A. Pengertian Mengajar
Pada bab terdahulu telah dikemukakan tentang pengertian belajar, yaitu perubahan perlaku sebagai hasil dari kegiatan belajar. Namun pada pembahasan ini, masalah belajar tidak lagi dijelaskan secara rinci, melainkan hanya pengertian mengajar dan mendidik dan permasalahannya yang dikaji dalam bab VII ini. Pengertian mengajar pada hakekatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 1990:47). Kalau aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sedangkan aktivitas mengajar dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas.
Mengajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer IPTEKS kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Pengertian belajar menurut definisi ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekadar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Karena itu pengajarannya bersifat berpusat kepada guru, jadi gurulah yang memegang posi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan pengetahuan, agar peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru, pengajaran yang seperti ini disebut pengajaran yang intelektualistis.
Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan-lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar juga dapat diartikan secara luas, yaitu upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara maksimal dan optimal, baik jasmani dan rohani. Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.
B. Perbedaan Antara Mengajar dan Mendidik
Mengajar lebih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS yang dimiliki oleh guru kepada peserta didik agar peserta mengetahui, memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar mereka menjadi manusia yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik.
Mendidik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, kegiatan mendidik merupakan kegiatan yang berupaya membina sikap mental, pribadi, dan akhlak anak didik. Jadi kata mendidik mengandung arti yang lebih luas ketimbang dengan kata mengajar, karena aktivitas mengajar merupakan bagian integral dari aktivitas mendidik.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Mengajar dan Mendidik dan Permasalahannya
Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar; terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa ada faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar di kelas atau di tempat lain dapat berlangsung dengan baik. Namun, pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrumen pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan sebagainya (Arief, 1989).
Kesemua faktor-faktor di luar faktor guru dan peserta didik tersebut berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya. Faktor media pembelajaran misalnya, berkontribusi dalam membantu guru untuk memvisualisasi atau mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada peserta didik. Bahan pelajaran akan lebih mudah diketahui, dipahami, dan dikuasai jika selain aspek auditif (pendengaran) peserta didik dilibatkan, aspek visual (penglihatan) peserta juga perlu dilibatkan karena hampir semua objek di dunia ini dapat diketahui oleh individu berkat bantuan alat visual atau mata sebagai alat penglihatan utama bagi manusia untuk menangkap pesan dan kesan terhadap objek atau materi pelajaran yang dipelajari.
Faktor instrumen atau peralatan pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, apalagi di laboratorium. Peralatan pembelajaran berupa mikroskop merupakan alat utama bagi proses pembelajaran di laboratorium untuk materi pembelajaran biologi, ilmu-ilmu kedokteran dan keperawatan, ilmu-ilmu pertanian, peternakan, farmasi, dan berbagai ilmu lainnya yang berbasis IPA. Selain mikroskop sebagai instrumen pembelajaran yang berkontribusi besar terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar, OHP (Overhead Projector), slide, papan tulis (putih dan hitam), infocus (LCD), dan lainnya juga memegang peranan yang besar dalam membantu guru dan peserta didik dalam menyukseskan proses dan hasil pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di berbagai tempat lainnya.
Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah atau lembaga pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar dalam membantu memfasilitasi guru dan peserta didik di kelas atau di tempat belajar lainnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Sebagai contoh sekalipun pihak guru dan peserta didik telah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, namun tidak tersedia fasilitas belajar yang memadai di kelas atau di tempat belajar lainnya yang memadai sesuai dengan kebutuhan, maka interaksi belajar mengajar kurang dapat berlangsung maksimal dan optimal, misalnya di kelas tidak tersedia kursi dan meja belajar dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, maka akan dapat mengganggu kelancaran interaksi belajar mengajar di kelas, karena peserta didik yang tidak mendapatkan kursi dan meja belajar akan dapat mengganggu teman kelasnya dalam belajar.
Infrastruktur suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang kurang memadai dan memenuhi syarat, juga mempengaruhi interaksi belajar mengajar di suatu sekolah. Jika suatu sekolah telah memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran tetapi tidak tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan diskusi, ceramah dan kerja kelompok, ceramah dan pemberian tugas, ceramah, dan eksperimen (Moedjiono dan Dimyati, 1992). Sedangkan pendekatan pembelajaran modern yang dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan materi pelajaran di kelas ialah pendekatan keterampilan proses, pendekatan konstruktivistik, pendekatan pembelajaran koperatif, pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), dan lainnya.
Sistem manajemen sekolah juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas. Suatu sekolah yang menerapkan manajemen terbuka dan transparans akan lebih berpeluang sukses dalam mengelola sistem pembelajaran secara profesional melalui interaksi belajar mengajar di kelas ketimbang dengan sekolah yang menerapkan manajemen tertutup. Bahkan Fattah (2000) menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah yang diterapkan oleh suatu sekolah merupakan strategi pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah.
Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran juga menentukan interaksi belajar mengajar di kelas. Guru yang menerapkan sistem evaluasi dengan pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dan penilaian yang menekankan pada proses dan hasil dengan menggunakan format penilaian fortopolio berbasis konstruktivistik akan meningkatkan intensitas interaksi belajar mengajar di kelas karena para peserta didik dituntut oleh suatu target belajar dan target kelulusan yang telah ditetapkan oleh guru. Selain itu, guru akan memotivasi maksimal dan optimal para peserta didik untuk belajar keras dan intensif, karena penilaian ditekankan kepada proses dan hasil pembelajaran.
Kesemua faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya yang telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan oleh para calon guru dan para guru serta peserta didik. Pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya oleh para calon guru, para guru, dan peserta didik akan dapat menumbuh kembangkan minat dan motivasi bagi para guru dan peserta didik dalam melaksanakan interaks belajar mengajar di kelas. Interaksi belajar mengajar yang sukses di kelas akan mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas secara mikro dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat lembaga pendidikan, serta kualitas pendidikan secara makro (regional dan nasional).
Interaksi Belajar Mengajar di Kelas
Pada bab terdahulu telah dikemukakan tentang pengertian belajar, yaitu perubahan perlaku sebagai hasil dari kegiatan belajar. Namun pada pembahasan ini, masalah belajar tidak lagi dijelaskan secara rinci, melainkan hanya pengertian mengajar dan mendidik dan permasalahannya yang dikaji dalam bab VII ini. Pengertian mengajar pada hakekatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 1990:47). Kalau aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sedangkan aktivitas mengajar dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas.
Mengajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer IPTEKS kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Pengertian belajar menurut definisi ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekadar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Karena itu pengajarannya bersifat berpusat kepada guru, jadi gurulah yang memegang posi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan pengetahuan, agar peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru, pengajaran yang seperti ini disebut pengajaran yang intelektualistis.
Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan-lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar juga dapat diartikan secara luas, yaitu upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara maksimal dan optimal, baik jasmani dan rohani. Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.
B. Perbedaan Antara Mengajar dan Mendidik
Mengajar lebih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS yang dimiliki oleh guru kepada peserta didik agar peserta mengetahui, memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar mereka menjadi manusia yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik.
Mendidik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, kegiatan mendidik merupakan kegiatan yang berupaya membina sikap mental, pribadi, dan akhlak anak didik. Jadi kata mendidik mengandung arti yang lebih luas ketimbang dengan kata mengajar, karena aktivitas mengajar merupakan bagian integral dari aktivitas mendidik.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Mengajar dan Mendidik dan Permasalahannya
Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar; terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa ada faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar di kelas atau di tempat lain dapat berlangsung dengan baik. Namun, pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrumen pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan sebagainya (Arief, 1989).
Kesemua faktor-faktor di luar faktor guru dan peserta didik tersebut berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya. Faktor media pembelajaran misalnya, berkontribusi dalam membantu guru untuk memvisualisasi atau mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada peserta didik. Bahan pelajaran akan lebih mudah diketahui, dipahami, dan dikuasai jika selain aspek auditif (pendengaran) peserta didik dilibatkan, aspek visual (penglihatan) peserta juga perlu dilibatkan karena hampir semua objek di dunia ini dapat diketahui oleh individu berkat bantuan alat visual atau mata sebagai alat penglihatan utama bagi manusia untuk menangkap pesan dan kesan terhadap objek atau materi pelajaran yang dipelajari.
Faktor instrumen atau peralatan pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, apalagi di laboratorium. Peralatan pembelajaran berupa mikroskop merupakan alat utama bagi proses pembelajaran di laboratorium untuk materi pembelajaran biologi, ilmu-ilmu kedokteran dan keperawatan, ilmu-ilmu pertanian, peternakan, farmasi, dan berbagai ilmu lainnya yang berbasis IPA. Selain mikroskop sebagai instrumen pembelajaran yang berkontribusi besar terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar, OHP (Overhead Projector), slide, papan tulis (putih dan hitam), infocus (LCD), dan lainnya juga memegang peranan yang besar dalam membantu guru dan peserta didik dalam menyukseskan proses dan hasil pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di berbagai tempat lainnya.
Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah atau lembaga pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar dalam membantu memfasilitasi guru dan peserta didik di kelas atau di tempat belajar lainnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Sebagai contoh sekalipun pihak guru dan peserta didik telah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, namun tidak tersedia fasilitas belajar yang memadai di kelas atau di tempat belajar lainnya yang memadai sesuai dengan kebutuhan, maka interaksi belajar mengajar kurang dapat berlangsung maksimal dan optimal, misalnya di kelas tidak tersedia kursi dan meja belajar dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, maka akan dapat mengganggu kelancaran interaksi belajar mengajar di kelas, karena peserta didik yang tidak mendapatkan kursi dan meja belajar akan dapat mengganggu teman kelasnya dalam belajar.
Infrastruktur suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang kurang memadai dan memenuhi syarat, juga mempengaruhi interaksi belajar mengajar di suatu sekolah. Jika suatu sekolah telah memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran tetapi tidak tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan diskusi, ceramah dan kerja kelompok, ceramah dan pemberian tugas, ceramah, dan eksperimen (Moedjiono dan Dimyati, 1992). Sedangkan pendekatan pembelajaran modern yang dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan materi pelajaran di kelas ialah pendekatan keterampilan proses, pendekatan konstruktivistik, pendekatan pembelajaran koperatif, pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), dan lainnya.
Sistem manajemen sekolah juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas. Suatu sekolah yang menerapkan manajemen terbuka dan transparans akan lebih berpeluang sukses dalam mengelola sistem pembelajaran secara profesional melalui interaksi belajar mengajar di kelas ketimbang dengan sekolah yang menerapkan manajemen tertutup. Bahkan Fattah (2000) menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah yang diterapkan oleh suatu sekolah merupakan strategi pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah.
Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran juga menentukan interaksi belajar mengajar di kelas. Guru yang menerapkan sistem evaluasi dengan pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dan penilaian yang menekankan pada proses dan hasil dengan menggunakan format penilaian fortopolio berbasis konstruktivistik akan meningkatkan intensitas interaksi belajar mengajar di kelas karena para peserta didik dituntut oleh suatu target belajar dan target kelulusan yang telah ditetapkan oleh guru. Selain itu, guru akan memotivasi maksimal dan optimal para peserta didik untuk belajar keras dan intensif, karena penilaian ditekankan kepada proses dan hasil pembelajaran.
Kesemua faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya yang telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan oleh para calon guru dan para guru serta peserta didik. Pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya oleh para calon guru, para guru, dan peserta didik akan dapat menumbuh kembangkan minat dan motivasi bagi para guru dan peserta didik dalam melaksanakan interaks belajar mengajar di kelas. Interaksi belajar mengajar yang sukses di kelas akan mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas secara mikro dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat lembaga pendidikan, serta kualitas pendidikan secara makro (regional dan nasional).
Interaksi Belajar Mengajar di Kelas
Labels:
Makalah
Thanks for reading INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS DAN PERMASALAHANNYA. Please share...!
0 Komentar untuk "INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS DAN PERMASALAHANNYA"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar