I. Pengamatan Dan Pengukuran Sel
Sitologi adalah cabang ilmu biologi yang mengkaji tentang sel, termasuk bentuk, susunan dan sifat-sifat fisik maupun kimia sel. Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada abad ke- 17, melalui pengamatan irisan gabus, Quercus suber di bawah mikroskop. Teori sel yang dikemukakan oleh M.J. Schleiden (untuk tumbuhan) dan T. Schwann
Sitologi adalah cabang ilmu biologi yang mengkaji tentang sel, termasuk bentuk, susunan dan sifat-sifat fisik maupun kimia sel. Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada abad ke- 17, melalui pengamatan irisan gabus, Quercus suber di bawah mikroskop. Teori sel yang dikemukakan oleh M.J. Schleiden (untuk tumbuhan) dan T. Schwann
(untuk hewan) menyatakan bahwa Semua organisme terdiri dari sel atau sel-sel serta zat yang dihasilkan oleh sel. Sel merupakan unit struktural dan fungsional dari organisme.
Bentuk sel bermacam-macam antara lain seperti kubus, peluru, prisma, silindris ataupun memanjang. Panjang sel berkisar 0,01 – 0,1 mm atau 10 – 100 mikron, tetapi ada yang mencapai panjang sampai 25 cm atau lebih.
Adanya dinding sel merupakan karakteristik dari sel tumbuhan. Dinding sel berfungsi memberikan bentuk pada sel dan melindungi isi sel. Sel yang masih muda mempunyai dinding yang relatif tipis. Setelah terjadi pertumbuhan sel , dinding sel primer dapat mengalami penebalan atau membentuk dinding sekunder bahkan dinding tersier. Komposisi utama dinding sel tadalah selulosa, lainnya adalah hemiselulosa, lignin, suberin, dan pektin. Dinding primer dan sekunder bersifat anisotrop sedangkan lamela tengah bersifat isotrop.
Berbeda dengan sel tumbuhan, sel hewan tidak mempunyai dinding sel. Oleh karena itu, sel hewan bersifat elastis dan dapat bergerak bebas.
Percobaan 2. Mengamati Sel Tumbuhan (sel mati, sel hidup)
Tujuan Percobaan:
1. Mengamati sel mati pada gabus Manihot utillissima
2. Mengamati sel hidup dan bagian-bagiannya
Alat : Mikroskop, pipet tetes, objek glass dan cover glass, beker glass,
mikrometer.
Bahan : Air, Manihot utillissima, Allium cepa, sri rezeki, Hydrilla verticillata, dan tangkai sari Rhoe discolor .
Prosedur Kerja
Buatlah sayatan tipis dari gabus Manihot utillissima dan letakkan di atas objek glass.
Tambahkan beberapa tetes air dan tutup dengan cover glass, hati-hati supaya tidak ada gelembung udara yang terperangkap
Amati di bawah mikroskop dan buat gambarnya dan tulis bagian-bagian yang terlihat
Lakukan hal yang sama terhadap penampang melintang Allium cepa , sri rezeki, dan Hydrilla verticillata
Percobaan 3. Mengukur sel tumbuhan
Pengukuran sel di bawah mikroskop menggunakan lensa okuler dan objektif yang terlebih dahulu ditera. Lensa objektif sudah memiliki skala yang sudah tertentu ukurannya. Cocokkan skala pada objektif dengan skala pada okuler. Misalnya satu skala objektif jaraknya 10 mikron. Apabila 3 skala objektif setara dengan 5 okuler, maka lima skala okuler ukurannya adalah 30 mikron atau 1 skala okuler berukuran 6 mikron.
Lakukan peneraan dengan mikroskop saudara dengan perbesaran yang berbeda.
Buatlah sayatan melintang dan membujur empelur Manihot utilissima dan Umbi Allium cepa, kemudian amati di bawah mikroskop
Gambar dan ukurlah panjang dan lebar tiga sel yang saudara amati.
Percobaan 4. Mengamati bentuk sel tumbuhan
• Ambillah rambut buah Ceiba petandra dan letakkan di atas objek glass.
• Tambahkan beberapa tetes air dan tutup dengan cover glass.
• Amati dan gambarlah bentuk sel yang terlihat
• Lakukan hal yang sama terhadap penampang melintang Monihot utillissima, rambut biji Gossypium sp dan umbi lapis Allium cepa serta benang sari Rhoe discolor.
Percobaan 5. Mengamati sel hewan
Ambil spatula dan goreskan berlahan pada dinding mulut (kulit mulut) bagian dalam.
Letakkan di atas objek glass lalu tutup dengan cover glass.
Amati dibawah mikroskop, catat dan gambarkan hasil pengamatan anda.
Percobaan 6. Mengamati sel bakteri
Ambil preparat yang sudah disediakan
Letakkan dibawah mikroskop
Atur perbesaran sehingga bentuk sel bakteri terlihat fokus
Gambarkan bentuk sel bakteri yang anda amati
III. Pengamatan Mikroskopis Mikroorganisme
Preparat yang yang bersifat basah yang disiapkan memungkinkan anda mengamati bentuk dan ukuran mikroorganisme secara individu, dan motilitasnya dalam keadaan alamiah. Selama pengamatan ini, anda harus membedakan pergerakan sejati dengan pergerakan yang disebabkan oleh arus cairan. keadaan ini disebabkan preparat basah yang anda buat mengandung gelembung udara atau tidak tersegel dengan baik, sehingga timbul arus udara yang menyebabkan mikroorganisme yang anda amati bergerak mengalir mengikuti arus cairan tersebut.
Pergerakan sejati mikroorgnisme disebabkan adanya flagella (bakteri, bebrapa ganggang dan protozoa), adanya silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid) pada beberapa protozoa. Flagella mungkin sukar untuk diamati dengan mikroskop cahaya. Pewarnaan khusus atau pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron, flagella ini akan mudah diamati.
Percobaan 7. Pengamatan Mikroorganisme
Tujuan Percobaan : Mengamati mikroorganisme (protista) air tawar
Alat : Mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes
Bahan : Air kolam dan air rendaman jerami.
Prosedur Kerja:
Ambil setetes air rendaman jerami/air kolam, letakkan di atas objek glass
Usapkan sedikit vaselin di ujung jari tangan kiri anda sehingga membentuk lapisan tipis. Sentuhkan vaselin tersebut pada keempat sisi gelas penutup
Arahkan kaca penutup yang sudah diolesi vaselin menghadap ke arah objek glass, secara berlahan letakkan kaca penutup dalam media dan tekan perlahan sehingga tersegel baik.
Amati di bawah mikroskop, gambar dengan lengkap dan beri keterangan.
IV. Mengamati Jaringan
Jaringan pokok penyusun organ tumbuhan Spermatophyta umumnya terdiri dari jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan kolenkim, jaringan sklerenkim, struktur sekretori, jaringan pengangkut yang meliputi xylem dan floem.
Jaringan perenkim merupakan jaringan dasar yang ditemui pada semua organ tumbuhan. Parenkim berperan sesuai dengan posisinya, walaupun sewaktu-waktu fungsinya dapat berubah. Sifat ini disebabkan tingkat diferensiasinya yang masih rendah. Parenkim ada yang berfungsi untuk fotosintesis , menyimpan cadangan makanan, untuk pertukaran udara, ataupun bersifat meristematik. Bentuk selnya bervariasi, ada yang isodiametris, memanjang dan berlobus. Dinding sel parenkim umumnya relative tipis.
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan peneguh utama pada tumbuhan. Tersusun atas sel-sel yang berdinding tebal dan keras karena mengalami lignifikasi yang merupakan penebalan sekunder. Menurut bentuknya, sklerenkim dibedakan menjadi sklereid (sel batu), fiber (serat). Sklereid terdapat pada epidermis, jaringan pembuluh pada batang, daun, buah dan biji. Demikian juga dengan fiber tersebar di berbagai organ tumbuhan.
Jaringan kolenkim mempunyai dinding yang tebal dan berfungsi meneguhkan terutama pada jaringan yang muda. Biasanya jaringan ini terletak ke arah pinggir (perifer) dari batang dan bagian daun. Jaringan ini merupakan jaringan yang hidup dan dapat juga meristematis. Sel-sel penyusun kolenkim bersifat seperti parenkim yang telah mengalami diferensiasi sederhana terutama pada penebalan dinding selnya. Selnya bersifat plastis dan penebalan dinding terdiri dari selulosa, hemi selulosa, dan pektin dengan kadar air cukup tinggi. Umumnya penebalan dimulai dari sudut-sudut sel yang kemudian berkembang kea arah tertentu yang tergantung jenis tumbuhan. Berdasarkan bentuk penebalan dinding, kolenkim dikenal dengan tipe kolenkim sudut (angular), kolenkim lempeng (lamelar) dan kolenkim lakunar (tubular).
Percobaan 8. Jaringan Tumbuhan
Tujuan Percobaan : Mengamati jaringan parenkim, Kolenkim, Sklerenkim,
Pengangkut, dan Epidermis
Alat : Mikroskop, objek glass, cover glass, Pipet tetes
Bahan : Air, tangkai daun Eichornia crassives, endocarp Cocos nucivera,
dan batang Cucurbita sp,daun sri rezeki dan Rhoe discolor, batang
Helianthus annuus, batang Zea mays
Prosedur Kerja
Buatlah sayatan penampang melintang tangkai daun Eichornia crassives
Letakkan di atas objek glass, beri sedikit air, dan tutup dengan cover glass
Amati di bawah mikroskop, gambar lengkap dan beri keterangan
Perhatikan bentuk sel parenkim yang berfungsi dalam pertukaran udara yang mempunyai rongga interseluler yang banyak
Lakukan hal yang sama terhadap
a. endocarp Cocos nucifera untuk mengamati jaringan sklerenkim
b. batang Cucurbita sp untuk mengamati jaringan kolenkim
c. daun sri rezeki atau Rhoe discolor untuk mengamati jaringan epidermis
d. batang muda Helianthus annuus dan Zea mays untuk mengamati jaringan pengangkut
V. Mengamati Organ Tumbuhan dan Hewan
Organ tumbuhan yang termasuk Sermatophyta dapat dibedakan atas organ pokok dan organ tambahan. Organ pokok meliputi daun, batang, dan akar, sedangkan organ tambahan merupakan organ yang terbentuk dari modifikasi organ pokok seperti bunga, buah, dan biji.
Ogan-organ pada hewan terutama yang termasuk vertebrata akan membentuk sistem organ. Berbagai sistem organ yang dapat diamati dalam praktikum ini antara lain adalah sistem pencernaan, sistem peredaran darah,dan sistem pernapasan.
Percobaan 9. Morfologi hewan dan tumbuhan
Tujuan Percobaan : Mengamati organ pada tumbuhan dan hewan
Alat : Alat Bedah, Jarum pentul
Bahan : Kloroform, Tumbuhan jagung Lengkap, Tumbuhan kacang
tanah lengkap, Ikan nila/ikan mas, Kodok dewasa.
Prosedur Kerja
a. Tumbuhan
Amati sampel tumbuhan yang ada dikelompok saudara, perhatikan bagian atau organ pokok dan organ tambahan yang ada, apakah lengkap?
Tentukan nama daerah/lokal dan nama ilmiahnya
Gambarlah dengan lengkap dan tulis organ yang ada
Buat klasifikasinya
b. Hewan
Ambil kodok dan gambar bentuk morfologinya
Kodok dibius dengan kloroform hingga pingsan.
Letakkan hewan sampel di atas papan bedah, rentangkan keempat kaki dan tusuk pada telapak kaki dengan jarum pentul
Sayat bagian kulit perut kodok dengan pisau secara perlahan hingga tertingal bagian selaput pelindung isi perut
Rentangkan kulit yang sudah terkelupas dan tusuk ke papan bedah .
Selanjutnya sayat selaput pelindung isi perut secara perlahan hingga seluruh isi rongga perut bisa terlihat.
Gambar bagian-bagian organ yang terlihat dan catat fungsinya
Lakukan hal yang sama terhadap ikan mas/nila.
VI. DIFUSI, OSMOSIS, DAN POTENSIAL AIR JARINGAN
Sitoplasma dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini merupakan membran dwi lapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Terdapat dua proses fisiko-kimia yaitu (perembesan) dan osmosis. Adanya proses difusi, suatu selaput dinyatakan permiabel apabila semua jenis molekul dalam cairan yang ada disekelilingnya dapat merembes melewatinya. Suatu selaput dinyatakan semipermiabel bila hanya beberapa jenis molekul dari cairan di sekelilingnya yang dapat melewatinya.
Osmosis merupakan proses difusi melewati suatu selaput karena adanya beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah selaput. Dengan demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya keseimbangan antara kepekatan cairan. Cairan sel biasanya bersifat hipertonis dan cairan di luar bersifat hipotonis, hingga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampaii antara kedua cairan bersifat isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan hipertonis (lebih pekat) terhadap sitoplasma, maka air yang berada dii dalam vakuola akan keluar dari sel, sehingga protoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sell (plasmolisis). Apabila sel kemudian dimasukkan ke dalam cairan hipotonis (lebih encer dari cairan sel) maka air akan masuk ke sel dan sitoplasma kembali mengembang (deplasmolisis).
Percobaan 10. Difusi
Tujuan : Mengamati terjadinya difusi KMnO4 dalam akuades
Bahan & Alat : Cawan petri, Pipet tetes, Kristal KMnO4 , kertas , Mistar, kertas HVS putih, dan Spatula
Cara Kerja :
-Tempatkan cawan petri ditempat datar yang diberi alas dengan kertas HVS putih, kemudian buat cetakan cawan pada kertas, buat kuadran pada cetakan tersebut dan tandai garis kuadran dengan jarak 1 mm.
- Tuangkan akuades sekitar setengah dari volume cawan.
- Masukkan sedikit kristal KMnO4 tepat di posisi tengah cawan berisi akuades tersebut dan tetapkan saat kristal menyentuh akuades sebagai waktu start (t = 0)
- Amati terjadinya peristiwa difusi kristal, bagaimana laju difusi dari awal sampai larutan merata.
- Catat waktu yang dibutuhkan sampai terjadinya keseimbangan (larutan merata) dan tentukan laju difusinya dengan menghitung jarak yang dilewati dibagi waktu.
- Ulangi percobaan di atas, tetapi segera setelah kristal dimasukkan larutan diaduk dengan menggunakan spatula. Amati apa yang terjadi.
Percobaan 11. Osmosis
Tujuan : Mengamati terjadinya osmosis dengan menggunakan
membran dari telur ayam
Bahan & Alat : Telur ayam, Asam cuka, Sukrosa, Safranin, Akuades, Pipa gelas, Beker gelas, Karet gelang, dan Statif
Cara Kerja :
- Rendam telur dalam larutan asam cuka 50% selama 24 jam
- Sobek membran telur di bagian ujung, keluarkan kuning dan putih telurnya, kemudian cuci bersih selaputnya dengan akuades.
- Tutupkan selaput telur pada bagian yang disobek tadi ke salah satu ujung pipa gelas dan ikat dengan karet, kerjakan dengan hati-hati agar selaput tidak sobek.
- Tuangkan larutan sukrosa (1M) yang telah diberi safranin melalui ujung pipa gelas secukupnya, pastikan selaput tidak bocor.
- Tuangkan akuades ke dalam beker gelas secukupnya, masukkan membran berisi sukrosa tadi ke dalam beker sekitar dua per tiga volumenya. Tandai permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas dan catat sebagai waktu start (t = 0).
- Amati terjadinya peristiwa osmosis dengan melihat kenaikan permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas.
- Catat waktu yang dibutuhkan untuk kenaikan permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas.
VII. FOTOSINTESIS DAN PIGMEN FOTOSINTESIS
Tumbuhan merupakan organisme autotrof, yaitu golongan organisme yang mampu mensintesis sendiri senyawa-senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan yang berhijau daun dalam fotosintesis. Selama proses ini energi cahaya matahari diubah menjadi energi kimia berupa ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa.
Pigmen yang terlibat dalam fotosintesis terdiri atas beberapa jenis yaitu klorofil a (C55H72N4O5Mg), klorofil b (C55H70N4O5Mg) dan karotenoid yang terdiri atas karoten dan xantofil. Pigmen tersebut berfungsi untuk menyerap energi cahaya. Energi eksitasi yang diperoleh klorofil digunakan untuk memecah molekul air menjadi ion hidrogen dan molekul oksigen yang dibebaskan ke atmosfer. Reaksi pemecahan molekul air ini dikenal sebagai fotolisis air.
Glukosa yang dihasilkan apabila tidak segera diangkut akan mengalami kondensasi menjadi amilum yang disimpan di dalam plastida.
Reaksi umum fotosintesis :
n CO2 + nH2O (CH2O)n + nO2
Klorofil merupakan pigmen utama yang bertanggungjawab untuk menangkap energi cahaya yang digunakan dalam fotosintesis. Ada beberapa tipe pigmen yang berperan di dalam pengumpulan energi cahaya. Pada tumbuhan tingkat tinggi, selain pigmen klorofil a dan b terdapat pula karotenoid yang terdiri dari karoten dan xantofil.
Selama penyerapan energi cahaya, pigmen akan menyerap spektrum cahaya yang berbeda-beda dan dalam bentuk kombinasi. Spektrum absorbsi maksimal klorofil berada pada cahaya violet – biru sampai orange – merah, sedangkan pigmen asessori absorbsi maksimal berada pada cahaya biru – violet. Cahaya yang aktif dan berperan untuk fotosintesis adalah cahaya dengan 400 – 700 nm yang dikenal sebagai Photosynthetic Active Radiation /PhAR
Percobaan 12. Pengaruh Warna terhadap Aktivitas Fotosintesis
Tujuan : Melihat pengaruh perbedaan warna terhadap aktivitas fotosintesis dengan mengukur volume O2 yang dihasilkan
Bahan & Alat : Hydrilla sp, NaHCO3, tabung reaksi, beker gelas, pipet
tetes, gelas ukur, kertas cellophan berwarna
Cara Kerja :
- Masukkan Hydrilla sp sebanyak 2 tangkai ke dalam tabung reaksi dengan posisi tangkai ke arah bawah tabung
- Isi tabung reaksi dengan 0,5% NaHCO3 sampai penuh, kemudian letakkan secara terbalik dalam beker gelas sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung udara
- Tutup beker gelas dengan kertas cellophan berwarna dan letakkan pada sinar matahari selama 2 jam atau lebih
- Pukul-pukul dinding tabung agar tumbuhan terlepas dari dinding, tegakkan tabung lalu udara yang terbentuk tandai dengan spidol
- Keluarkan isi tabung, keringkan, kemudian isi air dengan menggunakan pipet sampai batas yang telah ditandai. Ukur volume air yang ada, volumenya = volume O2 yang terbentuk selama fotosintesis. Bandingkan pengaruh warna kertas penutup terhadap reaksi ini.
Percobaan 13. Pigmen Fotosintesis
Tujuan : Menentukan kandungan pigmen fotosintesis
Bahan & Alat : Daun, Aseton, Akuades, Es batu, Lumpang, Labu ukur, Ember, Pipet ukur, Sentrifuse, kertas saring, corong, dan Spektrofotometer.
Cara Kerja :
- Timbang daun 0,5 g, tambahkan 25 ml aseton 80% dan gerus di dalam lumpang yang ditempatkan dalam ember berisi es batu.
- Bila hasil gerusan cukup halus masukkan ke dalam tabung sentrifuse dan sentrifuse pada 3000 rpm selama 3 menit.
- Bila kurang halus, saring dengan kertas saring yang dilekatkan kedinding corong, kemudian sentrifuse.
- Ambil supernatan hasil sentrifuse, cukupkan volume 50 ml, masukkan ke dalam cuvet spektrofotometer, ukur absorban larutan pada : 480 nm, 645 nm, dan 663 nm. Gunakan aseton untuk standar pada 470 nm dan 710 nm.
- Kandungan pigmen (mol/L) dapat dihitung dengan cara :
Klr. a = 12,7 x A663 – 2,69 x A645 (x1,119)
Klr. b = 22,9 x A645 – 4,68 x A663 (x1,102)
Klr total (mg/L) = 8,02 x A663 + 20,2 x A645
Kar = (A480 + 0,114 x A663 – 0,638 x A645) x V x 103
---------------------------------------------------------
112,5 x U atau W
Ket : V = Volume ekstrak, U = satuan luas, dan W = berat daun
VIII. RESPIRASI
Respirasi merupakan aspek dari metabolisme sel yang meliputi proses-proses oksidasi bahan organik. Bersamaan dengan itu terjadi reduksi molekul oksigen menjadi air, pembebasan energi dalam bentuk senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP). Proses respirasi juga dapat dilihat dengan adanya pelepasan CO2, pembentukan H2O, dan penyusutan bahan kering dari jaringan yang melekukan respirasi.
Rumus kimia secara keseluruhan bila terjadi oksidasi lengkap dari substrat respirasi gula heksosa adalah :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi laju respirasi. Kenaikan suhu akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan (menghambat respirasi). Hal ini disebabkan ;
- pada suhu tinggi, sel-sel tidak dapat memperoleh udara (O2) yang cukup untuk dapat memelihara laju respirasi
- pada suhu tinggi, besar kemungkinan terjadi akumulasi CO2 dalam sel-sel sampai kadar tertentu menghambat laju respirasi selanjutnya
- suplai substrat untuk dioksidasi tidak cukup sehingga tidak memungkingkan laju respirasi bertahan
- suhu tinggi mengakibatkan enzim tidak aktif
Peroban 14 : Respirasi Kecambah
Tujuan : Mengamati pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah
Bahan & Alat : Phaseolus radiatus, NaOH, HCl, BaCl2, Phenopthalene,
Botol, kasa, benang, erlenmeyer, dan buret
Cara Kerja :
- Timbang kecambah Phaseolus radiatus masing-masing 5 g sebanyak 2 bagian, lalu dibungkus dengan kain kasa
- Isi 4 botol masing-masingnya dengan 30 ml larutan 0,5 N NaOH
- Gantungkan masing-masing bungkusan kain kasa berisi kecambah ke dalam 2 botol dengan seutas benang dan tutup botol dengan rapat sehingga tidak ada udara yang keluar masuk botol. Lakukan hal yang sama pada 2 botol yang lain tanpa berisi kecambah (sebagai kontrol).
- Simpan botol berikut kontrolnya pada temperatur kamar dan dalam inkubator dengan temperatur 370C, biarkan selama 24 jam.
- Ambil larutan di dalam botol sebanyak 5 ml dan tuangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 dan 2 tetes PP.
- Titrasi larutan tersebut dengan 0,1 N HCl, sampai saat (tepat) warna merah hilang. Hitung jumlah CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah pada temperatur yang berbeda.
IX. Analisis Vegetasi
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Setelah luas minimum dari suatu areal contoh sudah diangga mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut.
Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini merupakan suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m2, cm2 dll. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar, dan bentuk empat persegi panjang.
Percobaan 15. Analisis vegetasi
Tujuan Percobaan : Mengetahui komposisi jenis suatu tipe vegetasi
Alat : Patok, meteran, tali rafia, kertas label, kantong sampel
Bahan : Tipe komunitas tumbuhan yang ditentukan
Prosedur kerja
Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
Buat petak dari tali rafia dengan ukuran 20 m2
Penentuan awal petak contoh ditentukan secara acak atau sistematis atau kombinasi keduanya
Setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang terdapat di dalamnya.
Tentukan kerapatan dengan rumus
X. Pupulasi Dekomposer
Sebagian besar materi mati di dalam ekosistem (seperti daun yang sudah gugur dan kayu mati) dimakan oleh detritus feeder. Organisme yang memperoleh nutrisi dengan jalan memecahkan molekul organik sederhana dari tumbuhan atau hewan yang telah mati atau kotoran yang dihasilkan organisme hidup disebut sebagai organisme dekomposer.
Dekomposisi pada kondisi lapang merupakan proses yang sangat kompleks. Proses dekomposisi ini dikendalikan oleh tiga faktor utama yaitu sifat bahan organik atau kualitas bahan baku, kondisi fisik dan kimia lingkungan seperti temperature, kelembaban, pH, unsur mineral dan potensi redoks, serta komposisi organisme tanah.
Percobaan 16. Populasi Dekomposer
TujuanPercobaan: mengetahui jenis dan jumlah organisme dekomposer yang terdapat dalam suatu ekosistem
Alat : pinset, timbagan, tali rafia, meteran.
Bahan : Formalin 40%, Air pelarut, komunitas tumbuhan pohon
alami, kaya akan jenis tumbuhan bawah
Prosedur Kerja
Bersihkan serasah penutup tanah dari lokasi yang akan diamati
Batasi petak kuadrat tersebut setiap satuan satu meter persegi (1m x 1m)
Semprotkan larutan formalin pada petak kuadrat hingga keadaan jenuh
Tunggu selama 15-20 menit, dan kumpulkan jenis cacing tanah yang muncul ke permukaan, cara pengambilan harus hati-hati , gunakan pinset, cacing tidak boleh putus, kemudian timbang untuk mengetahui beratnya.
Identifikasi setiap jenis dan susun dalam tabulasi. Buat kolom nama jenis, unit cuplikan dan ulangannya. Setiap jenis dalam masing-masing unit cuplikan hitung jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan vertikal.
Dugalah besar populasi (N) dengan rumus:
X2
N =
X - S2
Dengan: X = Biomassa
S2 = Ragam contoh yang tercuplik dalam pengamatan
N = Dugaan Besar populasi total
XI. Kompetisi Interspesifik
Persaingan adalah suatu tipe hubungan antara jenis yang terjadi pada dua atau lebih individu organisme hewan maupun tumbuhan. Persaingan yang dilakukan oleh hewan sangat berlainan bila dibandingkan dengan tumbuhan. Pada dasarnya persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan tidak secara fisik, lain halnya yagn dilakukan oleh hewan atau manusia. Dalam praktikum ini akan dibatasi pada persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan.
Di alam, persaingan dilakukan oleh tumbuhan dapat terjadi antar individu-individu dari satu jenis yang sama (intrspesifik) atau individu dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan ini terjadi dikarenakan individu-individu tersebut mempuntai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor tertentu yang tidak tersedia di dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungannya seperti makanan, tempat hidup, cahaya, oksigen, air dan lain-lain.
Studi tentang kompetisi interspesifik pada tumbuhan dapat memberikan informasi untuk mengungkapkan faktor-faktor yang membatasi distribusi suatu spesies atau keberhasilan tumbuhnya suatu spesies pada wilayah tetentu.
Percobaan 17. Kompetisi Intersesifik
Tujuan Percobaan: Mempelajari kompetisi interspesifik secara langsung
Alat dan Bahan : Polibag, Mistar, Biji kacang hijau dan jagung
Prosedur kerja:
Siapkan beberapa polibag yang sudah diisi dengan tanah
Pilih biji kacang ijo dan jagung yang masih baik
Tanamlah biji tersebut ke dalam polibag yagn sudah disediakan dengan pengaturan perlakuan sebagai berikut
4 biji kacang hijau dan 4 biji jagung
8 biji kacang hijau sebagai kontrol
8 biji jagung sebagai kontrol
Penyiraman dilakukan pada setiap hari sampai tanman berumur 3 minggu
Pengukuran tinggi dilakukan pada setiap minggu, setelah 3 minggu dipanen dan ditimbang bobot tanamannya tanpa akar (berat basah)
Bandingkan tinggi dan bobot tanaman antara tanaman kontrol dan perlakuan.
Tabel Lembar data pengamatan kompetisi interspesifik
Pengamatan
(minggu) Perlakuan/ ulangan ke
A B C
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Percobaan 18. Simulasi Estimasi Populasi Hewan
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan menghitung seluruh individu makhluk hidup yang dimaksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan melaksanakan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya burung atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat sukar dicapai, atau individu sangat sulit dijumpai secara langsung. Selain itu, pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan populasi baik hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara tidaklangsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode sampling kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan metode track count sedangkan untuk hewan yang realtif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture Mark Release Recapture (CMMR).
Metode CMMR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada hewan yan g bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah ditangkap (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMMR dengan asumsi:
a. hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.
b. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi
c. Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung)
d. Tidak ada kelahiran atau kematian selama proses sampling
e. Hewan yang ditangkap sekli atau lebih tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya.
f. Populasi disampling secara random dengan asumsi semua kalompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap.
g. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.
Dalam percobaan ini digunakan metode Scnhnabel dengan rumus:
∑ (ni . mi)
N =
∑ Ri
Dengan:
k = jumlah periode sampling
N = cacah hewan di alam
Mi = jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya / jumlah total hewan yang bertanda
ni = jumlah hewan tertangkap pada periode ke-i
Ri = jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke –i
Tujuan Praktikum: Menerapkan metode CMMR unutk memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi).
Alat dan Bahan: dua buah stoples yang masing-masing berisi dua macam warna kancing baju.
Prosedur Kerja:
Diambil segenggam kancing baju hitam yang ada dalam toples, dihitung jumlahnya (ni) kemudian menggantikan jumlah kancing baju tersebut dengan kancing baju warna putih dan dimasukkan ke dalam toples yang berisi kancing warna hitam tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan.
Kemudian toples diaduk dengan konstan agar kancing baju tercampur homogen
Mengambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing baju dengan warna yang lain, maka dicatat sebagai Ri.
Lakukan cuplikan seterusnya sampai 10 kali.
Dengan demikian estimasi populasi dapat dihitung dengan metode Scnhnebel.
Tabel contoh cara pengisian daftar lembaran kerja simulasi populasi dengan menggunakan metode CMMR
K ni Ri ∑ hewan bertanda Mi (ni . mi)
1 40 - 40 - -
2 44 9 35 40 1760
3 38 14 24 75 2850
4 46 24 22 99 4554
5 35 19 16 121 4235
......
k = 10 ∑ Ri = 66 ∑Mi=121 13.399
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
Bentuk sel bermacam-macam antara lain seperti kubus, peluru, prisma, silindris ataupun memanjang. Panjang sel berkisar 0,01 – 0,1 mm atau 10 – 100 mikron, tetapi ada yang mencapai panjang sampai 25 cm atau lebih.
Adanya dinding sel merupakan karakteristik dari sel tumbuhan. Dinding sel berfungsi memberikan bentuk pada sel dan melindungi isi sel. Sel yang masih muda mempunyai dinding yang relatif tipis. Setelah terjadi pertumbuhan sel , dinding sel primer dapat mengalami penebalan atau membentuk dinding sekunder bahkan dinding tersier. Komposisi utama dinding sel tadalah selulosa, lainnya adalah hemiselulosa, lignin, suberin, dan pektin. Dinding primer dan sekunder bersifat anisotrop sedangkan lamela tengah bersifat isotrop.
Berbeda dengan sel tumbuhan, sel hewan tidak mempunyai dinding sel. Oleh karena itu, sel hewan bersifat elastis dan dapat bergerak bebas.
Percobaan 2. Mengamati Sel Tumbuhan (sel mati, sel hidup)
Tujuan Percobaan:
1. Mengamati sel mati pada gabus Manihot utillissima
2. Mengamati sel hidup dan bagian-bagiannya
Alat : Mikroskop, pipet tetes, objek glass dan cover glass, beker glass,
mikrometer.
Bahan : Air, Manihot utillissima, Allium cepa, sri rezeki, Hydrilla verticillata, dan tangkai sari Rhoe discolor .
Prosedur Kerja
Buatlah sayatan tipis dari gabus Manihot utillissima dan letakkan di atas objek glass.
Tambahkan beberapa tetes air dan tutup dengan cover glass, hati-hati supaya tidak ada gelembung udara yang terperangkap
Amati di bawah mikroskop dan buat gambarnya dan tulis bagian-bagian yang terlihat
Lakukan hal yang sama terhadap penampang melintang Allium cepa , sri rezeki, dan Hydrilla verticillata
Percobaan 3. Mengukur sel tumbuhan
Pengukuran sel di bawah mikroskop menggunakan lensa okuler dan objektif yang terlebih dahulu ditera. Lensa objektif sudah memiliki skala yang sudah tertentu ukurannya. Cocokkan skala pada objektif dengan skala pada okuler. Misalnya satu skala objektif jaraknya 10 mikron. Apabila 3 skala objektif setara dengan 5 okuler, maka lima skala okuler ukurannya adalah 30 mikron atau 1 skala okuler berukuran 6 mikron.
Lakukan peneraan dengan mikroskop saudara dengan perbesaran yang berbeda.
Buatlah sayatan melintang dan membujur empelur Manihot utilissima dan Umbi Allium cepa, kemudian amati di bawah mikroskop
Gambar dan ukurlah panjang dan lebar tiga sel yang saudara amati.
Percobaan 4. Mengamati bentuk sel tumbuhan
• Ambillah rambut buah Ceiba petandra dan letakkan di atas objek glass.
• Tambahkan beberapa tetes air dan tutup dengan cover glass.
• Amati dan gambarlah bentuk sel yang terlihat
• Lakukan hal yang sama terhadap penampang melintang Monihot utillissima, rambut biji Gossypium sp dan umbi lapis Allium cepa serta benang sari Rhoe discolor.
Percobaan 5. Mengamati sel hewan
Ambil spatula dan goreskan berlahan pada dinding mulut (kulit mulut) bagian dalam.
Letakkan di atas objek glass lalu tutup dengan cover glass.
Amati dibawah mikroskop, catat dan gambarkan hasil pengamatan anda.
Percobaan 6. Mengamati sel bakteri
Ambil preparat yang sudah disediakan
Letakkan dibawah mikroskop
Atur perbesaran sehingga bentuk sel bakteri terlihat fokus
Gambarkan bentuk sel bakteri yang anda amati
III. Pengamatan Mikroskopis Mikroorganisme
Preparat yang yang bersifat basah yang disiapkan memungkinkan anda mengamati bentuk dan ukuran mikroorganisme secara individu, dan motilitasnya dalam keadaan alamiah. Selama pengamatan ini, anda harus membedakan pergerakan sejati dengan pergerakan yang disebabkan oleh arus cairan. keadaan ini disebabkan preparat basah yang anda buat mengandung gelembung udara atau tidak tersegel dengan baik, sehingga timbul arus udara yang menyebabkan mikroorganisme yang anda amati bergerak mengalir mengikuti arus cairan tersebut.
Pergerakan sejati mikroorgnisme disebabkan adanya flagella (bakteri, bebrapa ganggang dan protozoa), adanya silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid) pada beberapa protozoa. Flagella mungkin sukar untuk diamati dengan mikroskop cahaya. Pewarnaan khusus atau pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron, flagella ini akan mudah diamati.
Percobaan 7. Pengamatan Mikroorganisme
Tujuan Percobaan : Mengamati mikroorganisme (protista) air tawar
Alat : Mikroskop, objek glass, cover glass, pipet tetes
Bahan : Air kolam dan air rendaman jerami.
Prosedur Kerja:
Ambil setetes air rendaman jerami/air kolam, letakkan di atas objek glass
Usapkan sedikit vaselin di ujung jari tangan kiri anda sehingga membentuk lapisan tipis. Sentuhkan vaselin tersebut pada keempat sisi gelas penutup
Arahkan kaca penutup yang sudah diolesi vaselin menghadap ke arah objek glass, secara berlahan letakkan kaca penutup dalam media dan tekan perlahan sehingga tersegel baik.
Amati di bawah mikroskop, gambar dengan lengkap dan beri keterangan.
IV. Mengamati Jaringan
Jaringan pokok penyusun organ tumbuhan Spermatophyta umumnya terdiri dari jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan kolenkim, jaringan sklerenkim, struktur sekretori, jaringan pengangkut yang meliputi xylem dan floem.
Jaringan perenkim merupakan jaringan dasar yang ditemui pada semua organ tumbuhan. Parenkim berperan sesuai dengan posisinya, walaupun sewaktu-waktu fungsinya dapat berubah. Sifat ini disebabkan tingkat diferensiasinya yang masih rendah. Parenkim ada yang berfungsi untuk fotosintesis , menyimpan cadangan makanan, untuk pertukaran udara, ataupun bersifat meristematik. Bentuk selnya bervariasi, ada yang isodiametris, memanjang dan berlobus. Dinding sel parenkim umumnya relative tipis.
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan peneguh utama pada tumbuhan. Tersusun atas sel-sel yang berdinding tebal dan keras karena mengalami lignifikasi yang merupakan penebalan sekunder. Menurut bentuknya, sklerenkim dibedakan menjadi sklereid (sel batu), fiber (serat). Sklereid terdapat pada epidermis, jaringan pembuluh pada batang, daun, buah dan biji. Demikian juga dengan fiber tersebar di berbagai organ tumbuhan.
Jaringan kolenkim mempunyai dinding yang tebal dan berfungsi meneguhkan terutama pada jaringan yang muda. Biasanya jaringan ini terletak ke arah pinggir (perifer) dari batang dan bagian daun. Jaringan ini merupakan jaringan yang hidup dan dapat juga meristematis. Sel-sel penyusun kolenkim bersifat seperti parenkim yang telah mengalami diferensiasi sederhana terutama pada penebalan dinding selnya. Selnya bersifat plastis dan penebalan dinding terdiri dari selulosa, hemi selulosa, dan pektin dengan kadar air cukup tinggi. Umumnya penebalan dimulai dari sudut-sudut sel yang kemudian berkembang kea arah tertentu yang tergantung jenis tumbuhan. Berdasarkan bentuk penebalan dinding, kolenkim dikenal dengan tipe kolenkim sudut (angular), kolenkim lempeng (lamelar) dan kolenkim lakunar (tubular).
Percobaan 8. Jaringan Tumbuhan
Tujuan Percobaan : Mengamati jaringan parenkim, Kolenkim, Sklerenkim,
Pengangkut, dan Epidermis
Alat : Mikroskop, objek glass, cover glass, Pipet tetes
Bahan : Air, tangkai daun Eichornia crassives, endocarp Cocos nucivera,
dan batang Cucurbita sp,daun sri rezeki dan Rhoe discolor, batang
Helianthus annuus, batang Zea mays
Prosedur Kerja
Buatlah sayatan penampang melintang tangkai daun Eichornia crassives
Letakkan di atas objek glass, beri sedikit air, dan tutup dengan cover glass
Amati di bawah mikroskop, gambar lengkap dan beri keterangan
Perhatikan bentuk sel parenkim yang berfungsi dalam pertukaran udara yang mempunyai rongga interseluler yang banyak
Lakukan hal yang sama terhadap
a. endocarp Cocos nucifera untuk mengamati jaringan sklerenkim
b. batang Cucurbita sp untuk mengamati jaringan kolenkim
c. daun sri rezeki atau Rhoe discolor untuk mengamati jaringan epidermis
d. batang muda Helianthus annuus dan Zea mays untuk mengamati jaringan pengangkut
V. Mengamati Organ Tumbuhan dan Hewan
Organ tumbuhan yang termasuk Sermatophyta dapat dibedakan atas organ pokok dan organ tambahan. Organ pokok meliputi daun, batang, dan akar, sedangkan organ tambahan merupakan organ yang terbentuk dari modifikasi organ pokok seperti bunga, buah, dan biji.
Ogan-organ pada hewan terutama yang termasuk vertebrata akan membentuk sistem organ. Berbagai sistem organ yang dapat diamati dalam praktikum ini antara lain adalah sistem pencernaan, sistem peredaran darah,dan sistem pernapasan.
Percobaan 9. Morfologi hewan dan tumbuhan
Tujuan Percobaan : Mengamati organ pada tumbuhan dan hewan
Alat : Alat Bedah, Jarum pentul
Bahan : Kloroform, Tumbuhan jagung Lengkap, Tumbuhan kacang
tanah lengkap, Ikan nila/ikan mas, Kodok dewasa.
Prosedur Kerja
a. Tumbuhan
Amati sampel tumbuhan yang ada dikelompok saudara, perhatikan bagian atau organ pokok dan organ tambahan yang ada, apakah lengkap?
Tentukan nama daerah/lokal dan nama ilmiahnya
Gambarlah dengan lengkap dan tulis organ yang ada
Buat klasifikasinya
b. Hewan
Ambil kodok dan gambar bentuk morfologinya
Kodok dibius dengan kloroform hingga pingsan.
Letakkan hewan sampel di atas papan bedah, rentangkan keempat kaki dan tusuk pada telapak kaki dengan jarum pentul
Sayat bagian kulit perut kodok dengan pisau secara perlahan hingga tertingal bagian selaput pelindung isi perut
Rentangkan kulit yang sudah terkelupas dan tusuk ke papan bedah .
Selanjutnya sayat selaput pelindung isi perut secara perlahan hingga seluruh isi rongga perut bisa terlihat.
Gambar bagian-bagian organ yang terlihat dan catat fungsinya
Lakukan hal yang sama terhadap ikan mas/nila.
VI. DIFUSI, OSMOSIS, DAN POTENSIAL AIR JARINGAN
Sitoplasma dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma. Selaput ini merupakan membran dwi lapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Terdapat dua proses fisiko-kimia yaitu (perembesan) dan osmosis. Adanya proses difusi, suatu selaput dinyatakan permiabel apabila semua jenis molekul dalam cairan yang ada disekelilingnya dapat merembes melewatinya. Suatu selaput dinyatakan semipermiabel bila hanya beberapa jenis molekul dari cairan di sekelilingnya yang dapat melewatinya.
Osmosis merupakan proses difusi melewati suatu selaput karena adanya beda konsentrasi antara larutan sebelah menyebelah selaput. Dengan demikian osmosis akan berlangsung sampai adanya keseimbangan antara kepekatan cairan. Cairan sel biasanya bersifat hipertonis dan cairan di luar bersifat hipotonis, hingga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampaii antara kedua cairan bersifat isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan hipertonis (lebih pekat) terhadap sitoplasma, maka air yang berada dii dalam vakuola akan keluar dari sel, sehingga protoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sell (plasmolisis). Apabila sel kemudian dimasukkan ke dalam cairan hipotonis (lebih encer dari cairan sel) maka air akan masuk ke sel dan sitoplasma kembali mengembang (deplasmolisis).
Percobaan 10. Difusi
Tujuan : Mengamati terjadinya difusi KMnO4 dalam akuades
Bahan & Alat : Cawan petri, Pipet tetes, Kristal KMnO4 , kertas , Mistar, kertas HVS putih, dan Spatula
Cara Kerja :
-Tempatkan cawan petri ditempat datar yang diberi alas dengan kertas HVS putih, kemudian buat cetakan cawan pada kertas, buat kuadran pada cetakan tersebut dan tandai garis kuadran dengan jarak 1 mm.
- Tuangkan akuades sekitar setengah dari volume cawan.
- Masukkan sedikit kristal KMnO4 tepat di posisi tengah cawan berisi akuades tersebut dan tetapkan saat kristal menyentuh akuades sebagai waktu start (t = 0)
- Amati terjadinya peristiwa difusi kristal, bagaimana laju difusi dari awal sampai larutan merata.
- Catat waktu yang dibutuhkan sampai terjadinya keseimbangan (larutan merata) dan tentukan laju difusinya dengan menghitung jarak yang dilewati dibagi waktu.
- Ulangi percobaan di atas, tetapi segera setelah kristal dimasukkan larutan diaduk dengan menggunakan spatula. Amati apa yang terjadi.
Percobaan 11. Osmosis
Tujuan : Mengamati terjadinya osmosis dengan menggunakan
membran dari telur ayam
Bahan & Alat : Telur ayam, Asam cuka, Sukrosa, Safranin, Akuades, Pipa gelas, Beker gelas, Karet gelang, dan Statif
Cara Kerja :
- Rendam telur dalam larutan asam cuka 50% selama 24 jam
- Sobek membran telur di bagian ujung, keluarkan kuning dan putih telurnya, kemudian cuci bersih selaputnya dengan akuades.
- Tutupkan selaput telur pada bagian yang disobek tadi ke salah satu ujung pipa gelas dan ikat dengan karet, kerjakan dengan hati-hati agar selaput tidak sobek.
- Tuangkan larutan sukrosa (1M) yang telah diberi safranin melalui ujung pipa gelas secukupnya, pastikan selaput tidak bocor.
- Tuangkan akuades ke dalam beker gelas secukupnya, masukkan membran berisi sukrosa tadi ke dalam beker sekitar dua per tiga volumenya. Tandai permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas dan catat sebagai waktu start (t = 0).
- Amati terjadinya peristiwa osmosis dengan melihat kenaikan permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas.
- Catat waktu yang dibutuhkan untuk kenaikan permukaan larutan sukrosa pada pipa gelas.
VII. FOTOSINTESIS DAN PIGMEN FOTOSINTESIS
Tumbuhan merupakan organisme autotrof, yaitu golongan organisme yang mampu mensintesis sendiri senyawa-senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan yang berhijau daun dalam fotosintesis. Selama proses ini energi cahaya matahari diubah menjadi energi kimia berupa ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa.
Pigmen yang terlibat dalam fotosintesis terdiri atas beberapa jenis yaitu klorofil a (C55H72N4O5Mg), klorofil b (C55H70N4O5Mg) dan karotenoid yang terdiri atas karoten dan xantofil. Pigmen tersebut berfungsi untuk menyerap energi cahaya. Energi eksitasi yang diperoleh klorofil digunakan untuk memecah molekul air menjadi ion hidrogen dan molekul oksigen yang dibebaskan ke atmosfer. Reaksi pemecahan molekul air ini dikenal sebagai fotolisis air.
Glukosa yang dihasilkan apabila tidak segera diangkut akan mengalami kondensasi menjadi amilum yang disimpan di dalam plastida.
Reaksi umum fotosintesis :
n CO2 + nH2O (CH2O)n + nO2
Klorofil merupakan pigmen utama yang bertanggungjawab untuk menangkap energi cahaya yang digunakan dalam fotosintesis. Ada beberapa tipe pigmen yang berperan di dalam pengumpulan energi cahaya. Pada tumbuhan tingkat tinggi, selain pigmen klorofil a dan b terdapat pula karotenoid yang terdiri dari karoten dan xantofil.
Selama penyerapan energi cahaya, pigmen akan menyerap spektrum cahaya yang berbeda-beda dan dalam bentuk kombinasi. Spektrum absorbsi maksimal klorofil berada pada cahaya violet – biru sampai orange – merah, sedangkan pigmen asessori absorbsi maksimal berada pada cahaya biru – violet. Cahaya yang aktif dan berperan untuk fotosintesis adalah cahaya dengan 400 – 700 nm yang dikenal sebagai Photosynthetic Active Radiation /PhAR
Percobaan 12. Pengaruh Warna terhadap Aktivitas Fotosintesis
Tujuan : Melihat pengaruh perbedaan warna terhadap aktivitas fotosintesis dengan mengukur volume O2 yang dihasilkan
Bahan & Alat : Hydrilla sp, NaHCO3, tabung reaksi, beker gelas, pipet
tetes, gelas ukur, kertas cellophan berwarna
Cara Kerja :
- Masukkan Hydrilla sp sebanyak 2 tangkai ke dalam tabung reaksi dengan posisi tangkai ke arah bawah tabung
- Isi tabung reaksi dengan 0,5% NaHCO3 sampai penuh, kemudian letakkan secara terbalik dalam beker gelas sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk gelembung udara
- Tutup beker gelas dengan kertas cellophan berwarna dan letakkan pada sinar matahari selama 2 jam atau lebih
- Pukul-pukul dinding tabung agar tumbuhan terlepas dari dinding, tegakkan tabung lalu udara yang terbentuk tandai dengan spidol
- Keluarkan isi tabung, keringkan, kemudian isi air dengan menggunakan pipet sampai batas yang telah ditandai. Ukur volume air yang ada, volumenya = volume O2 yang terbentuk selama fotosintesis. Bandingkan pengaruh warna kertas penutup terhadap reaksi ini.
Percobaan 13. Pigmen Fotosintesis
Tujuan : Menentukan kandungan pigmen fotosintesis
Bahan & Alat : Daun, Aseton, Akuades, Es batu, Lumpang, Labu ukur, Ember, Pipet ukur, Sentrifuse, kertas saring, corong, dan Spektrofotometer.
Cara Kerja :
- Timbang daun 0,5 g, tambahkan 25 ml aseton 80% dan gerus di dalam lumpang yang ditempatkan dalam ember berisi es batu.
- Bila hasil gerusan cukup halus masukkan ke dalam tabung sentrifuse dan sentrifuse pada 3000 rpm selama 3 menit.
- Bila kurang halus, saring dengan kertas saring yang dilekatkan kedinding corong, kemudian sentrifuse.
- Ambil supernatan hasil sentrifuse, cukupkan volume 50 ml, masukkan ke dalam cuvet spektrofotometer, ukur absorban larutan pada : 480 nm, 645 nm, dan 663 nm. Gunakan aseton untuk standar pada 470 nm dan 710 nm.
- Kandungan pigmen (mol/L) dapat dihitung dengan cara :
Klr. a = 12,7 x A663 – 2,69 x A645 (x1,119)
Klr. b = 22,9 x A645 – 4,68 x A663 (x1,102)
Klr total (mg/L) = 8,02 x A663 + 20,2 x A645
Kar = (A480 + 0,114 x A663 – 0,638 x A645) x V x 103
---------------------------------------------------------
112,5 x U atau W
Ket : V = Volume ekstrak, U = satuan luas, dan W = berat daun
VIII. RESPIRASI
Respirasi merupakan aspek dari metabolisme sel yang meliputi proses-proses oksidasi bahan organik. Bersamaan dengan itu terjadi reduksi molekul oksigen menjadi air, pembebasan energi dalam bentuk senyawa fosfat berenergi tinggi (ATP). Proses respirasi juga dapat dilihat dengan adanya pelepasan CO2, pembentukan H2O, dan penyusutan bahan kering dari jaringan yang melekukan respirasi.
Rumus kimia secara keseluruhan bila terjadi oksidasi lengkap dari substrat respirasi gula heksosa adalah :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi laju respirasi. Kenaikan suhu akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan (menghambat respirasi). Hal ini disebabkan ;
- pada suhu tinggi, sel-sel tidak dapat memperoleh udara (O2) yang cukup untuk dapat memelihara laju respirasi
- pada suhu tinggi, besar kemungkinan terjadi akumulasi CO2 dalam sel-sel sampai kadar tertentu menghambat laju respirasi selanjutnya
- suplai substrat untuk dioksidasi tidak cukup sehingga tidak memungkingkan laju respirasi bertahan
- suhu tinggi mengakibatkan enzim tidak aktif
Peroban 14 : Respirasi Kecambah
Tujuan : Mengamati pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah
Bahan & Alat : Phaseolus radiatus, NaOH, HCl, BaCl2, Phenopthalene,
Botol, kasa, benang, erlenmeyer, dan buret
Cara Kerja :
- Timbang kecambah Phaseolus radiatus masing-masing 5 g sebanyak 2 bagian, lalu dibungkus dengan kain kasa
- Isi 4 botol masing-masingnya dengan 30 ml larutan 0,5 N NaOH
- Gantungkan masing-masing bungkusan kain kasa berisi kecambah ke dalam 2 botol dengan seutas benang dan tutup botol dengan rapat sehingga tidak ada udara yang keluar masuk botol. Lakukan hal yang sama pada 2 botol yang lain tanpa berisi kecambah (sebagai kontrol).
- Simpan botol berikut kontrolnya pada temperatur kamar dan dalam inkubator dengan temperatur 370C, biarkan selama 24 jam.
- Ambil larutan di dalam botol sebanyak 5 ml dan tuangkan ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 dan 2 tetes PP.
- Titrasi larutan tersebut dengan 0,1 N HCl, sampai saat (tepat) warna merah hilang. Hitung jumlah CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah pada temperatur yang berbeda.
IX. Analisis Vegetasi
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Setelah luas minimum dari suatu areal contoh sudah diangga mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh tersebut.
Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini merupakan suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m2, cm2 dll. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar, dan bentuk empat persegi panjang.
Percobaan 15. Analisis vegetasi
Tujuan Percobaan : Mengetahui komposisi jenis suatu tipe vegetasi
Alat : Patok, meteran, tali rafia, kertas label, kantong sampel
Bahan : Tipe komunitas tumbuhan yang ditentukan
Prosedur kerja
Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
Buat petak dari tali rafia dengan ukuran 20 m2
Penentuan awal petak contoh ditentukan secara acak atau sistematis atau kombinasi keduanya
Setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang terdapat di dalamnya.
Tentukan kerapatan dengan rumus
X. Pupulasi Dekomposer
Sebagian besar materi mati di dalam ekosistem (seperti daun yang sudah gugur dan kayu mati) dimakan oleh detritus feeder. Organisme yang memperoleh nutrisi dengan jalan memecahkan molekul organik sederhana dari tumbuhan atau hewan yang telah mati atau kotoran yang dihasilkan organisme hidup disebut sebagai organisme dekomposer.
Dekomposisi pada kondisi lapang merupakan proses yang sangat kompleks. Proses dekomposisi ini dikendalikan oleh tiga faktor utama yaitu sifat bahan organik atau kualitas bahan baku, kondisi fisik dan kimia lingkungan seperti temperature, kelembaban, pH, unsur mineral dan potensi redoks, serta komposisi organisme tanah.
Percobaan 16. Populasi Dekomposer
TujuanPercobaan: mengetahui jenis dan jumlah organisme dekomposer yang terdapat dalam suatu ekosistem
Alat : pinset, timbagan, tali rafia, meteran.
Bahan : Formalin 40%, Air pelarut, komunitas tumbuhan pohon
alami, kaya akan jenis tumbuhan bawah
Prosedur Kerja
Bersihkan serasah penutup tanah dari lokasi yang akan diamati
Batasi petak kuadrat tersebut setiap satuan satu meter persegi (1m x 1m)
Semprotkan larutan formalin pada petak kuadrat hingga keadaan jenuh
Tunggu selama 15-20 menit, dan kumpulkan jenis cacing tanah yang muncul ke permukaan, cara pengambilan harus hati-hati , gunakan pinset, cacing tidak boleh putus, kemudian timbang untuk mengetahui beratnya.
Identifikasi setiap jenis dan susun dalam tabulasi. Buat kolom nama jenis, unit cuplikan dan ulangannya. Setiap jenis dalam masing-masing unit cuplikan hitung jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan vertikal.
Dugalah besar populasi (N) dengan rumus:
X2
N =
X - S2
Dengan: X = Biomassa
S2 = Ragam contoh yang tercuplik dalam pengamatan
N = Dugaan Besar populasi total
XI. Kompetisi Interspesifik
Persaingan adalah suatu tipe hubungan antara jenis yang terjadi pada dua atau lebih individu organisme hewan maupun tumbuhan. Persaingan yang dilakukan oleh hewan sangat berlainan bila dibandingkan dengan tumbuhan. Pada dasarnya persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan tidak secara fisik, lain halnya yagn dilakukan oleh hewan atau manusia. Dalam praktikum ini akan dibatasi pada persaingan yang dilakukan oleh tumbuhan.
Di alam, persaingan dilakukan oleh tumbuhan dapat terjadi antar individu-individu dari satu jenis yang sama (intrspesifik) atau individu dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan ini terjadi dikarenakan individu-individu tersebut mempuntai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor tertentu yang tidak tersedia di dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungannya seperti makanan, tempat hidup, cahaya, oksigen, air dan lain-lain.
Studi tentang kompetisi interspesifik pada tumbuhan dapat memberikan informasi untuk mengungkapkan faktor-faktor yang membatasi distribusi suatu spesies atau keberhasilan tumbuhnya suatu spesies pada wilayah tetentu.
Percobaan 17. Kompetisi Intersesifik
Tujuan Percobaan: Mempelajari kompetisi interspesifik secara langsung
Alat dan Bahan : Polibag, Mistar, Biji kacang hijau dan jagung
Prosedur kerja:
Siapkan beberapa polibag yang sudah diisi dengan tanah
Pilih biji kacang ijo dan jagung yang masih baik
Tanamlah biji tersebut ke dalam polibag yagn sudah disediakan dengan pengaturan perlakuan sebagai berikut
4 biji kacang hijau dan 4 biji jagung
8 biji kacang hijau sebagai kontrol
8 biji jagung sebagai kontrol
Penyiraman dilakukan pada setiap hari sampai tanman berumur 3 minggu
Pengukuran tinggi dilakukan pada setiap minggu, setelah 3 minggu dipanen dan ditimbang bobot tanamannya tanpa akar (berat basah)
Bandingkan tinggi dan bobot tanaman antara tanaman kontrol dan perlakuan.
Tabel Lembar data pengamatan kompetisi interspesifik
Pengamatan
(minggu) Perlakuan/ ulangan ke
A B C
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Percobaan 18. Simulasi Estimasi Populasi Hewan
Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan menghitung seluruh individu makhluk hidup yang dimaksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan melaksanakan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya burung atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat sukar dicapai, atau individu sangat sulit dijumpai secara langsung. Selain itu, pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan populasi baik hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara tidaklangsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode sampling kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan metode track count sedangkan untuk hewan yang realtif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode Capture Mark Release Recapture (CMMR).
Metode CMMR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada hewan yan g bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah ditangkap (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMMR dengan asumsi:
a. hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.
b. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi
c. Populasi harus dalam sistem tertutup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung)
d. Tidak ada kelahiran atau kematian selama proses sampling
e. Hewan yang ditangkap sekli atau lebih tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya.
f. Populasi disampling secara random dengan asumsi semua kalompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap.
g. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.
Dalam percobaan ini digunakan metode Scnhnabel dengan rumus:
∑ (ni . mi)
N =
∑ Ri
Dengan:
k = jumlah periode sampling
N = cacah hewan di alam
Mi = jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya / jumlah total hewan yang bertanda
ni = jumlah hewan tertangkap pada periode ke-i
Ri = jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke –i
Tujuan Praktikum: Menerapkan metode CMMR unutk memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi).
Alat dan Bahan: dua buah stoples yang masing-masing berisi dua macam warna kancing baju.
Prosedur Kerja:
Diambil segenggam kancing baju hitam yang ada dalam toples, dihitung jumlahnya (ni) kemudian menggantikan jumlah kancing baju tersebut dengan kancing baju warna putih dan dimasukkan ke dalam toples yang berisi kancing warna hitam tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan.
Kemudian toples diaduk dengan konstan agar kancing baju tercampur homogen
Mengambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing baju dengan warna yang lain, maka dicatat sebagai Ri.
Lakukan cuplikan seterusnya sampai 10 kali.
Dengan demikian estimasi populasi dapat dihitung dengan metode Scnhnebel.
Tabel contoh cara pengisian daftar lembaran kerja simulasi populasi dengan menggunakan metode CMMR
K ni Ri ∑ hewan bertanda Mi (ni . mi)
1 40 - 40 - -
2 44 9 35 40 1760
3 38 14 24 75 2850
4 46 24 22 99 4554
5 35 19 16 121 4235
......
k = 10 ∑ Ri = 66 ∑Mi=121 13.399
Jangan Lupa berikan komentar Anda tentang blog ini, ataupun tentang posting ini.
Labels:
Makalah
Thanks for reading Biologi Umum. Please share...!
0 Komentar untuk "Biologi Umum"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar