Troni Si Anak Beruang
Troni seekor anak beruang yang lucu dan gagah. Namun tampak wajahnya sedang sedih. Ia merasa sekarang orang tuanya sudah tak menyayanginya lagi.
Hari ini, Troni hanya diberi makan sedikit oleh orang tuanya. Ia tak tahu bahwa orang tuanya sedang mengajarinya untuk mandiri. Selama ini Troni hanya bermain saja, ia tak mau mencoba mencari makan sendiri.
Suatu hari, Troni bangun dari tidurnya dan tidak melihat orang tuanya. Ia kaget sekali, dicarinya kesana-kemari dengan panik. Namun ia tak dapat menemukan kedua orang tuanya.
Setelah lelah mencari ia beristirahat di sebuah gua. Tanpa diketahuinya, ternyata di dalam gua tersebut ada seekor ular. Troni menoleh ke belakang karena merasa ada sesuatu yang bergerak.
Melihat ada binatang lain langsung meloncat dengan gugup. Ular yang ganas itu mendekati Troni dan bersikap untuk menyerang. Dalam keadaan terpojok, Troni mengayunkan cakarnya sembarangan.
Troni panik, ia mengayunkan cakarnya secepat mungkin. Ia tak tahu apakah serangannya akan berhasil mengusir ular itu. Tanpa disangka cakaran Troni melukai mata ular tersebut.
Ular itu tampaknya kesakitan. Dengan cepat ia melarikan diri. Troni juga tak kalah takutnya, ia keluar gua dengan terbirit-birit. Troni lari menuju hutan di sebelah selatan gua tersebut.
Hutan tersebut masih sangat asing bagi Troni. Nafasnya terengah-engah karena ia berlari sekuat-kuat tenaga. Akhirnya ia berhenti di tepi sebuah sungai.
Ia bersandar pada sebatang pohon. Tubuhnya lemas karena kelelahan dan lapar. Tenggorokannya kering kerena kehausan.
Perlahan-lahan ia berjalan mendekati sungai. Dihirupnya air sungai yang jernih itu, ia merasa lebih segar. Tetapi sekarang perutnya sudah melilit karena sangat lapar.
Biasanya orang tuanya mencari makan di sungai yang banyak ikannya. Troni mencoba berjalan ke air yang lebih dalam. Ia melihat banyak ikan yang berenang-renang di dalamnya.
Troni mengejar ikan-ikan itu, namun semuanya berlarian. Dicobanya lagi dengan mengandalkan kecepatan gigi dan cakarnya. Sampai akhirnya Troni berhasil menggigit seekor ikan yang cukup besar.
Perlahan-lahan ia menuju ke sungai. Troni sangat girang, dibawanya ikan tersebut ke tempat yang kering. Dengan lahap Troni memakan ikan yang berhasil diperolehnya dengan susah payah.
Hari mulai gelap, Troni sangat rindu dengan kedua orang tuanya. Namun ia tak tahu jalan untuk kembali. Akhirnya Troni tertidur di bawah pohon karena kelelahan.
Pagi-pagi benar Troni terbangun dengan badan yang sudah segar. Ia mulai menangkap ikan lagi, kali ini ia sudah lebih cekatan menangkap ikan. Dalam waktu yang singkat Troni sudah berhasil menangkap ikan yang gemuk.
Saat naik ke tempat kering, orang tuanya Troni sudah menanti. Mereka tampak gembira karena Troni sudah dapat mencari makan sendiri. Dengan bangga Troni memperlihatkan ikan yang baru saja ditangkapnya.
Troni seekor anak beruang yang lucu dan gagah. Namun tampak wajahnya sedang sedih. Ia merasa sekarang orang tuanya sudah tak menyayanginya lagi.
Hari ini, Troni hanya diberi makan sedikit oleh orang tuanya. Ia tak tahu bahwa orang tuanya sedang mengajarinya untuk mandiri. Selama ini Troni hanya bermain saja, ia tak mau mencoba mencari makan sendiri.
Suatu hari, Troni bangun dari tidurnya dan tidak melihat orang tuanya. Ia kaget sekali, dicarinya kesana-kemari dengan panik. Namun ia tak dapat menemukan kedua orang tuanya.
Setelah lelah mencari ia beristirahat di sebuah gua. Tanpa diketahuinya, ternyata di dalam gua tersebut ada seekor ular. Troni menoleh ke belakang karena merasa ada sesuatu yang bergerak.
Melihat ada binatang lain langsung meloncat dengan gugup. Ular yang ganas itu mendekati Troni dan bersikap untuk menyerang. Dalam keadaan terpojok, Troni mengayunkan cakarnya sembarangan.
Troni panik, ia mengayunkan cakarnya secepat mungkin. Ia tak tahu apakah serangannya akan berhasil mengusir ular itu. Tanpa disangka cakaran Troni melukai mata ular tersebut.
Ular itu tampaknya kesakitan. Dengan cepat ia melarikan diri. Troni juga tak kalah takutnya, ia keluar gua dengan terbirit-birit. Troni lari menuju hutan di sebelah selatan gua tersebut.
Hutan tersebut masih sangat asing bagi Troni. Nafasnya terengah-engah karena ia berlari sekuat-kuat tenaga. Akhirnya ia berhenti di tepi sebuah sungai.
Ia bersandar pada sebatang pohon. Tubuhnya lemas karena kelelahan dan lapar. Tenggorokannya kering kerena kehausan.
Perlahan-lahan ia berjalan mendekati sungai. Dihirupnya air sungai yang jernih itu, ia merasa lebih segar. Tetapi sekarang perutnya sudah melilit karena sangat lapar.
Biasanya orang tuanya mencari makan di sungai yang banyak ikannya. Troni mencoba berjalan ke air yang lebih dalam. Ia melihat banyak ikan yang berenang-renang di dalamnya.
Troni mengejar ikan-ikan itu, namun semuanya berlarian. Dicobanya lagi dengan mengandalkan kecepatan gigi dan cakarnya. Sampai akhirnya Troni berhasil menggigit seekor ikan yang cukup besar.
Perlahan-lahan ia menuju ke sungai. Troni sangat girang, dibawanya ikan tersebut ke tempat yang kering. Dengan lahap Troni memakan ikan yang berhasil diperolehnya dengan susah payah.
Hari mulai gelap, Troni sangat rindu dengan kedua orang tuanya. Namun ia tak tahu jalan untuk kembali. Akhirnya Troni tertidur di bawah pohon karena kelelahan.
Pagi-pagi benar Troni terbangun dengan badan yang sudah segar. Ia mulai menangkap ikan lagi, kali ini ia sudah lebih cekatan menangkap ikan. Dalam waktu yang singkat Troni sudah berhasil menangkap ikan yang gemuk.
Saat naik ke tempat kering, orang tuanya Troni sudah menanti. Mereka tampak gembira karena Troni sudah dapat mencari makan sendiri. Dengan bangga Troni memperlihatkan ikan yang baru saja ditangkapnya.
Labels:
Cerita
Thanks for reading Troni Si Anak Beruang. Please share...!
0 Komentar untuk "Troni Si Anak Beruang"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar