Belajar Tuntas
Murid Pandai dan Murid Bodoh
Tiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu sudah menerima, berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sama pandainya. Seperempat atau sepertiga akan termasuk golongan anak pandai, sepertiga sampai setengah termasuk golongan golongan sedang, dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.
Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak.
Hasil mengajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan, karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang diajarkan. Guru yang baik harus meninggalkan dan menanggalkan kurva normal sebagai ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar. Meninggalkan patokan itu akan membuka jalan baru untuk ke arah prestasi yang lebih tinggi yang mendorong guru untu mencari macam-macam usaha-usaha untuk membantu murid secara individual.
Murid-murid berbeda secara individual dalam caranya belajar. Perbedaan individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
Belajar Tuntas
Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepebuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh.
Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Murid yang sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di samping teguran, kejaman, dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya.
Menurut penelitian, bila semua anak-anak yang bermacam-macam bakatnya diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda menurut bakat mereka. Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang studi. Maka korelasi antara bakat dengan tingkat keberhasilan anak dalam pelajaran dapat melenyapkan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguasaan Penuh
1. Bakat untuk mempelajari sesuatu
Bakat, misalnya inteligensi, mempengaruhi prestasi belajar. Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah. Pendirian serupa ini membebaskan guru dari segala tanggung jawab atas prestasi yang rendah oleh sebab bakat itu dibawa lahir dan diturunkan dari nenek moyang, yang tak dapat diubah oleh guru.
John Carrol mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia mengandung bakat sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi apa pun hingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup di samping syarat-syarat lain. Da kemungkinan seorang murid menguasainya dalam beberapa tahun, namun tingkat penguasaannya dapat sama. Yang menjadi persoalan di sini adalah, apakah seseorang rela untyk mengorbankan waktu yang begitu banyak agar mencapai tingkat penguasaan tertentu.
2. Mutu Pengajaran
Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya masing-masing sekalipun ia berada dalam kelompok. Caranya belajar lain dari orang lain untuk menguasai bahan tertentu. Itu sebabnya setiap anak memerlukan bantuan individual. Tidak ada satu metode tersendiri yang sesuai bagi semua anak. Tiap anak memerlukan metode tersendiri yang sesuai baginya.
Usaha-Usaha Dalam Pengajaran Individual
Macam-Macam Cara
Macam-macam usaha yang telah dijalankan untuk memenuhi perbedaan individual dalam proses belajar mengajar, antara lain: belajar berprograma (programmed instruction), belajar dengan bantuan komputer (computer-assisted instruction and management), sistem perolehan informasi (information retrivel systems), dan bentuk pengajaran individual lainnya.
Sistem individual itu kebanyakan mempunyai ciri yang sama, yakni perhatian akan perbedaan individual di kalangan para pelajar dan usaha untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan itu, dengan (1) lebih mengutamakan proses belajar dari pada mengajar, (2) merumuskan tujuan yang jelas, (3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid, (4) menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi, dan (5) memberi kesempatan kepada murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing.
Pengajaran Berprograman
Ada dua macam PB yakni (1) program linier (Skinner) yang mengharuskan murid melalui semua langkah dari awal sampai akhir, (2) program bercabang (Crowder), yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk melampaui bagian-bagian yang telah dikuasainya dan membimbing mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk melakukan latihan tertentu.
Pengajaran Dengan Bantuan Komputer
- Menyimpan bahan pelajaran yang dapat dimanfaatkan kapan saja diperlukan.
- Memberi informasi tentang berbagai referensi dan sumber-sumber serta alat audio-visual yang tersedia.
- Memberi informasi tentang ruangan belajar, murid-murid dan tenaga pengajar.
- Memberi informasi tentang hasil belajar murid.
- Menyarankan kegiatan-kegiatan belajar yang diperlukan oleh seorang murid serta menilai kembali pekerjaan murid pada waktunya serta memberi tugas-tugas baru untuk dikerjakan selanjutnya.
Komputer untuk manajemen pengajaran
Komputer digunakan sekaligus oleh sejumlah besar pelajar, masing-masing dengan tugas tersendiri, maju menurut kecepatan masing-masing, pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik yang berbeda-beda.
Pendekatan audio-tutorial
Pendekatan ini juga berdasarkan belajar secara individual. Anak-anak dapat belajar menurut kecepatan masing-masing degan bahan pelajaran yang tidak uniform dengan yang lain dan memungkinkan perdalaman bagi individu menurut tujuan masing-masing.
Inti pendekatan ini adalah belajar sendiri oleh murid dalam booth, semacam bilik yang kecil (audio-tutorial booth atau self-instruction learning carrel), yang dilengkapi dengan audio-tape yang mengarahkan siswa kepada berbagai kegiatan-kegiatan belajar, alat audio-visual, mungkin juga eksperimen yang harus dilakukan. Melakukan berbagai percobaan, atau melihat film. Kamar belajar ini biasanya terbuka hampir sepanjang hari, sehingga dapat digunakan oleh siswa menurut waktu yang sesuai dengan jadwal masing-masing. Disamping alat dan bahan audio itu selalu sedia seorang tenaga pengajar untuk memberikan bantuan sebagai tutor.
Pengajaran Modul
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiri telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif, untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul.
Keuntungan-keuntungan pengajaran modul ini antara lain:
a. Memberikan feedback atau balikan yang segera dan terus-menerus. Balikan ini perlu bagi murid agar ia mengetahui beberapa banyak dan hingga mana ia telah menguasai bahan pelajaran, dan bagi guru untuk mengetahui hingga manakah sebenarnya efektivitas modul itu.
b. Dapat disesuaikan dengan kemampuan anak secara individual dengan memberikan keluwesan tentang kecepatan mempelajarinya, bentuk maupun bahan pelajara.
c. Memberikan secara khusus pelajaran ramedial untuk membantu anak dalam mengatasi kekurangannya. Berkat penilaian yang kontinu maka kekurangan-kekurangan segera dapat ditemukan. Yang diulangi hanya bagian-bagian yang belum di kuasainya dan tidak perlu seluruh pelajaran itu, yang tentu akan banyak menghamburkan waktu dan tenaga murid, selain memupuk rasa kejengkelan pada murid itu.
d. Membuka kemungkinan untuk melakukan test formatif. Pelajaran yang tradisional, misalnya dalam bentuk buku pelajaran, memberikan bahan pelajaran yang banyak serta panjang, dan baru dinilai pada akhir pelajaran itu. Sering pula pertanyaan dan tugas-tugas serupa itu tidak dilaksanakan, sehingga tidak ada feedback untuk mengetahui kekurangan murid dan memperbaikinya sambil mengembangkan pengetahuan anak selanjutnya secara bertahap. Pengajaran modul memberikan bahan yang sedikit sekaligus dan langsung diberi penilaian.
Minicourses
Minicourses sebenarnya tak dapat dibedakan dari modul. Seperti modul, minicourses ini merupakan kesatuan bulat yang lengkap, yang disusun untuk dipelajari secara individual. Minicourses dapat disusun berbagai macam tujuan, seperti tentanga “Metode pelajaran berprograma,” “Bermain Peranan,” dan lain-lain untuk tiap bidang studi atau topik.
Sistem Kontrak
Dasar sistem ini ialah bahwa angka-angka merupakan motivasi utama bagi murid untuk belajar. Murid-murid biasanya hanya belajar bila menghadapi test, ulangan atau ujian.
Sistem Keller
Sistem Keller termasuk Personalized System of Instruction atau sistem pengajaran individual. Prinsip dasar bagi bentuk pengajaran ini ialah kita harus mengetahui persis:
1. Apa yang ingin kita ajarkan kepada murid.
2. Bilamana ia telah menguasainya.
3. Apa yang telah diketahui murid tentang bahan yang akan diberikan.
4. Apa yang masih harus dipelajari oleh murid.
Untuk itu harus ada
1. Alat yang menentukan bahan yang sesuai dengan taraf perkembangan murid.
2. Pre-test yang diberikan sebelum memulai suatu satuan pelajaran.
3. Post-test untuk mengetahui tingkat penguasaan murid.
4. Test berdasarkan kurikulum untuk mengukur kemajuan murid.
Menentukan taraf kemampuan permulaan siswa disangsikan bahwa tiap siswa memang mendapat tugas yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Hanya memberi kesempatan belajar sendiri menurut kecepatan masing-masing, akan tetapi itu pun harus dibatasi demi efektivitas metode ini.
Proses Belajar-Mengajar Menurut Pilihan Siswa
Pendekatan yang berbeda dengan apa yang telah dikemukakan di atas ialah penyediaan berbagai kemungkinan metode belajar seperti metode kuliah, diskusi, kelompok kecil, seminar, belajar sendiri, kuliah dan diskusi, atau kombinasi antara dua metode. Kepada murid-murid diberi kesempatan untuk memilih metode yang tradisional, ada yang modern, ada metode lain atau kombinasi dua metode, dan sebagainya.
Menurut hasil percobaan dengan memberikan pilihan kepada siswa atas metode yang paling serasi bagi mereka, ternyata:
1. Semangat belajar dalam tiap metode belajar tinggi, mungkin karena sendiri memilihnya dan karena pilihan itu memang sesuai dengan pribadi mereka.
2. Siswa yang belajar dalam kelompok kecil mencapai angka yang paling tinggi pada test berbentuk essay yang diberikan secara tiba-tiba tanpa diberitahukan lebih dahulu.
3. Evaluasi sendiri dan oleh teman lebih banyak terdapat dikalangan mereka yang belajar dalam kelompok kecil
4. Tidak terdapat perbedaan hasil test akhir murid-murid yang mengikuti metode belajar yang berbdeda-beda menurut pilihan masing-masing.
Jadi hasil belajar tidak ditentukan oleh metode belajar yang digunakan. Maka karena itu, mengatakan bahwa satu metode lebih baik daripada metode lainnya, sukar dipertahankan, bila tidak turut dipertimbangkan pribadi dan keinginan murid-murid sendiri. Metode apa pun mungkin baik, asal sesuai dengan pribadi dan keinginan murid.
Peranan Siswa
Menurut pengamatan, sering murid lebih mampu mengajar temannya sekelas daripada guru karena telah menyelami kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid lainnya. Guru dapat belajar dari murid tentang cara-cara mengatasi keslitan belajar.
Belajar Bebas
Psiko-terapi Sebagai Dasar Belajar
Carl R. Rogers seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara pendidik yang perlu mendapatkan perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Namun Carl R. Rogers tak dapat menerima manusia itu sebagai hasil conditioning semata-mata. Sekalipun seorang dipenjarakan atau hidup dalam negara yang diktatorial, namun manusia masih mempunyai suatu kebebasan, yaitu kebebasan batin.
Teori Rogers Dalam Pendidikan
Teori Rogers ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh, manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.
Syarat-Syarat Untuk Belajar Bebas
Belajar bebas berbeda sama sekali dengan belajar yang “terikat” oleh peraturan dan pengawasan yang ketat. Belajar yang “terikat” jauh lebih mudah dilaksanakan dan dapat dilakukan oleh setiap guru karena banyak sedikit dapat dijalankan secara maksimal.
a. Adanya Masalah
Syarat pertama ialah adanya suatu masalah yang menarik dan bermakna bagi murid.
b. Kepercayaan Akan Kesanggupan Manusia
Syarat ini mengenai diri guru, karena cara belajar ini hanya mungkin berdasarkan keyakinan penuh dari pihak guru akan kemampuan murid untuk berbuat yang baik, untuk belajar sendiri, untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Keterbukaan Guru
Dengan ini dimaksid bahwa guru itu jangan berkedok dan menutupi kepribadiannya yang sesungguhnya.
d. Menghadapi Murid
Guru harus menerima murid menurut pribadi masing-masing, dab dapat menghargai sifat-sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik.
Empathy (empati)
Seperti telah dikemukakan empathy adalah kemampuan untuk memandang sesuatu dari segi pandangan orang lain.
Menyediakan Sumber-Sumber
Guru dengan cara belajar berdasarkan kebebasan bukan lah guru yang menyampaikan pelajaran akan tetapi yang menyediakan sebanyak mungkin sumber-sumber yang dapat digunakan oleh murid-murid untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajarinya.
Larangan Bagi Guru
Tugas guru adalah menciptakan suasana dan fasilitas yang sebaik-baiknya agar belajar bebas ini dapat dilaksanakan.
Proses Belajar Bebas
Belajar bebas berarti belajar untuk menjadi bebas, manusia merdeka yang turut menentukan arah hidupnya serta pribadinya, bebas memilih dengan bertanggung jawab penuh atas pilihannya itu.
Proses mencapai kebebasan itu melalui fase-fase tertentu yakni:
a. Frustasi pada taraf permulaan
b. Inisiatif dan kerja individual
c. Keakraban pribadi
d. Perubahan individual
e. Pengaruh atas pengajar
Gaya Belajar
Penelitian tentang metode mengajar yang paling sesuai ternyata semuanya gagal, karena setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa:
1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Gaya Belajar
Untuk mempertinggi efektivitas proses belajar-mengajar perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yakni,
1. Gaya kognitif siswa
2. Gaya respons siswa terhadap stimulus
3. Model belajar.
Impulsif-Reflektif
Tipe orang yang impusif atau refleksif dapat diselidiki dengan test antara lain dengan memperlihatkan suatu gambar, misalnya bentuk geometris, disain rumah, mobil dan sebagainya.
Preseptif-Reseptif; Sistematis-Intuitif
Precept artinya aturan. Orang yang preseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyering informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan di antaranya.
Sistemtias-Intuitif
Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan.
Orang yan Intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi secara sistematis.
Model-Model Gaya Respons
1. Mahasiswa penurut
Mahasiswa ini termasuk mahasiswa yang “baik” karena mengikuti apa yang disuruh lakukan, patuh kepada aturan, tunduk kepada otoritas, menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan, memandang guru sebagai orang yang memberikan pujian dan penghargaan.
2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat bergantung kepada guru untuk membantu mereka dalam pelajaran.
3. Mahasiswa yang patah semangat
Mereka ini tidak puas dengan dirinya. Dalam dirinya berbaur rasa-harga diri dengan rasa-bersalah dan kemuraman.
4. Mahasiswa yang dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat inteligen mereka percaya akan dirinya, merasa dirinya aman.
5. Mahasiswa “pahlawan”
Mereka ini senantiasa terlibat dalam tiap “pemberontakan” dalam universitas.
6. Mahasiswa “penembak tersembunyi”
Seperti mahasiswa “pahlawan” mereka ini mempunyai jiwa pemberontak, akan tetapi perlawanan mereka ttidak diperlihatkannya dengan nyata.
7. Mahasiswa penarik perhatian
Mereka ini sangat berorientasi pada hubungan sosial.
8. Mahasiswa pendiam
Sebagian besar dari mahasiswa termasuk golongan ini. Mereka ini merasa dirinya tak mampu dan tak berkuasa.
Model Grasha – Riechmann
1. Mahasiswa berdikari
2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
3. Mahasiswa yang kooperatif
4. Mahasiswa yang suka bersaing, yang kompetatif
5. Mahasiswa yang suka berpartisipasi
6. Mahasiswa yang mengelakkan pelajaran
Model Stern
1. Authoritarians
2. Anti-authoritarians
3. Rationals
Impelementasi Gaya Belajar Sebagai Inovasi Pendidikan.
- Bagaimanakah gaya belajar dapat dimanfaatkan oleh siswa sendiri.
- Bagaimanakah guru dapat memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar.
Cognitive Style Mapping (CSM)
CSM ini dikembangkan oleh Joseph E. Hill, Michigan dan bertujuan untuk “memetakan” gaya kognitif atau gaya belajar seseorang dalam usaha untuk mengembangkan suatu educational science atau ilmu kependidikan, yang didasarkannya atas prinsip, bahwa pendidikan itu adalah suatu proses untuk mencari makna, bahwa manusia itu suatu makhluk sosial yang mempunyai kemampuan yang unik untuk menemukan makna dari lingkungan dan pengalaman pribadinya dengan menciptakan dan menggunakan lambang-lambang.
Model Kolb
Model ini juga didasarkan atas psikologi Jung. Menurut model ini belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap.
1. Individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit
2. Kemudian ia mengembangkan onservasinya dan memikirkan atau merefleksikannya.
3. Dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi
4. Implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikannya sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.
Manfaat Gaya-Belajar Murid Bagi Guru
Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya-mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga murid-murid semuanya dapat memperoleh cara yang efektif baginya.
Penggunaan Gaya Belajar Oleh Keseluruhan Lembaga
Memanfaatkan gaya belajar siswa bagi seluruh lembaga pendidikan sekolah atau universitas, jauh lebih sukar dan kompleks dari pada pelaksanaannya oleh seorang guru dalam kelasnya dalam bidang studi yang diajarkannya.
Berbagai Masalah Yang Dihadapi
- Bagaimana mengadakan perencanaan mengenai proses pembaharuan itu dan yang bertalian dengan itu antara lain.
- Menyusun program, tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa, penilaiannya, dan sebagainya.
- Bentuk-bentuk belajar-mengajar seperti perkuliahan, kegiatan kelompok, pelajaran individual menurut kecepatan masing-masing dengan penilaian sendiri oleh para siswa dengan menyediakan hardware serta soft warenya.
- Mengatur tempat belajar untuk kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, untuk belajar individual, seminar, dan testing.
- Mereorganisasi jadwal waktu, menentukan waktu untuk tiap program/dengan tingkat keberhasilan tertentu, mengubah sistem semester untuk menyesuaikannya dengan kecepatan belajar individual.
- Mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis yang membimbing siswa dalam cara belajar yang efektif menurut gaya belajar masing-masing, menyusun silabus dan pertunjukan belajar.
- Menentukan sistem insentif untuk mereka yang memberi waktu dan tenaga khusus bagi pembaharuan, karena biasanya kebanyakan staf pengajar tidak berminat dan tidak turut aktif dalam pembaharuan.
- Menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif yang serasi bagi pembaharuan.
- Memperbaharui management untuk mempelancar pembaharuan, melatih staf pengajar dan administrasi.
- Koordinasi program mengenai bidang akademis, pembaharuan, melatih staf pengajar, administrasi, fasilitas dan lain-lain.
- Mengatur sistem komunikasi antara berbagai unit, antara kepala lembaga dengan administrasi, staf para siswa, tenaga pengajar dengan para siswa, unit fasilitas dengan staf pengajar, dan sebagainya.
Sikap Guru
Sikap Otoriter
Bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya.
Macam-macam cara akan digunakan oleh guru untuk mengharuskan anak itu belajar, di sekolah maupun di rumah. Dengan hukuman dan ancaman anak itu dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Tak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.
Sikap “permissive”
Sebagai reaksi terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan anak sebagai manusia antara lain atas pengaruh “progressive education” dan aliran psikologi seperti psikoanalisis, yakni yang menginginkan sikap yang “permissive” terhadap anak. Sikap ini membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran hendaknya menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di latar belakang untuk memberi bantuan bila diperlukan. Yang diutamakan adalah perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sikap Rill
Baik sikap otoriter maupun sikap “permissive” mendapat kecaman. Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri.
Sikap “permissive” yang dicap sebagai sikap “lunak” terlampau “permissive” akan tetapi harus realitis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Dalam kehidupan yang riil manusia lebih banyak menghadapi tugas yang berat, membosankan dan menimbulkan konflik dan frustasi daripada kegiatan bebas yang menyenangkan, dengan tuntutan atau keinginan orang lain, dengan adat kebiasaan serta norma-norma dunia sekitarnya.
Pribadi Guru
Pekerjaan guru terutama dalam menghadapi anak-anak banyak menimbulkan ketegangan dan frustasi. Ada pula kemungkinan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tertentu memilih jabatan sebagai guru.
a. Anak atau bahan pelajaran
Beberapa syarat tentang guru
Tujuan yang ingin kita capai adalah agar anak-anak lulus dalam ujian dan kelak mendapat tempat di perguruan tinggi yang baik. Perkembangan pribadi anak, misalnya dalam bidang sosial, emosional dan moral kurang mendapat perhatian dibandingkan dnegan perkembangan intelektual. Bahan p[elajaran (perkembangan intelektual) dan anak (perkembangan anak sebagai pribadi yang nulat). Merupakan makhluk hidup yang dapat bereaksi positif maupun negatif terhadap perangsang-perangsang yang diterimanya. Agar pelajaran berhasil baik tiap anak harus mendapat perhatian dan bantuan. Guru tidak cukup hanya menguasai bahan pelajaran akan tetapi harus pula mampu melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil yang diharapkan.
b. Guru sebagai model
Guru-guru yang membiarkan anak-anak melakukan apa yang mereka inginkan tidak memberi bimbingan dan juga tidak mengajar mereka. Diduga bahwa anak-anak justru mengalami gangguan mental karena tidak mempunyai pegangan yang tegas dalam hidupnya akibat kebebasan yang berlebihan pada masa kecilnya. Mereka tidak diberikan norma-norma yang menjadi ukuran bagi kelakuan mereka.
c. Keselitan dalam belajar
Tak ada salahnya bila pelajaran dapat dilakukan dalam suasana gembira, namun ini tidak berarti bahwa anak-anak harus dijauhi dari kesukaran. Setiap pelajaran mengandung unsur kesukaran. Mungkin makin berharga pelajaran itu, makin banyak kesulitan yang harus dilalui untuk menguasainya. Ini tidak berarti bahwa pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Akan tetapi kesulitan tidak dapat dielakkan untuk mempelajari banyak hal. Dalam hidupnya kini dan kelak setiap anak menghadapi kesukaran dan ia harus belajar untuk mengatasi sehingga kelakuannya berubah dan lebih mampu untuk menghadapi kesukaran-kesukaran baru.
Beberapa Pendapat Tentang Metode Kuliah
Bagaimana pendapat pengajar?
Karena mereka anggap bahwa kebanyakan mahasiswa belum cukup matang untuk belajar sendiri. Metode kuliah cara yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Kuliah merupakan cara yang sangat baik untuk mang-introduksi topik yang baru atau mengungkapkan seluk-beluk masalah yang pelik yang tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri. Dirasakan pula bahwa kuliah cara yang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan buku tertentu atau melengkapi kemajuan-kemajuan ilmu yang belum tercantum dalam buku-buku karena segera ketinggalan zaman. Dengan kuliah para pengajar menganggap dapat meliputi keseluruhan silabus dalam garis besarnya dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Dalam kuliah para pengajar dapat memberi respons terhadap pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dilakukan oleh alat audio-visual yang sbaik-baiknya. Dalam kuliah dapat diperlihatkan bagaimana mengorganisasi atau menyusun suatu topik, bagaimana membentuk suatu argumentasi, atau diagram. Melalui kuliah dapat mereka sampaikan rasa entusiasme dan bangkitkan minat untuk bahan pelajaran, dapat mengadakan diskusi tentang perkembangan-perkembangan baru dalam ilmu itu dan menunjukkan topik-topik untuk dipelajari selanjutnya.
Bagaimana pendapat mahasiswa?
Pertama kuliah sebagai metode yang paling bermanfaat, kemudian demonstarasi, ketiga seminar dan paling akhir praktikum. Harus jelas mempunyai rangkuman yang teratur, direncanakan secara logis, menekankan prinsip-prinsip yang pokok, jangan sering menyimpang dari pokok pembicaraan, jangan terlampau banyak merupakan informasi yang telah tercantum dalam buku pelajaran.
Fungsi Kuliah
Fungsi kuliah ialah meng-introduksi mata pelajaran yang baru dan menunjukkan hubungannya dengan bidang studi lainnya, memberi keterangan tentang perkembangan baru dalam ilmu itu, yang belum dimuat dalam buku pelajaran, dan membuka kesempatan untuk mengemukakan masalah-masalah serta cara-cara untuk mencari pemecahannya. Untuk menyampaikan informasi, memberikan kerangka mata kuliah, menunjukkan metode pendekatan dalam mempelajarinya, menunjukkan buku-buku yang dapat digunakan sebagai referensi, memberi dorongan untuk belajar sendiri. Untuk mendorong mahasiswa semata-mata hanya mempelajari catatan perkuliahan sebagai bahan untuk ujian.
Apakah hasil perkuliahan
Dengan test yang meliputi kedelapan tingkat kognitif menurut Bloom dicoba menilai hasil suatu perkuliahan dalam psikologi. Penelitian ini memberi kesan seakan-akan kuliah lebih efektif untuk menyampaikan informasi dan tidak banyak memberi kesempatan utnuk mengembangkan pemikiran, setidak-tidaknya dengan cara penyampaian kuliah dalam percobaan itu.
Apakah kuliah harus dihadiri?
Ternyata bahwa mereka yang sering tidak hadir dalam perkuliahan menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada mereka yang setia menghadiri semua perkuliahan pada test dan ujian. Bila bahan perkuliahan tidak dapat diperoleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri, maka pada umumnya lebih baik untuk mengharuskan mereka untuk menghadirinya.
Cara penyampaian
Kecepatan antara lain ditentukan oleh taraf kesulitan matakuliah dan bahan yang disampaikan. Sebaiknya kecepatan disesuaikan dengan taraf kesulitan itu. Pemahaman pokok-pokok yang penting dalam kuliah dihalangi pula oleh keharusan membuat catatan, seperti telah dikemukakan lebih dahulu. Yang tidak baik, karena kurang cermat dipersiapkan, kurang sistematis dalam organisasinya, kurang jelas uraiannya, kurang jelas kedengaran bagi seluruh mahasiswa, sedangkan pengajar itu seakan-akan bicara kepada papan tulis atau kepada kertas catatannya. Ada pula yang mengeluh karena kuliah itu terlampau cepat diberikan sehingga tak dapat diikuti, etrmasuk hal-hal yang pelik sekali yang hanya dapat dipahami oleh mahasiswa yang paling inteligen saja. Pengajaran itu haruis menguasai betul bahan yang diberikannya, harus sanggup mengemukakannya dengan jelas, mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, memberikan kerangka yang jelas dan bersedia untuk memberi respons kepada pernyataan mereka.
Kepribadian mahasiswa tampaknya juga berpengaruh terhadap keberhasilan metode kuliah. Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan bahan dengan jelas dan logis.
2. Memungkinkan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip pokoknya.
3. Dapat didengar dengan jelas oleh semua.
4. Dapat membuat agar bahannya mengandung makna secara intelektual.
5. Dapat menyelesaikan seluruh bakan untuk kuliahnya.
6. Memelihara kontinuitas perkuliahannya.
7. Konstruktif dan bersifat membantu dalam kritiknya.
8. Memperlihatkan keahliannya dalam bidangnya.
9. Menjaga kecepatan yang serasi selama perkuliahannya.
10. Memasukkan dalam perkuliahannya hal-hal yang tidak dimuat dalam buku pelajaran.
Pertumbuhan dan Belajar
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak raga, masyarakat, dari yang sederhana dampai yang modern dan kompleks. Hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Diantaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan. Pertumbuhan ini tak seberapa dapat dipengaruhi. Akan tetapi ia banyak berubah berkat belajar sebagai akibat pengaruh lingkungannya terhadap mana ia senantiasa berinteraksi.
Setiap manusia akan belajar, namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuannya, atau mengubah kelakuannya. Manusia berpikir lebih dahulu tentang akibat apa yang akan dilakukannya dan menyampingkan alternatif yang tidak akan memberi hasil. Cara belajar memecahkan masalah yang digunakan oleh binatang tidak begitu saja dapat diterapkan pada manusia.
Apakah yang diingat?
Mengenal (recogbitiob), yang kedua mengingat kembali informasi verbal, atau “recall of verbal information” dan yang ketiga yang mengenai keterampilan intelektual disebut :reinstatement” atau merumuskan kembali atau menggunakannya dalam situasi yang baru.
Belajar Berdasarkan Stimulus-Respons
Yang menjadi stimulus ialah sebenarnya suatu kumpulan stimuli yang terdiri atas penglihatan, perasaan dari otot-otot tangan dan lengan anak yang dihubungkan dengan respons untuk memegang botol itu dalam posisi yang tepat, sehingga ia dapat mengisap minuman itu.
Belajar Berdasarkan Rangkaian Motorik dan Verbal
Cara pertama ialah mulai mengajarkan langkah terakhir, kemudian setiap langkah sebelumnya diikuti oleh langkah berikutnya. Cara kedua ialah mulai dengan langkah pertama dan seterusnya langkah-langkah berikutnya sampai langkah terakhir. Cara mana yang lebih efisien belum cukup bahan untuk membuktikannya.
Kesiapan Untuk Belajar
Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri. Tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses belajar tidak akan terjadi. Pra-kondisi belajar ini terdiri atas: perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan.
Perhatian
Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Namun lebih penting ialah memupuk “attentional set” sikap memperhatikan pada anak, sehingga perhatian juga diatur secara intern oleh anak itu, sehingga anak itu dapat memberi perhatiannya, walaupun ada hal-hal lain yang menarik perhatiannya.
Untuk memupuk perhatian pada anak-anak kecil ada yang menganjurkan digunakan reinforcement berupakan misalnya gula-gula, kemudian dapat diberikan ganjaran simbolis seperti pujian, angka yang baik.
Motivasi Belajar
Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan perkembangannya dan menjadi suatu “daya” dalam mengarahkan kelakuan seseorang. Adapun beberapa tokoh yang meneliti soal motivasi belajar ini. Hewitt (1968) mengemukakan bahwa “attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan motivasi yakni yang bersifat sosial, artinya anak itu suka bekerja sama dengan anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapkan penghargaan dari teman-temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga-dirinya di kalangan kawan sekelasnya.
Ausubel (1968) berpendapat bahwa motivasi yang dikaitakan dengan motivasi sosial tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang bertalian dengan penguasaan tugas dan keberhasilan.
Ausubel selanjutnya mengatakan adanya hubungan antara motivasi dan belajar. Motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk belajar.
Menurut Skinner (1968) maslaah motivasi bukan soal memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga memberikan reinforcement.
Sistem Tutor
Dalam sistem ini siswa harus lebih dahulu mengadakan bacaan atau belajar sendiri. Kemudian tutor mengajukan pertanyaan berdasarkan bacaan itu, dan dengan demikian membimbing jalan pikiran siswa. Jadi di sini tutor itu bertindak sebagai menager belajar dengan mengarahkan jalan pikiran siswa, dan menugaskan siswa untuk mengadakan bacaan selanjutnya, jadi tutor itu tidak memberi pelajaran.
Agar sistem tutor itu berhasil siswa harus sanggup belajar sendiri dengan penuh disiplin dan harus mampu untuk mengambil isi dan inti apa yang dibacanya dari buku.
Metode Kuliah
1. Memberikan motivasi dengan membangkitkan minat untuk suatu topik yang dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih luas
2. Memberitahukan kepada siswa tentang hasil belajar yang diharapkan dari mereka
3. Dapat berusaha untuk membimbing pelajar dalam pelajarannya.
Untuk mencari hipotensis-hipotensis. Tujuan diskusi bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Agar diskusi berjalan lancar, setiap murid harus mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang dipersoalkan. Diskusi yang berhasil memberikan kepuasan intelektual. Diskusi tidak dimasud sebagai cara untuk belajar sesuatu yang baru, akan tetapi untuk mentrasfer apa yang telah dipelajari.
Laboraturium
Merumuskan hipotensis, merumuskan defenisi operasional, mengontrol dan memanipulasi variabel-variabel, malakukan eksperimen, mencipatakan “model”, mentafsirkan data.
Makalah Tentang Belajar
Murid Pandai dan Murid Bodoh
Tiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih dulu sudah menerima, berdasarkan pengalamannya bahwa murid-murid dalam kelas itu tidak sama pandainya. Seperempat atau sepertiga akan termasuk golongan anak pandai, sepertiga sampai setengah termasuk golongan golongan sedang, dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang bodoh.
Fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Apa yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak.
Hasil mengajar menurut kurva normal sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan, karena sebagian besar anak-anak tidak mengerti betul apa yang diajarkan. Guru yang baik harus meninggalkan dan menanggalkan kurva normal sebagai ukuran keberhasilan proses mengajar-belajar. Meninggalkan patokan itu akan membuka jalan baru untuk ke arah prestasi yang lebih tinggi yang mendorong guru untu mencari macam-macam usaha-usaha untuk membantu murid secara individual.
Murid-murid berbeda secara individual dalam caranya belajar. Perbedaan individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar tiap anak dapat berkembang sepenuhnya serta menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
Belajar Tuntas
Tujuan proses mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepebuhnya oleh murid. Ini disebut “mastery learning” atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh.
Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Murid yang sering frustasi karena mendapat angka yang rendah di samping teguran, kejaman, dan celaan akan benci terhadap segala bentuk pelajaran formal dan tidak mempunyai cukup motivasi untuk melanjutkan pelajarannya.
Menurut penelitian, bila semua anak-anak yang bermacam-macam bakatnya diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda menurut bakat mereka. Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan penuh bagi setiap anak dalam tiap bidang studi. Maka korelasi antara bakat dengan tingkat keberhasilan anak dalam pelajaran dapat melenyapkan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penguasaan Penuh
1. Bakat untuk mempelajari sesuatu
Bakat, misalnya inteligensi, mempengaruhi prestasi belajar. Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah. Pendirian serupa ini membebaskan guru dari segala tanggung jawab atas prestasi yang rendah oleh sebab bakat itu dibawa lahir dan diturunkan dari nenek moyang, yang tak dapat diubah oleh guru.
John Carrol mengemukakan pendirian yang radikal. Ia mengakui adanya perbedaan bakat, akan tetapi ia mengandung bakat sebagai perbedaan waktu yang diperlukan untuk menguasai sesuatu. Jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi apa pun hingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup di samping syarat-syarat lain. Da kemungkinan seorang murid menguasainya dalam beberapa tahun, namun tingkat penguasaannya dapat sama. Yang menjadi persoalan di sini adalah, apakah seseorang rela untyk mengorbankan waktu yang begitu banyak agar mencapai tingkat penguasaan tertentu.
2. Mutu Pengajaran
Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok, akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya masing-masing sekalipun ia berada dalam kelompok. Caranya belajar lain dari orang lain untuk menguasai bahan tertentu. Itu sebabnya setiap anak memerlukan bantuan individual. Tidak ada satu metode tersendiri yang sesuai bagi semua anak. Tiap anak memerlukan metode tersendiri yang sesuai baginya.
Usaha-Usaha Dalam Pengajaran Individual
Macam-Macam Cara
Macam-macam usaha yang telah dijalankan untuk memenuhi perbedaan individual dalam proses belajar mengajar, antara lain: belajar berprograma (programmed instruction), belajar dengan bantuan komputer (computer-assisted instruction and management), sistem perolehan informasi (information retrivel systems), dan bentuk pengajaran individual lainnya.
Sistem individual itu kebanyakan mempunyai ciri yang sama, yakni perhatian akan perbedaan individual di kalangan para pelajar dan usaha untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan itu, dengan (1) lebih mengutamakan proses belajar dari pada mengajar, (2) merumuskan tujuan yang jelas, (3) mengusahakan partisipasi aktif dari pihak murid, (4) menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi, dan (5) memberi kesempatan kepada murid untuk maju dengan kecepatan masing-masing.
Pengajaran Berprograman
Ada dua macam PB yakni (1) program linier (Skinner) yang mengharuskan murid melalui semua langkah dari awal sampai akhir, (2) program bercabang (Crowder), yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk melampaui bagian-bagian yang telah dikuasainya dan membimbing mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk melakukan latihan tertentu.
Pengajaran Dengan Bantuan Komputer
- Menyimpan bahan pelajaran yang dapat dimanfaatkan kapan saja diperlukan.
- Memberi informasi tentang berbagai referensi dan sumber-sumber serta alat audio-visual yang tersedia.
- Memberi informasi tentang ruangan belajar, murid-murid dan tenaga pengajar.
- Memberi informasi tentang hasil belajar murid.
- Menyarankan kegiatan-kegiatan belajar yang diperlukan oleh seorang murid serta menilai kembali pekerjaan murid pada waktunya serta memberi tugas-tugas baru untuk dikerjakan selanjutnya.
Komputer untuk manajemen pengajaran
Komputer digunakan sekaligus oleh sejumlah besar pelajar, masing-masing dengan tugas tersendiri, maju menurut kecepatan masing-masing, pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik yang berbeda-beda.
Pendekatan audio-tutorial
Pendekatan ini juga berdasarkan belajar secara individual. Anak-anak dapat belajar menurut kecepatan masing-masing degan bahan pelajaran yang tidak uniform dengan yang lain dan memungkinkan perdalaman bagi individu menurut tujuan masing-masing.
Inti pendekatan ini adalah belajar sendiri oleh murid dalam booth, semacam bilik yang kecil (audio-tutorial booth atau self-instruction learning carrel), yang dilengkapi dengan audio-tape yang mengarahkan siswa kepada berbagai kegiatan-kegiatan belajar, alat audio-visual, mungkin juga eksperimen yang harus dilakukan. Melakukan berbagai percobaan, atau melihat film. Kamar belajar ini biasanya terbuka hampir sepanjang hari, sehingga dapat digunakan oleh siswa menurut waktu yang sesuai dengan jadwal masing-masing. Disamping alat dan bahan audio itu selalu sedia seorang tenaga pengajar untuk memberikan bantuan sebagai tutor.
Pengajaran Modul
Pengajaran modul termasuk salah satu sistem individual yang paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pengajaran individual lainnya. Suatu modul ialah suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiri telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif, untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas modul.
Keuntungan-keuntungan pengajaran modul ini antara lain:
a. Memberikan feedback atau balikan yang segera dan terus-menerus. Balikan ini perlu bagi murid agar ia mengetahui beberapa banyak dan hingga mana ia telah menguasai bahan pelajaran, dan bagi guru untuk mengetahui hingga manakah sebenarnya efektivitas modul itu.
b. Dapat disesuaikan dengan kemampuan anak secara individual dengan memberikan keluwesan tentang kecepatan mempelajarinya, bentuk maupun bahan pelajara.
c. Memberikan secara khusus pelajaran ramedial untuk membantu anak dalam mengatasi kekurangannya. Berkat penilaian yang kontinu maka kekurangan-kekurangan segera dapat ditemukan. Yang diulangi hanya bagian-bagian yang belum di kuasainya dan tidak perlu seluruh pelajaran itu, yang tentu akan banyak menghamburkan waktu dan tenaga murid, selain memupuk rasa kejengkelan pada murid itu.
d. Membuka kemungkinan untuk melakukan test formatif. Pelajaran yang tradisional, misalnya dalam bentuk buku pelajaran, memberikan bahan pelajaran yang banyak serta panjang, dan baru dinilai pada akhir pelajaran itu. Sering pula pertanyaan dan tugas-tugas serupa itu tidak dilaksanakan, sehingga tidak ada feedback untuk mengetahui kekurangan murid dan memperbaikinya sambil mengembangkan pengetahuan anak selanjutnya secara bertahap. Pengajaran modul memberikan bahan yang sedikit sekaligus dan langsung diberi penilaian.
Minicourses
Minicourses sebenarnya tak dapat dibedakan dari modul. Seperti modul, minicourses ini merupakan kesatuan bulat yang lengkap, yang disusun untuk dipelajari secara individual. Minicourses dapat disusun berbagai macam tujuan, seperti tentanga “Metode pelajaran berprograma,” “Bermain Peranan,” dan lain-lain untuk tiap bidang studi atau topik.
Sistem Kontrak
Dasar sistem ini ialah bahwa angka-angka merupakan motivasi utama bagi murid untuk belajar. Murid-murid biasanya hanya belajar bila menghadapi test, ulangan atau ujian.
Sistem Keller
Sistem Keller termasuk Personalized System of Instruction atau sistem pengajaran individual. Prinsip dasar bagi bentuk pengajaran ini ialah kita harus mengetahui persis:
1. Apa yang ingin kita ajarkan kepada murid.
2. Bilamana ia telah menguasainya.
3. Apa yang telah diketahui murid tentang bahan yang akan diberikan.
4. Apa yang masih harus dipelajari oleh murid.
Untuk itu harus ada
1. Alat yang menentukan bahan yang sesuai dengan taraf perkembangan murid.
2. Pre-test yang diberikan sebelum memulai suatu satuan pelajaran.
3. Post-test untuk mengetahui tingkat penguasaan murid.
4. Test berdasarkan kurikulum untuk mengukur kemajuan murid.
Menentukan taraf kemampuan permulaan siswa disangsikan bahwa tiap siswa memang mendapat tugas yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Hanya memberi kesempatan belajar sendiri menurut kecepatan masing-masing, akan tetapi itu pun harus dibatasi demi efektivitas metode ini.
Proses Belajar-Mengajar Menurut Pilihan Siswa
Pendekatan yang berbeda dengan apa yang telah dikemukakan di atas ialah penyediaan berbagai kemungkinan metode belajar seperti metode kuliah, diskusi, kelompok kecil, seminar, belajar sendiri, kuliah dan diskusi, atau kombinasi antara dua metode. Kepada murid-murid diberi kesempatan untuk memilih metode yang tradisional, ada yang modern, ada metode lain atau kombinasi dua metode, dan sebagainya.
Menurut hasil percobaan dengan memberikan pilihan kepada siswa atas metode yang paling serasi bagi mereka, ternyata:
1. Semangat belajar dalam tiap metode belajar tinggi, mungkin karena sendiri memilihnya dan karena pilihan itu memang sesuai dengan pribadi mereka.
2. Siswa yang belajar dalam kelompok kecil mencapai angka yang paling tinggi pada test berbentuk essay yang diberikan secara tiba-tiba tanpa diberitahukan lebih dahulu.
3. Evaluasi sendiri dan oleh teman lebih banyak terdapat dikalangan mereka yang belajar dalam kelompok kecil
4. Tidak terdapat perbedaan hasil test akhir murid-murid yang mengikuti metode belajar yang berbdeda-beda menurut pilihan masing-masing.
Jadi hasil belajar tidak ditentukan oleh metode belajar yang digunakan. Maka karena itu, mengatakan bahwa satu metode lebih baik daripada metode lainnya, sukar dipertahankan, bila tidak turut dipertimbangkan pribadi dan keinginan murid-murid sendiri. Metode apa pun mungkin baik, asal sesuai dengan pribadi dan keinginan murid.
Peranan Siswa
Menurut pengamatan, sering murid lebih mampu mengajar temannya sekelas daripada guru karena telah menyelami kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid lainnya. Guru dapat belajar dari murid tentang cara-cara mengatasi keslitan belajar.
Belajar Bebas
Psiko-terapi Sebagai Dasar Belajar
Carl R. Rogers seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara pendidik yang perlu mendapatkan perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Namun Carl R. Rogers tak dapat menerima manusia itu sebagai hasil conditioning semata-mata. Sekalipun seorang dipenjarakan atau hidup dalam negara yang diktatorial, namun manusia masih mempunyai suatu kebebasan, yaitu kebebasan batin.
Teori Rogers Dalam Pendidikan
Teori Rogers ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan individu yang merdeka yang dapat memilih dengan bebas atas tanggung jawab penuh, manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.
Syarat-Syarat Untuk Belajar Bebas
Belajar bebas berbeda sama sekali dengan belajar yang “terikat” oleh peraturan dan pengawasan yang ketat. Belajar yang “terikat” jauh lebih mudah dilaksanakan dan dapat dilakukan oleh setiap guru karena banyak sedikit dapat dijalankan secara maksimal.
a. Adanya Masalah
Syarat pertama ialah adanya suatu masalah yang menarik dan bermakna bagi murid.
b. Kepercayaan Akan Kesanggupan Manusia
Syarat ini mengenai diri guru, karena cara belajar ini hanya mungkin berdasarkan keyakinan penuh dari pihak guru akan kemampuan murid untuk berbuat yang baik, untuk belajar sendiri, untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
c. Keterbukaan Guru
Dengan ini dimaksid bahwa guru itu jangan berkedok dan menutupi kepribadiannya yang sesungguhnya.
d. Menghadapi Murid
Guru harus menerima murid menurut pribadi masing-masing, dab dapat menghargai sifat-sifat mereka walaupun menyimpang dari apa yang umumnya dianggap baik.
Empathy (empati)
Seperti telah dikemukakan empathy adalah kemampuan untuk memandang sesuatu dari segi pandangan orang lain.
Menyediakan Sumber-Sumber
Guru dengan cara belajar berdasarkan kebebasan bukan lah guru yang menyampaikan pelajaran akan tetapi yang menyediakan sebanyak mungkin sumber-sumber yang dapat digunakan oleh murid-murid untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajarinya.
Larangan Bagi Guru
Tugas guru adalah menciptakan suasana dan fasilitas yang sebaik-baiknya agar belajar bebas ini dapat dilaksanakan.
Proses Belajar Bebas
Belajar bebas berarti belajar untuk menjadi bebas, manusia merdeka yang turut menentukan arah hidupnya serta pribadinya, bebas memilih dengan bertanggung jawab penuh atas pilihannya itu.
Proses mencapai kebebasan itu melalui fase-fase tertentu yakni:
a. Frustasi pada taraf permulaan
b. Inisiatif dan kerja individual
c. Keakraban pribadi
d. Perubahan individual
e. Pengaruh atas pengajar
Gaya Belajar
Penelitian tentang metode mengajar yang paling sesuai ternyata semuanya gagal, karena setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa:
1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Gaya Belajar
Untuk mempertinggi efektivitas proses belajar-mengajar perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang gaya belajar siswa. Penelitian diadakan dalam tiga bidang yakni,
1. Gaya kognitif siswa
2. Gaya respons siswa terhadap stimulus
3. Model belajar.
Impulsif-Reflektif
Tipe orang yang impusif atau refleksif dapat diselidiki dengan test antara lain dengan memperlihatkan suatu gambar, misalnya bentuk geometris, disain rumah, mobil dan sebagainya.
Preseptif-Reseptif; Sistematis-Intuitif
Precept artinya aturan. Orang yang preseptif dalam mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisasi dalam hal-hal yang diterimanya, ia menyering informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan di antaranya.
Sistemtias-Intuitif
Orang yang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan.
Orang yan Intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi secara sistematis.
Model-Model Gaya Respons
1. Mahasiswa penurut
Mahasiswa ini termasuk mahasiswa yang “baik” karena mengikuti apa yang disuruh lakukan, patuh kepada aturan, tunduk kepada otoritas, menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan, memandang guru sebagai orang yang memberikan pujian dan penghargaan.
2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat bergantung kepada guru untuk membantu mereka dalam pelajaran.
3. Mahasiswa yang patah semangat
Mereka ini tidak puas dengan dirinya. Dalam dirinya berbaur rasa-harga diri dengan rasa-bersalah dan kemuraman.
4. Mahasiswa yang dapat berdiri sendiri
Mahasiswa ini sangat inteligen mereka percaya akan dirinya, merasa dirinya aman.
5. Mahasiswa “pahlawan”
Mereka ini senantiasa terlibat dalam tiap “pemberontakan” dalam universitas.
6. Mahasiswa “penembak tersembunyi”
Seperti mahasiswa “pahlawan” mereka ini mempunyai jiwa pemberontak, akan tetapi perlawanan mereka ttidak diperlihatkannya dengan nyata.
7. Mahasiswa penarik perhatian
Mereka ini sangat berorientasi pada hubungan sosial.
8. Mahasiswa pendiam
Sebagian besar dari mahasiswa termasuk golongan ini. Mereka ini merasa dirinya tak mampu dan tak berkuasa.
Model Grasha – Riechmann
1. Mahasiswa berdikari
2. Mahasiswa yang tak dapat berdiri sendiri
3. Mahasiswa yang kooperatif
4. Mahasiswa yang suka bersaing, yang kompetatif
5. Mahasiswa yang suka berpartisipasi
6. Mahasiswa yang mengelakkan pelajaran
Model Stern
1. Authoritarians
2. Anti-authoritarians
3. Rationals
Impelementasi Gaya Belajar Sebagai Inovasi Pendidikan.
- Bagaimanakah gaya belajar dapat dimanfaatkan oleh siswa sendiri.
- Bagaimanakah guru dapat memanfaatkannya dalam proses belajar-mengajar.
Cognitive Style Mapping (CSM)
CSM ini dikembangkan oleh Joseph E. Hill, Michigan dan bertujuan untuk “memetakan” gaya kognitif atau gaya belajar seseorang dalam usaha untuk mengembangkan suatu educational science atau ilmu kependidikan, yang didasarkannya atas prinsip, bahwa pendidikan itu adalah suatu proses untuk mencari makna, bahwa manusia itu suatu makhluk sosial yang mempunyai kemampuan yang unik untuk menemukan makna dari lingkungan dan pengalaman pribadinya dengan menciptakan dan menggunakan lambang-lambang.
Model Kolb
Model ini juga didasarkan atas psikologi Jung. Menurut model ini belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap.
1. Individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit
2. Kemudian ia mengembangkan onservasinya dan memikirkan atau merefleksikannya.
3. Dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi
4. Implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikannya sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.
Manfaat Gaya-Belajar Murid Bagi Guru
Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya-mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga murid-murid semuanya dapat memperoleh cara yang efektif baginya.
Penggunaan Gaya Belajar Oleh Keseluruhan Lembaga
Memanfaatkan gaya belajar siswa bagi seluruh lembaga pendidikan sekolah atau universitas, jauh lebih sukar dan kompleks dari pada pelaksanaannya oleh seorang guru dalam kelasnya dalam bidang studi yang diajarkannya.
Berbagai Masalah Yang Dihadapi
- Bagaimana mengadakan perencanaan mengenai proses pembaharuan itu dan yang bertalian dengan itu antara lain.
- Menyusun program, tujuannya, proses belajar dengan mempertimbangkan gaya belajar siswa, penilaiannya, dan sebagainya.
- Bentuk-bentuk belajar-mengajar seperti perkuliahan, kegiatan kelompok, pelajaran individual menurut kecepatan masing-masing dengan penilaian sendiri oleh para siswa dengan menyediakan hardware serta soft warenya.
- Mengatur tempat belajar untuk kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, untuk belajar individual, seminar, dan testing.
- Mereorganisasi jadwal waktu, menentukan waktu untuk tiap program/dengan tingkat keberhasilan tertentu, mengubah sistem semester untuk menyesuaikannya dengan kecepatan belajar individual.
- Mempersiapkan dan menyediakan penasehat akademis yang membimbing siswa dalam cara belajar yang efektif menurut gaya belajar masing-masing, menyusun silabus dan pertunjukan belajar.
- Menentukan sistem insentif untuk mereka yang memberi waktu dan tenaga khusus bagi pembaharuan, karena biasanya kebanyakan staf pengajar tidak berminat dan tidak turut aktif dalam pembaharuan.
- Menyempurnakan dan melengkapi tenaga administratif yang serasi bagi pembaharuan.
- Memperbaharui management untuk mempelancar pembaharuan, melatih staf pengajar dan administrasi.
- Koordinasi program mengenai bidang akademis, pembaharuan, melatih staf pengajar, administrasi, fasilitas dan lain-lain.
- Mengatur sistem komunikasi antara berbagai unit, antara kepala lembaga dengan administrasi, staf para siswa, tenaga pengajar dengan para siswa, unit fasilitas dengan staf pengajar, dan sebagainya.
Sikap Guru
Sikap Otoriter
Bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya.
Macam-macam cara akan digunakan oleh guru untuk mengharuskan anak itu belajar, di sekolah maupun di rumah. Dengan hukuman dan ancaman anak itu dipaksa untuk menguasai bahan pelajaran yang dianggap perlu untuk ujian dan masa depannya. Tak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.
Sikap “permissive”
Sebagai reaksi terhadap pengajaran yang otoriter timbul aliran yang menonjolkan anak sebagai manusia antara lain atas pengaruh “progressive education” dan aliran psikologi seperti psikoanalisis, yakni yang menginginkan sikap yang “permissive” terhadap anak. Sikap ini membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran hendaknya menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di latar belakang untuk memberi bantuan bila diperlukan. Yang diutamakan adalah perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari kegoncangan jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sikap Rill
Baik sikap otoriter maupun sikap “permissive” mendapat kecaman. Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri, sanggup memilih atas tanggung jawab sendiri.
Sikap “permissive” yang dicap sebagai sikap “lunak” terlampau “permissive” akan tetapi harus realitis. Pendidikan memerlukan kebebasan akan tetapi juga pengendalian. Dalam kehidupan yang riil manusia lebih banyak menghadapi tugas yang berat, membosankan dan menimbulkan konflik dan frustasi daripada kegiatan bebas yang menyenangkan, dengan tuntutan atau keinginan orang lain, dengan adat kebiasaan serta norma-norma dunia sekitarnya.
Pribadi Guru
Pekerjaan guru terutama dalam menghadapi anak-anak banyak menimbulkan ketegangan dan frustasi. Ada pula kemungkinan bahwa orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tertentu memilih jabatan sebagai guru.
a. Anak atau bahan pelajaran
Beberapa syarat tentang guru
Tujuan yang ingin kita capai adalah agar anak-anak lulus dalam ujian dan kelak mendapat tempat di perguruan tinggi yang baik. Perkembangan pribadi anak, misalnya dalam bidang sosial, emosional dan moral kurang mendapat perhatian dibandingkan dnegan perkembangan intelektual. Bahan p[elajaran (perkembangan intelektual) dan anak (perkembangan anak sebagai pribadi yang nulat). Merupakan makhluk hidup yang dapat bereaksi positif maupun negatif terhadap perangsang-perangsang yang diterimanya. Agar pelajaran berhasil baik tiap anak harus mendapat perhatian dan bantuan. Guru tidak cukup hanya menguasai bahan pelajaran akan tetapi harus pula mampu melibatkan pribadi anak dalam pelajaran untuk mencapai hasil yang diharapkan.
b. Guru sebagai model
Guru-guru yang membiarkan anak-anak melakukan apa yang mereka inginkan tidak memberi bimbingan dan juga tidak mengajar mereka. Diduga bahwa anak-anak justru mengalami gangguan mental karena tidak mempunyai pegangan yang tegas dalam hidupnya akibat kebebasan yang berlebihan pada masa kecilnya. Mereka tidak diberikan norma-norma yang menjadi ukuran bagi kelakuan mereka.
c. Keselitan dalam belajar
Tak ada salahnya bila pelajaran dapat dilakukan dalam suasana gembira, namun ini tidak berarti bahwa anak-anak harus dijauhi dari kesukaran. Setiap pelajaran mengandung unsur kesukaran. Mungkin makin berharga pelajaran itu, makin banyak kesulitan yang harus dilalui untuk menguasainya. Ini tidak berarti bahwa pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Akan tetapi kesulitan tidak dapat dielakkan untuk mempelajari banyak hal. Dalam hidupnya kini dan kelak setiap anak menghadapi kesukaran dan ia harus belajar untuk mengatasi sehingga kelakuannya berubah dan lebih mampu untuk menghadapi kesukaran-kesukaran baru.
Beberapa Pendapat Tentang Metode Kuliah
Bagaimana pendapat pengajar?
Karena mereka anggap bahwa kebanyakan mahasiswa belum cukup matang untuk belajar sendiri. Metode kuliah cara yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Kuliah merupakan cara yang sangat baik untuk mang-introduksi topik yang baru atau mengungkapkan seluk-beluk masalah yang pelik yang tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri. Dirasakan pula bahwa kuliah cara yang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan buku tertentu atau melengkapi kemajuan-kemajuan ilmu yang belum tercantum dalam buku-buku karena segera ketinggalan zaman. Dengan kuliah para pengajar menganggap dapat meliputi keseluruhan silabus dalam garis besarnya dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Dalam kuliah para pengajar dapat memberi respons terhadap pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dilakukan oleh alat audio-visual yang sbaik-baiknya. Dalam kuliah dapat diperlihatkan bagaimana mengorganisasi atau menyusun suatu topik, bagaimana membentuk suatu argumentasi, atau diagram. Melalui kuliah dapat mereka sampaikan rasa entusiasme dan bangkitkan minat untuk bahan pelajaran, dapat mengadakan diskusi tentang perkembangan-perkembangan baru dalam ilmu itu dan menunjukkan topik-topik untuk dipelajari selanjutnya.
Bagaimana pendapat mahasiswa?
Pertama kuliah sebagai metode yang paling bermanfaat, kemudian demonstarasi, ketiga seminar dan paling akhir praktikum. Harus jelas mempunyai rangkuman yang teratur, direncanakan secara logis, menekankan prinsip-prinsip yang pokok, jangan sering menyimpang dari pokok pembicaraan, jangan terlampau banyak merupakan informasi yang telah tercantum dalam buku pelajaran.
Fungsi Kuliah
Fungsi kuliah ialah meng-introduksi mata pelajaran yang baru dan menunjukkan hubungannya dengan bidang studi lainnya, memberi keterangan tentang perkembangan baru dalam ilmu itu, yang belum dimuat dalam buku pelajaran, dan membuka kesempatan untuk mengemukakan masalah-masalah serta cara-cara untuk mencari pemecahannya. Untuk menyampaikan informasi, memberikan kerangka mata kuliah, menunjukkan metode pendekatan dalam mempelajarinya, menunjukkan buku-buku yang dapat digunakan sebagai referensi, memberi dorongan untuk belajar sendiri. Untuk mendorong mahasiswa semata-mata hanya mempelajari catatan perkuliahan sebagai bahan untuk ujian.
Apakah hasil perkuliahan
Dengan test yang meliputi kedelapan tingkat kognitif menurut Bloom dicoba menilai hasil suatu perkuliahan dalam psikologi. Penelitian ini memberi kesan seakan-akan kuliah lebih efektif untuk menyampaikan informasi dan tidak banyak memberi kesempatan utnuk mengembangkan pemikiran, setidak-tidaknya dengan cara penyampaian kuliah dalam percobaan itu.
Apakah kuliah harus dihadiri?
Ternyata bahwa mereka yang sering tidak hadir dalam perkuliahan menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada mereka yang setia menghadiri semua perkuliahan pada test dan ujian. Bila bahan perkuliahan tidak dapat diperoleh mahasiswa dengan kemampuan sendiri, maka pada umumnya lebih baik untuk mengharuskan mereka untuk menghadirinya.
Cara penyampaian
Kecepatan antara lain ditentukan oleh taraf kesulitan matakuliah dan bahan yang disampaikan. Sebaiknya kecepatan disesuaikan dengan taraf kesulitan itu. Pemahaman pokok-pokok yang penting dalam kuliah dihalangi pula oleh keharusan membuat catatan, seperti telah dikemukakan lebih dahulu. Yang tidak baik, karena kurang cermat dipersiapkan, kurang sistematis dalam organisasinya, kurang jelas uraiannya, kurang jelas kedengaran bagi seluruh mahasiswa, sedangkan pengajar itu seakan-akan bicara kepada papan tulis atau kepada kertas catatannya. Ada pula yang mengeluh karena kuliah itu terlampau cepat diberikan sehingga tak dapat diikuti, etrmasuk hal-hal yang pelik sekali yang hanya dapat dipahami oleh mahasiswa yang paling inteligen saja. Pengajaran itu haruis menguasai betul bahan yang diberikannya, harus sanggup mengemukakannya dengan jelas, mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh, memberikan kerangka yang jelas dan bersedia untuk memberi respons kepada pernyataan mereka.
Kepribadian mahasiswa tampaknya juga berpengaruh terhadap keberhasilan metode kuliah. Hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan bahan dengan jelas dan logis.
2. Memungkinkan mahasiswa untuk memahami prinsip-prinsip pokoknya.
3. Dapat didengar dengan jelas oleh semua.
4. Dapat membuat agar bahannya mengandung makna secara intelektual.
5. Dapat menyelesaikan seluruh bakan untuk kuliahnya.
6. Memelihara kontinuitas perkuliahannya.
7. Konstruktif dan bersifat membantu dalam kritiknya.
8. Memperlihatkan keahliannya dalam bidangnya.
9. Menjaga kecepatan yang serasi selama perkuliahannya.
10. Memasukkan dalam perkuliahannya hal-hal yang tidak dimuat dalam buku pelajaran.
Pertumbuhan dan Belajar
Manusia tumbuh dan berkembang dari bayi yang tak berdaya dan dalam segala kebutuhannya bergantung pada orang lain menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai corak raga, masyarakat, dari yang sederhana dampai yang modern dan kompleks. Hidup manusia dari bayi sampai dewasa ia mengalami berbagai perubahan. Diantaranya ada yang disebabkan oleh pertumbuhan. Pertumbuhan ini tak seberapa dapat dipengaruhi. Akan tetapi ia banyak berubah berkat belajar sebagai akibat pengaruh lingkungannya terhadap mana ia senantiasa berinteraksi.
Setiap manusia akan belajar, namun kondisi-kondisi belajar dapat diatur dan diubah untuk mengembangkan bentuk kelakuan tertentu pada seseorang, atau mempertinggi kemampuannya, atau mengubah kelakuannya. Manusia berpikir lebih dahulu tentang akibat apa yang akan dilakukannya dan menyampingkan alternatif yang tidak akan memberi hasil. Cara belajar memecahkan masalah yang digunakan oleh binatang tidak begitu saja dapat diterapkan pada manusia.
Apakah yang diingat?
Mengenal (recogbitiob), yang kedua mengingat kembali informasi verbal, atau “recall of verbal information” dan yang ketiga yang mengenai keterampilan intelektual disebut :reinstatement” atau merumuskan kembali atau menggunakannya dalam situasi yang baru.
Belajar Berdasarkan Stimulus-Respons
Yang menjadi stimulus ialah sebenarnya suatu kumpulan stimuli yang terdiri atas penglihatan, perasaan dari otot-otot tangan dan lengan anak yang dihubungkan dengan respons untuk memegang botol itu dalam posisi yang tepat, sehingga ia dapat mengisap minuman itu.
Belajar Berdasarkan Rangkaian Motorik dan Verbal
Cara pertama ialah mulai mengajarkan langkah terakhir, kemudian setiap langkah sebelumnya diikuti oleh langkah berikutnya. Cara kedua ialah mulai dengan langkah pertama dan seterusnya langkah-langkah berikutnya sampai langkah terakhir. Cara mana yang lebih efisien belum cukup bahan untuk membuktikannya.
Kesiapan Untuk Belajar
Kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri. Tanpa kesiapan atau kesediaan ini proses belajar tidak akan terjadi. Pra-kondisi belajar ini terdiri atas: perhatian, motivasi, dan perkembangan kesiapan.
Perhatian
Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Namun lebih penting ialah memupuk “attentional set” sikap memperhatikan pada anak, sehingga perhatian juga diatur secara intern oleh anak itu, sehingga anak itu dapat memberi perhatiannya, walaupun ada hal-hal lain yang menarik perhatiannya.
Untuk memupuk perhatian pada anak-anak kecil ada yang menganjurkan digunakan reinforcement berupakan misalnya gula-gula, kemudian dapat diberikan ganjaran simbolis seperti pujian, angka yang baik.
Motivasi Belajar
Motivasi kelakuan manusia merupakan topik yang sangat luas. Banyak macam motivasi dan para ahli meneliti tentang bagaimana asal dan perkembangannya dan menjadi suatu “daya” dalam mengarahkan kelakuan seseorang. Adapun beberapa tokoh yang meneliti soal motivasi belajar ini. Hewitt (1968) mengemukakan bahwa “attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan motivasi yakni yang bersifat sosial, artinya anak itu suka bekerja sama dengan anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapkan penghargaan dari teman-temannya dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga-dirinya di kalangan kawan sekelasnya.
Ausubel (1968) berpendapat bahwa motivasi yang dikaitakan dengan motivasi sosial tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang bertalian dengan penguasaan tugas dan keberhasilan.
Ausubel selanjutnya mengatakan adanya hubungan antara motivasi dan belajar. Motivasi bukan merupakan syarat mutlak untuk belajar.
Menurut Skinner (1968) maslaah motivasi bukan soal memberikan motivasi, akan tetapi mengatur kondisi belajar sehingga memberikan reinforcement.
Sistem Tutor
Dalam sistem ini siswa harus lebih dahulu mengadakan bacaan atau belajar sendiri. Kemudian tutor mengajukan pertanyaan berdasarkan bacaan itu, dan dengan demikian membimbing jalan pikiran siswa. Jadi di sini tutor itu bertindak sebagai menager belajar dengan mengarahkan jalan pikiran siswa, dan menugaskan siswa untuk mengadakan bacaan selanjutnya, jadi tutor itu tidak memberi pelajaran.
Agar sistem tutor itu berhasil siswa harus sanggup belajar sendiri dengan penuh disiplin dan harus mampu untuk mengambil isi dan inti apa yang dibacanya dari buku.
Metode Kuliah
1. Memberikan motivasi dengan membangkitkan minat untuk suatu topik yang dihubungkan dengan tujuan-tujuan yang lebih luas
2. Memberitahukan kepada siswa tentang hasil belajar yang diharapkan dari mereka
3. Dapat berusaha untuk membimbing pelajar dalam pelajarannya.
Untuk mencari hipotensis-hipotensis. Tujuan diskusi bukan untuk mencari jawaban, melainkan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Agar diskusi berjalan lancar, setiap murid harus mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang dipersoalkan. Diskusi yang berhasil memberikan kepuasan intelektual. Diskusi tidak dimasud sebagai cara untuk belajar sesuatu yang baru, akan tetapi untuk mentrasfer apa yang telah dipelajari.
Laboraturium
Merumuskan hipotensis, merumuskan defenisi operasional, mengontrol dan memanipulasi variabel-variabel, malakukan eksperimen, mencipatakan “model”, mentafsirkan data.
Makalah Tentang Belajar
Labels:
Makalah
Thanks for reading Makalah Tentang Belajar. Please share...!
Keren banget blognya kawan.. Ini kunjungan balasan sekaligus berbagi keprihatinan atas Gempa yang melanda Padang Pariangan dan Jambi.
ReplyDeleteMari doakan para korban gempa dan para relawan agar diberi kekuatan dari Tuhan.