Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Manusia secara umum dan peserta didik secara khusus yang memiliki motivasi hidup yang rendah akan memiliki kinerja, produktivitas, kreativitas, dan inovasi yang rendah. Akibatnya mereka akan tertinggal jauh dari teman atau manusia lainnya yang memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalani hidupnya.
Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik. Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif dalam melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan untuk keperluan pembel¬ajaran di kelas, berperilaku produktif dan inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingga tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus asa jika menemukan kesulitan dalam menekuni kariernya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Untuk memahami hakikat motivasi dan permasalahan¬nya, berikut ini akan dibahas tentang pengertian motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus, jenis-jenis motivasi, fungsi motivasi dalam belajar, bentuk-bentuk motivasi belajar di sekolah, dan teori-teori tentang motivasi. Hakikat motivasi dan permasalahannya dalam uraian ini akan dikaji berdasarkan sudut tinjauan penulis dan para pakar psikologi dan para pakar di bidang pendidikan demi untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang komprehensif tentang motivasi.
Drever (Slameto, 1988:60) memberikan pengertian tentang motif atau motivasi sebagai berikut: "Motive is an effective-conative factors which operates in determining the direction of an individual's behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or unconsioust”. Dari pernyataan ini mengandung makna bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, namun untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar. Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri peserta didik dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Jadi motif/ motivasi yang kuat perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik agar mereka dapat aktif, kreatif, dan produktif dalam melakukan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaku¬kan sesuatu (Sardiman, 1990:73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktrivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Manrihu, 1989:31). Dengan mengacu kepada kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Menurut Donald (Sardiman, 1990:73) motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi oleh Donald, maka motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya perasaan afeksi seseorang, dan (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dengan mengetahui tentang pengertian motif atau motivasi secara umum, maka pengertian motivasi belajar ialah daya penggerak yang timbul dari dalam diri individu atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar juga dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang timbul dari dalam diri individu yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar.
Motif atau motivasi yang dimiliki individu dibagi atas beberapa jenis, yaitu jika ditinjau dari sumber motif, maka motif diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu: (1) motif yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik, yaitu motif-motif yang diisyaratkan secara biologis, misalnya dorongan untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan lainnya yang tujuannya untuk memunuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan hidup individu, dan (2) motif yang sifatnya dipelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari materi pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar suatu kedudukan. Ditinjau dari segi relevansi motif dengan tujuan tingkah laku, maka motif dibeda¬kan atas dua jenis, yaitu motif-motif ekstrinsik dan motif-motif intrinsik. Motif ekstrinsik ialah motif yang berfungsi yang karena ada rangsangan dari luar diri individu, sedangkan motif intrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa membutuhkan rangsangan dari luar (la Sulo,1990:32).
Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar dalam menguasai ilmu tanpa menunggu hadiah dari guru dan pihak lainnya. Motivasi intrinsik lahir secara alamiah pada diri individu tanpa dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar karena ingin mendapatkan hadiah dari orangtua atau guru dan karena ingin mengejar status sebagai juara kelas. Jadi kuat lemahnya motivasi yang bersifat ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya suatu penguatan (reinforcement) yang diberikan oleh pihak lain kepada siswa yang belajar.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, memberi-kan hadiah dan hukuman, dan pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. Guru harus dapat menerapkan beberapa cara tersebut pada situasi dan kondisi yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar ekstrinsik peserta didik. Motivasi belajar peserta didik harus dimaksimalisasi dalam setting pendidikan (Russell dan Anus, 1984:306).
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (1990:84). Selain itu, motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Peserta didik yang melakukan aktivitas belajar karena memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Semakin tinggi atau 'intensitas motivasi belajar peserta, maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para guru harus dapat menerapkan proses pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembang¬kan motivasi belajar pada diri peserta didik.
Sardiman (1990 : 91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberikan angka kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (3) menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4) melibatkan ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) memberikan pujian, (8) memberikan hukuman, (9) menumbuhkan hasrat untuk belajar kepada peserta didik, (10) menumbuhkan minat, dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan diterima oleh anak. Para guru di sekolah hendaknya dapat menerapkan beberapa bentuk dan cara tersebut di atas demi untuk mening¬katkan motivasi belajar peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran.
Prayitno (1989:160-162) juga mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar, yaitu (1) memusatkan per¬hatian siswa kepada suatu topik yang akan diajarkan, (2) mengemukakan kepada siswa tentang apa yang perlu dicapai oleh siswa setelah mempelajari mated pelajaran tertentu, (3) mengemukakan tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Pemberian penghargaan, umpan balik hasil penilaian siswa, mendorong rasa ingin tahu siswa, dan penciptaan situasi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa juga merupakan cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik di kelas.
Motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap perilaku peserta didik, sikap guru terhadap karakteristik peserta didik, sikap guru terhadap peserta didik yang berbeda jenis kelamin, sikap guru terhadap peserta didik dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, dan sikap peserta didik terhadap perbedaan prestasi belajar siswa mempengaruhi motivasi belajar siswa (Prayitno, 1989). Selain itu, faktor metode mengajar yang digunakan oleh guru, sifat mated pelajaran, media pengajaran yang digunakan oleh guru, metode penilaian, dan kondisi lingkungan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kepuasaan belajar kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Purkey (1970) berpendapat bahwa setiap siswa akan termo-tivasi secara intrinsik, jika ada kepuasaan dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan belajar. Jika para peserta didik mencapai kepuasan belajar, maka ia akan terdorong untuk berprestasi selanjutnya dan berusaha untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah yang produktif.
Untuk memahami secara mendalam dan luas tentang motivasi, uraian berikut akan mengkaji tentang teori-teori tentang motivasi. Menurut teori kebutuhan tentang motivasi bahwa manusia bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhan¬nya, termasuk kebutuhan untuk belajar. Peserta didik melakukan aktivitas belajar di kelas karena mereka ingin pintar dan berprestasi sebagai suatu kebutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat White tahun 1959 (Prayitno,1989:37) bahwa kebutuhan untuk memiliki kecakapan adalah kebutuhan organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Kecakapan tersebut diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam jangka panjang.
Teori humanistik tentang motivasi menyatakan bahwa siswa sebagai manusia yang memiliki potensi dan keinginan sendiri untuk belajar (Prayitno,1989:49).
Faktor keberartian kurikulum berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa menurut ahli humanistik. Materi-materi ' yang diajarkan kepada siswa hendaklah dirasakan oleh siswa , sebagai suatu yang memuaskan kebutuhan ingin tahu dan minatnya. Oleh karena itu, siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapainya dan aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan teori behavioristik tentang motivasi ber¬anggapan bahwa peranan lingkungan belajar sangat besar dalam memotivasi siswa untuk belajar. Karena itu, lingkungan belajar harus diatur dengan baik dan menarik agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. faktor motivasi dari dalam diri individu dan faktor kurikulum yang berarti merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Para ahli teori humanistik percaya bahwa hanya, ada satu motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri masing-masing individu dan motivasi ini dimiliki oleh individu sepanjang waktu dan di manapun ia berada. Motivasi tampil dalam bentuk perilaku (Purkey, 1970), Menurut kaum humanis (penganut teori humanistik) bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ialah dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan eksplorasi secara pribadi dan memungkinkan mereka menemukan sesuatu yang berarti melalui bekerja (Hamacheck, 1968). Dan yang paling penting menurut kaum humanis ialah menghormati Teori behavioristik juga beranggapan bahwa tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi dari perilaku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka.
Terdapat sejumlah prinsip-prinsip motivasi dari teori behavioristik yang perlu diterapkan oleh guru untuk meningkat¬kan motivasi belajar siswa. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: (1) observasi dan catatlah perilaku siswa, (2) pilihlah penguatan yang tepat, (3) harus bersikap konsisten dalam memberikan tugas dan aturan kerja kepada siswa, (4) terapkan prinsip pembentukan perilaku, (5) berikan model perilaku yang anda ingin dikerjakan oleh siswa, dan (6) jadikan kelas dan sekolah sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa dalam melakukan aktivitas belajar (Prayitno, 1989:54-55). Prinsip-prinsip tersebut harus diterapkan oleh guru secara konsisten dan berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkat¬kan motivasi belajar peserta didik.
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini
Cari makalah lainnya tentang:
makalah management, makalah manajemen, makalah statistik, makalah pendidikan beasiswa, makalah narkoba, makalah pendidikan, artikel, berita, bisnis online, cerita rakyat, download, kisah nabi, kisah nabi, makalah, rpp, skripsi, tugas, makalah, skripsi, tesis, judul skripsi, pascasarjana, fisika, kimia, biologi, bahasa indonesia, sejarah, agama, IPS, IPA, ekonomi, gudang makalah, download makalah, makalah bahasa indonesia, makalah sejarah, makalah agama, makalah ekonomi, makalah fisika, makalah kimia, makalah biologi, download skripsi, penelitian tindakan kelas, Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits, Ilmu Kalam, Ushul Fiqh, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Alamiah Dasar, Psikologi Umum, Ilmu Pendidikan, Sosiologi, Pendidikan, Adat Budaya Jambi, Bahasa Indonesia, Ilmu Pendidikan Islam, Ilmu Tasawuf, Psikologi Perkembangan, Ushul Fiqh II, Materi Aqidah Akhlak, Materi Qur'an Hadits, Materi Fiqh I, Materi SKI, Bahasa Arab II, Bahasa Inggris II, Qiratul Qur'an, Khat Imla', Civic Education, Ilmu Pendidikan Islam II, Psikologi Pendidikan, Bahasa Arab III, Bahasa Inggris III, Media Sumber Belajar, Metode & Strategi Pembelajaran, Bimbingan Konseling, Materi Aqidah Akhlak II, Materi Fiqh II, Materi Qur'an Hadits, Adm & Supervisi Pendidikan, Psikologi Belajar, Perkembangan PSB, Perkembangan Kurikulum PAI, Metode Penelitian I, Statistiik Pendidikan, Tafsir Ayat Tarbawi I, Materi Fiqh III, Materi Aqidah , khlak, Materi. Al-Qur'an Hadits III, Bahasa Arab IV, Sejarah Peradaban Islam, Tafsir Ayat Tarbawi III, Kapita Selekta Pend. Islam, Hadits Tarbawi I, Maslailul Fiqh I, Filsafat Pendidikan, Statistik Pendidikan, Desain Pembelajaran, Evaluasi Proses Hasil Belajar, Metode Penelitian
.
Guru dan peserta didik sebagai bagian dari manusia pada umumnya harus memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar bagi guru dan dalam belajar bagi peserta didik. Guru yang memiliki motivasi mengajar yang tinggi ditandai dengan beberapa karakteristik perilaku, yaitu rajin mengajar di kelas, bergairah dalam mengajar, aktif dan kreatif dalam melakukan pembaruan dalam bidang pendidikan untuk keperluan pembel¬ajaran di kelas, berperilaku produktif dan inovatif dalam mengajar, dan beretos kerja tinggi sehingga tidak mengenal lelah dalam mengajar dan mudah putus asa jika menemukan kesulitan dalam menekuni kariernya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.
Untuk memahami hakikat motivasi dan permasalahan¬nya, berikut ini akan dibahas tentang pengertian motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus, jenis-jenis motivasi, fungsi motivasi dalam belajar, bentuk-bentuk motivasi belajar di sekolah, dan teori-teori tentang motivasi. Hakikat motivasi dan permasalahannya dalam uraian ini akan dikaji berdasarkan sudut tinjauan penulis dan para pakar psikologi dan para pakar di bidang pendidikan demi untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang komprehensif tentang motivasi.
Drever (Slameto, 1988:60) memberikan pengertian tentang motif atau motivasi sebagai berikut: "Motive is an effective-conative factors which operates in determining the direction of an individual's behavior towards an end or goal, consioustly apprehended or unconsioust”. Dari pernyataan ini mengandung makna bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, namun untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
Dalam proses pembelajaran di kelas harus diperhatikan tentang apa yang mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dengan kata lain apa yang membuat peserta didik memiliki motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas belajar. Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri peserta didik dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Jadi motif/ motivasi yang kuat perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik agar mereka dapat aktif, kreatif, dan produktif dalam melakukan aktivitas belajar.
Motif/motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melaku¬kan sesuatu (Sardiman, 1990:73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktrivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Manrihu, 1989:31). Dengan mengacu kepada kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.
Menurut Donald (Sardiman, 1990:73) motivasi ialah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi oleh Donald, maka motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya perasaan afeksi seseorang, dan (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dengan mengetahui tentang pengertian motif atau motivasi secara umum, maka pengertian motivasi belajar ialah daya penggerak yang timbul dari dalam diri individu atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar juga dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang timbul dari dalam diri individu yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar.
Motif atau motivasi yang dimiliki individu dibagi atas beberapa jenis, yaitu jika ditinjau dari sumber motif, maka motif diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu: (1) motif yang sifatnya bawaan atau kebutuhan organik, yaitu motif-motif yang diisyaratkan secara biologis, misalnya dorongan untuk makan, minum, dan berbagai kegiatan lainnya yang tujuannya untuk memunuhi kebutuhan hidup dalam mempertahankan hidup individu, dan (2) motif yang sifatnya dipelajari, misalnya dorongan untuk mempelajari materi pelajaran tertentu dan dorongan untuk mengejar suatu kedudukan. Ditinjau dari segi relevansi motif dengan tujuan tingkah laku, maka motif dibeda¬kan atas dua jenis, yaitu motif-motif ekstrinsik dan motif-motif intrinsik. Motif ekstrinsik ialah motif yang berfungsi yang karena ada rangsangan dari luar diri individu, sedangkan motif intrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa membutuhkan rangsangan dari luar (la Sulo,1990:32).
Peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar dalam menguasai ilmu tanpa menunggu hadiah dari guru dan pihak lainnya. Motivasi intrinsik lahir secara alamiah pada diri individu tanpa dipengaruhi oleh pengaruh dari luar. Sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar akan berusaha keras untuk belajar karena ingin mendapatkan hadiah dari orangtua atau guru dan karena ingin mengejar status sebagai juara kelas. Jadi kuat lemahnya motivasi yang bersifat ekstrinsik sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya suatu penguatan (reinforcement) yang diberikan oleh pihak lain kepada siswa yang belajar.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menimbulkan motivasi belajar ekstrinsik, yaitu memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, memberi-kan hadiah dan hukuman, dan pemberitahuan tentang kemajuan belajar peserta didik kepada peserta didik. Guru harus dapat menerapkan beberapa cara tersebut pada situasi dan kondisi yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar ekstrinsik peserta didik. Motivasi belajar peserta didik harus dimaksimalisasi dalam setting pendidikan (Russell dan Anus, 1984:306).
Motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (1990:84). Selain itu, motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Peserta didik yang melakukan aktivitas belajar karena memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan hasil belajar yang baik. Semakin tinggi atau 'intensitas motivasi belajar peserta, maka akan semakin tinggi kualitas proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Oleh karena itu, para guru harus dapat menerapkan proses pembelajaran di kelas yang dapat menumbuhkembang¬kan motivasi belajar pada diri peserta didik.
Sardiman (1990 : 91-94) mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: (1) memberikan angka kepada peserta didik, (2) memberikan hadiah, (3) menciptakan situasi kompetisi di kelas, (4) melibatkan ego peserta didik, (5) memberikan ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) memberikan pujian, (8) memberikan hukuman, (9) menumbuhkan hasrat untuk belajar kepada peserta didik, (10) menumbuhkan minat, dan (11) merumuskan tujuan belajar yang diakui dan diterima oleh anak. Para guru di sekolah hendaknya dapat menerapkan beberapa bentuk dan cara tersebut di atas demi untuk mening¬katkan motivasi belajar peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran.
Prayitno (1989:160-162) juga mengemukakan bahwa ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam memotivasi siswa dalam belajar, yaitu (1) memusatkan per¬hatian siswa kepada suatu topik yang akan diajarkan, (2) mengemukakan kepada siswa tentang apa yang perlu dicapai oleh siswa setelah mempelajari mated pelajaran tertentu, (3) mengemukakan tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui proses pembelajaran. Pemberian penghargaan, umpan balik hasil penilaian siswa, mendorong rasa ingin tahu siswa, dan penciptaan situasi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa juga merupakan cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik di kelas.
Motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap perilaku peserta didik, sikap guru terhadap karakteristik peserta didik, sikap guru terhadap peserta didik yang berbeda jenis kelamin, sikap guru terhadap peserta didik dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, dan sikap peserta didik terhadap perbedaan prestasi belajar siswa mempengaruhi motivasi belajar siswa (Prayitno, 1989). Selain itu, faktor metode mengajar yang digunakan oleh guru, sifat mated pelajaran, media pengajaran yang digunakan oleh guru, metode penilaian, dan kondisi lingkungan belajar juga berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kepuasaan belajar kepada peserta didik untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Purkey (1970) berpendapat bahwa setiap siswa akan termo-tivasi secara intrinsik, jika ada kepuasaan dalam dirinya dalam menghadapi berbagai permasalahan di lingkungan belajar. Jika para peserta didik mencapai kepuasan belajar, maka ia akan terdorong untuk berprestasi selanjutnya dan berusaha untuk mengontrol dan mengarahkan perilakunya ke arah yang produktif.
Untuk memahami secara mendalam dan luas tentang motivasi, uraian berikut akan mengkaji tentang teori-teori tentang motivasi. Menurut teori kebutuhan tentang motivasi bahwa manusia bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhan¬nya, termasuk kebutuhan untuk belajar. Peserta didik melakukan aktivitas belajar di kelas karena mereka ingin pintar dan berprestasi sebagai suatu kebutuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat White tahun 1959 (Prayitno,1989:37) bahwa kebutuhan untuk memiliki kecakapan adalah kebutuhan organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Kecakapan tersebut diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam jangka panjang.
Teori humanistik tentang motivasi menyatakan bahwa siswa sebagai manusia yang memiliki potensi dan keinginan sendiri untuk belajar (Prayitno,1989:49).
Faktor keberartian kurikulum berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa menurut ahli humanistik. Materi-materi ' yang diajarkan kepada siswa hendaklah dirasakan oleh siswa , sebagai suatu yang memuaskan kebutuhan ingin tahu dan minatnya. Oleh karena itu, siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri, maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang akan dicapainya dan aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan teori behavioristik tentang motivasi ber¬anggapan bahwa peranan lingkungan belajar sangat besar dalam memotivasi siswa untuk belajar. Karena itu, lingkungan belajar harus diatur dengan baik dan menarik agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. faktor motivasi dari dalam diri individu dan faktor kurikulum yang berarti merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Para ahli teori humanistik percaya bahwa hanya, ada satu motivasi, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri masing-masing individu dan motivasi ini dimiliki oleh individu sepanjang waktu dan di manapun ia berada. Motivasi tampil dalam bentuk perilaku (Purkey, 1970), Menurut kaum humanis (penganut teori humanistik) bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ialah dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan eksplorasi secara pribadi dan memungkinkan mereka menemukan sesuatu yang berarti melalui bekerja (Hamacheck, 1968). Dan yang paling penting menurut kaum humanis ialah menghormati Teori behavioristik juga beranggapan bahwa tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi dari perilaku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka.
Terdapat sejumlah prinsip-prinsip motivasi dari teori behavioristik yang perlu diterapkan oleh guru untuk meningkat¬kan motivasi belajar siswa. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: (1) observasi dan catatlah perilaku siswa, (2) pilihlah penguatan yang tepat, (3) harus bersikap konsisten dalam memberikan tugas dan aturan kerja kepada siswa, (4) terapkan prinsip pembentukan perilaku, (5) berikan model perilaku yang anda ingin dikerjakan oleh siswa, dan (6) jadikan kelas dan sekolah sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa dalam melakukan aktivitas belajar (Prayitno, 1989:54-55). Prinsip-prinsip tersebut harus diterapkan oleh guru secara konsisten dan berkelanjutan sebagai upaya untuk meningkat¬kan motivasi belajar peserta didik.
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini
Cari makalah lainnya tentang:
makalah management, makalah manajemen, makalah statistik, makalah pendidikan beasiswa, makalah narkoba, makalah pendidikan, artikel, berita, bisnis online, cerita rakyat, download, kisah nabi, kisah nabi, makalah, rpp, skripsi, tugas, makalah, skripsi, tesis, judul skripsi, pascasarjana, fisika, kimia, biologi, bahasa indonesia, sejarah, agama, IPS, IPA, ekonomi, gudang makalah, download makalah, makalah bahasa indonesia, makalah sejarah, makalah agama, makalah ekonomi, makalah fisika, makalah kimia, makalah biologi, download skripsi, penelitian tindakan kelas, Ulumul Qur'an, Ulumul Hadits, Ilmu Kalam, Ushul Fiqh, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Ilmu Alamiah Dasar, Psikologi Umum, Ilmu Pendidikan, Sosiologi, Pendidikan, Adat Budaya Jambi, Bahasa Indonesia, Ilmu Pendidikan Islam, Ilmu Tasawuf, Psikologi Perkembangan, Ushul Fiqh II, Materi Aqidah Akhlak, Materi Qur'an Hadits, Materi Fiqh I, Materi SKI, Bahasa Arab II, Bahasa Inggris II, Qiratul Qur'an, Khat Imla', Civic Education, Ilmu Pendidikan Islam II, Psikologi Pendidikan, Bahasa Arab III, Bahasa Inggris III, Media Sumber Belajar, Metode & Strategi Pembelajaran, Bimbingan Konseling, Materi Aqidah Akhlak II, Materi Fiqh II, Materi Qur'an Hadits, Adm & Supervisi Pendidikan, Psikologi Belajar, Perkembangan PSB, Perkembangan Kurikulum PAI, Metode Penelitian I, Statistiik Pendidikan, Tafsir Ayat Tarbawi I, Materi Fiqh III, Materi Aqidah , khlak, Materi. Al-Qur'an Hadits III, Bahasa Arab IV, Sejarah Peradaban Islam, Tafsir Ayat Tarbawi III, Kapita Selekta Pend. Islam, Hadits Tarbawi I, Maslailul Fiqh I, Filsafat Pendidikan, Statistik Pendidikan, Desain Pembelajaran, Evaluasi Proses Hasil Belajar, Metode Penelitian
.
Labels:
Makalah
Thanks for reading Motivasi Belajar. Please share...!
0 Komentar untuk "Motivasi Belajar"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar