KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, meskipun jauh dari kesempurnaan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muahmmad SAW.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Tafsir Ayat Tarbawi” dan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang “Posisi Akal dan Nafsu” .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis.
Demikianlah makalah ini penulis buat, bila terdapat kesalahan penulis mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran yang dapat memajukan makalah ini selalu penulis tunggu.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jambi, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………… i
DAFTAR ISI…………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………1
1.2 Tujuan……………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………2
2.1 Posisi Akal dan Nafsu……………………………2
BAB III PENUTUP……………………………6
3.1 KesimpulanKATA PENGANTAR……………………………i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas tentang akal dan nafsu yang terdapat pada setiap manusia tidak akan habisnya. Akal dapat menjadikan kita untuk selalu berfikir luas dan berbuat baik, sedangkan nafsu dapat menjadikan kita selalu berfikir untuk memiliki segalanya.
Makalah ini mencoba untuk menyajikan ayat Al-Qur’an dan penafsirannya yang berhubungan dengan akal dan nafsu sehingga kita bias mengetahui dimana posisi akal dan nafsu.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan memahami posisi akal dan nafsu pada QS. Ali-Imran: 190-191, Shaad: 26, Al-Mu’minuun: 71.
2. Mengetahui dampak penggunaan akal dan nafsu di dalam diri manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Posisi Akal dan Nafsu
Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani dan akal. Sedangkan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu.
Kajian terhadap akal dan hawa nafsu ini menjadi penting karena mengingat dampaknya yang ditimbulkan dari kedua itu bagi kehidupan manusia amat besar. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa ayat didalam Al-Qur’an yang isinya tentang akal dan hawa nafsu, diantaranya QS. Ali Imran: 190-191, Shaad: 26 dan Al-Mu’minum: 71.
2.2 QS. Ali Imran: 190-191
Artinya:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
191. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.
Tafsir Surah Ali Imran: 190
Allah SWT berfirman, memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa apa yang diciptakan-Nya berupa langit dan bumi, malam dan siang, planet dan bintang, dan keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (bumi dan langit), semua itu mengandung tanda atau bukti-bukti atas kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang mempergunakan pikirannya (akal), untuk mengingat Allah dan memikirkan ciptaan Allah.
Tafsir Surah Ali Imran: 191
Allah menyifatkan orang-orang yang berakal sehat itu bahwa mereka selalu ingat kepada Allah (dzikir), dalam segala kondisi manusia sedang duduk, berdiri dan berbaring. Manusia memikirkan ciptaan Tuhan berupa langit dan bumi, merenungi hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu yang menandakan adanya Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Agung. Seraya berkata: “Ya Tuhan Kami! TIdaklah kau ciptakan semua ini dengan sia-sia/tanpa hikmah. Maka jauhkanlah kami dari siksa api neraka dengan hikmah-Mu dan kuasa-Mu, mudahkanlah bagi kami mengerjakan amal-amal yang Engkau ridha, amal-amal yang menunjukkan kami ke surge dan menjauhkan kami dari adzab-Mu yang pendih”.
Kita harus mengetahui fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari tujuan mulia, maka semakin dekatlah kita kepada neraka, dan sebaliknya.
2.3 QS. Shaad: 26
Artinya:
26. Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesunggunya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Tafsir Surah Shaad: 26
Adam adalah Bapak pertama dari manusia, sebagai khalifah Allah di muka bumi, dengan akal budi yang dianugerahkan Allah kepadanya dan kepada manusia yang berfikir.
Adapun Daud sebagai penguasa (raja)/khalifah Allah menyambut tugas Adam. Dengan tegas Allah mengingatkan Daud agar menjadi pemimpin yang adil. Tidak membeda-bedakan antar kelompok, miskin dengan kaya dan sebagainya. Hukumlah diantara manusia dengan benar, jika salah katakana salah dan jika benar katakan benar. Jangan engkau mengikuti hawa nafsu, karena hawa nafsu dapat menyebabkan manusia melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Perbuatan yang demikian itu akan merugikan dirinya dan orang lain. Perbuatan itu (hawa nafsu) menyebabkan kita jauh dari jalan Allah dan mendapatkan azab dari Allah karena telah melupakan hari perhitungan (hisab).
2.4 QS. Al-Mu’minuun: 71
Artinya:
71. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada didalamnya. Sebenarnya kami mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
Tafsir Surah Al-Mu’minuun: 71
Sekiranya Al-Qur’an mengikuti hawa nafsu manusia, yang penuh dengan keinginan menang sendiri, membenci dan sebagainya, maka akan terjadi kebinasaan dan kehancuran. Tapi, kami tidak mengikuti kehendak mereka, kami telah mendatangkan kepada mereka kitab suci Al-Qur’an yang merupakan peringatan untuk mereka dan menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi agar menjadi umat yang teratur. Tetapi mereka menghinakan dan mengolok-ngoloknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Posisi akal memiliki dampak positif kehidupan manusia, sedangkan posisi nafsu memiliki dampak negative. Jika manusia lebih banyak menggunakan akal dalam perbuatan dan sifatnya, maka langit dan bumi akan aman dan tak ada manusia yang rugi dan dirugikan. Namun, jika manusia lebih banyak mengikuti hawa nafsunya, maka langit dan bumi dan semua yang ada didalamnya akan binasa.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita, khususnya penulis. Penulis mengharapkan pembahasan makalah ini mengenai posisi akal dan nafsu pada QS Ali Imran: 190-191, Shaad: 26, Al-Mu’minuun:71 dapat menambah pengetahuan kita. Dan jadikanlah diri anda sebagai mahasiswa/mahasiswi yang senantiasa menggunakan akal (pikiran) untuk memahami dan mengingat Allah SWT.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, meskipun jauh dari kesempurnaan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muahmmad SAW.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata kuliah “Tafsir Ayat Tarbawi” dan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang “Posisi Akal dan Nafsu” .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis.
Demikianlah makalah ini penulis buat, bila terdapat kesalahan penulis mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Kritik dan saran yang dapat memajukan makalah ini selalu penulis tunggu.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jambi, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………… i
DAFTAR ISI…………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………1
1.2 Tujuan……………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………2
2.1 Posisi Akal dan Nafsu……………………………2
BAB III PENUTUP……………………………6
3.1 KesimpulanKATA PENGANTAR……………………………i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas tentang akal dan nafsu yang terdapat pada setiap manusia tidak akan habisnya. Akal dapat menjadikan kita untuk selalu berfikir luas dan berbuat baik, sedangkan nafsu dapat menjadikan kita selalu berfikir untuk memiliki segalanya.
Makalah ini mencoba untuk menyajikan ayat Al-Qur’an dan penafsirannya yang berhubungan dengan akal dan nafsu sehingga kita bias mengetahui dimana posisi akal dan nafsu.
1.2 Tujuan
Tujuan penulis dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan memahami posisi akal dan nafsu pada QS. Ali-Imran: 190-191, Shaad: 26, Al-Mu’minuun: 71.
2. Mengetahui dampak penggunaan akal dan nafsu di dalam diri manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Posisi Akal dan Nafsu
Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani dan akal. Sedangkan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu.
Kajian terhadap akal dan hawa nafsu ini menjadi penting karena mengingat dampaknya yang ditimbulkan dari kedua itu bagi kehidupan manusia amat besar. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa ayat didalam Al-Qur’an yang isinya tentang akal dan hawa nafsu, diantaranya QS. Ali Imran: 190-191, Shaad: 26 dan Al-Mu’minum: 71.
2.2 QS. Ali Imran: 190-191
Artinya:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
191. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.
Tafsir Surah Ali Imran: 190
Allah SWT berfirman, memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa apa yang diciptakan-Nya berupa langit dan bumi, malam dan siang, planet dan bintang, dan keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (bumi dan langit), semua itu mengandung tanda atau bukti-bukti atas kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang mempergunakan pikirannya (akal), untuk mengingat Allah dan memikirkan ciptaan Allah.
Tafsir Surah Ali Imran: 191
Allah menyifatkan orang-orang yang berakal sehat itu bahwa mereka selalu ingat kepada Allah (dzikir), dalam segala kondisi manusia sedang duduk, berdiri dan berbaring. Manusia memikirkan ciptaan Tuhan berupa langit dan bumi, merenungi hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu yang menandakan adanya Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Agung. Seraya berkata: “Ya Tuhan Kami! TIdaklah kau ciptakan semua ini dengan sia-sia/tanpa hikmah. Maka jauhkanlah kami dari siksa api neraka dengan hikmah-Mu dan kuasa-Mu, mudahkanlah bagi kami mengerjakan amal-amal yang Engkau ridha, amal-amal yang menunjukkan kami ke surge dan menjauhkan kami dari adzab-Mu yang pendih”.
Kita harus mengetahui fakta bahwa semakin jauh jarak kita dari tujuan mulia, maka semakin dekatlah kita kepada neraka, dan sebaliknya.
2.3 QS. Shaad: 26
Artinya:
26. Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesunggunya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.
Tafsir Surah Shaad: 26
Adam adalah Bapak pertama dari manusia, sebagai khalifah Allah di muka bumi, dengan akal budi yang dianugerahkan Allah kepadanya dan kepada manusia yang berfikir.
Adapun Daud sebagai penguasa (raja)/khalifah Allah menyambut tugas Adam. Dengan tegas Allah mengingatkan Daud agar menjadi pemimpin yang adil. Tidak membeda-bedakan antar kelompok, miskin dengan kaya dan sebagainya. Hukumlah diantara manusia dengan benar, jika salah katakana salah dan jika benar katakan benar. Jangan engkau mengikuti hawa nafsu, karena hawa nafsu dapat menyebabkan manusia melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Perbuatan yang demikian itu akan merugikan dirinya dan orang lain. Perbuatan itu (hawa nafsu) menyebabkan kita jauh dari jalan Allah dan mendapatkan azab dari Allah karena telah melupakan hari perhitungan (hisab).
2.4 QS. Al-Mu’minuun: 71
Artinya:
71. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada didalamnya. Sebenarnya kami mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Qur’an) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
Tafsir Surah Al-Mu’minuun: 71
Sekiranya Al-Qur’an mengikuti hawa nafsu manusia, yang penuh dengan keinginan menang sendiri, membenci dan sebagainya, maka akan terjadi kebinasaan dan kehancuran. Tapi, kami tidak mengikuti kehendak mereka, kami telah mendatangkan kepada mereka kitab suci Al-Qur’an yang merupakan peringatan untuk mereka dan menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi agar menjadi umat yang teratur. Tetapi mereka menghinakan dan mengolok-ngoloknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Posisi akal memiliki dampak positif kehidupan manusia, sedangkan posisi nafsu memiliki dampak negative. Jika manusia lebih banyak menggunakan akal dalam perbuatan dan sifatnya, maka langit dan bumi akan aman dan tak ada manusia yang rugi dan dirugikan. Namun, jika manusia lebih banyak mengikuti hawa nafsunya, maka langit dan bumi dan semua yang ada didalamnya akan binasa.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita, khususnya penulis. Penulis mengharapkan pembahasan makalah ini mengenai posisi akal dan nafsu pada QS Ali Imran: 190-191, Shaad: 26, Al-Mu’minuun:71 dapat menambah pengetahuan kita. Dan jadikanlah diri anda sebagai mahasiswa/mahasiswi yang senantiasa menggunakan akal (pikiran) untuk memahami dan mengingat Allah SWT.
Labels:
Makalah
Thanks for reading MAKALAH POSISI AKAL DAN NAFSU. Please share...!
thank to share...
ReplyDelete