Di bumi ini jumlah ekosistem yang belum dipengaruhi manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, hanya tinggal sedikit saja, malahan cukup banyak ekosistem yang merupakan ciptaan saja, malahan cukup banyak ekosistem yang merupakan ciptaan manusia. Manusia memang makhluk paling penting dalam biosfer. Dengan demikian, timbul pertanyaan mengapa manusia menjadi begitu penting? Apakah perbedaan dan persamaannya dengan makhluk hidup yang lain? Perbedaan itu dapat dilihat dari segi ekologik.
1. Manusia Sebagai Organisme yang Dominan secara Ekologik
Manusia penting karena mereka merupakan makhluk hidup yang dominan secara ekologik. Maksudnya, organisme dikatakan dominan secara ekologik jika:
a. Manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan jika dibandingkan dengan makhluk lain dalam sesuatu ekosistem, dan
b. Manusia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap organisme yang lain.
Pengertian dominan secara ekologik lebih mudah diperlihatkan pada masyarakat, tumbuh-tumbuhan. Umpamanya, di alam hutan, jenis pohon merupakan tumbuh-tumbuhan dominan meskipun jumlahnya tidak sebanyak tumbuhan-tumbuhan dominan meskipun jumlahnya tidak sebanyak tumbuhan yang lain. Sifat dominan pohon itu disebabkan oleh ukuran besarnya sehingga dapat berkompetensi lebih baik terhadap cahaya air, dan mineral dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan kecil lainnya. Pohon juga mengubah kondisi cahaya, atmosfer, suhu, dan kelembaban dalam hutan. Pohon juga mengubah sifat fisik dan kimia tanah. Hanya jenis-jenis yang toleran terhadap kondisi hutanlah yang dapat hidup dalam lingkungan demikian. Hewan dapat menjadi dominan secara ekologis, karena ukurannya atau jumlahnya, mobilitasnya, agrasivitasnya, dan intelegensinya.
Manusia merupakan makhluk dominan secara ekologik karena sifat-sifat anatomi serta mentalnya, sifat-sifat itulah yang menyebabkan manusia dapar berkompetensi dan berhasil dengan baik mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Dengan demikian ia dapat memberi pengaruh besar terhadap lingkungannya beserta organisme lainnya dalam ekosistem. Manusia merupakan satu jenis, mamalia yang dapat berkembang biak dengan sesama jenis, mempunyai sifat anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan hewan terutama primata seperti simpanse. Namun, ada sifat-sifat penting yang membedakannya dengan primata lainnya, misalnya sikap tubuh tegak di atas kedua kaki, ibu jari tangan berkembang sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan dengan jari lainnya. Dengan demikian, manusia dapat lebih mampu memegang sesuatu. Manusia, selalu bersifat herbivora, juga bersifat karnovira dan predator. Otak manusia besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Otak bagian depan yang merupakan pusat pikiran lebih besar dan kompleks jika dibandingkan dengan primata lainnya.
Sebagai mamalia, jenis manusia mempunyai jumlah individu yang lebih besar jika dibandingkan dengan mamalia besar lainnya. Jenis hewan yang berjumlah besar lainnya hanya hewan-hewan kecil seperti ikan dan lalat. Manusia menempati tingkat tropik tertinggi dalam ekosistem dan ia pun tidak mempunyai predator. Namun, manusia mampu mengeskploitasi tingkat-tingkat tropik lainnya bahkan seluruh ekosistem untuk memenuhi kebutuhannya baik untuk makanan maupun kebutuhan lainnya.
2. Manusia sebagai Makhluk Pembuat Alat
Jika dibandingkan dengan hewan besar lainnya, manusia tidak dapat bergerak cepat, panca indra pencium, dan pendengar kurang berkembang, kulit perlindungan tidak ada, anak-anaknya sangat lama tergantung pada pemeliharaan induk. Kekurangan itu diatasinya dengan sifat, penglihatan, tiga dimensi, kemampuan penalaran yang besar, dan kemampuan membuat alat atau perkakas. Hewan lain dapat menggunakan alat, seperti ranting kayu yang dipatah-patahkan. Hanya manusia yang dapat membuat dan menggunakan alat.
Kemampuan dapat membuat alat erat hubungannya dengan sikap tegak manusia yang memungkinkan ia dapat bebas menggunakan tangannya. Disamping itu, kemampuan itu erat pula hubungannya dengan kemampuan penglihatan serta kecekatan dan kemampuan penalaran berkat otaknya yang lebih tinggi. Jadi, dapat dikatakan bahwa manusia menjadi dominan dalam ekosistem berkat kemampuannya membuat dan menggunakan alat. Manusia jugalah yang pertama-tama menggunakan api sebagai alat. Selain untuk keperluan rumah tangga, api digunakan untuk membakar hutan atau belukar untuk membersihkannya, untuk mengusir hewan-hewan liar agar keluar dari sarangnya, untuk menghilangkan vegetasi yang tua dan kering supaya dapat tumbuh tunas-tunas muda untuk hewan-hewan peliharaan.
Manusia juga merupakan organisme yang membudidayakan makanannya. Perubahan cara hidup dari pengumpulan makanan jadi penanaman serta pemetik hasil tanaman merupakan suatu pencapaian yang mempunyai dampak ekologi yang luas. Alat-alat pertanian yang berkembang dari tingkat penanaman menjadi mesin-mesin modern yang dapat mengolak tanah yang jauh lebih luas. Dengan demikian terbentuklah ekosistem buatan manusia. Selain itu makanan yang cukup mengakibatkan populasi meningkat dengan segala akibat yang berantai.
3. Manusia sebagai Makhluk Perampok
Perkembangan dominan manusia sejalan dengan perkembangan alat-alat yang digunakannya. Manusia dikenal sebagai makhluk mengeksploitasi ekosistem yang paling hebat. Ia dapat memanfaatkan baik ekosistem darat maupun ekosistem air. Hal ini terjadi karena sifatnya yang omivora dan kebutuhannya yang beraneka ragam. Sejak semula manusia mengeksploitasi ekosistem tidak hanya untuk makanan tetapi juga untuk keperluan lain seperti pakaian dan rumah. Sejak itu kebutuhan akan beban organik untuk obat-obatan, papan, serat, dan lain-lain meningkat.
Selain sebagai pembudidaya tumbuhan, manusia juga sebagai pembudidaya hewan mamalia. Seperti kambing, biri-biri dan sebagainya. Untuk memelihara hewan-hewan ini akhirnya manusia harus menanam makanan ternak juga. Sebagai salah satu mata rantai dari jaringan-jaringan manusia dapat memusnakan organisme lain yang berkompetisi dengannya dalam memperoleh makanan atau kebutuhan lain. Dalam sistem pertanian misalnya, manusia berusaha menghilangkan atau mengurangkan jumlah mata rantai dalam jaringan-jaringan makanan dari tanaman makananya serta tanaman makanan ternaknya.
Manusia menanam dan mengambil rumput untuk makanan ternaknya. Pada hakikatnya, hewan pemakan rumput juga :menanam dan mengambil” rumput untuk dirinya sendiri. Namun, cara dan tujuan melakukan pekerjaan itu tentulah berbeda antara manusia dan hewan. Dalam ekosistem darat, hean biasanya tidak melenyapkan seluruh persediaan makanannya. Hewan dalam setiap tingkat tropik lebih kecil massanya dari pada masa makanan yang tersedia baginya. Sebagai zat hara juga didaur ulang melalui penguraian dalam tanah di lain pihak, manusia cenderung untuk mengadakan penanaman dan perumputan yang berlebihan. Manusia menanam hasil pertaniannya dengan mengangkut bio-massa yang terdapat di atas permukaan diganti dengan pupuk organik bila menghendaki hasil pertanian baik. Dalam beternak, manusia cenderung untuk memelihara ternak tertentu dengan jumlah yang meningkat. Hal ini mengakibatkan perumputan yang berlebihan.
Perumputan yang berlebihan dapat berlangsung melalui beberapa cara. Tanah yang ditangani makanan ternak sering dipanen dengan cara seperti tanaman manusia dengan demikian maka terjadi pengurangan zat hara dari dalam tanah itu. Perumputan yang intensif cenderung mengurangi species yang paling bergizi sehingga nilai kepunahan akan terjadi bila jumlah ternak hewan besar meningkat sehingga kebutuhan makanan tidak seimbang dengan pertumbuhan makanan yang tersedia.
Manusia juga mengeksploitasi ekosistem untuk keperluan yang tidak konsumtif, misalnya untuk kepercayaan seperti hewan korban, hewan untuk olah raga, untuk piaraan di rumah, untuk prestise sosial. Manusia juga menjadikan tumbuh-tumbuhan untuk estetika, seperti bunga-bunga dan hiasan.
4. Manusia sebagai Penyebab Evolusi
Perkembangan pengetahuan dan keterampilan teknis mengakibatkan manusia muncul sebagai makhluk hidup dominan secara ekologik. Selain itu, ia merupakan penyebab utama dalam proses evolusi organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat, tetapi perusakan alam oleh manusia baik yang tidak disengaja maupun disengaja telah mempercepat evolusi organik. Akibatnya, ada jenis-jenis organisme yang jumlahnya sudah sangat kurang sampai batas sukar untuk dipulihkan kembali, bahkan ada yang telah punah. Disamping itu, ada jenis-jenis yang justru meningkatkan jumlahnya, ada jenis yang varietasnya bertambah. Semuanya itu disebabkan oleh intervasi manusia. Cara manusia mempercepat evolusi organik baru serat penyebaran hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hewan dan/atau tumbuhan yang dibudidayakan ternyata tidak banyak jumlahnya. Perkembangan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan sejak mula-mula dipelihara manusia hingga ternyata menghasilkan jenis-jenis organisme yang tidak akan bertahan hidup tanpa campur tangan dnegan manusia. Sebagai contoh adalah jagung, padi dan sapi perah. Sampai sekarang manusia masih mengusahakan pengembangan varietas-varietas yang baru yang memenuhi selera dan kebutuhannya. Jenis padi varietas hewan ternak yang dagingnya lebih banyak daripada tulangnya dikembangkan. Asal varietas-varietas organisme ini yang terdapat secara alamiah mungkin varietas organisme ini yang terdapat secara alamiah mungkin selaki sekarang ini sudah tidak ada karena sudah punah.
Organisme-organisme peliharaan ini hanya dapat hidup dalam habitat ciptaan manusia. Dengan demikian manusia mengubah habitat alamiah. Luas areal pengubahannya hanya terdapat di sekitar tempat tinggal. Lama kelamaan terciptalah kota atau hutan pengganggu dan tumbuhan pengganggu yang dapat bertahan misalnya nyamuk dan lalat.
Selain pengubahan habitat yang diikuti penciptaan varietas organisme, manusia juga mempercepat proses evolusi organik dnegan mengadakan distribusi hewan dna tumbuh-tumbuhan, baik disengaja maupun tidak disengaja kebagian bumi yang sebelumnya tidak dihuni organisme tersebut. Kadar penyebaran ini lebih dipercepat lagi dengan perbaikan komunitas dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
5. Manusia sebagai Makhluk Pengotor
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori lingkungannya. Hewan membuang kotoran berupa faces yang dapat diuraikan untuk didaur ulang karena terdiri dari zat organik. Selain faces manusia juga membuang kotoran organik yang penguraiannya lambat sekali, kotoran bahan sintetik dan juga racun. Semua ini akan mencemari lingkungan. Sumber kotoran yang dibuang manusia berasal dari rumah, perkebunan, tempat kerja, transportasi dan kegiatan rekretasi. Bahan-bahan pencemaran ini dapat berupa bahan padat, gas dan cair. Bahan buangan berbentuk padat ada yang dapat dihancurkan secara biologik, seperti makanan sisa; ada yang tidak dapat dihancurkan secara biologik, seperti: kertas, besi, gelas dan plastik.
Bahan buangan berbentuk gas merupakan polutan yang paling banyak dihasilkan sebagai kotoran dari kawasan industri, misalnya senyawa-senyawa karbon (CO, CO2, hidokarbon), belerang dioksida. Sumbernya ialah pembakaran sampah rumah tangga, industri besi dan baja industri mobil. Saat ini yang paling banyak menghasilkan polutan berupa gas adalah mobil dan industri kimia polutan dari pertama dihasilkan oleh rumah tangga. Terutama di daerah-daerah yang penduduknya padat, limbah rumah tangga ini merupakan masalah. Meskipun limbah ini dapat dihancurkan secara biologik, karena jumlahnya melebihi daya urai organisme-organisme pengurai atau pembusuk, pembuatannya tidak dapat dihindarkan. Sekadar contoh, berikut ini disajikan sebuah ilustrasi.
Dalam suatu desa, manusia memanfaatkan lingkungannya dan dengan demikian mengubah lingkungannya itu dari bentuk-bentuk ekosistem hutan atau rawa menjadi ekosistem pembina yang di dalamnya manusia yang paling dominan. Tidak ada satu jenis organisme lain yang dapat mengubah suatu ekosistem yang cukup luas sedemikian hebatnya dalam waktu yang relatif singkat dan mempertahankan ekosistem buatannya ini untuk waktu yang malam. Di dalam daerah itu, untuk membina ekosistem ciptaannya manusia mempergunakan alat-alat yang dibuatnya dan mengusahakan peternakan, menjaga keamanan desa dari gangguan binatang buas dengan golok, kapak, perangkap, senjata api atau senjata tajam, membuat dan memelihara kebutuhan biologi dengan membangun rumah dengan alat-alat rumah tangga. Dapatlah dikatakan bahwa dalam hampir semua segi kehidupan manusia tidak terlepas dari alat-alat buatannya sendiri. Dengan penggunaan alat ini manusia mempengaruhi lingkungannya.
Untuk mempertahankan hidup yang diinginkannya, manusia memanfaatkan alam dengan mengambil kekayaan alam. Jika keinginan mengambil kekayaan itu tidak diikuti dengan keinginan memelihara, terjadilah pemanaatan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tekanan-tekanan kerusakan, seperti terbentuknya tanah-tanah kritis, erosi dan banjir.
Dengan berkembangnya komunikasi antara berbagai tempat di permukaan bumi serta kekayaan teknologi, ternak serta tumbuhan dari suatu tempat dapat dibiarkan di tempat lain. Selain itu, untuk meningkatkan produksi ternak dan tanaman budidaya, diciptakan varietas ternak unggul dan tanaman unggul, sapi yang lebih banyak daging daripada tulang, padi yang tahan hama wereng, dan mangga yang enak dan berbuah banyak atau varietas-varietas lain. Namun dalam mengusahakan kehidupan yang baik baginya, manusia juga mengotori lingkungannya. Sampah bertumpuk, platik dibuang karena tidak dapat dihancurkan secara biologik dimana-mana mengotori tanah dan/atau sungai, sungai-sungai yang digunakan sebagai sumber-sumber air untuk segala kebutuhan hidup dicemarkan.
Kegiatan manusialah yang menyebabkan lahan, hutan, dan rawa yang tadinya mempunyai keselarasan alamiah (setelah menjadi pemukinan manusia) menjadi sangat berubah. Pemeliharaan keseimbangannya dan keselarasan di tempat itu dimungkinkan dengan subsidi materi dan energi serta kesadaran kemampuan dan keamanan seluruh masyarakat desa itu.
Manusia penting karena mereka merupakan makhluk hidup yang dominan secara ekologik. Maksudnya, organisme dikatakan dominan secara ekologik jika:
a. Manusia dapat berkompetensi secara lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan jika dibandingkan dengan makhluk lain dalam sesuatu ekosistem, dan
b. Manusia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap organisme yang lain.
Pengertian dominan secara ekologik lebih mudah diperlihatkan pada masyarakat, tumbuh-tumbuhan. Umpamanya, di alam hutan, jenis pohon merupakan tumbuh-tumbuhan dominan meskipun jumlahnya tidak sebanyak tumbuhan-tumbuhan dominan meskipun jumlahnya tidak sebanyak tumbuhan yang lain. Sifat dominan pohon itu disebabkan oleh ukuran besarnya sehingga dapat berkompetensi lebih baik terhadap cahaya air, dan mineral dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan kecil lainnya. Pohon juga mengubah kondisi cahaya, atmosfer, suhu, dan kelembaban dalam hutan. Pohon juga mengubah sifat fisik dan kimia tanah. Hanya jenis-jenis yang toleran terhadap kondisi hutanlah yang dapat hidup dalam lingkungan demikian. Hewan dapat menjadi dominan secara ekologis, karena ukurannya atau jumlahnya, mobilitasnya, agrasivitasnya, dan intelegensinya.
Manusia merupakan makhluk dominan secara ekologik karena sifat-sifat anatomi serta mentalnya, sifat-sifat itulah yang menyebabkan manusia dapar berkompetensi dan berhasil dengan baik mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Dengan demikian ia dapat memberi pengaruh besar terhadap lingkungannya beserta organisme lainnya dalam ekosistem. Manusia merupakan satu jenis, mamalia yang dapat berkembang biak dengan sesama jenis, mempunyai sifat anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan hewan terutama primata seperti simpanse. Namun, ada sifat-sifat penting yang membedakannya dengan primata lainnya, misalnya sikap tubuh tegak di atas kedua kaki, ibu jari tangan berkembang sedemikian rupa sehingga dapat dipertemukan dengan jari lainnya. Dengan demikian, manusia dapat lebih mampu memegang sesuatu. Manusia, selalu bersifat herbivora, juga bersifat karnovira dan predator. Otak manusia besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Otak bagian depan yang merupakan pusat pikiran lebih besar dan kompleks jika dibandingkan dengan primata lainnya.
Sebagai mamalia, jenis manusia mempunyai jumlah individu yang lebih besar jika dibandingkan dengan mamalia besar lainnya. Jenis hewan yang berjumlah besar lainnya hanya hewan-hewan kecil seperti ikan dan lalat. Manusia menempati tingkat tropik tertinggi dalam ekosistem dan ia pun tidak mempunyai predator. Namun, manusia mampu mengeskploitasi tingkat-tingkat tropik lainnya bahkan seluruh ekosistem untuk memenuhi kebutuhannya baik untuk makanan maupun kebutuhan lainnya.
2. Manusia sebagai Makhluk Pembuat Alat
Jika dibandingkan dengan hewan besar lainnya, manusia tidak dapat bergerak cepat, panca indra pencium, dan pendengar kurang berkembang, kulit perlindungan tidak ada, anak-anaknya sangat lama tergantung pada pemeliharaan induk. Kekurangan itu diatasinya dengan sifat, penglihatan, tiga dimensi, kemampuan penalaran yang besar, dan kemampuan membuat alat atau perkakas. Hewan lain dapat menggunakan alat, seperti ranting kayu yang dipatah-patahkan. Hanya manusia yang dapat membuat dan menggunakan alat.
Kemampuan dapat membuat alat erat hubungannya dengan sikap tegak manusia yang memungkinkan ia dapat bebas menggunakan tangannya. Disamping itu, kemampuan itu erat pula hubungannya dengan kemampuan penglihatan serta kecekatan dan kemampuan penalaran berkat otaknya yang lebih tinggi. Jadi, dapat dikatakan bahwa manusia menjadi dominan dalam ekosistem berkat kemampuannya membuat dan menggunakan alat. Manusia jugalah yang pertama-tama menggunakan api sebagai alat. Selain untuk keperluan rumah tangga, api digunakan untuk membakar hutan atau belukar untuk membersihkannya, untuk mengusir hewan-hewan liar agar keluar dari sarangnya, untuk menghilangkan vegetasi yang tua dan kering supaya dapat tumbuh tunas-tunas muda untuk hewan-hewan peliharaan.
Manusia juga merupakan organisme yang membudidayakan makanannya. Perubahan cara hidup dari pengumpulan makanan jadi penanaman serta pemetik hasil tanaman merupakan suatu pencapaian yang mempunyai dampak ekologi yang luas. Alat-alat pertanian yang berkembang dari tingkat penanaman menjadi mesin-mesin modern yang dapat mengolak tanah yang jauh lebih luas. Dengan demikian terbentuklah ekosistem buatan manusia. Selain itu makanan yang cukup mengakibatkan populasi meningkat dengan segala akibat yang berantai.
3. Manusia sebagai Makhluk Perampok
Perkembangan dominan manusia sejalan dengan perkembangan alat-alat yang digunakannya. Manusia dikenal sebagai makhluk mengeksploitasi ekosistem yang paling hebat. Ia dapat memanfaatkan baik ekosistem darat maupun ekosistem air. Hal ini terjadi karena sifatnya yang omivora dan kebutuhannya yang beraneka ragam. Sejak semula manusia mengeksploitasi ekosistem tidak hanya untuk makanan tetapi juga untuk keperluan lain seperti pakaian dan rumah. Sejak itu kebutuhan akan beban organik untuk obat-obatan, papan, serat, dan lain-lain meningkat.
Selain sebagai pembudidaya tumbuhan, manusia juga sebagai pembudidaya hewan mamalia. Seperti kambing, biri-biri dan sebagainya. Untuk memelihara hewan-hewan ini akhirnya manusia harus menanam makanan ternak juga. Sebagai salah satu mata rantai dari jaringan-jaringan manusia dapat memusnakan organisme lain yang berkompetisi dengannya dalam memperoleh makanan atau kebutuhan lain. Dalam sistem pertanian misalnya, manusia berusaha menghilangkan atau mengurangkan jumlah mata rantai dalam jaringan-jaringan makanan dari tanaman makananya serta tanaman makanan ternaknya.
Manusia menanam dan mengambil rumput untuk makanan ternaknya. Pada hakikatnya, hewan pemakan rumput juga :menanam dan mengambil” rumput untuk dirinya sendiri. Namun, cara dan tujuan melakukan pekerjaan itu tentulah berbeda antara manusia dan hewan. Dalam ekosistem darat, hean biasanya tidak melenyapkan seluruh persediaan makanannya. Hewan dalam setiap tingkat tropik lebih kecil massanya dari pada masa makanan yang tersedia baginya. Sebagai zat hara juga didaur ulang melalui penguraian dalam tanah di lain pihak, manusia cenderung untuk mengadakan penanaman dan perumputan yang berlebihan. Manusia menanam hasil pertaniannya dengan mengangkut bio-massa yang terdapat di atas permukaan diganti dengan pupuk organik bila menghendaki hasil pertanian baik. Dalam beternak, manusia cenderung untuk memelihara ternak tertentu dengan jumlah yang meningkat. Hal ini mengakibatkan perumputan yang berlebihan.
Perumputan yang berlebihan dapat berlangsung melalui beberapa cara. Tanah yang ditangani makanan ternak sering dipanen dengan cara seperti tanaman manusia dengan demikian maka terjadi pengurangan zat hara dari dalam tanah itu. Perumputan yang intensif cenderung mengurangi species yang paling bergizi sehingga nilai kepunahan akan terjadi bila jumlah ternak hewan besar meningkat sehingga kebutuhan makanan tidak seimbang dengan pertumbuhan makanan yang tersedia.
Manusia juga mengeksploitasi ekosistem untuk keperluan yang tidak konsumtif, misalnya untuk kepercayaan seperti hewan korban, hewan untuk olah raga, untuk piaraan di rumah, untuk prestise sosial. Manusia juga menjadikan tumbuh-tumbuhan untuk estetika, seperti bunga-bunga dan hiasan.
4. Manusia sebagai Penyebab Evolusi
Perkembangan pengetahuan dan keterampilan teknis mengakibatkan manusia muncul sebagai makhluk hidup dominan secara ekologik. Selain itu, ia merupakan penyebab utama dalam proses evolusi organik. Evolusi alamiah berlangsung sangat lambat, tetapi perusakan alam oleh manusia baik yang tidak disengaja maupun disengaja telah mempercepat evolusi organik. Akibatnya, ada jenis-jenis organisme yang jumlahnya sudah sangat kurang sampai batas sukar untuk dipulihkan kembali, bahkan ada yang telah punah. Disamping itu, ada jenis-jenis yang justru meningkatkan jumlahnya, ada jenis yang varietasnya bertambah. Semuanya itu disebabkan oleh intervasi manusia. Cara manusia mempercepat evolusi organik baru serat penyebaran hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hewan dan/atau tumbuhan yang dibudidayakan ternyata tidak banyak jumlahnya. Perkembangan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan sejak mula-mula dipelihara manusia hingga ternyata menghasilkan jenis-jenis organisme yang tidak akan bertahan hidup tanpa campur tangan dnegan manusia. Sebagai contoh adalah jagung, padi dan sapi perah. Sampai sekarang manusia masih mengusahakan pengembangan varietas-varietas yang baru yang memenuhi selera dan kebutuhannya. Jenis padi varietas hewan ternak yang dagingnya lebih banyak daripada tulangnya dikembangkan. Asal varietas-varietas organisme ini yang terdapat secara alamiah mungkin varietas organisme ini yang terdapat secara alamiah mungkin selaki sekarang ini sudah tidak ada karena sudah punah.
Organisme-organisme peliharaan ini hanya dapat hidup dalam habitat ciptaan manusia. Dengan demikian manusia mengubah habitat alamiah. Luas areal pengubahannya hanya terdapat di sekitar tempat tinggal. Lama kelamaan terciptalah kota atau hutan pengganggu dan tumbuhan pengganggu yang dapat bertahan misalnya nyamuk dan lalat.
Selain pengubahan habitat yang diikuti penciptaan varietas organisme, manusia juga mempercepat proses evolusi organik dnegan mengadakan distribusi hewan dna tumbuh-tumbuhan, baik disengaja maupun tidak disengaja kebagian bumi yang sebelumnya tidak dihuni organisme tersebut. Kadar penyebaran ini lebih dipercepat lagi dengan perbaikan komunitas dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
5. Manusia sebagai Makhluk Pengotor
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori lingkungannya. Hewan membuang kotoran berupa faces yang dapat diuraikan untuk didaur ulang karena terdiri dari zat organik. Selain faces manusia juga membuang kotoran organik yang penguraiannya lambat sekali, kotoran bahan sintetik dan juga racun. Semua ini akan mencemari lingkungan. Sumber kotoran yang dibuang manusia berasal dari rumah, perkebunan, tempat kerja, transportasi dan kegiatan rekretasi. Bahan-bahan pencemaran ini dapat berupa bahan padat, gas dan cair. Bahan buangan berbentuk padat ada yang dapat dihancurkan secara biologik, seperti makanan sisa; ada yang tidak dapat dihancurkan secara biologik, seperti: kertas, besi, gelas dan plastik.
Bahan buangan berbentuk gas merupakan polutan yang paling banyak dihasilkan sebagai kotoran dari kawasan industri, misalnya senyawa-senyawa karbon (CO, CO2, hidokarbon), belerang dioksida. Sumbernya ialah pembakaran sampah rumah tangga, industri besi dan baja industri mobil. Saat ini yang paling banyak menghasilkan polutan berupa gas adalah mobil dan industri kimia polutan dari pertama dihasilkan oleh rumah tangga. Terutama di daerah-daerah yang penduduknya padat, limbah rumah tangga ini merupakan masalah. Meskipun limbah ini dapat dihancurkan secara biologik, karena jumlahnya melebihi daya urai organisme-organisme pengurai atau pembusuk, pembuatannya tidak dapat dihindarkan. Sekadar contoh, berikut ini disajikan sebuah ilustrasi.
Dalam suatu desa, manusia memanfaatkan lingkungannya dan dengan demikian mengubah lingkungannya itu dari bentuk-bentuk ekosistem hutan atau rawa menjadi ekosistem pembina yang di dalamnya manusia yang paling dominan. Tidak ada satu jenis organisme lain yang dapat mengubah suatu ekosistem yang cukup luas sedemikian hebatnya dalam waktu yang relatif singkat dan mempertahankan ekosistem buatannya ini untuk waktu yang malam. Di dalam daerah itu, untuk membina ekosistem ciptaannya manusia mempergunakan alat-alat yang dibuatnya dan mengusahakan peternakan, menjaga keamanan desa dari gangguan binatang buas dengan golok, kapak, perangkap, senjata api atau senjata tajam, membuat dan memelihara kebutuhan biologi dengan membangun rumah dengan alat-alat rumah tangga. Dapatlah dikatakan bahwa dalam hampir semua segi kehidupan manusia tidak terlepas dari alat-alat buatannya sendiri. Dengan penggunaan alat ini manusia mempengaruhi lingkungannya.
Untuk mempertahankan hidup yang diinginkannya, manusia memanfaatkan alam dengan mengambil kekayaan alam. Jika keinginan mengambil kekayaan itu tidak diikuti dengan keinginan memelihara, terjadilah pemanaatan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan tekanan-tekanan kerusakan, seperti terbentuknya tanah-tanah kritis, erosi dan banjir.
Dengan berkembangnya komunikasi antara berbagai tempat di permukaan bumi serta kekayaan teknologi, ternak serta tumbuhan dari suatu tempat dapat dibiarkan di tempat lain. Selain itu, untuk meningkatkan produksi ternak dan tanaman budidaya, diciptakan varietas ternak unggul dan tanaman unggul, sapi yang lebih banyak daging daripada tulang, padi yang tahan hama wereng, dan mangga yang enak dan berbuah banyak atau varietas-varietas lain. Namun dalam mengusahakan kehidupan yang baik baginya, manusia juga mengotori lingkungannya. Sampah bertumpuk, platik dibuang karena tidak dapat dihancurkan secara biologik dimana-mana mengotori tanah dan/atau sungai, sungai-sungai yang digunakan sebagai sumber-sumber air untuk segala kebutuhan hidup dicemarkan.
Kegiatan manusialah yang menyebabkan lahan, hutan, dan rawa yang tadinya mempunyai keselarasan alamiah (setelah menjadi pemukinan manusia) menjadi sangat berubah. Pemeliharaan keseimbangannya dan keselarasan di tempat itu dimungkinkan dengan subsidi materi dan energi serta kesadaran kemampuan dan keamanan seluruh masyarakat desa itu.
Labels:
Makalah
Thanks for reading Peranan Manusia Terhadap Lingkungan. Please share...!
0 Komentar untuk "Peranan Manusia Terhadap Lingkungan"
Yang sudah mampir wajib tinggalkan komentar