PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting Cina dan India.
Nah lewat perdagangan tersebut Indonseia dimasuki oleh agama Islam. Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan poltik dan sosial budaya daerah-daerah ketika di datangi Islam juga berlainan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pedagangan-pedagangan Muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Protugis merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting.
Ada indikator bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke- 9 M, tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat India. Karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli disini. Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan Pantai Timur Afrika.
Baru pada zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam, bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslin itu. Menjalang abad ke- 13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudra Pasai, Perlak dan Palembang di Sumatra. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gersik) yang berangka tahun 475 H (1082 M) dan amakam-makam Islam.
A. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/7-8 M, tetapi semuanya tenggelam dalam Hegemoni Maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaliq muslim membentuk komunitas-komunitas Islam.
Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Karena itu, Islam terbesar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.
Penyebaran Islam di dunia Melayu (Indonesia) memperhatikan sebuah proses amat menarik yang dpaat dilacak dari apa yang oleh Dr. Taufik Abdullah disebut sebagai Soual Memory (ingatan sosial). Ingatan sosial masyarakat muslin di Ujung Padang mengatakan bahwa mereka di Islamkan oleh tiga datuk dari Minang Kabau. Ingatan sosial masyarakat muslim di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) mengatakan bahwa mereka di Islamkan oleh orang-orang Ujung Padang.
Masuk Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan poliyik dan sosial budaya daerah-daerah ketika di datangi Islam juga berlainan. Pada abad ke-7 smapai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional.
Datangnya orang-orang muslim ke daerah sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang hanya untuk pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik bari terlihat pada abad ke-9 M. Ketika mereka terlibat dalam pemberontakan. Petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878 – 889 M). Akibat pemberontakan tersebut banyak kaum mulim yang dibunuh.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke- 12 M. Pada akhir abad ke- 12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi, usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya karena kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan pedagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam yaitu kerajaan Samudra Pasai di Pesisir Timur Laut Aceh.
B. Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim Dikota-Kota Pesisir
Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah Aceh. Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada pertengahan abat ke- 13 M setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke -15 M di dini lahir kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara.
Berdasarkan berita Tome Plers (1512-1515) dalam suma orientalnya, dapat dikatakan hampir seluruh Pesisir Sumatra adalah Kerajaan Islam, tetapi ada sebagian yang tidak termasuk (menurut berita) yaitu daerah Pelaman Aceh, Sumatra Barat.
Sementara di Jawa proses terjadi pada abad ke- 11 walaupun belum luas tetapi ada terdapat tanda di temukan makam Fatimah binti Maimun dan pada abad ke-13 Islam mengalami kemajuan disebabkan kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesarannya.
Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, Islam datang sejak abad ke-14, Raja Ternate ke- 12, Molmatea bersahabat karib dengan orang Arab, ini membuktikan sebelum Raja masuk Islam, Islam sudah ada.
Kalimantan Timur di Islamkan sejak tahun 1575, oleh Datuk Ri Badang dan Tunggang Parang, prosesnya setelah Mubaliq (ke 2 Datuk) itu datang ke Kutai setelah orang Makasar masuk Islam.
Sulawesi terutama bagi Selatan, sejak abad ke-15 M, itu masih beragama berhala, sejak abad ke-16, agamanya berubah menjadi Islam, ini disebabkan para pedagang muslim datang dari Malaka, Jawa dan Sumatera. Pada tanggal 22 September 1605 M, Raja Tallo masuk Islam secara resmi.
Proses Islamisasi tidak berhenti dari kerajaan Islam, tetapi terus berlangsung intensif berbagai cara dan saluran.
C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
a. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-17 hingga ke-16 M. Membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri bagian barat tenggara dan timur benua asia. Saluran islamisasi bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah mempunyai keturunan lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
c. Saluran Tasawuf
Pengajar tasawuf atau sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam magis dan diantara sufi ada yang menikah dengan putri-putri bangsawan setempat.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama. Di pesantren calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar ia berdakwah ketempat ternetu mengajarkan Islam.
e. Saluran Kesenian
Melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton mengucapkan kalimat syahadat.
f. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik Sumatra dan Jawa maupun Indonesia bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam.
D. Pembaharuan di Indonesia
Pembaharuan yang dilakukan oleh wahabiyah, Jamaluddin dan Muhammad Abdu serta tokoh-tokoh lainnya bertambah luas dan sampai ke Indonesia, yang pada waktu itu semangat nasionalisme bangsa Indonesia baru tumbuh.
Pengaruh pembaharuan itu diterima baik secara langsung seperti belajar di Mekkah dan Mesir, maupun secara tidak langsung seperti melalui majalah al-urwatul wusqa dan buku-buku yang berisi pembaharuan.
Pertumbuhan dan perkembangan organisasi-organisasi Islam itu di dorong oleh ajaran Islam yang didasari dengan kesadaran umat Islam sendiri untuk membersihkan campur aduknya kehidupan agama dengan unsur-unsur lain, memperbaiki kualitas pendidikan, sosial dan ekonomi sebagai akibat dari penjajahan juga menghadapi aktivitas zending.
Pada tahun 1991 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah agama yang diberi nama Muhammadiyah, perguruan ini tidak diadakan di surau atau mesjid, tetapi digedung yang menggunakan meja, kursi dan papan tulis, kemudian pad atanggal 19 November 1912 bertepatan dengan 8 Zulhijjah 1330 H. Organisasi Muhammadiyah di bentuk oleh K.H. Ahmad Dahlan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Islam datang melalui beberapa tahapan
a. Melalui perdagangan
b. Melalui pernikahan
c. Melalui politik
d. Melalui pendidikan
• Proses islamisasi tidak secara langsung diterima, tetapi proses islamisasi dilakukan/dianut raja terlebih dahulu, setelah raja menganut semua masyarakat ikut.
• Untuk mempertahankan Islam K.H. Ahmad Dahlan mendirikan pesantren dan suatu organisasi yaitu pesantren “Muhammadiyah dan Organisasi Muhammadiyah”
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. “Sejarah Peradaban Islam”. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2001
Asmuni, Yusran. “Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam”. Jakarta: Grafindo. 2001
Harjono, Anwar. “Pemikiran Berwawasan Iman-Islam”. Jakarta: Gema Insani Press. 1995
Lebih lengkap silahkan download Sejarah Peradaban Islam “Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia”
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting Cina dan India.
Nah lewat perdagangan tersebut Indonseia dimasuki oleh agama Islam. Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan poltik dan sosial budaya daerah-daerah ketika di datangi Islam juga berlainan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pedagangan-pedagangan Muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad 1 H), ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Protugis merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian, Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting.
Ada indikator bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke- 9 M, tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai Barat India. Karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli disini. Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan Pantai Timur Afrika.
Baru pada zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam, bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslin itu. Menjalang abad ke- 13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudra Pasai, Perlak dan Palembang di Sumatra. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gersik) yang berangka tahun 475 H (1082 M) dan amakam-makam Islam.
A. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/7-8 M, tetapi semuanya tenggelam dalam Hegemoni Maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaliq muslim membentuk komunitas-komunitas Islam.
Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat diantara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Karena itu, Islam terbesar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.
Penyebaran Islam di dunia Melayu (Indonesia) memperhatikan sebuah proses amat menarik yang dpaat dilacak dari apa yang oleh Dr. Taufik Abdullah disebut sebagai Soual Memory (ingatan sosial). Ingatan sosial masyarakat muslin di Ujung Padang mengatakan bahwa mereka di Islamkan oleh tiga datuk dari Minang Kabau. Ingatan sosial masyarakat muslim di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) mengatakan bahwa mereka di Islamkan oleh orang-orang Ujung Padang.
Masuk Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Disamping itu, keadaan poliyik dan sosial budaya daerah-daerah ketika di datangi Islam juga berlainan. Pada abad ke-7 smapai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional.
Datangnya orang-orang muslim ke daerah sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang hanya untuk pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik bari terlihat pada abad ke-9 M. Ketika mereka terlibat dalam pemberontakan. Petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878 – 889 M). Akibat pemberontakan tersebut banyak kaum mulim yang dibunuh.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke- 12 M. Pada akhir abad ke- 12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya. Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi, usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi kerajaan, bahkan justru sebaliknya karena kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan pedagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam yaitu kerajaan Samudra Pasai di Pesisir Timur Laut Aceh.
B. Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim Dikota-Kota Pesisir
Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah Aceh. Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada pertengahan abat ke- 13 M setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke -15 M di dini lahir kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara.
Berdasarkan berita Tome Plers (1512-1515) dalam suma orientalnya, dapat dikatakan hampir seluruh Pesisir Sumatra adalah Kerajaan Islam, tetapi ada sebagian yang tidak termasuk (menurut berita) yaitu daerah Pelaman Aceh, Sumatra Barat.
Sementara di Jawa proses terjadi pada abad ke- 11 walaupun belum luas tetapi ada terdapat tanda di temukan makam Fatimah binti Maimun dan pada abad ke-13 Islam mengalami kemajuan disebabkan kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesarannya.
Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku, Islam datang sejak abad ke-14, Raja Ternate ke- 12, Molmatea bersahabat karib dengan orang Arab, ini membuktikan sebelum Raja masuk Islam, Islam sudah ada.
Kalimantan Timur di Islamkan sejak tahun 1575, oleh Datuk Ri Badang dan Tunggang Parang, prosesnya setelah Mubaliq (ke 2 Datuk) itu datang ke Kutai setelah orang Makasar masuk Islam.
Sulawesi terutama bagi Selatan, sejak abad ke-15 M, itu masih beragama berhala, sejak abad ke-16, agamanya berubah menjadi Islam, ini disebabkan para pedagang muslim datang dari Malaka, Jawa dan Sumatera. Pada tanggal 22 September 1605 M, Raja Tallo masuk Islam secara resmi.
Proses Islamisasi tidak berhenti dari kerajaan Islam, tetapi terus berlangsung intensif berbagai cara dan saluran.
C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
a. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-17 hingga ke-16 M. Membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri bagian barat tenggara dan timur benua asia. Saluran islamisasi bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah mempunyai keturunan lingkungan mereka makin luas. Akhirnya, timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
c. Saluran Tasawuf
Pengajar tasawuf atau sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam magis dan diantara sufi ada yang menikah dengan putri-putri bangsawan setempat.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama-ulama. Di pesantren calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar ia berdakwah ketempat ternetu mengajarkan Islam.
e. Saluran Kesenian
Melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton mengucapkan kalimat syahadat.
f. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik Sumatra dan Jawa maupun Indonesia bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam.
D. Pembaharuan di Indonesia
Pembaharuan yang dilakukan oleh wahabiyah, Jamaluddin dan Muhammad Abdu serta tokoh-tokoh lainnya bertambah luas dan sampai ke Indonesia, yang pada waktu itu semangat nasionalisme bangsa Indonesia baru tumbuh.
Pengaruh pembaharuan itu diterima baik secara langsung seperti belajar di Mekkah dan Mesir, maupun secara tidak langsung seperti melalui majalah al-urwatul wusqa dan buku-buku yang berisi pembaharuan.
Pertumbuhan dan perkembangan organisasi-organisasi Islam itu di dorong oleh ajaran Islam yang didasari dengan kesadaran umat Islam sendiri untuk membersihkan campur aduknya kehidupan agama dengan unsur-unsur lain, memperbaiki kualitas pendidikan, sosial dan ekonomi sebagai akibat dari penjajahan juga menghadapi aktivitas zending.
Pada tahun 1991 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah agama yang diberi nama Muhammadiyah, perguruan ini tidak diadakan di surau atau mesjid, tetapi digedung yang menggunakan meja, kursi dan papan tulis, kemudian pad atanggal 19 November 1912 bertepatan dengan 8 Zulhijjah 1330 H. Organisasi Muhammadiyah di bentuk oleh K.H. Ahmad Dahlan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Islam datang melalui beberapa tahapan
a. Melalui perdagangan
b. Melalui pernikahan
c. Melalui politik
d. Melalui pendidikan
• Proses islamisasi tidak secara langsung diterima, tetapi proses islamisasi dilakukan/dianut raja terlebih dahulu, setelah raja menganut semua masyarakat ikut.
• Untuk mempertahankan Islam K.H. Ahmad Dahlan mendirikan pesantren dan suatu organisasi yaitu pesantren “Muhammadiyah dan Organisasi Muhammadiyah”
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. “Sejarah Peradaban Islam”. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2001
Asmuni, Yusran. “Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam”. Jakarta: Grafindo. 2001
Harjono, Anwar. “Pemikiran Berwawasan Iman-Islam”. Jakarta: Gema Insani Press. 1995
Lebih lengkap silahkan download Sejarah Peradaban Islam “Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia”
Labels:
Makalah
Thanks for reading Sejarah Peradaban Islam “Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia”. Please share...!
0 Komentar untuk "Sejarah Peradaban Islam “Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia”"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar