
saling tolong menolong untuk mengulang kembali perang Salib dalam
bentuk baru, yang sesuai dengan tuntutan zaman. Hanya saja dengan
tekhnik yang tidak berubah.49"
Robert Bean di dalam kata pengantar bukunya yang berjudul As-Saif
Al-Muqaddas, dia berkata, "Kita harus mempelajari bangsa Arab beserta
pemikirannya. Karena mereka pernah menguasai dunia dan mungkin akan
kembali lagi berkuasa. Bara api yang dinyalakan Muhammad senantiasa
menyala dengan kuat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bara api itu
tidak akan padam. Oleh karena itu, saya menulis buku ini agar para
pembaca tidak mengetahui leluhur dan asal usul bangsa Arab. Di dalam
buku itu, saya akan menggambarkan asal usul Arab dengan pedang yang
memiliki 2 mata pedang. Pedang yang diperoleh Muhammad dalam perang
Badar, sebagai tanda kemenangannya. Pedang menjadi lambang dari
keinginan imperialisnya.50"
Tanpa memperhatikan kandungan ucapan para orientalis dan tanpa
memperhatikan kedengkian mereka yang terus membara, mereka telah
menjelaskan kepada kita kekuatan kaum muslimin di mata orang-orang
asing. Memang benar umat ini terkadang lemah, namun tidak mati. Karena
Allah telah mengamanatkan kepada umat ini risalah yang abadi.
1. Harapan Umar Atau Kebutuhan Kita pada Para
Pejuang
Di salah satu rumah di kota Madinah, Umar r.a. duduk dihadapan para
sahabatnya. Beliau berkata kepada mereka, "Utarakan harapan kallian!"
48 untuk itulah diserukan Keluarga Berencana di dunia Islam
49 Hasil terjemah Dr. Muhammad Al-Bahiy dalam salah satu perkuliahannya. Seluruh buku ini
telah diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Abdul Ghani Syamah dengan judul Al-Islam quwwatul Ghad
Al-'Alaamiyyah, diterbitkan oleh Maktabah Wahbah di Kairo.
50 Hal. 17 dari buku berbahasa Inggris. Kami mengutip alinea ini dari laporan Dr. Ishaq Musa Al-
Husaini dari buku di atas.
Page 98
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 98
Salah seorang mereka berkata, "Saya berharap jika rumah ini penuh
dengan emas, maka saya akan menginfakkan di jalan Allah." Kemudian
Umar kembali berkata, "Utarakan harapan kallian!" Seorang pria yang lain
berkata, "Saya berharap jika rumah ini penuh dengan permata, maka saya
akan menginfakkan di jalan Allah." Kemudian Umar kembali berkata,
"Utarakan harapan kallian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengerti apa
yang kami ucapkan, wahai Amirul Mukminin."
Kemudian Umar berkata, "Saya mengharapkan orang-orang seperti Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah, Mu'adz bin Jabal dan Salim Maula Abu Hudzaifah.
Saya mengharapkan pertolongan mereka untuk meninggikan kalimat
Allah."
Semoga Allah memberi rahmat padamu, wahai Umar. Beliau
merupakan orang yang mumpuni. Berbagai peradaban yang hak tegak di
tangan beliau. Risalah besar ini bangkit di tangan beliau. Berbagai bangsa,
umat hidup di tangan beliau.
Berbagai bangsa dan risalah membutuhkan barang tambang yang
terkandung di dalam bumi ini dan membutuhkan kekayaan alam. Namun
sebelumnya, mereka membutuhkan kepala-kepala yang mampu berpikir
untuk mengeksploitasi barang tambang dan berbagai kekayaan alam.
Mereka juga membutuhkan hati-hati besar yang mampu menjaga semua
barang tambang dan kekayaan alam. Mereka juga membutuhkan niat kuat
orang-orang yang dapat memanfaatkan barang tambang dan kekayaan
alam dengan cara yang dibenarkan. Pendek kata, berbagai bangsa dan
umat membutuhkan orang-orang yang mampu melaksanakan tugasnya
dengan benar.
Manusia lebih mulia dari barang tambang apa pun juga. Manusia lebih
mahal dari permata yang termahal sekali pun. Oleh karena itu,
keberadaannya mulia di dunia manusia. Rasulullah Saw bersabda,
"Manusia itu seperti 100 unta hampir-hampir semuanya dapat
ditunggangi.51"
Seorang ahli dan salih adalah ibarat eliksir52 kehidupan, ibarat ruh
kebangkitan, tiang risalah dan poros reformasi.
Persiapkanlah beberapa pabrik senjata dan amunisi sekehendakmu.
Senjata-senjata itu hanya dapat membunuh, bila ada orang yang
menggunakannya. Buatlah UU sekehendakmu. Namun UU itu akan hanya
merupakan tinta yang terukir di atas kertas, selama tidak ada orang yang
menerapkannya. Buatlah metode pendidikan, sekehendakmu. Metode ini
hanya akan berguna bila diterapkan oleh seseorang ketika dia
mempraktekkannya dalam mengajar.
Itulah kenyataannya, tidak diragukan lagi.
51 Muttafaq 'Alaihi dari hadits Ibnu Umar r.a.
52 Bahan untuk mengubah logam murah menjadi emas, dicuri pada abad pertengahan
Page 99
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 99
Kekuatan senjata tidak sebanding dengan kekuatan yang terdapat di
dalam hati tentara yang menyandang senjata. Keadilan bukan terletak
dalam teks UU, namun tergantung apa yang terdapat di dalam hati
hakimnya. Pendidikan bukan terletak pada lembaran-lembaran buku,
namun tergantung pada semangat pengajarnya. Pelaksanaan proyek bukan
dengan cara membentuk berbagai panitia, namun tergantung pada
semangat para pelaksananya.
Demi Allah, alangkah bijaksananya Umar. Beliau tidak mengharapkan
emas dan perak, tidak mengharapkan mutiara dan permata. Beliau hanya
mengharapkan orang-orang pilihan. Di tangan mereka inilah, semua harta
kekayaan -baik yang berada di bumi maupun di langit- akan nampak
terlihat.
Seorang pria terkadang sebanding dengan 100 orang, terkadang
sebanding dengan 1000 orang, terkadang sebanding dengan satu bangsa.
Sehingga ada orang yang mengatakan, "Seorang pria yang memiliki cita-
cita dapat menghidupkan sebuah umat atau bangsa."
Khalid mengadakan pengepungan, dia meminta bantuan kepada Abu
Bakar r.a. Namun Abu Bakar hanya mengirim seorang pria yang bernama
Al-Qa'qa'a bin Umar At-Tamimi. Khalid berkata, "Pasukan musuh tidak
dapat dikalahkan dengan satu orang seperti ini, wahai Abu Bakar."
Abu Bakar menjawab, "Suara Al-Qa'qa'a di tengah pasukan musuh lebih
baik dari 1000 tentara."
Sahabat Amru bin Ash r.a. –beliau berada di Mesir- meminta bantuan
kepada Umar bin Khaththab r.a. Beliau mengirim 4000 pasukan yang
masing-masing dipimpin oleh seorang ksatria Islam. 4 panglima ini
sebanding dengan seorang pasukan.
Namun pria seperti apa yang kita inginkan? Apakah setiap orang yang
merapikan kumisnya dan memanjangkan janggutnya? Jika seperti ini, tentu
banyak sekali.
Keperkasaan dan kesatriaan tidak diukur dari tuanya umur. Berapa
banyak orang yang sudah berusia 70 tahun, namun hatinya seperti anak
berusia 7 tahun. Dia senang dengan sesuatu yang sepele. Dia menangisi
karena tidak memperoleh sesuatu yang sepele. Dia memperhatikan sesuatu
yang sebenarnya tidak pantas lagi diperhatikannya. Terkadang dia
menggenggam sesuatu yang ada di tangannya, dengan genggaman orang
kikir sehingga tidak seorang pun dapat ikut menikmatinya. Maka orang
yang berusia 70 tahun tak ubahnya dengan anak kecil, namun anak kecil
yang berjanggut dan berkumis.
Berapa banyak anak yang masih ingusan, masih bau kencur, namun
engkau melihatnya telah memiliki kedewasaan dalam berbicara, berbuat
dan berpikir.
Pada suatu ketika Umar r.a. melewati sekelompok anak kecil yang
sedang bermain, lalu mereka berlari. Hanya ada seseorang yang tidak
Page 100
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 100
beranjak dari tempatnya, dia adalah Abdullah bin Zubair. Umar bertanya
padanya, “Mengapa engkau tidak pergi bersama teman-temanmu?”
Ibnu Zubair menjawab, “Saya tidak ingin berbuat dosa. Saya takut
padamu. Saya tidak akan menghalangi-halangi jalanmu, oleh karenanya
silahkan Amirul Mukminin lewat.”
Pada suatu ketika, seorang anak muda datang menghadap Khalifah
dinasti Umawiy. Anak muda ini mewakili kaumnya. Sesampainya
dihadapan khalifah, khalifah berkata, “Saya minta agar orang yang
menghadapku usianya lebih tua darimu.”
Anak muda itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin! Jika orang yang
menghadapmu dilihat dari usianya. Maka umat ini akan mempunyai
khalifah yang lebih tua darimu.”
Mereka adalah orang-orang yang muda/masih kecil, namun telah
dewasa. Hanya saja saat ini, di dunia ini, banyak sekali orang dewasa yang
masih kekanak-kanakkan.
Kedewasaan/kesatriaan tidak diukur dari kekuatan tubuh atau
tingginya seseorang. Allah Swt telah berfirman mengenai sekelompok
orang munafik dalam firman-Nya berikut ini,
"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum." (Al-Munafiqin (63):4)
"Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira
bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka." (Al-
Munafiqin (63):4)
Di dalam hadits shahih dijelaskan,
“Pada hari kiamat, akan datang seorang pria agung yang gemuk.
Namun dia (amalannya) di sisi Allah tidak lebih dari sayap seekor
nyamuk.”
"Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada
hari kiamat." (Al-Kahfi (18):105)
Sahabat Rasulullah yang bernama Abdullah bin Mas’ud adalah
seseorang dengan perawakan yang kurus. Pada suatu ketika, betisnya yang
kurus kecil tersingkap dan terlihat oleh yang lainnya. Sebagian para
sahabat mentertawakannya. Rasulullah bersabda, “Apakah kalian
mentertawakan betisnya kecil itu? Demi jiwaku yang berada dalam
kekuasaan-Nya, ketika ditimbang pada hari kiamat kelak, kedua betisnya
itu lebih berat dari gunung Uhud.”
Kedewasaan tidak tergantung pada usia, bentuk tubuh, harta atau
pangkat. Kedewasaan adalah kekuatan jiwa. Dengan kekuatan jiwa,
seseorang akan mampu mengemban berbagai perkara berat. Kekuatan jiwa
akan menjauhkan seseorang dari omong kosong. Kekuatan ini mampu
menyulap seseorang menjadi dewasa dalam usianya yang masih muda.
Kekuatan ini dapat menjadikan seseorang kaya di saat kemiskinannya,
Page 101
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 101
menjadikan seseorang kuat di dalam kelemahannya. Kekuatan ini juga
mampu menjadikan seseorang mengutamakan memberi daripada
menerima. Seseorang yang memiliki kekuatan ini akan menunaikan
kewajibannya terlebih dahulu sebelum dia menuntut haknya. Baik
kewajiban terhadap dirinya sendiri, terhadap Allah, rumah tangga, agama
dan umatnya.
Kedewasaan secara ringkas adalah kekuatan mencipta dan mencipta
kekuatan.
Hal terbaik yang dilakukan suatu negara terhadap rakyatnya, perkara
paling agung yang dijadikan dasar metode pendidikan, sarana terpenting
yang digunakan media tulis, media penyiaran, masjid dan sekolah adalah
menciptakan kedewasaan dan kesatriaan ini serta mendidik pria dengan
bentuk seperti ini.
Kedewasaan yang bagus hanya akan berkembang dalam naungan
keyakinan yang kuat, berbagai keutamaan yang tetap, berbagai standar
yang orisinil, tradisi yang cocok dan hak-hak yang dipenuhi. Sebaliknya,
kedewasaan yang benar tidak berkembang dalam keragu-raguan, ateis
yang kafir, dan kemerosotan yang terus berlangsung. Kedewasaan seperti
ini tidak ubahnya seperti tanaman yang tidak tumbuh lantaran tidak
memperoleh air, udara dan sinar matahari.
Dunia belum pernah menyaksikan kesatriaan dan kedewasaan dalam
bentuk yang paling agung dan makna yang paling sempurna melebihi
produk yang dihasilkan Islam lewat tangan Rasululllah yang agung. Islam
telah mencetak para generasi yang banyak memohon pertolongan pada
Allah, namun mereka tidak tamak pada dunia. Janji dan godaan dunia tidak
membuat mereka terpesona. Sementara itu, berbagai ancaman tidak
menyurutkan perjuangan mereka. Kemenangan tidak menyilaukan mereka
dan kekalahan tidak membuat mereka merasa terpuruk.
Saat ini, para penjajah telah merusak kondisi kaum muslimin dengan
perang pemikirannya, baik melalui paham atheis atau paham permisifisme.
Engkau akan melihat orang-orang yang mirip laki-laki, padahal mereka
bukan laki-laki.
Yang mengangumkan saya adalah sepatah kata dari seorang pria yang
mempelajari ajaran-ajaran Islam yang universal ini. Dia berkata, "Alangkah
bagusnya agama ini, jika dia memiliki pria dalam jumlah yang banyak!!"
Agama Islam mengadukan sedikitnya jumlah pria yang hanya mencapai
500 juta saja53. Mereka mengaku beragama Islam. Namun mereka seperti
yang digambarkan Rasulullah dalam haditsnya, "Banyak, namun seperti
buih di lautan54."
53 Ini jumlah kaum muslimin ketika tulisan ini ditulis pada tahun 1956 M. Adapan jumlah kaum
muslimin saat ini melebihi milyaran
54 Hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Tsauban
Page 102
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 102
Islam tidak membutuhkan kaum pria yang lebih mementingkan dirinya
sendiri. Hikmah mereka adalah syahwatnya. Perjalanan mereka adalah
kepentingannya. Mereka meyakini bahwa bangsa-bangsanya hanyalah
kumpulan dari kekosongan. Mereka ini tidak percaya diri dan tidak
menyandarkan diri pada Allah. Mereka dipersatukan oleh ketamakan dan
dipisahkan oleh ketakutan. Mereka dipertemukan oleh seruling dan
dipisahkan oleh tongkat. Kaum pria seperti mereka ini tidak ubahnya
seperti kaca yang auratnya tidak ditutup dan kaca yang tidak mampu
menahan datangnya kerikil yang dilemparkan atasnya.
Demi Allah seandainya di setiap 1000 umat Islam terdapat seorang pria
yang memiliki kedewasaan dan kesatriaan, maka satu orang ini lebih baik
dari banyak orang, namun tidak ditakuti oleh musuh.
2. Kekuatan yang Tidak Terkalahkan
Seorang murid berkata kepada gurunya, "Saya dengar kekuatan
terbesar yang dikenal manusia sepanjang sejarah adalah roket dan bom
atom. Saya yakin anda sepakat dengan pendapat ini."
Gurunya menjawab, "Tunggu dulu anak muda, jangan engkau tanya
saya dan jangan terburu-buru mengambil kesimpulan."
Sang murid berkata, "Maaf guru. Sekarang saya ingin mendengar
penjelasanmu."
Si guru berkata, "Saya ingin bertanya padamu satu pertanyaan lain.
Mana yang lebih kuat? Bom atom, roket atau pembuat bom atom dan
roket?"
"Sudah pasti pembuat bom atom dan roket yang lebih kuat dari bom
atom dan roketnya."
"Jika seperti itu, engkau sependapat denganku. Kekuatan manusia lebih
dahsyat dari kekuatan fisik apa pun yang ada di bumi ini."
"Benar guru. Manusia lah yang mengatur dan memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di bumi ini. Dia pula yang mengarahkan sesuai dengan
keinginannya."
"Muridku, bagaimana jika engkau menemukan kekuatan yang dapat
mengarahkan dan mendorong manusia untuk maju? Menemukan kekuatan
mampu mendorong manusia berbuat dan melesat seperti roket, bahkan
lebih dahsyat lagi?"
"Jika memang ada, itu merupakan kekuatan yang terdahsyat di bumi
ini. Kekuatan apa itu guru? Bagaimana hakikatnya? Pembicaraanmu
membuatku penasaran!!"
"Muridku, kekuatan itu adalah kekuatan iman."
"Keimanan terhadap apa, guru? Sebagian manusia keyakinan kepada
suatu ideologi. Apakah itu yang dinamakan beriman?"
Page 103
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 103
Dengan sabar si guru menjelaskan, "Muridku, memang tidak dapat
dipungkiri bahwa keyakinan terhadap apa pun juga akan memberikan
seseorang kekuatan. Hal ini nampak dalam pertarungan antar individu
atau antar kelompok. Seseorang yang beriman kepada keyakinan tertentu,
akan dapat mengalahkan seseorang yang tidak memiliki keyakinan sama
sekali. Kelompok yang memiliki keyakinan tertentu, akan dapat
mengalahkan kelompok yang tidak memiliki keyakinan apa pun juga.
Namun keimanan yang saya maksud adalah keimanan terhadap Allah yang
mengaruniai kehidupan, Pencipta alam dan manusia. Selain itu, keimanan
terhadap balasan dan kekekalan hidup di akhirat kelak. Setiap jiwa dibalas
dengan adil, tidak satu pun yang didzalimi. Di samping itu keimanan
terhadap dunia yang luas dan penuh dengan tentara Allah. Jumlah tentara
Allah itu tidak terhitung jumlahnya, mereka adalah para malaikat. Kita juga
harus beriman pada wahyu Allah. Wahyu ini adalah penghubung antara
langit dan bumi. Wahyu adalah petunjuk Allah kepada para makhluk-Nya.
Kemudian kita juga harus beriman kepada contoh manusia-manusia
teladan. Mereka adalah para nabi. Para nabi ini memperoleh wahyu dari
Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya terang
benderang."
"Mengimani bahwa alam tidak berjalan serampangan, tanpa petunjuk
dan ketentuan. Semua yang ada di alam ini berjalan dengan aturan, baik
yang besar maupun yang kecil."
"Selain itu mengimani pada kemuliaan manusia. Manusia diangkat
Allah menjadi wakil-Nya di muka bumi, untuk memakmurkan bumi. Allah
menguji manusia dengan tugas di dunia ini agar Dia dapat meninggikan
derajat manusia dan menyiapkan kehidupan kekal di akhirat kelak."
"Wahai muridku, itulah keimanan. Keimanan seperti ini merupakan
keimanan yang diserukan para nabi dan rasul. Orang-orang yang benar
imannya, para syahid dan mereka yang salih berjuang dalam rangka
mempertahankan dan menyebarkan keimanan. Itulah keimanan yang saya
maksud. Keimanan inilah yang dijelaskan oleh Islam."
"Wahai muridku, keimanan ini memiliki kekuatan pendorong yang
terarah. Kekuatan ini dapat dijadikan sandaran bagi si lemah agar tidak
jatuh. Kekuatan ini dapat menahan si kuat agar tidak lepas kendali.
Kekuatan ini mampu menjaga si pemenang agar tidak berbuat sewenang-
wenang. Kekuatan ini mampu mencegah pihak yang kalah tidak merasa
putus asa."
Si murid kembali bertanya, "Namun, bukankah sebelumnya engkau
sedang membicarakan tentang kekuatan lain yang dimiliki manusia.
Kekuatan manusia ini amat dahsyat sekali. Kekuatan ini adalah kekuatan
naluri manusia. Seperti naluri mempertahankan kehidupan (gharizah
hubbul baqa'), naluri melanjutkan keturunan (gharizah Asy-Syahwah Al-
Jinsiyyah) serta naluri amarah?"
"Benar muridku, saya belum melupakan pembicaraan kita tadi.
Memang benar, naluri manusia memiliki sebuah kekuatan. Namun
Page 104
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 104
dominasi kekuatan naluri manusia di sisi keimanan akan lenyap. Ikatan
kekuatan naluri di sisi keimanan akan terurai. Kekuatan naluri akan
tunduk di hadapan kekuatan iman. Keimanan merupakan tuan yang
mengeluarkan perintah dan yang harus dipatuhi. Naluri adalah pelayan
yang penurut dan tunduk pada perintah tuannya. Apakah engkau ingin
saya tunjukkan sebuah contoh mengenai perkara ini dalam catatan
sejarah?"
"Tentu saja."
"Wahai muridku, apakah engkau masih ingat kisah nabi Yusuf? Engkau
dapat menemukan kisah beliau dalam surat Yusuf yang terdapat di dalam
Al-Qur'anul Karim. Di dalam surat itu dikisahkan bahwa nabi Yusuf adalah
seorang pemuda yang beriman dan menundukkan nalurinya (gharizah)
pada keimanan. Oleh karena itu Allah mengabadikan nama Yusuf di kitab
suci-Nya. Kisah beliau dicatat dalam Al-Qur'an agar menjadi petunjuk bagi
generasi selanjutnya."
"Yusuf adalah pemuda yang sedang tumbuh dan masih muda beliau.
Beliau adalah pemuda tampan. Beliau adalah pemuda yang memiliki
keluhuran, rajin dan selalu ceria. Beliau bekerja sebagai pembantu di
rumah istri Aziz, seorang pejabat Mesir. Namun kemudaan dan
ketampanannya mengusik istri Aziz ini. Dia menggoda Yusuf dan menutup
seluruh pintu dan berkata, "Kemarilah!"
"Cobaan yang dihadapi Yusuf bukanlah cobaan yang biasa dihadapi
orang-orang dalam kehidupannya. Begitu cobaan itu muncul, maka tidak
lama berselang cobaan itu akan lenyap. Cobaan yang dihadapi Yusuf
adalah cobaan yang kerap menemaninya dan datang silih berganti. Cobaan
yang dihadapi Yusuf bukan berasal dari seorang perempuan malam atau
bukan pula perempuan penjaja cinta. Tapi cobaan itu datang dari istri yang
memiliki jabatan, cantik, memiliki tipu muslihat. Wanita itu merupakan
majikan nabi Yusuf dan merupakan istri seorang pejabat Mesir. Sedangkan
Yusuf adalah seorang anak kecil yang dibeli dengan harga murah, yaitu
hanya dengan beberapa dirham saja. Beliau tidak mengetahui bahwa dia
memiliki keluarga dan rumah. Dia hanya mengetahui bahwa dirinya
bekerja sebagai pelayan di rumah Aziz. Tugasnya adalah hanya mematuhi
perintah. Apa yang dilakukan pemuda Yusuf dihadapan godaan dan
cobaan itu?"
"Guru! Posisi seperti ini merupakan posisi yang amat sulit, ujian berat
terhadap keimanan Yusuf."
Si guru menjawab, "Memang benar. Ujian ini memang berat. Namun
Yusuf berhasil. Dorongan yang terdapat di dalam istri Aziz kuat menggoda,
demikian pula yang terdapat di dalam diri Yusuf. Namun suara keimanan
di dalam diri Yusuf lebih kuat dari ini semua. Beliau berkata,
tΑ$s%
sŒ$yètΒ
«!$#
(
…絯ΡÎ)
þ’În1u‘
z⎯|¡ômr&
y“#uθ÷WtΒ
(
…絯ΡÎ)
Ÿω
ßxÎ=øãƒ
šχθßϑÎ=≈©à9$#
∩⊄⊂∪
Page 105
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 105
"Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah
memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tiada akan beruntung." (Yusuf (12):23)
Wanita itu terus berusaha, membuat rencana jahat untuk memaksa
nabi Yusuf memenuhi keinginan jahat wanita itu. Dia berkata,
ôMs9$s%
£⎯ä3Ï9≡x‹sù
“Ï%©!$#
©Í_¨ΖçFôϑä9
ϵŠÏù
(
ô‰s)s9uρ
…çµ›?Šuρ≡u‘
⎯tã
⎯ϵšø¯Ρ
zΝ|Á÷ètFó™$$sù
(
⎦È⌡s9uρ
öΝ©9
ö≅yèøtƒ
!$tΒ
…çνããΒ#u™
£⎯uΖyfó¡ãŠs9
$ZΡθä3u‹s9uρ
z⎯ÏiΒ
t⎦⎪ÌÉó≈¢Á9$#
∩⊂⊄∪
"Sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia
tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia
akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang
yang hina." (Yusuf (12):32)
Nabi Yusuf dihadapkan dua pilihan yang dilematis. Jika beliau
menuruti keinginan wanita itu, maka berarti dia melakukan perbuatan
maksiat yang keji, sebuah perbuatan dosa besar. Namun jika beliau
menolak keinginan wanita itu, maka dia akan dipenjara dan menjadi orang
yang hina.
Dengan rasa penasarannya, si murid bertanya, "Apa yang dipilih nabi
Yusuf?"
Si guru menjawab, "Keimanan yang telah dimiliki telah menuntunnya.
Beliau lebih memilih keselamatan agamanya daripada dunianya. Beliau
berdoa sebagaimana yang dikisahkan Al-Qur'an berikut ini,
tΑ$s%
Éb>u‘
ß⎯ôfÅb¡9$#
=ymr&
¥’n<Î)
$£ϑÏΒ
û©Í_tΡθããô‰tƒ
ϵø‹s9Î)
(
ωÎ)uρ
ô∃ÎóÇs?
©Íh_tã
£⎯èδy‰ø‹x.
Ü=ô¹r&
£⎯Íκös9Î)
⎯ä.r&uρ
z⎯ÏiΒ
t⎦⎫Î=Îγ≈pgø:$#
∩⊂⊂∪
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau
hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh." (Yusuf (12):33)
Murid bertanya kembali, "Lalu apa yang terjadi pada diri Yusuf?"
"Muridku, Allah mengabulkan doa nabi-Nya. Allah menjauhkan tipu
daya mereka. Allah menyelamatkan agama nabi-Nya yang memang
merupakan keinginan beliau sendiri. Hanya saja beliau dipenjara dengan
zalim dan mendekam di dalam penjara selama 3 tahun lebih. Perlakuan
zalim ini tidak menyebabkan cahaya hati beliau menjadi padam. Tidak
menyebabkan beliau lupa bahwa dirinya adalah hamba yang beriman dan
pembawa risalah. Di dalam penjara, beliau tetap berdakwah, mengajak
Page 106
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 106
teman-teman sesama penghuni sel untuk mengesakan Allah. Sehingga
mereka meninggalkan penyembahan berhala. Pendek kata, jika terdapat
kesempatan, beliau selalu memanfaatkannya. Seperti ketika dua orang
pemuda bertanya pada beliau mengenai takwil mimpi. Beliau menjelaskan
kepada mereka sebagian berita ghaib yang Allah kabarkan padanya, seperti
yang tercantum di dalam ayat berikut ini,
tΑ$s%
Ÿω
$yϑä3‹Ï?ù'tƒ
×Π$yèsÛ
ÿ⎯ϵÏΡ$s%y—öè?
ωÎ)
$yϑä3è?ù'¬6tΡ
⎯Ï&Î#ƒÍρù'tGÎ/
Ÿ≅ö6s%
βr&
$yϑä3u‹Ï?ù'tƒ
4
$yϑä3Ï9≡sŒ
$£ϑÏΒ
©Í_yϑ¯=tæ
þ’În1u‘
4
’ÎoΤÎ)
àMø.ts?
s'©#ÏΒ
7Θöθs%
ω
tβθãΖÏΒ÷σãƒ
«!$$Î/
Νèδuρ
ÍοtÅzFψ$$Î/
öΝèδ
tβρãÏ≈x.
∩⊂∠∪
àM÷èt7? $#uρ
s'©#ÏΒ
ü“Ï™!$t/#u™
zΟŠÏδ≡tö/Î)
t,≈ysó™Î)uρ
z>θà)÷ètƒuρ
4
$tΒ
šχ%x.
!$uΖs9
βr&
x8Îô³Σ
«!$$Î/
⎯ÏΒ
&™ó©x«
4
šÏ9≡sŒ
⎯ÏΒ
È≅ôÒsù
«!$#
$uΖøŠn=tã
’n?tãuρ
Ĩ$¨Ζ9$#
£⎯Å3≈s9uρ
usYò2r&
Ĩ$¨Ζ9$#
Ÿω
tβρãä3ô±o„
∩⊂∇∪
Ä©t<Ås9|Á≈tƒ
Ç⎯ôfÅb¡9$#
Ò>$t/ö‘r&u™
šχθè%ÌhxtG•Β
îöyz
ÏΘr&
ª!$#
߉Ïn≡uθø9$#
â‘$£γs)ø9$#
∩⊂®∪
$tΒ
tβρ߉ç7÷ès?
⎯ÏΒ
ÿ⎯ϵÏΡρߊ
HωÎ)
[™!$yϑó™r&
!$yδθßϑçGøŠ£ϑy™
óΟçFΡr&
Νà2äτ!$t/#u™uρ
!$¨Β
tΑt“Ρr&
ª!$#
$pκÍ5
⎯ÏΒ
?⎯≈sÜù=ß™
4
ÈβÎ)
ãΝõ3ß⇔ø9$#
ωÎ)
¬!
4
ttΒr&
ωr&
(#ÿρ߉ç7÷ès?
HωÎ)
çν$−ƒÎ)
4
y7Ï9≡sŒ
ß⎦⎪Ïe$!$#
ãΝÍh‹s)ø9$#
£⎯Å3≈s9uρ
usYò2r&
Ĩ$¨Ζ9$#
Ÿω
šχθßϑn=ôètƒ
∩⊆⊃∪
"Yusuf berkata, "Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan
yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat
menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai
kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang
diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah,
sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut
agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya`qub. Tiadalah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari karunia Allah kepada
kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia
itu tidak mensyukuri (Nya). Hai kedua penghuni penjara, manakah
yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang
selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan
nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah
kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
Page 107
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 107
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (Yusuf (12):37-40)
Si murid kembali bertanya, "Apa yang terjadi pada diri Yusuf
selanjutnya?"
"Muridku, akibat bagi orang-orang beriman yang bertakwa selalu tetap.
Ini sudah merupakan sunnatullah. Tidak ada perubahan dalam sunatullah.
Orang-orang membutuhkan beliau seperti orang bodoh membutuhkan
orang alim, pasien membutuhkan dokter. Akhirnya Yusuf dibebaskan.
Namun Yusuf menolak untuk keluar dari penjara sebelum mendapat
jaminan bahwa dirinya telah bebas. Beliau keluar dari penjara dengan
gagahnya.
tΑ$s%uρ
à7Î=yϑø9$#
’ÎΤθçGø$#
ÿ⎯ϵÎ/
çµóÁÎ=÷‚tGó™r&
©Å¤øuΖÏ9
(
$£ϑn=sù
…çµyϑ¯=x.
tΑ$s%
y7¨ΡÎ)
tΠöθu‹ø9$#
$uΖ÷ƒt$s!
î⎦⎫Å3tΒ
×⎦⎫ÏΒr&
∩∈⊆∪
tΑ$s%
©Í_ù=yèô_$#
4’n?tã
È⎦É⎩!#t“yz
ÇÚö‘F{$#
(
’ÎoΤÎ)
îáŠÏym
ÒΟŠÎ=tæ
∩∈∈∪
y7Ï9≡x‹x.uρ
$¨Ψ©3tΒ
y#ß™θã‹Ï9
’Îû
ÇÚö‘F{$#
é&§θt6tGtƒ
$pκ÷]ÏΒ
ß]ø‹ym
â™!$t±o„
4
Ü=ŠÅÁçΡ
$uΖÏFuΗ÷qtÎ/
⎯tΒ
â™!$t±®Σ
(
Ÿωuρ
ßì‹ÅÒçΡ
tô_r&
t⎦⎫ÏΖÅ¡ósßϑø9$#
∩∈∉∪
Dan raja berkata, "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: "Sesungguhnya kamu
(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya pada sisi kami." Yusuf berkata, "Jadikanlah aku
bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga, lagi berpengetahuan." Dan demikianlah Kami
memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa
penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir
itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami
kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik." (Yusuf (12):54-56)
"Kemarin menjadi penghuni penjara, di saat kebebasannya, Yusuf
menjadi orang yang mulia. Beliau menjadi pengatur perkara keuangan dan
perbekalan Mesir di saat paceklik dan kelaparan.
"Muridku, jabatan itu bagi Yusuf merupakan ujian keimanan. Manusia
diuji dengan kenikmatan dan musibah."
"Guru, bagaimana seseorang diuji dengan kenikmatan. Bukankah ujian
itu merupakan siksa?"
"Muridku, apakah engkau tidak pernah mendengar firman Allah ini,
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya)." (Al-Anbiyaa (21):35).”
Page 108
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 108
Sebagian manusia dapat mengendalikan dirinya ketika mendapat
musibah, sehingga mampu bersabar. Namun jika diuji dengan kenikmatan,
mereka akan sombong dan berbuat sewenang-wenang. Namun Yusuf yang
telah menjadi mulia, tidak berubah dengan Yusuf ketika menjadi penghuni
sel."
"Muridku, nabi Yusuf telah menguasai dunia, namun dunia tidak
menguasai beliau. Beliau mengusai kekayaan Mesir, namun kekayaan
Mesir tidak menguasai hatinya. Jika dihadapannya diletakkan makanan,
beliau hanya memakan hanya beberapa potong saja, sekedar dapat
menegakkan tulangnya saja. Beliau tidak makan hingga kenyang. Ketika
ditanya hal itu, beliau menjawab, "Saya takut, jika kenyang saya menjadi
lupa pada kelaparan orang-orang fakir!"
“Wahai muridku, dalam kesempatan lain, kita dapat melihat keimanan
nabi Yusuf yang benar, yaitu ketika beliau memiliki kesempatan untuk
membalas semua perlakuan saudara-saudaranya. Mereka adalah orang-
orang yang dulu pernah berniat membunuh Yusuf. Mereka melempar
Yusuf ke dalam sumur. Kemudian Yusuf dijual oleh serombongan
pedagang dengan harga murah.”
Sekarang saudara-saudaranya ini datang ke Mesir dari Palestina untuk
memohon bantuan dan perbekalan makanan. Pada saat itu, Yusuf bisa saja
membalas perlakuan saudara-saudaranya itu. Namun tidak demikian
kenyataannya. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya itu, seperti
tercantum dalam ayat berikut ini,
tΑ$s%
Ÿω
|=ƒÎøYs?
ãΝä3ø‹n=tæ
tΠöθu‹ø9$#
(
ãÏøótƒ
ª!$#
öΝä3s9
(
uθèδuρ
ãΝymö‘r&
š⎥⎫ÏϑÏm≡§9$#
∩®⊄∪
"Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan
Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di
antara para penyayang." (Yusuf (12):92)
Setelah Yusuf menjabat sebagai mentri dan penguasa, serta senang
dapat bertemu dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya, jiwanya
rindu pada keridhaan Allah dan rindu untuk bertemu dengan Allah.
Baginya tidak ada lagi yang lebih berharga dan kekal dari itu semua.
Keridhaan dan bertemu dengan Allah lebih berharga dari kekuasaan yang
dimilikinya. Oleh karenanya beliau berdoa,
Éb>u‘
ô‰s%
©Í_tF÷s?#u™
z⎯ÏΒ
Å7ù=ßϑø9$#
©Í_tFôϑ¯=tãuρ
⎯ÏΒ
È≅ƒÍρù's?
Ï]ƒÏŠ%tnF{$#
4
tÏÛ$sù
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$#
ÇÚö‘F{$#uρ
|MΡr&
⎯Çc’Í
’Îû
$u‹÷Ρ‘‰9$#
ÍοtÅzFψ$#uρ
(
©Í_©ùuθs?
$VϑÎ=ó¡ãΒ
©Í_ø)Åsø9r&uρ
t⎦⎫ÅsÎ=≈¢Á9$$Î/
∩⊇⊃⊇∪
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan
kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
Page 109
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 109
sebahagian ta`bir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi.
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku
dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang saleh." (Yusuf (12):101)
“Begitulah muridku, salah satu contoh keimanan yang kuat. Di dalam
kisah nabi Yusuf terdapat teladan bagi para pemuda, pelajaran bagi mereka
yang berakal, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
3. Apakah Kita Beriman?
Salah seorang sahabat bertanya pada saya. Dia adalah seorang muslim
yang pandai. Memiliki pengetuan agama yang dalam. Dia bertanya,
“Apakah perkataan orang yang berakal bertentangan dengan
perbuatannya?”
Saya menjawab, “Tidak. Selama dia sadar pada ucapannya dan
mengarahkan perbuatannya sesuai dengan ucapannya. Mengapa engkau
lontarkan pertanyaan ini?”
Dia berkata, “Pertanyaan tadi merupakan pertanyaan pendahuluan
untuk pertanyaan yang lain. Pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku.
Saya berusaha menjadi jawabannya, namun tidak kutemukan. Sekarang
saya berharap dapat menemukannya pada dirimu.”
Saya bertanya, “Apa pertanyaanmu?”
“Bukankah Al-Qur’an kalamullah (firman Allah)?”
“Benar.”
“Bukankah semua yang terjadi di dunia ini merupakan perbuatan
Allah?”
“Benar.”
“Kita tidak pernah melihat kenyataan yang ada di dunia ini
bertentangan dengan yang tersurat di dalam Kitabullah?”
“Benar, tidak pernah terjadi. Katakanlah apa yang engkau maksud.”
Sahabat saya mulai menjelaskan, “Di dalam Al-Qur’an kita membaca
ayat
šχ%x.uρ
$) ym
$oΨø‹n=tã
çóÇnΣ
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
∩⊆∠∪
"Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang
beriman. (Ar-Ruum (30:47)
Namun dalam kenyataan hidup kita melihat orang-orang beriman tidak
berdaya dan lemah. Bukankah engkau juga membaca ayat,
Page 110
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 110
¬!uρ
äο“ Ïèø9$#
⎯Ï&Î!θß™tÏ9uρ
š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑù=Ï9uρ
"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mu'min." (Al-Munafiquun (63):8)
Namun dalam kenyataan kita melihat orang-orang beriman hina dan
diperbudak. Kita juga membaca ayat,
⎯s9uρ
Ÿ≅yèøgs†
ª!$#
t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9
’n?tã
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σçRùQ$#
¸ξ‹Î6y™
∩⊇⊆⊇∪
"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (An-Nisaa'
(4):141)
Namun di sekitar kita, kita melihat orang-orang kafir memiliki berbagai
akses untuk menguasai orang-orang beriman. Selain itu kita juga membaca
ayat
χÎ)
©!$#
ßìÏù≡y‰ãƒ
Ç⎯tã
t⎦⎪Ï%©!$#
(#þθãΖtΒ#u™
3
"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman."
(Al-Hajj (22):38)
y7Ï9≡sŒ
¨βr'Î/
©!$#
’n<öθtΒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΖtΒ#u™
"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung
orang-orang yang beriman." (Muhammad (47):11)
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman." (Al-Anfal
(8):19)
dan ayat-ayat lainnya. Namun kita melihat kekuatan, kedaulatan dan
kemuliaan berada pada tangan orang-orang kafir dan atheis. Sementara itu
kelemahan, keterbelakangan dan kehinaan berada pada orang-orang
beriman. Apa tafsir, takwil atau pengertian dari ini semua?”
Saya menjawab, "Takwilnya adalah sebuah penjelasan mengenai tujuan
ayat-ayat. Pertolongan, kemuliaan, kedaulatan dan dukungan Allah yang
tersurat dalam ayat-ayat di atas merupakan jaminan yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beriman. Jaminan itu tidak diberikan kepada
mereka yang mengaku beriman, tidak diberikan kepada mereka yang
mengaku-ngaku sebagai umat Islam. Sehingga pengertiannya berkaitan
pada hakikat dan bukannya pengakuan."
Sahabat saya kembali bertanya, "Jadi, apakah kita tidak tidak termasuk
orang-orang yang beriman?"
Saya kembali menjelaskan, "Jika keimanan itu mengucapkan dua
kalimat syahadat dan memelihara sebagian syiar Islam, maka kita termasuk
Page 111
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 111
orang-orang beriman. Jika keimanan adalah mewujudkan sifat-sifat orang-
orang beriman yang digambarkan Al-Qur'an, maka antara kita dan
keimanan yang digambarkan di dalam Al-Qur'an terdapat tahapan-
tahapan."
Orang-orang beriman yang dijamin Allah memperoleh pertolongan dan
dukungan, sebagaimana yang terdapat di dalam kitab suci-Nya, memiliki
sifat-sifat yang juga disebutkan di dalam Al-Qur'an. Keyakinan amal salih
serta akhlak mereka menjadi jelas dengan terpenuhinya sifat-sifat tersebut.
Karena sifat-sifat tersebut mereka berhak memperoleh kemuliaan dari
Allah. Oleh karenanya, tidak adil jika kita menyebutkan semua janji Allah
yang terdapat di dalam Al-Qur'an, sementara itu dalam waktu yang
bersamaan kita mencari tafsir mengenai orang-orang beriman di luar Al-
Qur'an."
"Baik, coba tolong jelaskan kepada saya bagaimana pandangan Al-
Qur'an mengenai orang-orang beriman."
Saya menjawab, "Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini,
$yϑ¯ΡÎ)
šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$#
t⎦⎪Ï%©!$#
#sŒÎ)
tÏ.èŒ
ª!$#
ôMn=Å_uρ
öΝåκæ5θè=è%
#sŒÎ)uρ
ôMu‹Î=è?
öΝÍκön=tã
…çµçG≈tƒ#u™
öΝåκøEyŠ#y—
$YΖ≈yϑƒÎ)
4’n?tãuρ
óΟÎγÎn/u‘
tβθè=©.uθtGtƒ
∩⊄∪
š⎥⎪Ï%©!$#
šχθßϑ‹É)ãƒ
nο4θn=¢Á9$#
$£ϑÏΒuρ
öΝßγ≈uΖø%y—u‘
tβθà)ÏΖãƒ
∩⊂∪
y7Íׯ≈s9'ρé&
ãΝèδ
tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#
$y)ym
4
öΝçλ°;
ìM≈y_u‘yŠ
y‰ΨÏã
óΟÎγÎn/u‘
×οtÏøótΒuρ
×−ø—Í‘uρ
ÒΟƒÌŸ2
∩⊆∪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya." (Al-Anfal (8):2-4)
"(Yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya." (Al-Mukminun
(23):2)
tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ
àM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ
öΝßγàÒ÷èt/
â™!$uŠÏ9÷ρr&
<Ù÷èt/
4
šχρâß∆ù'tƒ
Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/
tβöθyγ÷Ζtƒuρ
Ç⎯tã
Ìs3Ζßϑø9$#
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Page 112
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 112
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang
mungkar." (At-Taubah (9):71)
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu." (Al-Hujurat (49):10)
$yϑ¯ΡÎ)
šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$#
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΖtΒ#u™
«!$$Î/
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
§ΝèO
öΝs9
(#θç/$s?ötƒ
(#ρ߉yγ≈y_uρ
öΝÎγÏ9≡uθøΒr'Î/
óΟÎγÅ¡àΡr&uρ
’Îû
È≅‹Î6y™
«!$#
4
y7Íׯ≈s9'ρé&
ãΝèδ
šχθè%ω≈¢Á9$#
∩⊇∈∪
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat
(49):15)
$yϑ¯ΡÎ)
tβ%x.
tΑöθs%
t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
#sŒÎ)
(#þθããߊ
’n<Î)
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
u/ä3ósu‹Ï9
öΝßγoΨ÷t/
βr&
(#θä9θà)tƒ
$uΖ÷èÏϑy™
$uΖ÷èsÛr&uρ
4
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ
ãΝèδ
tβθßsÎ=øßϑø9$#
∩∈⊇∪
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil
kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (An-Nuur
(24):51)
"Perhatikanlah ayat-ayat di atas serta ayat-ayat lainnya. Alangkah
banyaknya ayat-ayat sejenis yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Kemudian
perhatikan fakta ratusan juta orang yang mengaku beragama Islam. Apa
yang engkau saksikan? Engkau akan melihat orang-orang yang melalaikan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu. Hati mereka lalai dari mengingat
Allah. Hubungan mereka dengan Allah terputus.
"Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira
mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah." (Al-Hasyr
(59):14)
Mereka terang-terangan menunjukkan kemungkaran dan
menyembunyikan kebaikan. Bahkan hal yang ma'ruf bagi mereka
merupakan sesuatu yang mungkar. Sebaliknya, hal yang mungkar bagi
mereka merupakan sesuatu yang ma'ruf. Bahkan diantara mereka ada
menjadi penyeru kemungkaran dan melarang orang berbuat ma'ruf."
Coba perhatikan lagi! Diantara 600 juta orang terdapat jutaan orang
yang dirusak oleh kelompok radikal, jutaan orang dirusak oleh kelompok
sesat, jutaan orang dirusak oleh kesewenang-wenangan politik. Jutaan
orang dirusak oleh perang pemikiran, jutaan orang dimuliakan oleh
Page 113
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 113
penjajah komunis dan jutaan orang dibuat bodoh oleh penjajah salib.
Sementara itu jutaan yang lain bermain-main dalam kelalaian."
ìN≡uθøΒr&
çöxî
&™!$uŠômr&
(
$tΒuρ
šχρããèô±o„
tβ$−ƒr&
šχθèWyèö7ãƒ
∩⊄⊇∪
"(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala
itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan
dibangkitkan." (An-Nahl (16):21)
Sahabat saya berkata, "Semua yang engkau katakan benar. Bukankah
kita lebih mendekati pada keimanan yang sesungguhnya bila dibandingkan
dengan Yahudi? Tapi, mengapa mereka menang, sedangkan kita kalah?"55
Saya menjawab, "Orang-orang Yahudi menang, karena mengikuti
sunatullah. Percaya pada sunatullah termasuk bagian penting dari
keimanan. Kita telah mengabaikannya, sedangkan mereka selalu
memperhatikannya. Mereka bangkit, sedangkan kita tidur. Mereka
berpengetahuan, sedangkan kita bodoh. Mereka maju, sedangkan kita
terbelakang. Mereka saling tolong menolong, sedangkan kita saling
menjatuhkan. Mereka mengadakan persiapan untuk esok hari, sedangkan
kita lupa pada kewajiban hari ini. Mereka adalah komunitas yang bekerja
keras memeras keringat dan meneteskan air mata, sedangkan kita hanya
berurai air mata. Jika seperti ini, manakah yang lebih mendekati keimanan
yang sesungguhnya?"
"Sunnatullah yang berkaitan dengan kemajuan dan kemunduran, yang
berkaitan dengan kemenangan dan kekalahan tidak menganak tirikan
seseorang dan tidak juga meng-anak emaskan yang lain. Barangsiapa yang
menempuh jalan untuk mencapai kemenangan, maka dia akan
memperolehnya, walaupun dia seorang Yahudi. Barangsiapa menempuh
jalan menuju kekalahan, maka dia akan mengalami kekalahan, walaupun
dia seorang muslim."
"Apakah perlu saya memberikan contoh padamu? Yaitu peristiwa yang
menimpa kaum muslimin dalam perang Uhud. Mereka melakukan
kesalahan dan harus membayar mahal kesalahan itu. 70 orang sahabat
yang syahid dalam perang itu. Diantara mereka terdapat Hamzah, paman
Rasulullah, Mus'ab bin Umair r.a., Sa'ad bin Rabi' r.a., Anas bin Nadhar r.a.
dan lain sebagainya. Cukuplah Rasulullah Saw sebagai pemimpin mereka
dan para penyembah berhala sebagai musuh mereka."
Peristiwa bersejarah ini diukir dalam Al-Qur'an. Allah berfirman,
55 Di tahun 1948, saya telah menulis kalimat ini sebelum berlangsungnya perang 5 Juni 1967
dalam tahun-tahun yang panjang
Page 114
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 114
!$£ϑs9uρr&
Νä3÷Gu;≈|¹r&
×πt7ŠÅÁ•Β
ô‰s%
Λä⎢ö6|¹r&
$pκön=÷VÏiΒ
÷Λä⎢ù=è%
4’¯Τr&
#x‹≈yδ
(
ö≅è%
uθèδ
ô⎯ÏΒ
ωΨÏã
öΝä3Å¡àΡr&
3
¨βÎ)
©!$#
4’n?tã
Èe≅ä.
&™ó©x«
փωs%
∩⊇∉∈∪
"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan
Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata,
"Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu." (Ali Imran (3):165)
"Apakah engkau, saya berikan contoh yang lainnya?"
"Mari kita baca bersama ayat-ayat berikut ini,
$pκš‰r'¯≈tƒ
t⎦⎪Ï%©!$#
(#θãΨtΒ#u™
(#ρä‹è{
öΝà2u‘õ‹Ïm
(#ρãÏΡ$$sù
BN$t6èO
Íρr&
(#ρãÏΡ$#
$Yè‹Ïϑy_
∩∠⊇∪
"Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah
(ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah
bersama-sama!" (An-Nisaa' (4):71)
(#ρ‘‰Ïãr&uρ
Νßγs9
$¨Β
ΟçF÷èsÜtGó™$#
⎯ÏiΒ
;ο§θè%
∅ÏΒuρ
ÅÞ$t/Íh‘
È≅ø‹y⇐ø9$#
šχθç7Ïδöè?
⎯ϵÎ/
¨ρ߉tã
«!$#
öΝà2¨ρ߉tãuρ
t⎦⎪Ìyz#u™uρ
⎯ÏΒ
óΟÎγÏΡρߊ
Ÿω
ãΝßγtΡθßϑn=÷ès?
ª!$#
öΝßγßϑn=÷ètƒ
4
$tΒuρ
(#θà)ÏΖè?
⎯ÏΒ
&™ó©x«
†Îû
È≅‹Î6y™
«!$#
¤∃uθãƒ
öΝä3ö‹s9Î)
óΟçFΡr&uρ
Ÿω
šχθßϑn=ôàè?
∩∉⊃∪
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah,
musuhmu." (Al-Anfal (8):60)
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan ta`atlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(Al-Anfal (8):45-46)
"Apakah kita telah mengamalkan ayat-ayat di atas? Kita tidak
mengambil dari akarnya, namun kita mengambil secara garis besarnya.
Sehingga kita dikejutkan oleh berbagai rencana zionis international yang
ada dihadapan kita, sedangkan kita dalam keadaan lalai. Kita hanya
mempersiapkan kekuatan berupa senjata perusak yang akan merusak diri
sendiri sebelum sempat meluluh lantakkan sasaran tembak. Demikianlah
Page 115
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 115
kita sendiri tidak mengetahui persenjataan dan kekayaan yang kita miliki.
Sehingga mereka menyerbu kita sekaligus, sebagaimana yang disebutkan
Al-Qur'an56.
"Ketika berhadapan dengan musuh, kita tidak memperteguh hati
sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt terhadap orang-orang beriman.
Kita tidak banyak mengingat Allah, bahkan tidak sedikit pun mengingat
Allah. Kita tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Bahkan kita berangkat
dengan bernyanyi dan berdansa. Kita tidak waspada pada larangan Allah
agar tidak berbantah-bantahan. Sehingga kita gentar dan hilang kekuatan."
"Setelah itu, apakah kita pantas menempatkan diri kita dalam barisan
orang-orang beriman yang dikehendaki Al-Qur'an? Apakah kita pantas
menunggu datangnya janji Allah, padahal kita tidak memenuhi syarat-
syarat-Nya?"
Kita akan dianggap bercanda, jika menuntut pertolongan Allah,
sedangkan kita sendiri tidak menolong Allah. Kita menuntut agar juga
memperoleh balasan orang-orang beriman, namun kita tidak pernah
menghias diri dengan sifat-sifat orang beriman? Jika kita percaya pada
Allah, maka Allah akan membenarkan kita. Saya maksud agar kita menjadi
orang-orang beriman yang sejati. Kita hanya ridha pada Allah semata
sebagai Pencipta, pada Islam saja sebagai sebuah metode, pada Rasulullah
sebagai teladan dan kepada Al-Qur'an sebagai imam. Hendaknya kita
membebaskan diri dari penghambaan kepada selain Allah dalam segala hal.
Baik dalam keyakinan kita, pemikiran, akhlak, tingkah laku, perundang-
undangan dan sistem kehidupan kita.
Dengan keimanan seperti ini saja, kita memperoleh kebahagiaan,
pertolongan dan kemuliaan. Semua ini telah ditetapkan untuk orang-orang
beriman di dunia, disamping keridhaan dan balasan-Nya di akhirat kelak."
Sahabat saya berkata, "Engkau benar. Namun, apakah tidak ada orang-
orang beriman yang shalih?"
Saya menjawab, "Tentu saja ada. Umat ini tidak pernah bersatu dalam
kesesatan. Namun jumlah mereka sedikit. Mereka tersebar seperti debu
berterbangan yang tidak diatur oleh suatu kesepakatan. Banyak dari
mereka yang putus asa melakukan reformasi, sehingga dia melempar
senjatanya dan meninggalkan medan pertempuran atau perang pemikiran
terhadap barat yang kafir. Sebagian yang lain hanya meratap, menangis,
tenggelam dalam kelelahan tanpa melakukan sesuatu yang baik atau
perbuatan positif. Sebagian mereka merasa takut dengan segala hal yang
akan menimpanya di jalan Allah. Mereka menjadi lemah."
Sahabat saya kembali bertanya, "Lalu apa solusinya?"
Saya menjawab, "Solusinya ada pada orang-orang beriman yang
shalih."
56 Dapat dilihat dalam surat An-Nisaa' (4):102) yang artinya, "Orang-orang kafir ingin supaya
kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus."
Page 116
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 116
"Solusinya adalah orang-orang beriman hendaknya menyeru untuk
kembali kepada Islam yang lurus, baik dari segi akidah, syari'at dan akhlak.
Mereka mengingatkan kaumnya seraya memberi kabar gembira dan
memberi peringatan. Hanya dengan Islam, kaum muslimin akan dapat
menang dan memimpin. Hanya dengan Islam mereka dapat bersatu dan
menjadi kuat. Hanya di dalam Islam sajalah –bukan yang lain- mereka
akan memperoleh kemuliaan di dunia dan kebahagian di akhirat. Islam
dapat menyatukan potensi mereka untuk membebaskan umatnya dari
kejumudan masa lalu dan kontaminasi dunia modern. Selain itu
membebaskan umat ini dari kekufuran yang menyerang mereka.
Hendaknya mereka bersemangat untuk mengetahui tabi'at dan tuntutan
zaman mereka serta keadaan masyarakat mereka. Mereka hendaknya
bersemangat untuk mengetahui trend dan permasalahan yang terjadi di
sekeliling mereka. Sehingga mereka dapat menghadapi trend dan segala
permasalahan dengan berdasarkan ucapan para ulama ahli dan bukan akal
para muqallid atau para pelawak. Hendaknya mereka mempersenjatai diri
dengan kesabaran dan keyakinan untuk menghadapi berbagai sarana fisik
yang telah memusnahkan rumah-rumah kaum muslimin. Hendaknya
kaum muslimin memiliki kesabaran dan keyakinan untuk menghadapi
berbagai sarana musuh-musuh Islam yang telah memerangi pemikiran dan
perasaan kaum muslimin. Sampai-sampai seorang da'i besar57 menamakan
dengan istilah "Kemurtadan tanpa adanya Abu Bakar r.a."
Jika mereka dapat bersabar menghadapi panasnya perang yan terjadi
antara mereka dengan kebatilan; lalu mereka juga meyakini kebenaran
ayat-ayat Allah; mereka juga mengutamakan Allah, Rasul-Nya serta jihad di
jalan Allah di atas kecintaan mereka terhadap keluarga, suku, harta dan
tanah air, maka mereka berhak menjadi para pemimpin dan pewaris bumi
ini. Mereka diberi kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang terdapat di
dalam ayat berikut ini,
$oΨù=yèy_uρ
öΝåκ÷]ÏΒ
Zπ£ϑÍ←r&
šχρ߉öκu‰
$tΡÍö∆r'Î/
$£ϑs9
(#ρçy9|¹
(
(#θçΡ%Ÿ2uρ
$uΖÏG≈tƒ$t↔Î/
tβθãΖÏ%θãƒ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah (32):24)
Sahabat saya kembali bertanya, "Jika orang-orang beriman yang salih
ini tidak melakukan kewajiban ini, apa yang akan terjadi?"
Saya menjawab, "Akhir perjalanan dari mengabaikan kewajiban amat
menakutkan. Ayat-ayat Al-Qur'an memberi batasan rambu-rambunya.
Sementara itu ayat-ayat yang lain membiarkan akhir perjalanan sebagai
sesuatu yang tidak diketahui, namun menakutkan. Ayat pertama adalah,
57 Dia adalah ulama besar Abul Hasan Ali Husni An-Nadwi
Page 117
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 117
ωÎ)
(#ρãÏΖs?
öΝà6ö/Éj‹yèãƒ
$¹/#x‹tã
$VϑŠÏ9r&
öΑωö7oKó¡o„uρ
$·Βöθs%
öΝà2uöxî
Ÿωuρ
çνρ”àÒs?
$\↔ø‹x©
3
ª!$#uρ
4’n?tã
Èe≅à2
&™ó_x«
íƒÏ‰s%
∩⊂®∪
"Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan
kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-
Taubah (9):39)
Ayat kedua adalah
ö≅è%
βÎ)
tβ%x.
öΝä.äτ!$t/#u™
öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ
öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ
ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ
óΟä3è?uϱtãuρ
îΑ≡uθøΒr&uρ
$yδθßϑçGøùutIø%$#
×οt≈pgÏBuρ
tβöθt±øƒrB
$yδyŠ$|¡x.
ß⎯Å3≈|¡tΒuρ
!$yγtΡöθ|Êös?
¡=ymr&
Νà6ø‹s9Î)
š∅ÏiΒ
«!$#
⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
7Š$yγÅ_uρ
’Îû
⎯Ï&Î#‹Î7y™
(#θÝÁ−/utIsù
4©®Lym
š†ÎAù'tƒ
ª!$#
⎯ÍνÍö∆r'Î/
3
ª!$#uρ
Ÿω
“ωöκu‰
tΠöθs)ø9$#
š⎥⎫É)Å¡≈xø9$#
∩⊄⊆∪
"Katakanlah, "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-
isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (At-Taubah
(9):24)
4. Tidak Ada Jalan Lain
Sahabat saya nampaknya mulai putus asa dan murka. Dia berkata, “Apa
peduli kita? Kita terbentur dan dipukul keras. Kita tidak akan selamat dari
jurang yang dalamnya seolah tak berujung atau bahkan lebih dalam dari
itu. Hampir saja saya mengira bahwa kelemahan, keterbelakangan dan
kemunduran merupakan sifat asli kita dan bukan sifat yang menyerang
kita. Hampir saja saya mendustai dan tidak mempercayai kemuliaan umat
Islam di masa lalu. Kita tidak ubahnya seperti kerbau yang sedang
menyirami sawah. Dia berangkat, berkeliling dan kembali ke tempat
semula."
Saya bertanya, "Apakah engkau mengetahui apa rahasia hal itu, wahai
sahabatku? Rahasia hal itu adalah kita mengobati berbagai penyakit keji
dengan keterbatasan waktu dan bukan dengan obat-obatan yang manjur.
Oleh karena itu, kita mengatasi permasalahan apapun dengan bentuk yang
Page 118
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 118
lain. Kita menutup satu pintu kejahatan untuk membuka 2 pintu kebaikan
bahkan lebih. Kita mengatasi problem ekonomi dengan anggapan sebagai
permasalahan akhlak. Kita memperhatikan kemajuan dalam bidang materi
dengan memperhatikan kemajuan dalam bidang ruhani. Kita berbuat
untuk melepaskan diri dari partai politik barat, sehingga kita menjadi
mangsa partai politik timur dan berusaha mempertemukan antara timur
dan barat. Sehingga kita mengambil hal yang bermanfaat dari barat dan
bukan yang membahayakan. Kita mengambil hal yang disenangi dan bukan
yang dibenci, yang terpuji dan bukan yang dicela. Oleh karena itu, kita
tidak perlu membedakan antara yang layak atau tidak layak untuk kita.
Tidak perlu membedakan antara pantas dan tidak pantas dengan
melupakan bahwa barat sendiri juga meradang karena luka dalam yang
dideritanya, sehingga hampir saja nyawanya hilang. Barat sendiri juga
menghadapi berbagai permasalahan kemanusiaan yang nyaris saja
peradaban mereka menghancurkan diri mereka sendiri. Berbagai prinsip
bahwa menganggap kebangkitan dan reformasi kita dapat menyelesaikan
permasalahan barat ibarat seseorang yang mengobati penyakit akut/parah
di tingkat awal atau tidak ada bedanya dengan orang yang membayar
hutang lama dengan hutang baru (gali lubang, tutup lubang). Dulu
seorang penyair pernah berkata,
Jika engkau tidak melunaskan hutang dengan hutang, maka
hutang itu tidak akan lunas. Namun itu berarti hutang
Diatasi dengan hutang
Sahabat saya bertanya, "Jika begitu, bagaimana solusinya, bukankah ini
keadaan kita?"
Saya menjawab, "Wahai sahabatku, solusi itu adalah hendaknya kita
memahami hakikat diri. Hendaknya kita memberi batasan tentang
kepribadian kita. Siapa kita sebenarnya dan apa tugas kita di muka bumi.
Kita ingin menjadi siapa. Jika kita ingin menjadi kaum muslimin, maka kita
memperlakukan diri sendiri dan orang lain berdasarkan dasar ini. Kita
mencari obat untuk penyakit kita dari dokter Islam. Jika kita ingin menjadi
kaum muslimin, maka umumkanlah hal itu dengan terang-terangan. Selain
itu, berilah batasan sikap terhadap diri kita dan kepada orang lain
berdasarkan dasar ini pula."
Sahabat saya kembali bertanya, "Apakah kita ada pilihan lain selain
menjadi kaum muslimin? Tidak diragukan lagi, Islam adalah agama kita.
Kita dilahirkan dalam keadaan muslim, hidup sebagai muslim dan akan
tetap hidup sebagai muslim serta akan wafat sebagai muslim.
⎯tΒuρ
ÆtGö;tƒ
uöxî
ÄΝ≈n=ó™M}$#
$YΨƒÏŠ
⎯n=sù
Ÿ≅t6ø)ãƒ
çµ÷ΨÏΒ
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya." (Ali Imran (3):85)
Page 119
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 119
Saya menjawab, "Musibah yang kita hadapi adalah anggapan bahwa
Islam adalah agama pribadi dan agama resmi yang diakui dan terdapat di
dalam UUD negri-negri muslim. Namun kita sendiri tidak ingin menjadi
muslim."
"Kita muslim karena nama kita atau kita dilahirkan dalam keadaan
muslim atau karena sebagian syiar-syaiar Islam telah melekat pada
sebagian kita. Kita muslim secara UU atau batas geografis karena
keberadaan kita di bumi Islam. Namun pada kenyataannya kehidupan kita
tidak Islami. Bahkan terkontaminasi oleh pemikian non Islam, seperti
paham materialis, berhala, pemikiran dan metafisik."
Sahabat saya bertanya kembali, "Apa yang harus kita lakukan agar
menjadi muslim sejati?"
Saya menjawab, "Jika kita mengetahui apa yang dimaksud dengan
Islam, maka akan tahu kekurangan kita agar menjadi muslim sejati. Kita
harus membagi ajaran Islam menjadi 4 cabang,
1. Cabang akidah meliputi keimanan terhadap Allah, para malaikat-
Nya, kitab-kitab suci-Nya, para rasul-Nya dan hari kiamat.
2. Cabang ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, haji membaca Al-
Qur'an, berdoa dan membaca istighfar
3. Cabang akhlak dan nilai-nilai seperti menjaga kehormatan diri;
berbuat adil; berbuat baik; mengasihi; jujur; amanah; pemalu; setia;
berani; dermawan; memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah yang
mungkar; saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa; saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran; memberikan harta
kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; bersabar dalam menghadapi
malapetaka dan kesengsaraan dan akhlak-akhlak lainnya yang
dijelaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Yaitu akhlak Islam, cabang dari
iman dan kemuliaan kebaikan.
4. Cabang sistem dan perundang-undangan. Cabang ini menjadi
rujukan bagi fikih Islam serta menjelaskan makna UU yang
mengatur hubungan manusia, sebagai individu, keluarga, jamaah
dan negara.
"Coba katakan! Apakah kita telah menjaga dan senantiasa menjalankan
ajaran Islam dalam keempat cabangnya. Apakah kita melaksanakan
kesemuanya serta mengatur kehidupan kita berdasarkan ke-empat cabang
itu?" tanyaku.
Sahabat saya menjawab, "Kami mengambil sebagian dan meninggalkan
sebagiannya."
Saya menjawab, "Ajaran Islam yang kita tinggalkan lebih banyak
daripada ajaran Islam yang kita ambil dan terapkan. Kita banyak
mengambil ajaran Islam dari segi kulitnya saja dan meninggalkan intinya.
Kita banyak mengambil bentuk fisik Islam dan melupakan hakikat dari
Page 120
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 120
Islam. Berapa persenkah Islam kita yang tersisa, jika kita mengadopsi
pemikiran, nilai, adab, tradisi, sistem dan UU untuk menggantikan
pemikian, akidah, adab dan sistem Islam?"
Sahabat saya bertanya, "Namun saya dengar Islam selalu dalam keadaan
baik-baik saja."
Saya menjawab, "Memang benar Islam dalam keadaan baik-baik saja.
Islam bersemayam di jiwa mayoritas kaum muslimin. Karena Islam
merupakan bagian pokok eksistensi akal, jiwa dan peradaban mereka.
Mereka meyakini bahwa mereka tidak akan dapat berdiri tegak tanpa
Islam. Mereka tidak memiliki kemuliaan, jika tidak ada Islam. Mereka yakin
bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat hanya akan diperoleh jika
berpegang pada akar Islam yang kuat dan ajarannya yang penuh
keteladanan."
Sahabat saya kembali bertanya, "Jika demikian, bagaimana jika mereka
menyimpang dari Islam, menjauhkannya dan melemparnya ke belakang
punggung mereka. Seolah-olah mereka tidak pernah mengetahuinya??"
Saya menjawab, "Islam tidak pernah meninggalkan pemeluknya. Islam
tidak pernah meninggalkan pengarahan masyarakat Islam tanpa disertai
kehendak dan kesempatan untuk memilih. Padahal mereka memiliki
musuh yang memiliki rencana jahat dan keji"
Sahabat saya bertanya, "Namun musuh dan penjajah yang mengecam
telah membawa tongkatnya dan telah pergi dari negri-negri Islam."
Saya menjawab, "Memang benar. Para tentara dan pasukan musuh
telah meninggalkan negri-negri Islam. Hanya saja pengaruh, berbagai
pemikiran dan kejiwaan, perundang-undangan serta aspek sosial dari
musuh-musuh Islam masih bercokol dan menentang kaum muslimin dan
syari'atnya. Musuh-musuh Islam ini memiliki banyak murid yang telah
menikmati susu budaya kufur, menikmati makanan pemikiran kufur serta
tumbuh dalam asuhan berbagai sekolah kufur. Banyak sekali murid mereka
yang masih tersebar di negri-negri Islam. Bahkan mereka menduduki
posisi-posisi penting. Mereka termasuk para pemegang keputusan,
pemimpin dari segi pemikiran, politik dan manajemen. Mereka hanya
meminta fatwa dalam hal-hal yang berkaitan dengan wudhu, shalat, talak
dan semisalnya. Adapun perkara politik pemerintahan, sistem ekonomi,
sistem sosial, metode pendidikan dan perkara yang berkaitan dengan UU
dan UUD, tidak dibahas oleh Islam. Islam tidak memberi fatwa dalam
perkara-perkara seperti ini, begitulah yang mereka ucapkan. Lebih dari itu
ide/pemikiran materialis yang diadopsi terus berusaha menghapus akidah
Islam dari hati kaum muslimin. Bukan itu saja, ide ini juga berusaha
menghapus pengaruh akidah Islam dari kehidupan kaum muslimin."
Sahabat saya kembali bertanya, "Bagaimana caranya?"
Saya menjawab, "Selalu berbuat dengan ikhlas agar kaum muslimin
kembali ke pangkuan Islam yang benar. Islam dalam pengertian secara
Page 121
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 121
keseluruhan, baik dari segi akidah, syari'at, akhlak dan peradaban yang
sempurna dan unik. Inilah cara satu-satunya dan bukan cara yang lain.
5. Islam: Seruan Untuk Menuntut Ilmu Dan Maju
Saat ini di dunia Islam, banyak sekali kaum muslimin yang menyeru
untuk kembali pada Islam. Islam yang bersih dari berbagai cacat, bersih
dari tambahan, jauh dari penyimpangan dan kekurangan. Seruan itu hanya
mengarah pada Islam semata tidak yang lain. Islam secara keseluruhan,
bukan yang terkotak-kotak. Akidah yang mempunyai ruh tauhid, ibadah
yang mempunyai ruh ikhlas, akhlak yang mempunyai ruh kebaikan,
syari'at yang memiliki ruh keadilan dan peradaban yang memiliki ruh
keseimbangan.
Diantara masyarakat dunia, terdapat orang-orang yang menjadi murka
ketika mendengar seruan itu, hatinya menjadi dengki. Karena mereka tidak
ingin Islam berdaulat, tidak ingin umat Islam memimpin dunia, tidak ingin
kemuliaan Islam kembali lagi berjaya. Mereka itulah musuh-musuh Islam.
Mereka tidak senang umat Islam menjadi kuat, setelah sebelumnya lemah,
tidak senang umat Islam bangkit dari kemundurannya dan tidak senang
umat Islam bersatu kembali.
Jenis seperti ini bukanlah hal yang baru. Mereka hanya menginginkan
kehancuran Islam dan pemeluknya. Benar apa yang diucapkan
Mu'awiyyah, "Saya mampu untuk menyenangkan seluruh manusia, kecuali
mereka yang dengki. Karena orang yang dengki hanya menghendaki
hilangnya nikmat yang diberikan Allah padaku."
Seorang penyair berkata,
Setiap permusuhan bisa diharapkan kemusnahannya
Kecuali permusuhan seseorang kepada kita lantaran dengki
Maha Benar Allah dengan firman berikut ini,
$¨Β
–Šuθtƒ
š⎥⎪Ï%©!$#
(#ρãxx.
ô⎯ÏΒ
È≅÷δr&
É=≈tGÅ3ø9$#
Ÿωuρ
t⎦⎫Ï.Îô³çRùQ$#
βr&
tΑ” t∴ãƒ
Νà6ø‹n=tæ
ô⎯ÏiΒ
9öyz
⎯ÏiΒ
öΝà6În/§‘
3
"Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari
Tuhanmu." (Al-Baqarah (2):105)
Di samping itu terdapat orang-orang yang tidak dengki pada Islam dan
tidak benci pada pemeluknya. Namun mereka takut Islam kembali lagi ke
pentas dunia. Setiap mendengar seruan untuk kembali pada Islam, hati
mereka menjadi kecut, takut. Bahkan tubuh mereka gemetar, karena rasa
takut. Di dalam kepala mereka hanya ada pemikiran yang salah tentang
Islam, sebagai akibat kebodohannya. Kepala mereka penuh dengan
Page 122
DemiKebangkitan Islam _________________________________________________________________________ 122
keraguan dan dihiasi dengan hawa nafsu. Mereka mewarisi pemikiran
Islam di masa-masa keterbelakangan dan kemundurannya. Islam dari segi
akidah digambarkan pada mereka dengan paham Jabariyyah. Ibadah
dijelaskan hanya sebatas ibadah ritual saja. Akhlak digambarkan secara
negatif, pemikiran harus jumud, kehidupan harus statis. Pemahaman di
atas dapat menjadikan kaum muslimin enggan menuntut ilmu, malas
berbuat, tidak ingin maju, menolak ijtihad, membunuh kreatifitas dan
meracuni bangsa-bangsa!
Mereka yang Dengki Terhadap Islam
Sebagian mereka berkata secara terus terang, "Apakah kalian
menginginkan kami untuk menghentikan roda perkembangan, sehingga
kita diam di tempat? "Apakah kalian menginginkan kami untuk
menghentikan laju kereta kemajuan, sehingga kita mundur ke belakang?
Apakah kalian menginginkan kami untuk kembali hal-hal negatif yang
membiarkan berbagai perkara berjalan menuju kehancurannya? Atau
meletakkan beban semua penyimpangan dan kerusakan di atas pundak
mereka yang mampu? Atau melenyapkan semua bentuk perlawanan
terhadap penyimpangan dan penguasa yang diktator dengan mengatas
namakan keridhaan dan kesabaran menghadapi cobaan? Atau
menyebarkan berbagai ungkapan yang menina bobokkan masyarakat,
seperti, 'Berikan kerajaan kepada raja, berikan penciptaan kepada Pencipta
atau Allah meluruskan hamba-hamba-Nya, sekehendak-Nya'?!
Apakah kalian menginginkan agar kami bersama kalian kembali ke
masa-masa para penguasa terdahulu. Jika mereka berbuat baik, maka kita
mengucapkan terima kasih terhadap mereka. Jika mereka berbuat jahat,
maka kita harus bersabar. Kita tidak memiliki hak untuk mengatakan
kepada mereka, "Mengapa atau tidak."
Apakah kalian menginginkan kami yang sedang berada dalam
kenikmatan di abad 21 kembali ke abad 7 M?
Dengan kata lain, Apakah kalian menginginkan kami untuk mundur
kembali sebanyak 14 abad?
Apakah kalian menginginkan kami meninggalkan zaman atom,
komputer, ruang angkasa dan mendarat di bulan untuk kembali ke zaman
unta yang merupakan kapal padang pasir?!
Bebas Tuduhan Bila Tidak Ada Bukti
Mengejutkan sekali, ada sekelompok orang dengan mengatas namakan
ilmiah mengucapkan ungkapan di atas. Mereka merasa bangga dapat
mengatakan demikian. Padahal mereka melegalkan diri mereka untuk
menggunakan tekhnik orator dan tulisan pada saat tuntutan dan tuduhan
tidak berguna bila tidak bukti. Perkara besar atau penting hanya akan ada
nilainya jika disertai dengan bukti-bukti yang pasti dan bukan disertai
Page 123
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 123
dengan berbagai prasangka. Karena persangkaan itu tidak sedikitpun
berguna untuk mencapai kebenaran.
Termasuk hal yang tidak diketahui oleh akal manusia bahwa zaman –
sebagaimana tempat- merupakan ladang berbagai peristiwa atau ladang
perbuatan manusia. Baik perbuatan baik maupun buruk, baik perbuatan
benar maupun keliru. Oleh karena itu, zaman tidak diberi sifat baik atau
buruk, seperti ungkapan zaman yang baik atau zaman yang buruk, kecuali
sebagai perumpamaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama
Balaghah, ketika mereka menyebut tempat tapi dengan maksud keadaan di
tempat itu.
Dari pengertian di atas, tidak pantas perhatian kita diarahkan pada
perbandingan masa lalu, saat ini dan akan datang. Pusat perhatian kita
hanya pada apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi di
saat ini dan apa harapan kita di masa yang akan datang.
Saya tegaskan di sini, Islam itu bukanlah masa lalu. Bukan masa lalu
seperti Fir'aun di Mesir atau orang-orang Babilonia di Irak. Islam adalah
masa lalu, saat ini dan akan datang. Islam adalah kalimat Allah yang kekal
dan sistem Illahi yang abadi. Islam adalah cahaya Allah yang senantiasa
relevan, up to date untuk manusia. Cahaya Islam seperti matahari yang
selalu muncul setiap hari sebagai sesuatu yang baru. Namun Islam dapat
menembus ke masa lalu dengan pandangan yang dalam.
Pemahaman kaum muslimin terhadap Islam dan penerapan mereka
selama beberapa abad, ada yang dapat diambil dan ada yang tidak, sesuai
dengan ukuran obyektif di bawah tuntunan Kitabullah dan Sunnah rasul-
Nya. Dari peninggalan masa lampau ini, kita dapat memilih mana yang
lebih utama. Kita mengambil sesuatu yang bermanfaat memberi petunjuk
perjalanan kita serta meninggalkan sesuatu yang kita pandang merupakan
kekeliruan atau bahkan menyimpang dari jalan yang lurus. Jadi, kita tidak
berpegang teguh mengikuti seseorang selain Rasulullah Saw. Karena
Rasulullah sudah dijamin kema'shumannya oleh Allah. Sedangkan orang-
orang selain beliau atau hidup setelah beliau tidak demikian. Oleh
karenanya ada yang diambil dan ada pula yang tidak, siapapun orangnya.
Orang-orang yang Mencari Pembebasan dari Aib
Oleh karenanya orang yang berakal dan adil tidak boleh mencari-cari
keburukan yang terjadi pada kaum muslimin di masa lalu dan berkata,
"Apakah kalian menginginkan kami kembali seperti ini?"
Pada suatu hari, sebagian orang berkata pada saya, "Apakah engkau
menginginkan kami kembali pada masa seorang amir yang berkata,
'Bertakwalah pada, saya telah memenggal lehernya.'"
Saya menjawab, "Janganlah engkau mengatakan demikian! Tapi
perhatikanlah masa khalifah yang berkata, 'Tidak ada kebaikan di tengah
kalian, jika kalian tidak mengatakannya. Tidak ada kebaikan di tengah kita
jika kita tidak mendengarkan kebaikan!'"
Page 124
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 124
"Mari kita memperhatikan masa pemerintahan Umar ketika beliau
berpidato di atas mimbar, 'Semoga Allah memberi rahmat terhadap orang
yang menunjukkan kesalahansaya.'"
Beliau berkata kepada khalayak ramai, "Barangsiapa diantara kalian
yang melihat penyimpangan yang saya lakukan, maka luruskanlah."
Mari kita perhatikan masa pemerintahan Abu Bakar ketika beliau
berkata, "Jika saya melakukan perbuatan baik, maka bantulah saya. Namun
jika saya berbuat buruk, maka luruskanlah!. Taatlah pada saya, selama saya
taat pada Allah. Tidak ada ketaatan pada saya, jika saya menentang Allah!
Sebagian yang lain berkata, "Apakah kalian menginginkan kami
kembali ke masa Hajjaj yang mengancam rakyat dengan cambuk, cambuk
yang mampu menghanguskan punggung. Dia juga mengancam rakyatnya
dengan pedang yang dapat memenggal leher. Di dalam khutbahnya yang
terkenal, Hajjaj pernah berkata, "Demi Allah, saya akan mencambuk kalian
seperti mencambuk unta. Saya telah melihat banyak kepala yang telah
matang dan sudah waktunya memetiknya. Sedangkan saya adalah
pemiliknya!"
Saya berkata, "Siapakah diantara para da'i Islam yang mendukung
kesewenang-wenangan Hajjaj atau mendukung orang-orang seperti
dirinya. Tidak ada yang mendukungnya. Padahal para da'i itu tidak
merasakan secara langsung kedzaliman Hajjaj. Mereka menilai dari
kesewenang-wenangan dan kediktatoran Hajjaj masa kini?! Padahal Hajjaj
di masa lalu lebih mulia dari para Hajjaj masa kini!"
Mengapa kita tidak mengatakan, "Kami ingin kembali seperti di masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz yang berkata kepada rakyatnya –ketika
diangkat menjadi khalifah-, "Saya hanyalah salah seorang dari kalian.
Hanya saja Allah memberi beban lebih berat dari kalian!"
Kenyataan saat ini, kita mendapatkan para propagandis Sekularisme
menempatkan dirinya sebagai pengacara kekuasaan Hajjaj dan
menuangkan kebencian terhadap Umar bin Abdul Aziz yang dianggap
sebagai imam kelima dari Khulafaur Rasyidin.
Solusi Islam: Menyeru Pada Dialog Ilmiah
Kami menyeru mereka yang ragu pada solusi dari Islam. Kami menyeru
mereka yang takut kembali pada Islam. Kami mengajak mereka untuk
melakukan dialog ilmiah yang terarah. Dialog diantara kami dan mereka.
Artinya dialog dua arah. Setiap pihak memiliki hak untuk mengungkapkan
diri dan mempertahankan sudut pandangnya. Bukan dialog satu arah atau
monolog. Bukan seperti yang mereka lakukan di salah satu harian besar di
beberapa negara Arab. Mereka berbicara mengenai penerapan syari'at
Islam. Mereka dengan bebas dan semaunya menyerang dan memikat para
pembaca. Mereka tidak memberikan kesempatan pihak lain untuk
menanggapi atau menentang pendapat mereka. Hanya sebagian kecil saja,
orang-orang tertentu yang boleh memberikan tanggapan.
Page 125
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 125
Kita tidak akan melakukan seperti yang mereka kerjakan. Kita akan
menyeru mereka, mengajak untuk duduk bersama. Mari kita membahas
pembahasan per-topik dengan pembahasan yang komprehensif dan adil,
jauh dari fanatisme masa lalu dan jauh dari pendewa-dewaan zaman
milenium.
Mari kita menguraikan kandungan ajakan kepada Islam. Apa yang
dimaksud dengan Islam? Apa saja yang dikandung Islam? Apakah Islam
mengajak manusia untuk mundur ke belakang? Atau Islam mengajak
manusia untuk melesat maju ke depan? Apakah Islam mengajak kepada
kebodohan dan keterbelakangan atau mengajak untuk maju dan
berpengetahuan?
Bagi orang yang mengetahui Islam, dia pasti mengetahui bahwa Islam
adalah agama ilmu dan peradaban. Siapa saja yang membaca Al-Qur'an
bahwa Islam menyeru orang-orang berakal. Diantaranya dengan ungkapan
li ulil Albab, li Qaumi ya'qiluun, li qaumi yatafakkarun, ulin Nuha dan ulul
ilmi. Sementara itu, orang-orang kafir diungkapkan dengan laa
yafqahuuna (kaum yang tidak mengetahui), laa ya'qiluuna (kaum yang
tidak berpikir) dan in hum illa kal'an'am bal hum adhallu sabiilaa (mereka
tidak lebih seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi).
Di dunia ini, tidak ada agama seperti Islam yang memiliki keluasan,
keelatisan, berbagai jalan untuk memperoleh kekuatan. Pendek kata, Islam
adalah agama yang dapat membuat kehidupan menjadi baik. Petunjuk
Islam dapat memuliakan manusia kapan saja dan dimana saja, meskipun
masyarakat telah berkembang, berbagai peristiwa telah berganti dan ilmu
pengetahuan serta pemikiran telah berubah.
Pembuat agama ini adalah Pencipta manusia. Sehingga merupakan
suatu yang mustahil, jika Pencipta agama ini menghalangi manusia untuk
bergerak, bebas dan maju. Kecuali jika Pencipta ini tidak mengetahui UU
alam, aturan yang mengatur fitrah manusia atau Dia mengetahui namun
tidak ingin manusia maju dan baik. Maha Tinggi Allah dan Maha Suci
Allah dari semua persangkaan (Karena Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, Maha Baik dan Maha Penyayang).
Agama yang Benar Tidak Menentang Perkembangan
Agama yang benar tidak mungkin menentang perkembangan yang
bermanfaat. Jika sejarah pernah mencatat sebagian agama –lewat tokoh
agamanya- menentang perkembangan, hal itu terjadi karena agama-agama
tersebut bukan merupakan agama Allah yang benar. Agama-agama itu
telah diselewengkan dan dirubah. Keorisinalan dan keagungannya telah
lenyap. Agama-agama tersebut merupakan agama temporal dan Allah tidak
memerintahkan kita untuk menjaga ajarannya.
Contoh yang paling menonjol adalah apa yang dilakukan pihak gereja
di barat. Pihak gereja turut mendukung kebodohan dan menentang ilmu
pengetahuan. Pihak gereja mendukung khurafat menentang pemikiran,
mendukung kerajaan menentang rakyat, mendukung yang kuat menginjak
Page 126
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 126
yang lemah. Namun ketika barat memperoleh cahaya yang pada
hakikatnya berasal dari Islam, sekelompok orang menentang kedzaliman
dan kegelapan. Kelompok pemberontak ini menghukum para pendeta. Para
pendeta ini dicap sebagai kaki tangan penguasa dan pendukung
kedzaliman. Para pemberontak meneriakkan, "Gantunglah raja terakhir
dengan usus pendeta terakhir!!"
Adapun Islam sebagaimana dikehendaki Allah merupakan
risalah/ajaran abadi untuk seluruh umat manusia. Oleh karenanya
janganlah heran, jika ajaran Islam sejak awal telah menghormati akal dan
pemikiran, menentang taklid dan kestatisan berpikir (jumud) dan mengajak
orang untuk menuntut ilmu serta mencari hikmah. Islam mengajak orang
untuk mengajukan bukti, memuji keutamaan ilmu dan orang yang berilmu.
Islam mendorong orang untuk merujuk kepada orang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian. Islam mendorong seseorang untuk gemar
melakukan amal salih dan selalu bergerak serta membenci orang yang
senang berdiam diri.
Sehingga tidaklah aneh, jika kita menemukan dalam Al-Qur'an yang
mengisahkan tentang nabi Adam. Di dalam kisah nabi Adam itu dijelaskan
tentang keutamaan. Ilmu dianggap sebagai keahlian pertama bagi khalifah
Allah di muka bumi. Dengan ilmu, nama Adam dapat mengungguli para
malaikat.
Al-Qur'an mengisahkan kepada kita bagaimana nabi Nuh membuat
kapal laut, bagaimana nabi Dawud melunakkan besi untuk membuat
perisai, bagaimana nabi Sulaiman dapat mengatur jin sekehendaknya.
Al-Qur'an menceritakan tentang perencanaan jangka panjang
perekonomian –selama 14 tahun- pada masa nabi Yusuf.
Al-Qur'an juga menceritakan mengenai pembuatan benteng, pintu
gerbang yang besar, juga tentang manfaat besi bagi militer dan masyarakat
sipil dalam surat Al-Hadid secara khusus.
Kita juga dapat melihat ketika Rasulullah menyetujui hasil pengamatan
dan percobaan dalam urusan kehidupan, walaupun bertentangan dengan
pendapat pribadi beliau. Seperti dalam hal penyerbukan pohon kurma.
Beliau berkata, "Kalian lebih tahu urusan dunia kalian."
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah
mengadakan sensus peta kekuatan kaum muslimin, secara rinci dan bukan
berdasarkan perkiraan. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi buta huruf. Beliau menukar satu tawanan orang musyrik
dengan jasa mengajarkan 10 anak-anak kaum muslimin baca dan tulis.
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi khurafat. Beliau mengumumkan perang terhadap sihir,
perdukunan dan orang-orang yang percaya pada perdukunan. Beliau juga
memerintahkan kaum muslimin untuk berobat, seraya bersabda,
Page 127
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 127
"Berobatlah kalian, wahai hamba-hamba Allah. Allah tidak
menurunkan penyakit, kecuali juga menurunkan obatnya."
Kita juga menemukan riwayat yang menjelaskan tentang Rasulullah
yang memerangi paham Jabariyyah. Beliau menyeru untuk waspada dan
mengambil langkah pencegahan, mengambil langkah-langkah untuk
mencapai tujuan, sebagaimana di dalam sabdanya, "Ikatlah untamu dan
bertawakallah." Beliau ditanya, "Apakah engkau lari dari takdir Allah?"
Beliau menjawab, "Itu termasuk dalam takdir Allah."
Sehingga tidak mengherankan jika suku, kabilah dan negara-negara
yang saling berjauhan menjadi bersatu berada di bawah naungan agama
Islam. Negara itu mewariskan dua negara super power pada saat itu. Para
sahabat Rasulullah membangun sebuah negara berdasarkan dasar dan
penopang yang kuat, yang memadukan antara agama dan dunia.
Peradaban Islam yang tinggi berkembang di bawah kekuasaan Islam.
Peradaban itu mengambil manfaat dari peninggalan generasi Islam
terdahulu. Engkau tidak akan mendapatkan dalam agama Islam sesuatu
yang menghalangi perjalanan peradaban Islam atau menunda kemajuan.
Bahkan engkau akan melihat bahwa Islam merupakan pendorong yang
menggerakkan peradaban Islam untuk meningkatkan usaha dan gerak.
Sehingga tidak aneh bila seorang filusuf sejarah Perancis Gustav Lubon
berkata, "Orang-orang Arab adalah pelopor ilmu dunia. Bagaimana
memadukan kebebasan berpikir dengan tetap menjaga norma-norma
agamanya."
Bagaimana menurut anda? Apakah kita masih perlu mempertanyakan,
"Bagaimana sikap Islam terhadap peradaban dan perkembangan?
Bagaimana sikap Islam terhadap ilmu pengetahuan dan kemajuan zaman?"
6. Perangilah Buta Huruf
Tahukah anda seberapa parah tingkat buta huruf di negri-negri Islam.
Buta huruf di negri-negri Islam mendekati 80%. Menyedihkan sekali. Ya
memang menyedihkan, terlebih lagi seluruh dunia Islam dimasukkan
kategori negara-negara berkembang, suatu ungkapan untuk negara-negara
terbelakang atau biasa juga disebut sebagai dunia ketiga. Bahkan sebagian
daerah yang terdapat di dunia Islam masuk dalam kategori dunia keempat.
Sungguh menghinakan dan ironis sekali, bila kaum muslimin tetap
dalam keadaan buta huruf dan terbelakang, sementara itu agama Islam
merupakan ajaran yang konsern pada pendidikan dan kemajuan. Islam
menyiapkan berbagai sarana fisik, sarana sosial dan iklim yang kondusif
agar kaum muslimin dapat keluar dari kebodohan menuju pengetahuan,
dari keterbelakangan menuju peradaban dan dari kegelapan menuju
cahaya terang benderang.
Islam –sebagaimana kita ketahui-, merupakan agama pertama yang
mengumumkan perang terhadap kebodohan dan buta huruf. Islam
menyeru untuk menuntut ilmu dan mengangkat derajat orang yang
berilmu.
Page 128
DemiKebangkitan Islam _________________________________________________________________________ 128
Rasulullah Saw bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.58"
Surat Al-Qur'an yang pertama turun pada Rasulullah adalah surat yang
membicarakan tentang keutamaan membaca dan menulis, ilmu dan
mengajarkan dengan pena. Allah berfirman,
ù&tø%$#
ÉΟó™$$Î/
y7În/u‘
“Ï%©!$#
t,n=y{
∩⊇∪
t,n=y{
z⎯≈|¡ΣM}$#
ô⎯ÏΒ
@,n=tã
∩⊄∪
ù&tø%$#
y7š/u‘uρ
ãΠtø.F{$#
∩⊂∪
“Ï%©!$#
zΟ¯=tæ
ÉΟn=s)ø9$$Î/
∩⊆∪
zΟ¯=tæ
z⎯≈|¡ΣM}$#
$tΒ
óΟs9
÷Λs>÷ètƒ
∩∈∪
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq (96):1-5)
Surat Al-Qur'an yang kedua dalam sejarah turunnya Al-Qur'an adalah
surat Al-Qalam. Dinamakan demikian, karena Allah bersumpah dengan Al-
Qalam (pena). Dia juga bersumpah dengan ilmu dan hikmah yang ditulis
oleh para penulis. Allah berfirman, " Nun, demi kalam dan apa yang
mereka tulis." (Al-Qalam (68):1) Yang pertama ditulis adalah Al-Qur'an
yang diberi nama oleh Allah dengan sebutan Al-Kitab.
Telah berlaku sunatullah di Al-Qur'an, jika Allah bersumpah atas nama
A misalnya, maka itu berarti A adalah sesuatu yang perlu diperhatikan
lantaran manfaat besar yang dikandungnya. Itu juga berarti agar umat
manusia mau memperhatikannya. Adakah yang lebih agung dari manfaat
"Al-Qalam atau pena". Dengan pena, ilmu dapat tersebar. Dengan pena,
ilmu dapat dikokohkan dan ilmu dapat diwariskan ke beberapa generasi
selanjutnya. Percetakan di saat ini, pada hakikatnya adalah perkembangan
dari pena. Bukankah pena yang telah mengisi dunia dengan ilmu,
pengetahuan, budaya dan peradaban?
Penghargaan terhadap pena di dalam Al-Qur'an dan sumpah Allah atas
nama pena merupakan dorongan bagi kaum muslimin agar menulis
dengan baik. Islam telah memerintahkan kaum muslimin untuk menulis di
beberapa perkara diantaranya adalah menulis hutang,
"Apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (Al-Baqarah (2):282)
58 HR Ibnu Majah dan yang lainnya dari Anas r.a. Di dalam hadits di atas tidak terdapat lafadz
muslimah. Karena yang dimaksud hadits adalah kewajiban atas setiap muslim -baik laki-laki maupun
perempuan-, berdasarkan ijma' ulama. Hadits ini dikategorikan sebagai hadits shahih oleh Al-Hafidz
Suyuthi dan lainnya. Hadits ini juga dinilai sebagai hadits shahih oleh Al-Bani di dalam Takhrij Ahaadits
buku kami (Musykilah Al-Faqri wa Kaifa 'aalajaha Al-Islam) cet. Al-Maktab Islami.
Page 129
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 129
Menuliskan wasiat, sebagaimana terdapat di dalam hadits, "Hak atas
setiap seorang muslim agar tidak terus menerus kecuali wasiatnya ditulis di
sisinya." Sebagaimana terdapat di dalam riwayat Bukhari dan lainnya.
Diriwayatkan dari Nabi Saw, "Hak seorang anak terhadap ayahnya agar
dia diajarkan menulis, berenang dan memanah.59"
Nabi Saw adalah seorang yang ummi, tidak dapat membaca dan
menulis. Beliau tidak saja mendorong kaum muslimin untuk belajar
membaca dan menulis, namun beliau juga berusaha semaksimal mungkin
untuk mencari dan mengatur berbagai sarana praktis dan alat bantu, demi
penyebaran ilmu dan dalam rangka memerangi buta huruf.
Diantara sarana terkenal yang dimanfaatkan Rasulullah adalah ketika
sejumlah orang dari pasukan musyrikin Quraisy menjadi tawanan beliau
Saw. Peristiwa ini terjadi setelah perang Badar usai. Para tawanan ini
memiliki kemampuan yang baik dalam membaca dan menulis, namun
tidak memiliki uang untuk menebus dirinya sendiri. Oleh karenanya,
Rasulullah menetapkan untuk menebus diri sendiri, setiap mereka harus
mengajarkan 10 orang anak-anak kaum muslimin agar mampu membaca
dan menulis.
Di dalam musnadnya, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.,
dia berkata, "Sekelompok tawanan tidak memiliki harta. Oleh karena itu
Rasulullah membuat suatu ketetapan bahwa agar dapat membebaskan diri
dari tawanan beliau, mereka harus mengajarkan anak-anak Anshar untuk
dapat membaca dan menulis. Ini merupakan ketetapan pertama –dalam
sejarah umat Islam- yang dikeluarkan kepala negara untuk memerangi
buta huruf dalam tubuh umat Islam. Bahkan mungkin dalam ketetapan dan
pernyataan pertama dalam sejarah manusia untuk memerangi buta huruf.
Diantara anak-anak Anshar yang memanfaatkan ketetapan ini adalah
seorang pemuda jenius yang bernama Zaid bin Tsabit, dia merupakan
penulis wahyu dan penghimpun Al-Qur'an. Rasulullah menugaskan Zaid
bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Yahudi (Ibrani). Sehingga akhirnya
Zaid dapat membacakan surat-surat yang berasal dari Yahudi dan
ditujukan kepada Rasul dan sebaliknya beliau dapat menuliskan surat
Rasulullah yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi.
Ketika ilmu telah tersebar di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah
mewajibkan kaum muslimin untuk saling membantu dalam hal yang
berkaitan dengan ilmu. Orang yang tahu hendaknya memberitahu orang
yang tidak tahu. Orang yang memiliki kemampuan baca tulis, hendaknya
mengajarkan yang buta huruf.
Di dalam Al-Kabir, Ath-Thabrani meriwayatkan dari Bakir bin Ma'ruf
dari 'Alqamah bin Sa'id bin Abdurrahman bin Abza dari ayahnya dari
kakeknya, dia berkata, "Pada suatu hari, Rasulullah berkhutbah. Kemudian
sekelompok kaum muslimin memuji beliau. Beliau bersabda,
59 HR Ibnu Hibban dari Aisyah di dalam Kitab Ad-Dhu'afa
Page 130
DemiKebangkitan Islam_________________________________________________________________________ 130
"Bagaimana perasaan sekelompok orang yang tidak mengajarkan
fikih, menasehati tetangganya dan tidak pula melarang mereka?
Bagaimana perasaan sekelompok orang yang tidak belajar, meminta
nasehat dari tetangganya? Demi Allah, hendaknya suatu kaum
mengajarkan fikih, menasehati tetangganya, memerintahkan untuk
berbuat ma'ruf dan mencegah mereka berbuat mungkar. Hendaknya
suatu kaum belajar dari tetangganya, minta diajarkan fikih dan
minta dinasehati, jika mereka tidak melakukannya, maka aku akan
menyegerakan sangsi hukum bagi mereka.”
Kemudian Rasulullah turun dari mimbar dan sekelompok orang
bertanya, "Bagaimana menurut engkau ya Rasulullah, siapa mereka?"
Rasulullah menjawab,
"Mereka adalah kaum Asy'ari, kaum yang ahli dalam ilmu fikih.
Mereka memiliki tetangga yang berperangai kasar dan akhlak yang
buruk. Tetangganya itu merupakan penduduk asli suku Miyah dan
Al-Aghrab.”
Berita ini sampai di telinga kaum Asy'ari. Lalu mereka datang
menghampiri Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah!, engkau
menyebutkan sekelompok orang dengan kebaikan dan mengatakan kepada
kami dengan keburukan. Memangnya ada apa dengan kami?" Rasulullah
menjawab,
"Hendaknya suatu kaum mengajarkan tetangganya, memberi
nasehat, memerintahkan untuk melakukan yang ma'ruf dan
mencegah hal yang mungkar. Hendaknya suatu kaum menuntut
ilmu dari tetangganya, meminta nasehat dan meminta diajarkan fikih
atau aku akan menjatuhkan hukuman kepada mereka di dunia ini."
Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah kaum selain kami dapat
juga menjadi pandai? Rasulullah kembali mengulangi sabdanya. Kaum
Asy'ari kembali mengulangi pertanyaannya, " Apakah kaum selain kami
dapat juga menjadi pandai?" Rasulullah kembali mengulangi sabdanya.
Kemudian kaum Asy'ari berkata,
š∅Ïèä9
t⎦⎪Ï%©!$#
(#ρãxŸ2
.⎯ÏΒ
û_Í_t/
Ÿ≅ƒÏ™ℜuó Î)
4’n?tã
Èβ$|¡Ï9
yŠ…ãρ#yŠ
©|¤ŠÏãuρ
Ç⎯ö/$#
zΟtƒötΒ
4
y7Ï9≡sŒ
$yϑÎ/
(#θ|Átã
(#θçΡ%Ÿ2¨ρ
šχρ߉tF÷ètƒ
∩∠∇∪
(#θçΡ$Ÿ2
Ÿω
šχöθyδ$uΖoKtƒ
⎯tã
9x6Ψ•Β
çνθè=yèsù
4
š[ø⁄Î6s9
$tΒ
(#θçΡ$Ÿ2
šχθè=yèøtƒ
∩∠®∪
"Kami telah mengabaikan sunnah, sehingga Dia telah mengabaikan
mereka dari sunnah. Seharusnya mereka saling mengajarkan fikih
dan saling membantu agar semua menjadi cerdas." Kemudian
Rasulullah membaca ayat, " Telah dila`nati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang
demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
Page 131
e-Book dari http://www.Kaunee.com ______________________________________________________________ 131
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar
yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu
mereka perbuat itu." (Al-Maidah (5):78-79)60
Dr. Musthafa As-Siba’i memberi komentar mengenai hadits di atas,
beliau berkata, "Di dalam hadits ini, engkau dapat melihat beberapa hal
yang patut untuk diperhatikan:
1. Rasulullah Saw tidak mengakui kaum yang bodoh berada di sisi
kaum pelajar
2. Orang-orang yang bodoh dan tetap dalam kebodohannya dan kaum
terpelajar menolak untuk mengajarkan orang bodoh maka itu
berarti mereka semua telah menentang perintah Allah dan syari'at-
Nya.
3. Selain itu, juga dianggap sebagai penentangan dan kemungkaran
yang wajib memperoleh laknat dan adzab.
4. Perang dan sanksi hukum diumumkan kepada kedua kelompok di
atas hingga mereka segera mau belajar dan mengajarkan.
5. Mereka diberi kesempatan selama satu tahun penuh untuk
menghilangkan bekas-bekas kebodohan diantara mereka.
6. Hadits ini membicarakan permasalahan yang berkaitan dengan
kaum Asy'ari yang termasuk kalangan ulama dan para tetangga
mereka yang bodoh. Rasulullah menjelaskan hal itu yang ditujukan
untuk kaum muslimin secara umum dan bukan dikhususkan untuk
kaum Asy'ari saja. Dengan alasan, ketika kaum Asy'ari datang
menghampiri Rasulullah, mereka menanyakan beliau tentang
alasan Rasulullah mengkhususkan kecaman kepda mereka saja,
sebagaimana manusia pahami. Kemudian Rasulullah tidak
mengatakan kepada mereka, "Kalianlah yang dimaksud dengan
sabda saya. Bahkan Rasulullah mengulangi sabdanya dalam bentuk
umum yang diulang sebanyak 3 kali tanpa adanya pengkhususan
yang ditujukan kepada kaum Asy'ari. Perkara yang terkandung di
dalam hadits ditujukan untuk kaum muslimin secara umum, bukan
ditujukan pada satu kelompok secara khusus dan bukan pula
berlaku pada masa tertentu saja.
Oleh karena itu, Rasulullah mengumumkan perang pada buta huruf,
14 abad sebelum negara-negara mengumumkannya. Hal ini merupakan
suatu hal yang menakjubkan. Karena pernyataan perang terhadap buta
huruf ini dikeluarkan oleh nabi yang buta huruf di lingkungan masyarakat
yang buta huruf. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi, jika bukan Rasulullah
yang melontarkannya.
60 Sanad hadits di atas tidak menjadi masalah. Lihat tanggapan kami tentang hadits no. 82 dari bab
Al-Muntaqa dalam At-Targhib wat Tarhiib
Aslinya lihat DISINI
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
Labels:
Artikel
Thanks for reading Demi Kebangkitan Islam. Please share...!
0 Komentar untuk "Demi Kebangkitan Islam"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar